Anda di halaman 1dari 14

BAB V

UJI KONSOLIDASI
5.1

Tujuan Percobaan
Tujuan konsolidasi adalah menentukan sifat kemampatan tanah dan

karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas tanah,


dengan memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan mengukur
perubahan volume (atau perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu.
a. Sifat kemampatan tanah dinyatakan dengan koefisien kemampatan
volume (mv) atau dengan indeks kompresi (Cc).
b. Karakteristik konsolidasi dinyatakan oleh

koefisien

(Cv)

yang

menggambarkan kecepatan kompresi tanah terhadap waktu.

5.2

Teori Dasar Percobaan


Suatu beban statis pada tanah pasir akan memampatkan pasir secara

cepat, sedangkan beban statis akan bekerja pada tanah lempung menyebabkan
penurunan sangat lambat. Ada dua penyebab utama mengenai lambatnya waktu
penurunan dari tanah lempung yaitu:
1. Kelambatan Hidrodinamik
2.
Kelambatan kekentalan
Meskipun lapisan lempung mempunyai sedikit sifat kompresi elastis
berupa sedikit perubahan volume pada partikel-partikel tanah dan air, secara
pasti bagian yang lebih besar dari penurunan harus terjadi karena diperas
keluarnya air dari rongga pori. Beban statis menghasilkan suatu gradien tekanan
dalam air pori dan menyebabkan aliran menuju permukaan drainase. Akan tetapi,
aliran ini lambat karena adanya permeabilitas dari tanah lempung. Sehingga laju
penurunan merupakan fungsi dari permeabilitas. Kelambatan waktu penurunan
ini disebut sebagai kelambatan hidrodinamik.
Agar partikel-partikel lempung bergerak saling mendekat bersama-sama
akibat suatu beban statis, maka air lapis ganda yang tersesun mengelilingi
partikel-partikel lempung harus mengalami deformasi. Deformasi ini bisa
disebabkan oleh beban-beban yang dapat cenderung memaksa keluarnya air
lapis ganda dan /atau oleh beban-beban geser yang menyebabkan suatu
deformasi geser dalam air yang mengelilingi partikel tersebut. Kelambatan waktu
yang berkaitan dengan perlawanan kekentalan disebut kelambatan kekentalan.
Kompresi pada lapisan-lapisan lempung jenuh akibat suatu beban statis
disebut konsolidasi, dan teori-teori mengenai konsolidasi yang berkaitan dengan

kelambatan hidrodinamik maupun kelambatan kekentalan terdapat pada literatur


mekanika tanah. Metode mengenai estimasi dari konsolidasi lempung yang biasa
digunakan pada saat ini adalah didasarkan pada teori konsolidasi satu dimensi
yang diajukan oleh Terzaghi ( 1925 ), yang hanya mengenal kelambatan
hidrodinamik yang bertanggung jawab kepada kelambatan waktu penurunan.
Dengan alasan ini maka teori tersebut harus digunakan dengan sangat hati-hati
dan mengikuti prosedur-prosedur standar yang telah diuji selama bertahuntahun. Meskipun teori Terzaghi tidak mempertimbangkan kelambatan kekentalan,
pada saat teori itu disajikan telah merupakan suatu perbaikan yang cepat pada
prosedur-prosedur

guna

mengestimasi

konsolidasi

lempung

dan

dapat

dipandang sebagai pelapor dari banyak teori-teori yang istimewa dalam


mekanika tanah pada saat ini (Bowles, 1984).
Uji konsolidasi dilakukan pada tanah lempung atau lanau jenuh dengan
interpretasi berdasarkan teori Terzaghi. Pengujian secara khusus untuk tanah
ekspansif dan tanah organik tidak termasuk dalam lingkup pengujian ini.
Beberapa defenisi yang berkaitan dengan percobaan ini antara lain:
a.
Konsolidasi
adalah proses dimana tanah mengalami kompresi akibat beban dalam
suatu periode waktu tertentu, dimana kompresi berlangsung akibat pengaliran air
keluar dari pori-pori tanah.
b.
Tekanan air pori ekses
adalah tekanan air pori tanah akibat pemberian beban seketika. Dengan
mengalirnya air dari pori-pori tanah, tekanan air pori ekses ini akan menurun
secara berangsur-angsur, peristiwa ini disebut dengan didipasi tekanan air pori.
Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat beban di atasnya, maka
tanah di dibawah beban yang bekerja tersebut akan mengalami kenaikan
tegangan, ekses dari kenaikan tegangan ini adalah terjadinya penurunan elevasi
tanah dasar (settlement). Pembebanan ini mengakibatkan adanya deformasi
partikel tanah, relokasi partikel tanah, dan keluarnya air pori dari tanah yang
disertai berkurangnya volume tanah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tanah.
Pada umumnya tanah, dalam bidang geoteknik, dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu tanah berbutir dan tanah kohesif. Pada tanah berbutir (pasir/sand), air pori
dapat mengalir keluar struktur tanah dengan mudah, karena tanah berbutir

