Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

MATA KULIAH
DINAMIKA TANAH

DOSEN PENGAJAR : Ariningsih Suprapti, ST .MT

JUDUL PAPER :
GEMPA DAN LIQUEFACTION
OLEH
TRY ATMOJO
D11115526

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pencairan tanah akibat gempa atau yang banyak dikenal dengan liquefaction

adalah kejadian yang sangat penting, menarik dan kompleks pada pembicaraan

gempa dan geoteknik. Liquefaction ini mulai dibahas oleh para ahli geoteknik sejak

tahun 1964 dimana terjadi gempa besar di Alaska dengan besaran gempa 9,2 dan

diikuti oleh gempa Naigata, Jepang tiga bula kemudian dengan magnitude 7,5.

Kedua gempa besar tersebut menunjukkan kerusakan infrastruktur yang luar biasa

seperti tenggelamnya gedung, keruntuhan je,batan, kelongsoran dinding atau

terapungnya bangunan-bangunan bawah tanah.

Sejak terjadinya kedua gempa tersebut, liquefaction diteliti dengan intensif oleh

ratusan peneliti gempa dan geoteknik, berbagai pendekatan dan asumsi telah

dilakukan, namun sampa sekarang masih timbul persoalan-persoalan terkait dengan

liquefaction tersebut. Akhir akhir ini, Perbedaan-perbedaan tentang liquefaction

semakin mengecil dan menghasilkan kesepakatan. Secara visual, peristiwa tampak

dipermukaan adanya pendidihan tanah pasir atau munculnya lumpur pasir

dipermukaan tanah, atau mungkin ditunjukkan adanya rembesan air melalui

rekahan tanah. Dalam bentuk yang lebih dramatis sering ditunjukkan oleh

tenggelamnya struktur bangunan dari permukaan tanah serta turunnya tanah yang

cukup besar. Bangunan yang tenggelam tersebut akan miris, amblas, atau bergerak

kesamping yang pada akhirnya bangunan tersebut akan runtuh bersama hilangnya

kuat geser tanah .


1.2 Permasalahan

1. Apakah tanah rentang terhadap liquefaction?

2. Jika tanah rentang terhadap liquefaction, apakah liquefaction terjadi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apakah tanah rentang terhadap liquefaction.

2. Untuk mapelajari kriteria terjadinya liquefaction.

1.4 Lingkup pembahasan

1. Gempa.

2. Kerentanan tanah akibat liquefaction.

3. Liquefaction pada tanah pasir.

4. Cara sederhana untuk evaluasi liquefaction.


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Gempa

Menurut M. T. Zen, gempa didefinisikan sebagai gerakan tiba-tiba atau

sederetan gerakan tiba-tiba dari tanah dan batuan yang bersifat transient dan berasal

dari suatu daerah terbatas yang kemungkinan menyebar ke segala arah karena

dirambatkan oleh medium yang ada. Menurut katilli, gempa bumi didefinisikan

sebagai suatu sentakan asli yang terjadi di bumi, bersumber dari dalm bumi yang

kemudian merambat ke permukaan.

Kedua definisi diatas memberikan beberapa hal pokok, yang pada dasarnya

bahwa didalam peristiwa gempa. Getaran terjadi dengan tiba-tiba; ada sumbernya;

Ada perambatan gelombang/getaran.

Poin terakhir, perambatan getaran tersebut yang menyebabkan terjadinya beban

berulang (siklik) pada tanah dan menyebabkan liquefaction di permukaan bumi.

Berdasarka hasil pengamatan gempa yang menyebabkan terjadinya liquefaction,

dapat dibuat suatu hubungan antara besaran gempa dengan jarak kritis suatu daerah

terhadap pusat pelepasan energy (epicentrum) yang dapat mengalami liquefaction.

Salah satu hubungan tersebut dibuat oleh U.S. Beraue of Reclamation dan

Ambraseys (1998).

2.2 Kerentanan Tanah akibat Liquefaction

Flow liquefaction dan mobilitas sikoik dapat menimbulkan kerusakan pada

wilayah tertentu yang berpotensi rentan terhadap liquefaction. Evaluasi akan

adanya bahaya akibat liquefaction berangkat dari 2 permasalahn diatas :


1. Apakah tanah rentang terhadap liquefaction?

2. Jika tanah rentang terhadap liquefaction, apakah liquefaction terjadi?

Jika pertanyaan (1) jawabannya adalah tidak, maka tidak perlu adanya studi

liquefaction karena liquefaction tidak terjadi. Jika jawabannya ya, pertanyaan (2)

harus diperhatikan. Sebaiknya kedua pertanyaan diatas dibalik, sehingga jika terjadi

kerusakan perlu dikaji lebih jauh kemungkina terjadinya liquefaction diwilayah

tersebut. Atau jika jawaban kedua pertamyaam diatas adalah ya, maka ada

persoalan, sehingga studi yang lebih komprehensif perlu dilakukan.

