Anda di halaman 1dari 7

SETTLEMENT (PENURUNAN)

Pengertian Penurunan (Settlement)


Istilah penurunan menunjukkan amblesnya suatu bangunan akibat
kompresi dan deformasi lapisan tanah di bawah bangunan. Penurunan
(settlement) akan terjadi jika suatu lapisan tanah mengalami pembebanan.
Penurunan juga dipengaruhi oleh sebaran tanah lunak atau lempung yang
terdapat di bawah permukaan pada dataran aluvial. Penurunan akibat
beban adalah jumlah total penurunan segera (immediate settlement) dan
penurunan konsolidasi (consolidation settlement).
Tanah mempunyai sifat kemampatan yang sangat besar jika
dibandingkan bahan konstruksi seperti baja atau beton. Hal ini disebabkan
tanah mempunyai rongga pori yang besar, sehingga apabila dibebani
melalui fondasi maka akan mengakibatkan perubahan struktur tanah
(deformasi) dan terjadi penurunan fondasi. Jika penurunan yang terjadi
terlalu besar maka dapat mengakibatkan kerusakan pada konstruksi di
atasnya. Berbeda dengan bahan-bahan konstruksi yang lain, karakteristik
tanah ini didominasi oleh karakteristik mekanisnya seperti kekuatan geser
dan permeabilitas (kemampuan mengalirkan air).
Secara umum, penurunan pada tanah akibat beban yang bekerja pada
fondasi dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis penurunan, yaitu:
a) Penurunan seketika, yaitu penurunan yang langsung terjadi begitu
pembebanan bekerja atau dilaksanakan, biasanya terjadi berkisar antara
0 – 7 hari dan terjadi pada tanah lanau, pasir dan tanah liat yang
mempunyai Sr (derajat kejenuhan) < 90%.
b) Penurunan konsolidasi, yaitu penurunan yang diakibatkan keluarnya
air dalam pori tanah akibat beban yang bekerja pada fondasi yang
besarnya 33 ditentukan oleh waktu pembebanan dan terjadi pada tanah
jenuh (Sr = 100%) atau yang mendekati jenuh (Sr = 90% – 100%) atau
pada tanah berbutir halus, yang mempunyai harga k ≤ 10-6 m/s.

1
c) Penurunan sekunder (rangkak); Ss
Penurunan sekunder terjadi sesudah penurunan konsolidasi terjadi,
didefinisikan sebagai penyesuaian kerangka tanah sesudah tekanan
pori yang berlebih menghilang.
Terzaghi (1925) memperkenalkan teori konsolidasi satu arah (one
way) yang pertama kali untuk tanah lempung jenuh air. Teori ini
menyajikan cara penentuan distribusi kelebihan tekanan hidrostatis dalam
lapisan yang sedang mengalami konsolidasi pada sembarang waktu setelah
bekerjanya beban.
Beberapa asumsi dasar dalam analisis konsolidasi satu arah, antara
lain tanah bersifat homogen, tanah jenuh sempurna (Sr = 100%),
partikel/butiran tanah dan air bersifat inkompresibel (tak termampatkan),
arah pemampatan dan aliran air pori terjadi hanya dalam arah vertikal.
Ketebalan lapisan tanah yang diperhitungkan adalah setebal lapisan tanah
lempung jenuh air yang ditinjau.
1. Terjadinya Penurunan (Settlement)
Pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan
kerak bumi (crustal movement). Adapun keterkaitannya yaitu pelapukan
bisa disebabkan oleh air seperti pelapukan batuan karena erosi baik secara
mekanis maupun kimia, oleh perubahan temperature yang mengakibatkan
terurainya permukaan batuan, oleh angin terutama di daerah yang kering
dan gersang karena pengaruh glacial dan oleh gelombang yang biasanya
terjadi di daerah pantai (abrasi). Selain itu Settlement dapat terjadi ketika:
1) Adanya gaya berat dari beban yang ditimbulkan oleh endapan dan
juga ditambah dengan air menyebabkan kelenturan pada lapisan
kerak bumi.
2) Aktivitas internal yang menyebabkan naiknya temperature kerak
bumi dan kemudian mengembang menyebabkan kenaikan pada
permukaan pada permukaan tanah. Setelah itu proses erosi dan
pendinginan kembali menyebabkan penurunan muka tanah.
3) Karakteristik deformasi dari lapisan tanah yang berkaitan dengan
tekanan – tekanan yang ada

