Anda di halaman 1dari 9

Draft Presentasi

KEBENCANAAN GEOLOGI

“LIKUIFAKSI”

Kelompok 2
Valerie Roring
Novprisca Tewu
Reynold Alow

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PRISMA
2021
1. Definisi Likuifaksi
(Towhata, 2008, dalam Muntohar, 2010) Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya
kekuatan lapisan tanah akibat getaran gempa. Likuifaksi terjadi pada tanah yang berpasir
lepas (tidak padat) dan jenuh air. Saat likuifaksi terjadi lapisan pasir berubah menjadi seperti
cairan sehingga tak mampu menopang beban bangunan di dalam atau di atasnya. Suatu
proses hilangnya kekuatan geser tanah akibat kenaikan tegangan air pori tanah yang timbul
akibat beban siklis (cyclic mobility). Hal ini dapat terjadi pada suatu deposit tanah yang tidak
kohesif (cohesionless) dan jenuh air (saturated) menerima beban siklik dengan kondisi
pembebanan undrained.
(Risna Widyaningrum, 2012) Likuifaksi merupakan gejala peluluhan pasir lepas yang
bercampur dengan air akibat goncangan gempa dimana gaya pemicu melebihi gaya yang
dimiliki litologi setempat dalam menahan guncangan. Hal ini bisa menyebabkan beberapa
kejadian seperti penurunan cepat (quick settlement), pondasi bangunan menjadi miring
(tilting) atau penurunan sebagian (differential settlement), dan mengeringnya air sumur yang
tergantikan oleh material non kohesif.
(Tohari dkk, 2015) Likuifaksi adalah fenomena hilangnya kekuatan tanah akibat getaran
atau gempa bumi. Likuifaksi terjadi pada tanah yang berpasir lepas dan jenuh air. Lapisan
tanah dengan campuran pasir merupakan lapisan yang memiliki porositas baik, sehingga
memungkinkan lapisan ini menyimpan dan mengalirkan air. Lapisan yang memiliki porositas
yang baik memicu penyerapan air dalam lapisan yang menyebabkan lapisan tersebut jenuh
air.
Dapat disimpulkan, Likuifaksi adalah peristiwa dimana tanah jenuh air berubah
perilakunya menjadi seperti benda cair (liquefy) akibat muka air tanah yang dangkal (bisa
akibat curah hujan tinggi), porositas batuan tinggi (lapisan tanah tidak compact), getaran
(gempa bumi) dan tekanan konstruksi bangunan yang terakumulasi menekan air untuk keluar
ke permukaan, sehingga membuat air tanah mencari celah untuk keluar ke permukaan
bersamaan dengan pasir dan lumpur.
2 Tipe Umum Likuifaksi:
1) Flow Liquefaction
Fenomena flow liquefaction terjadi akibat tegangan geser statis yang diperlukan lebih besar
daripada tegangan geser tanah dalam kondisi likuifaksi (σstatic > σresidual) sehingga
menyebabkan terjadinya aliran-aliran dalam tanah. Pada umumnya flow liquefaction terjadi
di tanah pasir lepas (loose sand) yang dapat dipicu oleh sumber getaran nonseismik seperti
pile driving, getaran kereta api, eksplorasi geofisika, dan ledakan.

(Gambar 1.1) Ilustrasi Flow Likuifaksi

2) Cyclic Mobility
Fenomena cyclic mobilty dapat terjadi apabila dipicu oleh pembebanan siklik. Cyclic
mobility dapat menyebabkan deformasi yang besar secara bertahap akibat adanya tekanan
statis dan dinamis terjadi selama gempa bumi. Kondisi tanah saat cyclic mobilty adalah
tekanan geser statis lebih kecil dibandingkan dengan tegangan geser tanah dalam keadaan
likuifaksi (σstatic < σresidual). Pada umumnya cyclic mobilty terjadi di tanah pasir yang
relatif padat (dense sand).