memiliki permeabilitas yang tinggi. Sedangkan pada tanah kohesif (clay), air pori
memerlukan waktu yang lama untuk mengalir keluar seluruhnya. Hal ini
disebabkan karena tanah kohesif memiliki permeabilitas yang rendah.
Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap, yaitu :
1.

Immediate Settlement (penurunan seketika)


Diakibatkan dari deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air,

tanpa adanya perubahan kadar air. Umumnya, penurunan ini diturunkan dari
teori elastisitas. Immediate settlement ini biasanya terjadi selama proses
konstruksi berlangsung. Parameter tanah yang dibutuhkan untuk perhitungan
adalah undrained modulus dengan uji coba tanah yang diperlukan seperti SPT,
Sondir (dutch cone penetration test), dan Pressuremeter test.
2.
Primary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi primer)
yaitu penurunan yang disebabkan perubahan volume tanah selama
periode keluarnya air pori dari tanah. Pada penurunan ini, tegangan air pori
secara kontinyu berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari
keluarnya air pori. Penurunan konsolidasi ini umumnya terjadi pada lapisan tanah
kohesif (clay / lempung)
Pada tanah lempung jenuh air, penambahan total tegangan akan
diteruskan ke air pori dan butiran tanah. Hal ini berarti penambahan tegangan
total () akan terbagi ke tegangan efektif dan tegangan air pori. Dari prinsip
tegangan efektif, dapat diambil korelasi :
= + u
Dimana :
= penambahan tegangan efektif
u = penambahan tegangan air pori
Karena lempung mempunyai daya rembes yang sangat rendah dan air
adalah tidak termampatkan (incompressible) dibandingkan butiran tanah, maka
pada saat t = 0, seluruh penambahan tegangan, , akan dipikul oleh air (u =
) pada seluruh kedalaman lapisan tanah. Penambahan tegangan tersebut
tidak dipikul oleh butiran tanah ( = 0).Sesaat setelah pemberian penambahan
tegangan, , pada lapisan lempung, air dalam pori mulai tertekan dan akan
mengalir keluar. Dengan proses ini, tekanan air pori pada tiap-tiap kedalaman
pada lapisan lempung akan berkurang secara perlahan-lahan, dan tegangan

yang dipikul oleh butiran tanah keseluruhan (tegangan efektif / ) akan


bertambah. Jadi pada saat 0 < t <
= + u

( > 0 dan u < )

Tetapi, besarnya dan u pada setiap kedalaman tidak sama,


tergantung pada jarak minimum yang harus ditempuh air pori untuk mengalir
keluar lapisan pasir yang berada di bawah atau di atas lapisan lempung.
Pada saat t = , seluruh kelebihan air pori sudah hilang dari lapisan
lempung, jadi u = 0. Pada saar ini tegangan total, , akan dipikul seluruhnya
oleh butiran tanah seluruhnya (tegangan efektif, ). Jadi = .
Berikut adalah variasi tegangan total, tegangan air pori, dan tegangan
efektif pada suatu lapisan lempung dimana air dapat mengalir keluar struktur
tanah akibat penambahan tegangan, , yang ditunjukan gambar dibawah.
Proses terdisipasinya air pori secara perlahan, sebagai akibat pembebanan yang
disertai dengan pemindahan kelebihan tegangan air pori ke tegangan efektif,
akan menyebabkan terjadinya penurunan yang merupakan fungsi dari waktu
(time-dependent settlement) pada lapisan lempung. Suatu tanah di lapangan
pada kedalaman tertentu telah mengalami tegangan efektif maksimum akibat
beban tanah diatasnya (maximum effective overburden pressure) dalam sejarah
geologisnya.

Tegangan

ini

mungkin

sama,

atau

lebih

kecil

dari

tegangan overburden pada saat pengambilan sample.