2
2. Penyebab terjadinya penurunan (settlement)
Sedangkan Beberapa penyebab terjadinya penurunan akibat
pembebanan yang bekerja diatas tanah antara lain:
a) Kegagalan atau keruntuhan geser akibat terlampauinya kapasitas
dukung tanah,
b) Kerusakan atau terjadi defleksi yang besar pada pondasi,
c) Distorsi geser (shear distorsion) dari tanah pendukungnya,
d) Turunnya tanah akibat perubahan angka pori
Berdasarkan Whittaker and Reddish, 1989 dalam Metasari 2010,
secara umum faktor penyebabnya antara lain ;
1. Penurunan tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh
prosesproses geologi seperti siklus geologi, sedimentasi daerah cekungan
dan sebagainya. Beberapa penyebab terjadinya penurunan tanah alami
bisa digolongkan menjadi :
a. Siklus Geologi Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi.
Proses-proses yang terlihat dalam siklus geologi.
b. Sedimentasi daerah cekungan biasanya daerah cekungan terdapat di
daerah–daerah tektonik lempeng terutama di dekat perbatasan
lempeng. Sedimen yang terkumpul di Cekungan semakin lama
semakin banyak dan menimbulkan beban yang bekerja semakin
meningkat, kemudian proses kompaksi sedimen tersebut menyebabkan
terjadinya penurunan pada permukaan tanah.
2. Penurunan tanah akibat pengambilan airtanah (groundwater extraction)
Pengambilan airtanah secara besar–besaran yang melebihi kemampuan
pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada
suatu lapisan akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya
kekosongan pori–pori tanah sehingga tekanan hidrostatis di bawah
permukaan tanah berkurang sebesar hilangnya airtanah tersebut.
Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan akuifer.
3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement) Tanah memiliki peranan
penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat menjadi pondasi

3
pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri
seperti tanggul atau bendungan. Penambahan bangunan di atas permukaan
tanah dapat menyebabkan lapisan di bawahnya mengalami pemampatan.
Pemampatan tersebut disebabkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi
partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang
sangat terkait dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Proses
pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan
permukaan tanah. Secara umum penurunan tanah akibat pembebanan
dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Penurunan konsolidasi yang merupakan hasil dari perubahan volume
tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang menenpati pori–
pori air tanah.
b. Penurunan segera yang merupakan akibat dari deforamasi elastik tanah
kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.

3. Bagaimana penurunan (settlement) terjadinya.


Konsolidasi berlangsung hanya satu jurusan saja, yaitu jurusan vertical,
karena lapisan yang kena tambahan beban itu tidak dapat bergerak dalam
jurusan hori#ontal &ditahan oleh tanah di sekelilingnya.
Beberapa kajian teoritis di dalam literatur menyebutkan penurunan pada
bangunan dapat terjadi setempat, sebagian atau secara keseluruhan dan
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Penurunan yang merata (Uniform Settlement)
Tanah di suatu lokasi mempunyai kepadatan tertentu yang tergantung
pada jenis tanah dan kandungan air yang ada di dalam tanah atau air di
lingkungannya. Tanah akan berubah kepadatannya bila mengalami
pembebanan atau dengan kata lain tanah akan terkonsolidasi. Bila
tanah memiliki sifat yang seragam, maka akan menghasilkan
penurunan akibat terkonsolidasi dengan besaran yang sama atau
seragam. Kondisi ini tidak akan mempengaruhi stabilitas struktur,
hanya bila besaran penurunan tidak diperhitungkan akan dapat
mempengaruhi penampilan bangunan dari segi arsitektur.