(Gambar 1.2) Iliustrasi Cyclic Mobility


2. Faktor Pemicu Terjadinya Likuifaksi
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tanah mengalami proses likuifaksi,
namun terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi likuifaksi, yaitu:
1. Getaran (gempa bumi)
Tanah akan mengalami likuifaksi apabila tanah tersebut diberikan getaran. Karakteristik
gempa, skala dan durasi gempa dapat menentukan regangan geser yang menyebabkan reaksi
antarpartikel tanah dan peningkatan tekanan air pori berlebih sehingga terjadi likuifaksi.
Potensi likuifaksi meningkat seiring intensitas gempa dan lamanya guncangan terjadi.
2. Muka air tanah
Kondisi yang paling rentan untuk likuifaksi adalah permukaan yang dekat dengan muka air
tanah. Hal ini disebabkan karena tanah tidak kedap air (permeable) mampu mengalirkan air
dari akifer maupun dari curah hujan yang tinggi, sehingga lapisan tanah permeable kelebihan
kapasitas air.
3. Sifat dan Karakteristik tanah
Porositas batuan, karakteristik butiran, dan permeabilitas mempengaruhi sifat daripada tanah.
Jika lapisan tanah memiliki batuan atau butiran bersifat permeable seperti kerikil, pasir, batu
apung maka porositas batuan termasuk dapat meloloskan atau mengalirkan air. Sedangkan
jika lapisan tanah impermeable biasanya disusun oleh lempung dan bersifat kedap air (tidak
dapat meloloskan air). Maka itu likuifaksi rentan terjadi pada lapisan tanah permeable.

(Gambar 2.1) Skema Lapisan Air Tanah


3. Proses Peristiwa Likuifaksi
Landasan 1
Selama gempa bumi, tegangan geser siklik yang disebabkan oleh rambatan
gelombang geser menyebabkan pasir lepas bereaksi dan menghasilkan tekanan air pori yang
meningkat. Akibat gelombang siklik yang terjadi begitu cepat, air pada tanah tidak mampu
keluar. Meningkatnya tekanan air pori menyebabkan aliran air ke atas permukaan berupa
semburan lumpur atau pasir. Tekanan air pori meningkat karena tanah yang bergerak
mengakibatkan air mengalir ke atas dan mengubah pasir dari fase padat menjadi fase cair
disebut likuifaksi (Day, 2001).
Pasir dengan kepadatan sedang sampai lepas dan memiliki elevasi muka air tanah
yang tinggi, saat tidak ada getaran tanah akan stabil karena partikel tanah pasir saling
mengunci (interlocking). Ketika terjadi gempa, volume tanah cenderung menyusut dan
mengakibatkan peningkatan pada tekanan air pori sehingga kuat geser efektif tanah akan
menurun. Pasir yang jenuh air akan mengisi ruang antar partikel sehingga kekuatan
interlocking antara partikel hilang seperti pada Gambar 3.1

(Gambar 3.1) Ilustrasi Proses Likuifaksi

Ishihara (1985) mengemukakan bahwa pada saat keadaan likuifaksi, tegangan efektif
tanah sama dengan nol. Hal ini diakibatkan karena tekanan air pori meningkat hingga ke titik
saat tegangan air pori sama besar dengan tegangan tanah. Karena kehilangan kuat geser
tanah, partikel-partikel pasir yang mengunci saling melepaskan dan seolah-olah partikel pasir
mengembang di air.

Setelah terjadi likuifaksi, tekanan air pori berlebih akan mulai terdisipasi. Lamanya
waktu tanah tetap dalam keadaan cair bergantung pada 2 faktor utama, yaitu durasi getaran
akibat gempa bumi dan kondisi drainase dari tanah yang terlikuifaksi. Semakin lama dan kuat
tegangan geser siklik akibat gempa, semakin lama likuifaksi terjadi. Ketika proses likuifaksi
selesai, tanah dapat kembali memadat, ambles, atau kemungkinan tidak sempat untuk
memadat.
Landasan 2
Untuk memahami proses terjadinya likuifaksi, perlu kita pahami terlebih dahulu
bahwa suatu endapan tanah terdiri dari partikel-partikel. Jika kita perhatikan setiap partikel
tersebut letaknya saling berdekatan, sehingga setiap partikel memiliki kontak dengan partikel
yang lain (Gambar 3.2). Dengan adanya kontak antar partikel tersebut, tanah menjadi
memiliki suatu kekuatan untuk memikul beban diatasnya, sebab kondisi seperti ini
menjadikan beban yang berada di atas tanah akan dipikul secara bersamaan oleh seluruh
partikel.

