KEBENCANAAN GEOLOGI
“LIKUIFAKSI”
Kelompok 2
Valerie Roring
Novprisca Tewu
Reynold Alow
2) Cyclic Mobility
Fenomena cyclic mobilty dapat terjadi apabila dipicu oleh pembebanan siklik. Cyclic
mobility dapat menyebabkan deformasi yang besar secara bertahap akibat adanya tekanan
statis dan dinamis terjadi selama gempa bumi. Kondisi tanah saat cyclic mobilty adalah
tekanan geser statis lebih kecil dibandingkan dengan tegangan geser tanah dalam keadaan
likuifaksi (σstatic < σresidual). Pada umumnya cyclic mobilty terjadi di tanah pasir yang
relatif padat (dense sand).
Ishihara (1985) mengemukakan bahwa pada saat keadaan likuifaksi, tegangan efektif
tanah sama dengan nol. Hal ini diakibatkan karena tekanan air pori meningkat hingga ke titik
saat tegangan air pori sama besar dengan tegangan tanah. Karena kehilangan kuat geser
tanah, partikel-partikel pasir yang mengunci saling melepaskan dan seolah-olah partikel pasir
mengembang di air.
Setelah terjadi likuifaksi, tekanan air pori berlebih akan mulai terdisipasi. Lamanya
waktu tanah tetap dalam keadaan cair bergantung pada 2 faktor utama, yaitu durasi getaran
akibat gempa bumi dan kondisi drainase dari tanah yang terlikuifaksi. Semakin lama dan kuat
tegangan geser siklik akibat gempa, semakin lama likuifaksi terjadi. Ketika proses likuifaksi
selesai, tanah dapat kembali memadat, ambles, atau kemungkinan tidak sempat untuk
memadat.
Landasan 2
Untuk memahami proses terjadinya likuifaksi, perlu kita pahami terlebih dahulu
bahwa suatu endapan tanah terdiri dari partikel-partikel. Jika kita perhatikan setiap partikel
tersebut letaknya saling berdekatan, sehingga setiap partikel memiliki kontak dengan partikel
yang lain (Gambar 3.2). Dengan adanya kontak antar partikel tersebut, tanah menjadi
memiliki suatu kekuatan untuk memikul beban diatasnya, sebab kondisi seperti ini
menjadikan beban yang berada di atas tanah akan dipikul secara bersamaan oleh seluruh
partikel.
(Gambar 3.2) Kondisi Partikel Tanah Saat Normal Sebelum Terjadinya Kenaikan Tegangan
Air Pori
Pada kondisi tanah seperti Gambar 3.3 tampak bahwa banyak rongga antar partikel
tanah yang dipenuhi air, pada kondisi nomal, air tersebut memiliki tekanan air pori yang
relatif rendah. Pada saat menerima tekanan dari getaran secara tiba - tiba, air tersebut akan
terdesak sehingga ia akan menaikkan tekanannya untuk dapat mencari jalan keluar. Namun,
pada saat tejadinya gempa, air tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk berdisipasi keluar
dari tanah melalui rongga-rongga tanah, sehingga sebagai gantinya air tesebut mendorong
partikel- partikel tanah sehingga beberapa partikel tanah sebelumnya berhubungan menjadi
menjauh Gambar 3.3. Dan akhirnya partikel tanah tidak dapat mendistribusikan beban lagi
dengan maksimal.
(Gambar 3.3). Kondisi Partikel Tanah Saat Mengalami Getaran Saat Terjadinya Kenaikan
Tegangan Air Pori Sumber : M. Mabrur, 2009
Pada kondisi seperti ini, sebagian besar beban dipikul oleh air. Sehingga pemikulan
beban pada tanah tersebut menjadi tidak stabil. Kondisi ini dapat dianalogikan seperti beban
sebuah kapal yang mengapung diatas air. Apabila air tidak dapat memilikul beban dari kapal
tersebut, maka kapal tersebut akan tenggelam ke dalam air. Hal tersebut terjadi juga pada
beban dari gedung pada tanah yang mengalami likuifaksi, maka gedung tersebut akan
tenggelam ke dalam tanah.
4. Dampak Yang Ditimbulkan
Menurut Idriss (2008), pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh likuifaksi dapat
berupa semburan pasir (sand boiling) atau semburan lumpur (mud spouts).
Beberapa kerusakan yang ditimbulkan juga berupa Lateral Spreading, Land Subsidence dan
Building tilting (bangunan menjadi miring)
- Sand boil
Terjadinya sand boil biasanya disertai semburan, hal ini disebabkan karena terdapat zona
yang mengalami rekahan pada bagian bawah permukaan tanah. Saat terjadi rekahan karena
gempa bumi, air tanah juga ikut bergerak akibat adanya tekanan dari bawah maka air tanah
menyembur keluar bersamaan dengan material pasir yang melewati pori – pori tanah.
Upaya pencegahan yang akan dilakukan lebih ke meminimalisir efek kerusakan akibat
likuifaksi yaitu:
-Densifikasi:
Yaitu usaha secara mekanis agar butir-butir tanah merapat, Volume tanah berkurang,Volume
pori berkurang, tetapi Volume butiran tanah tetap. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
menggilas atau menumbuk.
- Solidifikasi:
agar kedalam struktur tanah dibawah pondasi bangunan guna meningkatkan kepadatan dan
stabilitas struktur tanah demi mencegah terjadinya penurunan bangunan, cara ini biasanya
dilakukan dengan cara di injeksikan kedalam tanah atau langsung dicampurkan dengan tanah
-Dewatering:
Pengendalian air adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan
untuk memberhentikan atau mengeringkan air tanah atau air permukaan dari sebuah situs,
konstruksi dasar sungai, dengan memompa atau penguapan.
Pada lokasi konstruksi, dewatering ini dapat dilaksanakan sebelum penggalian bawah
permukaan untuk Pondasi, menopang, atau ruang bawah tanah untuk menurunkan muka air.
- Memperkuat Pondasi:
Pondasi yang digunakan harus memiliki kekuatan dan redundansi yang cukup dan dapat
mengurangi bahaya likuifaksi.