Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

ESSAY :
LAND SUBSIDENCE v SETTLEMENT, HUBUNGAN BANJIR
DENGAN GEOLOGI, ISTILAH KEGEOLOGIAN

BIDANG STUDI :
GEOLOGI TEKNIK

OLEH :
AKBAR NURUL FIRDAUS
270110150029
KAMIS, 7 Desember 2017

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
2017
1. Perbedaan Land Subsidence dan Settlement (+ Contoh Studi Kasus)

Amblesan tanah/ penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan suatu


permasalahan geologi teknik yang sangat dipengaruhi oleh sifat fisik keteknikan lapisan
batuan/ tanah penyusunnya. Amblesan tanah dapat diakibatkan oleh bertambahnya beban atau
berkurangnya tekanan hidraulik pada lapisan tanah. Penambahan beban dapat terjadi akibat
beban bangunan diatasnya maupun beban tanah itu sendiri atau hilangnya bouyansitanah akibat
hilangnya air dalam ruang antar pori sehingga tekanan efektif menjadi bertambah. Sedangkan
berkurangnya tekanan hidraulik dapat diakibatkan oleh hilangnya air tanah akibat pemompaan.
Misalnya lapisan lempung bersifat terkonsolidasi normal dengan permeabilitas tinggi,
penambahan beban bagian atasnya dapat menyebabkan air dalam pori akan terperas keluar dan
menyebabkan terjadinya konsolidasi yang menerus dan menyebabkan terjadinya penurunan
permukaan tanah.
Berdasarkan Whittaker and Reddish, 1989 dalam Metasari 2010, secara umum faktor
penyebabnya antara lain ;
1. Penurunan tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh proses proses geologi
seperti siklus geologi, sedimentasi daerah cekungan dan sebagainya. Beberapa penyebab
terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi :
a. Siklus Geologi
Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses proses yang
terlihat dalam siklus geologi adalah : pelapukan (denuation), pengendapan (deposition),
dan pergerakan kerak bumi (crustal movement).
b. Sedimentasi Daerah Cekungan
Biasanya daerah Cekungan terdapat di daerah daerah tektonik lempeng terutama
di dekat perbatasan lempeng. Sedimen yang terkumpul di Cekungan semakin lama semakin
banyak dan menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian proses kompaksi
sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan tanah.
2. Penurunan tanah akibat pengambilan airtanah (groundwater extraction)
Pengambilan airtanah secara besar besaran yang melebihi kemampuan
pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu lapisan
akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori pori tanah sehingga
tekanan hidrostatis di bawah permukaan tanah berkurang sebesar hilangnya airtanah
tersebut. Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan akuifer.
3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement)
Tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat
menjadi pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri
seperti tanggul atau bendungan. Penambahan bangunan di atas permukaan tanah
dapat menyebabkan lapisan di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan
tersebut disebabkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau
udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah
yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya
penurunan permukaan tanah.

Contoh studi kasus oleh Bpk Irvan Sophian tentang Penurunan Muka Tanah : Kota
Semarang penurunan muka tanah yang terjadi di Semarang Utara sebagian besar sangat
dipengarihi oleh beban overburden, selain akibat lain yang mempengaruhi penurunan atau
amblesan akibat factor geologi lainnya, hal ini diperlihatkan dari perbandingan antara hasil
perhitungan sehingga persentase keterpengaruhan akibat beban overburden dapat diketahui
seperti Stasiun Poncol 92,9%, Stasiun Tawang 49,8% dan Tanah Mas beban overburden yang
berpengaruh sebesar 54,92% dari total penurunan yang terjadi. Berdasarkan hasil kajian
tersebut, bahaya yang berpotensi di daerah penelitian (Semarang) yang paling besar adalah
banjir pasang (rob), daerah berpotensi banjir umumnya terdapat pada daerah yang relative
rendah yaitu sekitar pantai utara, Pelabuhan Tanjung Mas, Stasiun Tawang, Tanah Mas, dan
sepanjang aliran sungai utama seperti Kali Garang dan Kali Semarang.

2. Apakah Banjir Efek Bencana Geologi?

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan (MSN Encarta Dictionary. Flood. Retrieved on 2006-12-28. Archived 2009-10-31).
Banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air
( Directive 2007/60/EC Chapter 1 Article2). Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat
berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air
seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari
sungai itu ( Glossary of Meteorology (June 2000). Flood. Retrieved on 2009-01-09).
Berdasarkan pengamatan, bahwa banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir
akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah
hujan, fisiografi,erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air
pasang. Banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan
perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS),
kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan
pengendali banjir, rusaknya hutan(vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir
yang tidak tepat.

