TERJADINYA SETTLEMENT
Disusun Oleh
Nama : Moch Taufiq Wijaya
Semester : IV
NPM : 16.03.1.1.0007
Jika lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami renggangan atau
penurunan (settlement). Renggangan yang terjadi dalam tanah ini disebabkan oleh
berubahnya susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga/ pori air dalam tanah
tersebut, jumlah dari renggangan sepanjang kedalaman lapisan merupakan
penurunan total tanah. Penurunan akibat beban adalah jumlah total dari penurunan
segera dan penurunan konsoloidasi.
Penurunan yang terjadi pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus
kering atau tidak jenuh terjadi dengan segera sesudah beban bekerja. Penurunan
pada kondisi ini disebut penurunan segera (immediate settlement). Penurunan
segera merupakan bentuk penurunan elastic. Dalam praktek, sangat sulit
memperkirakan besarnya penurunan segera. Hal ini tidak hanya karena tanah dalam
besarnya penurunan segera. Hal ini tidak hanya karena tanah dalam kondisi alam
tidak homogen dan anisotropic dengan modulus elastitas yang bertambah dengan
kedalaman, tetapi juga terdapat kesulitan dalam mengevaluasi kondisi tegangan dan
renggangan yang terjadi dilapisan tanah. Penurunan segera banyak diperhatikan
pada fondasi bangunan yang terletak pada tanah granuler atau tanah berbutir kasar.
Fase awal, yaitu fase di mana penurunan terjadi dengan segera sesudah
beban bekerja. Di sini, penurunan terjadi akibat proses penenkanan udara keluar
dari dalam pori tanah. Pada lempung jenuh , kemungkinan ini sangat kecil. Tetapi
pada lempung tidak jenuh, hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan.
Proporsi penurunan awal dapat diberikan dalam perubahan angka pori, dan dapat
diberikan dalam perubahan angka pori, dan dapat ditentukan dari kurva waktu
terhadap penurunan dari uji konsolidasi.
Fase konsolidasi primer atau konsolidasi hidrodinamis, yaitu penurunan yang
mempengaruhi oleh kecepatan air yang meninggalkan rongga pori tanah akibat
adanya tambahan tekanan. Proses konsolidasi primer sangat dipengaruhi oleh sifat
tanah, seperti: permeabilitas, kompresibilitas, angka poro, bentuk geometri tanah
termasuk tebal lapisan mampat, pengembangan arah horizontal darizona mampat,
dan batas lapisan lolos air, di mana air keluar menuju lapisan yang lolos air ini.
S = Si + Sc + Ss
Dengan:
S = Penurunan total
Si = Penurunan segera
Tahap Penurunan
Tahap I: Pemampatan awal (initial compression) akibat pembebanan awal. Ini
disebut juga tahap pra-konsolidasi
Tahap II: Pemampatan yang disertai keluarnya air dan udara dari massa tanah.
Ini disebut juga tahap konsolidasi primer
Tahap III: Pemampatan setelah air dan udara pada pori telah keluar.
Pemampatan pada proses ini terjadi akibat relokasi butiran yang
bersifat plastis pada tanah. Ini dísebut juga tahap konsolidasi
sekunder.
Fenomena settlement akibat beban statik
Settlement atau deformasi volume tanah, dapat disebabkan oleh beban statik
dan beban dinamik. Dalam buku teks pada umumnya, penurunan tanah
akibat beban statik dibagi menjadi 3 fase:
Pada tanah jenuh, segera setelah proses pembebanan, material tanah akan
terkompresi mengakibatkan terjadinya immediate settlement . Bagian ini
seringkali diformulasikan dengan pendekatan elastik (meskipun tanah bukan
material elastik).
Untuk tanah lempung, saat tanah dibebani maka tegangan air pori tanah akan
naik, namun seiring berjalannya waktu tegangan air pori ini akan turun secara
gradual. Penurunan tegangan air pori akan dibarengi keluarnya air dari kerangka
solid tanah, menyebabkan pengurangan volume tanah. Proses ini bisa
berlangsung bulanan atau tahunan tergantung karakter tanah dan dikenal
sebagai consolidation settlement .
Untuk tanah pasir, akibat permeabilitasnya yang tinggi, maka proses
konsolidasi akan berlangsung segera, dan tidak akan menimbulkan masalah.
Terakhir, tanah juga akan mengalami reorganisasi/kompresi (deformasi) akibat
pembebanan statik dalam jangka waktu panjang. Fenomena ini dikenal
dengan creep, yang diklasifikasikan sebagai secondary settlement
Fenomena settlement akibat beban dinamik
Beban dinamik juga berpotensi mengakibatkan settlement, khususnya pada
tanah pasir lepas. Akibat beban dinamik, pasir mengalami kondisi short term,
sedemikian sehingga tegangan air pori naik. Namun tidak seperti pada kasus
statik, dimana proses penurunan terjadi secara gradual dalam jangka waktu
panjang, tegangan air pori ini akan turun secara segera akibat tingginya
permeabilitas pasir.
Proses keluarnya air secara cepat inilah yang dapat menyebabkan tanah
kehilangan tegangan efektifnya, sehingga menyebabkan tanah menjadi likuid.
Keluarnya air pada pembebanan dinamik ini akan terlihat dengan jelas, ambil
contoh gempa di Jogja pada tahun 2006 silam atau Christchurch pada tahun
2011 yang lalu di New Zealand. Beberapa foto gempa di Christchurch dapat
dilihat pada gambar dibawah ini. Cat: Air pada foto-foto tersebut bukan
disebabkan hujan !!
Akibat proses settlement ini sangat fatal, bangunan bisa terjungkal (tilt) atau
bahkan terbenam bila proses settlement-nya uniform. Fenomena yang
menyebabkan settlementpada pembebanan dinamik ini juga dikenal dengan
nama likuifaksi.
Sebaliknya pada tanah lempung, beban dinamik ini tidak akan menyebabkan
problem likuifaksi, alasannya tentu saja karena permeabilitas lempung yang
rendah.