Berkurangnya tegangan di lapangan tersebut bisa diakibatkan oleh beban
hidup. Pada saat diambil, contoh tanah tersebut terlepas dari tegangan
overburden yang telah membebani selama ini. Sebagai akibatnya, tanah tersebut
akang mengalami pengembangan. Pada saat dilakukan uji konsolidasi pada
tanah tersebut, suatu pemampatan yang kecil (perubahan angka pori yang kecil)
akan terjadi bila beban total yang diberikan pada saat percobaan adalah lebih
kecil dari tegangan efektifoverburden maksimum (maximum effective overburden
pressure) yang pernah dialami sebelumnya.
3. Secondary

Consolidation

Settlement

(penurunan

konsolidasi

sekunder)
adalah penurunan setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih
disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat plastis
dari butir-butir tanah.

Pada akhir konsolidasi primer (setelah tegangan air pori U = 0),


penurunan pada tanah masih tetap terjadi sebagai akibat dari penyesuaian
plastis butiran tanah. Tahapan konsolidasi ini dinamakan konsolidasi sekunder.
Variasi angka pori dan waktu untuk penambahan beban akan sama.
Penurunan yang diakibatkan konsolidasi sekunder sangat penting untuk
semua jenis tanag organic dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat
(compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu terkonsolidasi, indeks
pemampatan sekunder sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
c.

Derajat konsolidasi
adalah rasio antara tekanan air pori yang menurun setelah beberapa

waktu berdisipasi terhadap tekanan air pori ekses mula-mula selama proses
konsolidasi. Disebut juga sebagai persentase disipasi tekanan air pori.
d.
Derajat konsolidasi rata-rata
adalah rata-rata derajat konsolidasi sepanjang ketinggian contoh tanah.
Dapat dibuktikan bahwa derajat konsolidasi rata-rata sama dengan rasio
pemampatan tanah pada saat tertentu terhadap pemampatan final dari contoh
tanah.
e.
Kompresi awal
adalah pemampatan yang terjadi seketika setelah beban diberikan
kepada contoh tanah, sebelum proses disipasi berlangsung.
f.
Konsolidasi primer
adalah bagian dai kompresi tanah akibat pengaliran air hingga seluruh
proses disipasi selesai.
g.
Konsolidasi sekunder
adalah pemampatan tanah yang berlangsung setelah konsolidasi
selsesai.
h.
Koefisien konsolidasi (Cv)
adalah parameter yang menghubungkan perubahan tekanan air pori
ekses terhadap waktu.

5.3

Manfaat
Hasil uji konsolidasi ini dapat digunakan untuk menghitung penurunan

tanah akibat proses konsolidasi dan secara tidak langsung dapat digunakan
untuk menentukan permeabilitas tanah, dengan rumus:
k = mv x pw x Cv
dimana:
k
= permeabilitas tanah
mv
= massa pori (gr)
pw
= massa jenis air (1 gr/cm2)

Cv

5.4

= Koefisien konsolidasi

Keterbatasan
Uji ini hanya untuk konsolidasi 1 dimensi (arah verrikal saja).

5.5

Peralatan

a.

Alat konsolidasi terdiri dari 2 bagian, yaitu alat pembebanan dan alat

b.
c.
d.
e.
f.
g.

konsolidasi
Arloji ukur
Peralatan untuk meletakkan contoh tanah ke dalam ring konsolidas
Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr dan 0,1 gr
Oven
Stopwatch
Penggaris (Scale)

5.6

Ketentuan

a.

Untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan kadar air, contoh tanah harus
secepatnya diuji. Contoh tanah tidak boleh dipasang dan dibiarkan terlalu
lama sebelum beban pertama diberikan.
Selama percobaan sel konsolidasi harus tetap penuh air. Pada beberapa

b.

macam tanah tertentu ada kemungkinan pada pembebanan pertama


akan terjadi pengembangan (swelling) setelah sel konsolidasi diisi dengan
air. Bila hal ini terjadi, segeralah pasang beban kedua dan baca arloji
penurunan seperti prosedur. Jika pada pembebanan kedua masih terjadi
pengembangan maka beban ketiga harus dipasang, demikian seterusnya
sampai tidak terjadi pengembangan.

5.7

Prosedur Percobaan
1.

Ukur tinggi dan diameter dan berat (dengan ketelitian 0,1


gram) ring konsolidasi.