Penyebab banjir secara geologi


Pengaruh Fisiografi atau morfografi sungai seperti pola pengaliran, fungsi dan
kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk
penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi
sungai dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai.
Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan banjir
di sungai. Menurut Rahim (2000), erosi tanah longsor (land-slide) dan erosi pinggir sungai
(stream bank erosion) memberikan sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-
sungai, bendungan dan akhirnya ke laut.
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan
berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi
karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat,
sedimentasi ini menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai.
Kapasitas drainasi yang tidak memadai. Sebagian besar kota-kota di Indonesia
mempunyai drainasi daerah genanga yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering
menjadi langganan banjir di musim hujan.
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi
aliran balik (backwater ). Fenomena genangan air pasang (Rob) juga rentan terjadi di daerah
pesisir sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.
3. Istilah Kegeologian

Magma: Materi (cairan) yang terbentuk di dalam mantel bumi (lempeng tektonik) berupa
material lumpur yang berpijar pada suhu sangat tinggi ( 1000), bersifat asam atau basa, dan
mempu menghasilkan gaya endogen yang besar.
Lava adalah magma yang keluar dari permukaan dan mengalir dipermukaan, bisa di darat, bisa
di dasar laut dan belum tercampur oleh materian lain di permukaan. Lava ini (cairan silikat)
bersuhu tinggi, bisa mencapai 1300C.
Lahar yaitu materi Erupsi gunung api yang berbentuk padat mulai dari ukuran debu vulkanik
sampai ukuran bongkah (Bomb) dan telah bercampur dengan air. Lahar keluar oleh letusan
yang sifatnya explosif.

Wedhus gembel atau awan panas ialah aliran suspensi dari batu, kerikil, pasir, dan abu
vulkanik yang keluar bersamaan dengan gas vulkanis. Aliran ini disebut sebagai awan panas,
dikarenakan pasir, abu dan kerikil yang saling bergerak dengan gas vulkanik, membentuk
gulungan yang terlihat seperti awan yang jatuh. Awan panas mengandung gas vulkanik, oleh
karena itu awan panas memiliki suhu yang sangat panas. Temperatur hawa panas dapat
mencapai 100 hingga 1000 derajat celcius. Sedangkan wedhus gembel sendiri adalah istilah
yang diberikan oleh masyarakat khususnya yang berada di daerah Merapi, asal usul penamaan
wedhus gembel (Kambing/domba arti dari Bahasa sekitar itu sendiri dikarenakan bentuk dari
awan panas itu menyerupai bulu domba yang lebat yang sedang menuruni lereng gunung.

Letusan gunung api terbagi menjadi letusan efusif dan letusan eksplosif. Perbedaan erupsi ini
berdasarkan perbedaan tekanan dan viskositas magma. Erupsi efusif merupakan peristiwa
keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava yang terjadi karena tekanan gas magmatic yang
tidak cukup kuat dan memiliki viskositas tinggi (kental). Erupsi ini juga terjadi karena letak
dapur magma yang dangkal, wolume gas yang kecil, dan juga magma yang bersifat basa,
sehingga hanya menjadi lelehan yang tumpah mengalir ke lereng-lereng puncak gunung api.
Sedangkan jika suatu magma memiliki tekanan yang cukup besar dan biasanya letak dapur
magma yang dalam, kemudian terdapat volume gas yang besar dan juga sifat dari magmanya
asam dengan viskositas rendah akan menimbulkan letusan / ledakan yang disebut sebagai
erupsi eksplosif.
KRB atau kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang memiliki resiko tinggi terhadap
ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis, geologis dan demografis maupun
karena ulah manusia. Adapun istilah mitigasi bencana yaitu serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui perhitungan fisik maupun penyadaran terhadap
masyarakat dan peningkatan kesigapan kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman
bencana. Langkah awal dari mitigasi bencana bias berupa kajian resiko bencana terhadap
daerah tersebut mengenai bahaya, kerentanan dan kapasitas suatu wilayah yang berdasarkan
pada kondisi fisik wilayah tersebut.

Vulkanik bomb adalah material piroklastik semi molten (kental) yang memiliki ukuran butir
lebih dari 64 mm dan umumnya berbentuk bundar, dikeluarkan dari ventilasi vulkanikdan
terbentuk saat letusan. Vulkanik bomb umumnya dihasilkan oleh gunung api dengan tipe
strombolian dan vulcanian eruption.

Referensi

J McPhie. M Doyle. R Allen. (1993). Volcanic Textures : A Guide to The Interpretation of


Texture In Volcanic Rocks. Centre for Ore Deposit and Exploration Studies : University
of Tasmania
Marsudi (2001). Prediksi Laju Amblesan Tanah di dataran Aluvial Semarang, Propinsi Jawa
Tengah. Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung.
O'Connor, Jim E. and John E. Costa. (2004). The World's Largest Floods, Past and Present:
Their Causes and Magnitudes [Circular 1254]. Washington, D.C.: U.S. Department of
the Interior, U.S. Geological Survei.
Powell, W. Gabe. (2009). Identifying Land Use/Land Cover (LULC) Using National
Agriculture Imagery Program (NAIP) Data as a Hydrologic Model Input for Local
Flood Plain Management. Applied Research Project. Texas State University San
Marcos.
Sophian Irvan R (2010). Penurunan Muka Tanah Di Kota-Kota Besar Pesisir Pantai Utara Jawa
(Studi Kasus : Kota Semarang). Bulletin of Scientific Contribution, Volume 8, No.1,
April 2010: 4 1-60.

Anda mungkin juga menyukai