Tidak semua jenis tanah rentan terhadap liquefaction. Oleh sebab itu

langkah pertama untuk evaluasi bahaya akibat liquefaction adalah evaluasi

kerentanan tanah akibat liquefaction, sebagai contoh : Lempung, lanau, cadas, maka

bahaya liquefaction tidak terjadi dan tidak perlu studi lebih jauh tentang

liquefaction. Namun demikian jika tanah rentan terhadap liquefaction, studi tentang

liquefaction dan dampak bahayanya perlu diperhatikan. Ada beberapa kriteria

dimana kerentanan tanah akan bahay liquefaction dapat dipastikan, dan tentu saja

dibedakan antara flow liquefaction dan molitas siklik. Kriteria tersebut adalah :

kriteria historis dan geologis .

Kriteria Historis

Banyak informasi mengenai perilaku liquefaction diperoleh dari investigasi

lapangan mengenai gempa yang terjadi sebelumnya. Liquefaction akan kembali

terjadi pada lokasi yang sama ketika tanah dan permukaan air tanah tidak berubah.

Oleh sebab itu sejarah tentang gempa dan liquefaction sebelumnya dapat digunakan

untuk mengidentifikasi lokasi tertentu, atau loaksi yang lebih luas kemungkinan
terjadi liquefaction pada gempa yang akan terjadi di kemudian hari. Peta gempa

untuk identifikasi terjadinya liquefaction dapat dilihat pada link

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/.

Penelitian gempa masa lalu juga menunjukka bahwa hubungan antara

episentrum magnitude gempa dan pengaruhnya pada liquefaction sudah dilakukan

(Ambreseys 1998). Semakin besar magnitude gempa, jarak jangkaun terjadinya

liquefaction semakin besar. Namun demikian, hasil penelitian tersebut hanyalah

suatu pendekatan yang direkomendasikan.

Kriteria Geologis

Deposit tanah yang rentan terhadap liquefaction terbentuk pada rentan yang

relative kecil dari lingkungan geologis. Lingkungan deposit dan hidrologi dan juga

umur tanah semuanya memberikan konstribusi pada kerentanan tanah akibat

liquefaction. Proses geologi yang menghasilkan tanah berbutir seragam, dan dalam

keadaan lepas sangat riskan terhadp liquefaction. Oleh sebab itu deposit-deposit

alluvial, fluvial, dan collovial dalam keadaan jenuh rentan terhadap liquefaction.

Kerentanan deposit tanah deposit tua biasanya lebih tahan terhadap liquefaction

daripada deposit tanah baru.

Liquefaction akan terjadi pada deposit tanah dalam keadaan jenuh, maka

elavasi muka air tanah berpengaruh akan terjadinya liquefaction. Ketahanan tanah

terhadap liquefaction akan meningkat jika muka air tanah semakin rendah, atau

sebaliknya kerentanan tanah terhadap liquefaction akan menurun dengan

menurunnya permukaan air tanah. Pengaruh Liquefaction pada umumnya diamati


dilokasi dimana muka air tanah hanya beberapa meter dari muka tanah. Di lokasi

dimana muka air tanah berfluktuasi secara signifikan, bahaya liquefaction juga akan

mengalami fluktuasi. Deposit tanah yang dibuat oleh tanah juga harus diperhatikan

sebagai contoh deposit lepas dimana timbunan tidak dipadatkan dengan baik

biasaya rentan terhadap liquefaction. Sebaliknya jika timbunan dipadatkan dengan

baik, deposit tanah tersebut akan tahan terhadap liquefaction.

2.3 Liquefaction pada Tanah Pasir

Secara sederhana penyebab utama terjadinya liquefaction dapat dijelaskan

sebagai berikut. Jika lapisan tanah pasir jenuh mengalami getaran, maka massa

tanah tersebut akan cenderung memadat atau berkurangnya volume rongga.