(Gambar 3.2) Kondisi Partikel Tanah Saat Normal Sebelum Terjadinya Kenaikan Tegangan
Air Pori

Pada kondisi tanah seperti Gambar 3.3 tampak bahwa banyak rongga antar partikel
tanah yang dipenuhi air, pada kondisi nomal, air tersebut memiliki tekanan air pori yang
relatif rendah. Pada saat menerima tekanan dari getaran secara tiba - tiba, air tersebut akan
terdesak sehingga ia akan menaikkan tekanannya untuk dapat mencari jalan keluar. Namun,
pada saat tejadinya gempa, air tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk berdisipasi keluar
dari tanah melalui rongga-rongga tanah, sehingga sebagai gantinya air tesebut mendorong
partikel- partikel tanah sehingga beberapa partikel tanah sebelumnya berhubungan menjadi
menjauh Gambar 3.3. Dan akhirnya partikel tanah tidak dapat mendistribusikan beban lagi
dengan maksimal.

(Gambar 3.3). Kondisi Partikel Tanah Saat Mengalami Getaran Saat Terjadinya Kenaikan
Tegangan Air Pori Sumber : M. Mabrur, 2009

Pada kondisi seperti ini, sebagian besar beban dipikul oleh air. Sehingga pemikulan
beban pada tanah tersebut menjadi tidak stabil. Kondisi ini dapat dianalogikan seperti beban
sebuah kapal yang mengapung diatas air. Apabila air tidak dapat memilikul beban dari kapal
tersebut, maka kapal tersebut akan tenggelam ke dalam air. Hal tersebut terjadi juga pada
beban dari gedung pada tanah yang mengalami likuifaksi, maka gedung tersebut akan
tenggelam ke dalam tanah.
4. Dampak Yang Ditimbulkan
Menurut Idriss (2008), pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh likuifaksi dapat
berupa semburan pasir (sand boiling) atau semburan lumpur (mud spouts).
Beberapa kerusakan yang ditimbulkan juga berupa Lateral Spreading, Land Subsidence dan
Building tilting (bangunan menjadi miring)
- Sand boil
Terjadinya sand boil biasanya disertai semburan, hal ini disebabkan karena terdapat zona
yang mengalami rekahan pada bagian bawah permukaan tanah. Saat terjadi rekahan karena
gempa bumi, air tanah juga ikut bergerak akibat adanya tekanan dari bawah maka air tanah
menyembur keluar bersamaan dengan material pasir yang melewati pori – pori tanah.

(Gambar 4.1) Ilustrasi Sand Boil


- Land subsidence
Land subsidence adalah sebuah istilah untuk menggambarkan peristiwa atau fenomena
terjadinya penurunan tanah.
- Building tilting (bangunan menjadi mirng)
Bangunan yang menempati tanah yang mengalami likuifaksi akan langsung gagal total
karena tanah mengalami kehilangan daya dukung.

(Gambar 4.2) Land subsidence dan Building tilting


- Lateral Spreading
Lateral spreading atau sebaran lateral tanah merupakan proses berpindahnya tanah menuju
permukaan yang lebih rendah dikarenakan likuifaksi terjadi di bidang yang memiliki
kemiringan. Lateral spreading juga menjadi ancaman paling berbahaya apabila terjadi di area
pemukiman.
- Mud spouts
Semburan lumpur berupa pasir yang tercampur dengan air akibat likuifaksi, yang biasanya
keluar bersamaan dengan terjadinya lateral spreading

(Gambar 4.3) Retakan Tanah disertai Keluarnya Air dan Lumpur

(Gambar 4.4) Likuifaksi di Kelurahan Petobo, Palu


5. Upaya pencegahan

Upaya pencegahan yang akan dilakukan lebih ke meminimalisir efek kerusakan akibat
likuifaksi yaitu:
-Densifikasi:
Yaitu usaha secara mekanis agar butir-butir tanah merapat, Volume tanah berkurang,Volume
pori berkurang, tetapi Volume butiran tanah tetap. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
menggilas atau menumbuk.
- Solidifikasi:
agar kedalam struktur tanah dibawah pondasi bangunan guna meningkatkan kepadatan dan
stabilitas struktur tanah demi mencegah terjadinya penurunan bangunan, cara ini biasanya
dilakukan dengan cara di injeksikan kedalam tanah atau langsung dicampurkan dengan tanah
-Dewatering:
Pengendalian air adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan
untuk memberhentikan atau mengeringkan air tanah atau air permukaan dari sebuah situs,
konstruksi dasar sungai, dengan memompa atau penguapan.
Pada lokasi konstruksi, dewatering ini dapat dilaksanakan sebelum penggalian bawah
permukaan untuk Pondasi, menopang, atau ruang bawah tanah untuk menurunkan muka air.
- Memperkuat Pondasi:
Pondasi yang digunakan harus memiliki kekuatan dan redundansi yang cukup dan dapat
mengurangi bahaya likuifaksi.

Anda mungkin juga menyukai