4
2. Penurunan yang tidak merata (Differential Settlement)
Penurunan yang tidak merata dapat terjadi bila sifat tanah di
bawah bangunan tidak homogen, baik akibat proses
pembentukannya secara alamiaj ataupun akibat proses galian dan
timbunan (cut and fill), dan reklamasi. Kondisi ini akan sangat
berbahaya bila menggunakan pondasi langsung yang tidak
mencapai tanah asli/ tanah keras, atau penggunaan tiang pancang
yang hanya memperhitungkan kemampuan lekatannya (friction tipe)
saja, karena pemancangan tiang tidak mencapai tanah keras. Tiang
dipancang disamping kemampuan lekatannya, kemampuan daya
dukung ujung tiang (end bearing tipe) juga turut diperhitungkan.
Dengan demikian untuk kondisi sifat tanah yang tidak homogen,
komponen pondasi harus dipasang hingga mencapai tanah keras,
baik pada pondasi langsung maupun tidak langsung. Bila terjadi
proses penurunan yang tidak merata, akan timbul tegangan ekstra pada
komponen bangunan atas maupun bangunan bawah. Bila tegangan
yang timbul melampaui tegangan ijin, maka komponen bangunan
mengalami retakan atau patah, tergantung pada besaran tegangan
yang dilampaui.
3. Liquifaksi (Liquifaction)
Penurunan bangunan gedung hampir pasti tidak berkaitan dengan
liquifaksi karena kerusakan gedung tidak disebabkan oleh gempa.
Kerusakan liquifaksi merupakan pengaruh ikutan peristiwa gempa
sebagaimana gelombang tsumani. Fenomena ini biasanya terjadi bila
gempa terjadi dengan besaran intensitas lebih besar daripada 7 Skala
Richter. Liquifaksi adalah peristiwa dimana tanah di bawah bangunan
berubah menjadi bubur akibat terlampuinya tegangan air tanah
ketika gempa tejadi. Tanah yang mengalami liqufaksi biasanya
adalah tanah berpasir dengan gradasi butiran yang halus dan
seragam.

5
4. Dimana penurunan (settlement) terjadinya.
Penurunan (settlement) umumnya terjadi pada lapisan tanah kohesif
(clay/lempung) Pada penurunan ini, tegangan air pori secara kontinyu
berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari keluarnya air pori.
Pada tanah lempung jenuh air, penambahan total tegangan akan diteruskan
ke air pori dan butiran tanah. Hal ini berarti penambahan tegangan total
(Δσ) akan terbagi ke tegangan efektif dan tegangan air pori.
Selain itu penurunan juga terjadi setelah tekanan air pori hilang
seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan akibat
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
Dari grafik di samping,
dapat dilihat settlement yang
terjadi akibat adanya beban
tambahan (surcharge) lebih besar
daripada beban rencana (design
load) pada selang waktu yang
sama.
Selain dengan menggunakan
teknik preloading dan
menggunakan beban tambahan
sementara (surcharge),
peningkatan mutu tanah dapat juga
dilakukan dengan menggunakan vertical drains, selain itu waktu
konsolidasi pun
juga semakin singkat sebab aliran drainase yang terjadi bukan hanya ke
arah vertikal tapi juga ke arah horizontal.

5. Bagian/sesuatu yang mengalami penurunan (settlement)


Beberapa kajian teoritis di dalam literatur menyebutkan penurunan
pada dapat terjadi pada semua tanah yang memiliki daya dukung yang
tidak stabil, selain itu dampak faktor alam juga bisa menyebabkan

6
terjadinya penurunan (settlement), sebagian atau secara keseluruhan dan
dapat terjadi oleh beberapa bangunan sebagai berikut:
a. Bangunan dengan volume yang melebihi kapasitas dan penanganan
tanah yang kurang tepat.
b. Pemilihan jenis pondasi yang kurang tepat.
c. Banyaknya kandungan air dalam tanah.
d. Pengaruh abrasi oleh air.

6. Tingkat Kerusakan
Pengklasifikasian tingkat kerusakan bangunan dapat ditentukan dengan
cepat berdasarkan penurunan (settlement), kemiringan/inklinasi, dan tingkat
kerusakan komponen bangunan seperti yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Peringkat Kerusakan Komponen Struktur Beton dan


Beton Pracetak (Sjafei Amri, 2006).
TINGKAT DESKRIPSI KERUSAKAN
I Retak rambut di permukaan beton terlihat dari jarak tidak terlalu jauh (lebar
Retakan < 0.2mm
II Retakan di permukaan beton terlihat dengan mata telanjang (lebar retakan
kirakira 0.2 – 1.0 mm)

III • Selimut beton hancur di sebagian tempat


• Retakan besar meluas (lebar retakan E1 – 2 mm)
IV • Selimut beton hancur dalam jumlah besar dan baja tulangan terlihat
• Selimut beton meletus (spalling)
V • Baja tulangan tertekuk
• Beton pada inti penampang hancur
• Deformasi pada kolom dan dinding terlihat
• Settlement dan / atau inklinasi pada lantai terlihat

Anda mungkin juga menyukai