2. Ambil contoh tanah dengan diameter yang sama dengan diameter ring, di
sini dipakai diameter 6,5 cm dan tinggi 2 cm.
3. Masukkan contoh tanah tadi ke dalam ring dengan hati-hati, lapisan atas
harus terletak di bagian atas.
4. Contoh tanah dan ring ditimbang.
5. Tempatkan batu pori pada bagian atas dan bawah ring sehingga contoh
tanah yang sudah dilapisi kertas pori terapit oleh kedua batu pori.
Kemudian masukkan dalam sel konsolidasi.
6. Pasang pelat penumpu di atas batu pori.

7. Letakkan sel konsolidasi yang sudah berisi contoh tanah pada alat
konsolidasi, bagian yang runcing dari pelat penumpu tepat menyentuh
alat pembebanan.
8. Aturlah kedudukan arloji pengukur penurunan, kemudian dibaca dan
dicatat.
9. Pasanglah beban pertama sehingga tekanan pada contoh tanah
mencapai besar 0,25 kg/cm2. Lakukan pembacaan pada detik ke 6, 15,
30, dan pada menit ke 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 90, 120, 180, 330, 420, 1140
setelah beban dipasang. Sesudah pembacaan 1 menit sel konsolidasi
diisi air.
10.

Setelah beban bekerja 24 jam pembacaan arloji yang terakhir


dicatat. Pasang beban kedua sebesar beban pertama sehingga tekanan
menjadi 2 kali semula. Kemudian baca dan catat arloji seperti pada butir
9.

16.

Selama pengujian, lakukan minimal 2 x pengukuran z3, lakukan di akhir


penambahan beban.

17.

Setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkan contoh tanah dan ring dari
sel konsolidasi. Berdasarkan air yang menempel pada permukaan
contoh, kemudian timbang.

18.

Keringkan contoh tanah, hitunglah kadarnya.

5.8

Data Percobaan

Setelah melakukan kegiatan praktikum uji konsolidasi pada sample tanah,


didapatkan data-data sebagai berikut:
Tabel 5.8.1
Data Hasil Pengamatan

time
0
0,25
1
2,25
4
6,25
9
16

t 1/2
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
4

0,5
0
3
6
8
9,7
10,7
11,6
13,3

1
0
52
55
59
60
62
63
64

2
0
81
83,1
84,8
85,9
87
87,8
88,9

4
0
142
147
149,2
151
152
153
154,5

8
0
209
212,5
214,3
216,1
217,8
219
221

20,25
25
43
68
93
130
190
304

4,5
5
6,6
8,2
9,6
11,4
13,8
17,4

14
14,5
16
17
18
20
23
23

65,1
66
66,7
67
67

89,4
89,8
90,7
91,2
91,5
91,9
92,3
92,9

155
155,5
156,5
158
158,8
159
160
160,9

221,8
222,2
224
225
226
227
229
229,5

Sumber : Praktikum Geomek Tahun 2014

Tinggi = 2 cm

Z1 = 5,59 cm = 55,9 mm

Diameter = 5 cm

Z2 = 5,59 2,87 = 2,72 cm = 27,2 mm

Luas = x r2 = 3,14 x 2,52= 19,625 cm2

5.9

Perhitungan
Contoh perhitungan Beban 0,5 kg
1. Pembacaan Dial x 0,01
= 23 x 0,01 = 0,23 mm
2. Perubahan Dial x 0,01
= (23-3) x 0,01 = 0,2 mm
3. Z3 = 0,08 cm = 0,8 mm
4. 2H = z1 z2 + z3 = 55,9 - 27,2 + 0,8 = 29,5 mm
5. 2H dari perubahan Dial
= 29,5 0,2 = 29,3 mm
6. 2Ho = Ms / SGs x w x A = 35,75 / 2,76 x 1 x 19,26 = 0,66 = 6,6
7. Void ratio
= e = (29,3 6,6) / 6,6 = 3,44
8. T90 = 8,5 (menit)
T50 = 9
9. Koefisien konsolidasi
Cv = 0,848 x 12 / T90 (detik) = 0,848 x12 / 8,5 x 60 =1,66 x 10-3
Cv = 0,197 x 12 / T50 (detik) = 0,197 x 12 / 9 x 60 = 3,64 x 10-4

Beban 0,5 kg
0
-5
-10
-15
-20
-25
0

10

15

20

Beban 1 kg
0
-10
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
0

10

14

16

18

Beban 2 kg
-74
-76
-78
-80
-82
-84
-86
-88
-90
-92
-94
0

10

12

20

Beban 8 kg
Beban 8 kg
-195
-200
-205
-210
-215
-220
-225
-230
-235

10

12

14

16

18

20

Beban 4 kg
Beban 4 kg
-130
-135

10

12

14

16

18

20

-140
-145
-150
-155
-160
-165

5.10

Hasil Perhitungan

Tabel 5.10.1
Data Hasil Perhitungan

Beba
n
(kg)
0,5

Pembacaa
n Dial
x 0,01 mm
0,23

Perubahab
Dial
X 0,01 mm
0,2

Z3
(mm)