Volume pori mengecil sedangkan tanah dalam keadaan jenuh, maka air tidak dapat

terdrainase, maka dengan sendirinya tekanan air pori menyamai tegangan total

didalam elemen tanah, maka tegangan efektifnya menjadi nol. Apabila tegangan

efektifnya nol, maka tegangan gesernya juga akan menjadi nol dan berperilaku

seperti cairan kental

𝜏𝑝𝑠𝑟 = (𝜎 − 𝑢)𝑡𝑎𝑛𝜑

Jika u (tekanan air pori) = 𝜎 (tegangan total)

Maka tegangan efektif : (𝜎 − 𝑢)= 0, dan 𝜎=0

Secara kuantitatif sudah diketahui bahwa penyebab terjadinya liquefaction

adalah peningkatan tekanan air pori berlebih (excess pore water pressure) akibat

tegangan bolak balik didalam getaran tanah akibat gempa. Tegangan bolak-balik

ini terjadi karena perambatan gelombang geser keatas yang berasal dari titik
pelepasan energy. Sehingga elemen tanah mengalami tegangan geser secara

berurutan seperti telihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.1. Riwayat tegangan terhadap waktu

Tegangan tersebut sesungguhnya yang terjadi adalah bersifat acak, akan

tetapi diidealiskan sehingga bersifat siklik atau bolak-balik. Akibat yang

dirimbulkan dari tegangan siklik tanah memadat dan volumenya mengecil, akan

tetapi peristiwa tersebut terjadi sangat cepat, air tidak sempat keluar dari pori-pori

tanah sehingga terjadi pengalihan tegangan tersebut kepada air pori yang

menyebabkan berkurangnya tegangan kontak antar partikel-partikel tanah. Jika

tegangan air pori tersebut mendekati tegangan total, maka elemen tanah akan

mengalami deformasi yang cukup besar tak terbatas sehinggga terjadi pengaliran

tanah pasir. Pada kondisi pasir lepas, peristiwa tersebut akan dengan cepat terjadi.

Peristiwan pencairan tanah pasir seperti yang dijelaskan diatas dapat terjadi

pda lapisan tanah pasir dengan kombinasi antaran kepadatan realtiv dengan

tegangan keliling tertentu. Jika kepadatan relative kecil dan tegangan keliling kecil,
maka peristiwa pencairan tanah akan dengan cepat terjadi. Zona pencairan tanah

dapat terjadidipermukaan atau dikedalaman tertentu tergantung pada kondisi

pelapisan tanah pasir dan tentu saja tingkat getaran akibat gempa. Namun demikian,

pencairan pada lapisan diatasnya.

2.4 Cara Sederhana untuk Evaluasi Liquefaction

Potensi pencairan tanah pasir akibat gempa pada suatu zona kedalaman tertentu,

pada dasarnya dapat ditentukan dari kombinasi sifat-sifat tanah, factor lingkungan

dan karakteristik gempa yang antara lain dapat disebutkan sebagai berikut;

Sifat-sifat tanah :

 Modulus geser dinamik

 Sifatr redaman

 Karakteristik butiran tanah pasir

 Kepadatan relative

Faktor Lingkungan :

 Cara pembetukan tanah

 Riwayat geologis

 Koefisien tekanan tanah lateral

 Kedalaman air tanah

 Tegangan keliling

Karakteristik Gempa

 Intensitas getaran

 Lama getaran
 Besar dana rah getaran

Beberapa factor diatas tidak dapat ditentukan secara langsung akan tetapi

pengaruhnya dapat dimasukkan kedalam prosedur evaluasi dengan melakukan uji

pembebanan triaksial siklik, atau dengan mengukur karakteristik tanah yang

diperlukan dengan pengujian langsung dilapangan. Dengan mengacu pada kondis

tersebut, maka cara atau prosedur untuk evaluasi liquefaction dapat mngikuti pola

perencanaan dimana gaya luar (load action) dan ketahanan (resistance). Dalam hal

ini gaya luar adalah tegangan siklik akibat gempa (CSR), sedangkan ketahannya

adalah tegangan siklik yang menyebabkan liquefaction (CRR).


BAB III

KESIMPULAN

1. Liquefaction terjadi karena peningkatan tekan air pori berlebih yang

mengakibatkan timbulkanya tegangan bolak balik didalam getaran tanah akibat

gempa.

2. Ternyata semua tanah tidak rentan terhadap liquefaction tetapi hanya tanah

pasir jenuh yang mengalami getaran yang membuat massa tanah tesebut akan

cenderung memadat dan membuat volume rongga berkurang.


REFERENSI

Dinamika tanah dan Liquefaction. (2016). Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.


Liquefaction, D. T. (2016). John Tri Hatmoko, 125-139.

Anda mungkin juga menyukai