2H
(mm)

2H0
x 10

Void Ratio
e

29,5

2H dari
Perubahan Dial
(mm)
29,3

0,8

0,67

0,44

0,929

1,609

Fitting Time
(sec)
t90
t50
8,5
9

6,6

3,44

30,7

30,26

6,6

3,58

9,7

0,259

31,7

31,441

6,6

3,7

5,8

0,68

3,3

32

31,32

6,6

3,74

7,5

3,8

Koefesien
Konsolidasi
Cv
Cv
0,0016
0,00036
6
0,0014 0,000109
5
0,0015 0,000566
7
0,0018 0,000864
8

5.10

2,295

0,686

3,5

32,2

31,514

6,6

3,77

8,1

8,5

0,0017
4

0,000386

Pembahasan
Langkah pertama dari praktikum uji konsolidasi ini yaitu menyiapkan sample. Sample yang di uji merupakan pasir yang

dipadatkan. Setelah itu sample dimasukkan kedalam alat uji konsolidasi. Kemudian diberi pembebanan yang berbeda-beda, mulai
dari 0,5 kg hingga 8 kg dan dilakukan pembacaan dial gauge setiap waktu yang telah ditentukan hingga pembebanan terhadap
sample berada di posisi konstan.

Sumber : Praktikum Geomek tahun 2014

Foto 5.1
Pemadatan Pasir

Sumber : Praktikum Geomek tahun 2014

Foto 5.2
Pasir yang telah padat di masukan kedalam ring

Sumber : Praktikum Geomek tahun 2014

Foto 5.3
Mesin Konsolidasi mulai memberi pembebanan

5.11

Analisa
Dari uji konsolidasi ini didapatkan beberapa variabel diantaranya massa

tanah basah, massa tanah kering perubahan dial gauge, void ratio dan besar cv.
Pengujian ini dapat digunakan untuk menghitung penurunan tanah akibat
terjadinya proses konsolidasi dan untuk menentukan permeabilitas tanah.
Namun pada praktikum kali ini menggunakan pasir yang dipadatkan. Hal ini
dikarenakan tanah yang jenuh oleh air memerlukan waktu pengujian konsolidasi
yang cukup lama sehingga objek penelitian diganti dengan menggunakan pasir

yang dipadatkan, sehingga waktu pengujian dengan menggunakan pasir tidak


selama kita melakukan pengujian dengan menggunakan objek tanah. Selama
percobaan, sample harus dalam keadaan tetap diberi air yang penuh. Karena
pada beberapa macam tanah tertentu pada pembebanan pertama akan terjadi
pengembangan (swelling) setelah sel konsolidasi diisi dengan air. Maka dari itu
bila hal ini terjadi, praktikan harus sesegera memasang beban yang kedua dan
baca arloji penurunan seperti prosedur. apabila pada pembebanan yang kedua
masih terjadi pengembangan maka beban ketiga harus dipasang, dan demikian
seterusnya sampai tidak terjadi pengembangan atau posisi pembacaan dial
gauge telah konstan.

5.11

Kesimpulan
Dapat kita ambil kesimpulan dari uji konsolidasi yang telah di lakukan,

yaitu: data koefisien konsolidasi tiap beban yaitu : beban 0,5 kg memiliki cv 1,66
x 10-3 dan 3,64 x 10-4, lalu beban 1 kg memiliki koefisien konsolidasi cv 1,45 x10-3
dan 1,09 x 10-3, lalu beban 2 kg memiliki koefisien konsolidasi cv 1,57 x 10-3 dan
0,56 x 10-3, lalu pada pembebanan 4 kg memililki koefisien konsolidasi 1,88 x10-3
dan 0,864 x 10-3 , dan pada pembebanan 8 kg memililki koefisien konsolidasi
1,74 x 10-3 dan 0,38 x10-3.

DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Tambang, Staff Assisten. 2012. Diktat Praktikum Geomekanika.
Bandung : Universitas Islam Bandung
http://www.scribd.com/doc/30259483/Meknanika-Tanah
http://tinniedon2-mekanikatanah.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai