Anda di halaman 1dari 52

TUGAS MEKTAN II

JURNAL
1. KONSOLIDASI
2. PENURUNAN TANAH
3. TEGANGAN EFEKTIF

NAMA : ARDY SATRIA


NRP : 112018177

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan 2,3
Universitas Mercu Buana

MODUL 2,3 (MEKANIKA TANAH II)


Konsolidasi pada Tanah

1. Pengertian Konsolidasi

Bila lapisan tanah jenuh berpermeabilitas rendah dibebani, maka tekanan air pori
di dalam lapisan tersebut segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada lapisan
tanah, berakibat air mengalir ke lapisan tanah dengan tekanan air pori yang lebih
rendah, yang diikuti penurunan tanahnya. Karena permeabilitas yang rendah ini butuh
waktu.
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah
jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran scbagian air pori.
Dengan kata lain, pengertian konsolidasi adalah proses terperasnya air tanah akibat
bekerjanya beban, yang terjadi sebagai fungsi waktu karena kecilnya permeabilitas
tanah. Proses ini berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan
oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Kasus yang paling sederhana
adalah konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada.
Proses konsolidasi dapat diamati dengan pemasangan piezimeter, untuk mencatat
perubahan tekanan air pori dengan waktunya. Besarnya penurunan dapat diukur dengan
berpedoman pada titik referensi ketinggian pada tempat tertentu.

Proses pemuaian (.swelling), kebalikan dari konsolidasi, adalah bertambahnya


volume tanah secara perlahan-lahan akibat tekanan air pori berlebih negatif

Contoh-contoh kasus keretakan struktur akibat penurunan konsolidasi


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Settlement cracks that have developed in the masonry near the the Stout physics
department offices in Jarvis Hall

Same crack line but on the opposite side of the wall. The crack goes right into the
floor tiling.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
2. Proses Konsolidasi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi (one dimensional consolidation)
dapat digambarkan dengan cara analisis seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Silinder berpiston yang berlubang dan dihubungkan dengan pegas, diisi air sampai
memenuhi silinder. Pegas dianggap bebas dari tegangan-tegangan dan tidak ada
gesekan antara dinding silinder dengan tepi piston. Pegas melukiskan tanah yang
mampat, sedangkan air dalam piston melukiskan air pori, dan lubang pada
pistonmelukiskan kemampuan tanah dalam meloloskan air atau permeabilitas tanahnya.
Gambar 1.a melukiskan kondisi di mana system dalam keseimbangan. Kondisi ini identik
dengan lapisan tanah yang dalam keseiimbangan dengan tekanan overburden. Alat
pengukur tekanan yang dihubungkan denga silinder memperlihatkan tekanan hidrostatis
uo, pada lokasi tertentu di dalam tanah.
Dalam gambar 1.b.tekanan ∆σ dikerjakan di atas piston dengan posisi katup V
tertutup. Namun akibat tekanan ini, piston tetap tidak bergerak, karena air tidak dapat
keluar dari tabung, sedangkan air tidak dapat mampat. Pada kondisi ini, tekanan yang
bekerja pada air tidak dapat dipindahkan ke pegas , tapi sepenuhnya didukung oleh air.
Pengukur tekanan air dalam silinder menunjukkan kenaikan tekanan sebesar ∆u = ∆σ,
atau pembacaan tekanan sebesar uo + ∆σ. Kenaikan tekanan air pori ∆u tersebut
disebut kelebihan tekanan air pori ( excess pore water pressure). Kondisi pada
kedudukan katup V tertutup ini melukiskan kondisi tak terdrainasi (undrained di dalam
tanah).
Dalam gambar 1.c. katup telah dibuka, sehingga air dapat keluar lewat lubang
piston dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh luas lubang. Keluarnya air
menyebabkan piston bergerak ke bawah , sehingga pegas secara berangsur-angsur
mendukung beban akibat ∆σ. Pada setiap kenaikan tegangan yang didukung oleh
pegas, kelebihan tekanan air pori ∆u di dalam silinder berkurang. Kedudukan ini
melukiskan tanah sedang berkonsolidasi.
Akhirnya pada suatu saat, tekanan air pori nol dan seluruh tekanan ∆σ didukung
oleh pegas dan piston tidak turun lagi. Kedudukan ini melukiskan tanah telah dalam
kondisis terdrainasi (drained) dan konsolidasi telah berakhir.
Pada sembarang waktunya, tekanan yang terjadi pada pegas identik dengan
kondisi tegangan efektif dalam tanah. Sedangkan air dalam silinder identik dengan
tekanan air pori. Kenaikan tegangan ∆σ akibat beban yang diterapkan, identik dengan
tambahan tegangan normal yang bekerja. Gerakan piston menggambarkan perubahan
volume tanah, di mana gerakan ini dipengaruhi oleh kompresibilitas pegas, yaitu
ekuivalen dengan kompresibilitas tanah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Walaupun model piston pegas ini agak kasar, tapi cukup menggambarkan apa
yang terjadi bila tanah kohesif jenuh dibebani di laboratorium maupun di lapangan.

Gambar 1. Analogi Konsolidasi

Sebagai contoh nyata kejadian konsolidasi di lapangan dapat dilihat pada gambar
berikut. Di sini diperlihatkan suatu fondasi yang dibangun di atas tanah lempung jenuh
yang diapit oleh lapisan tanah pasir dengan tinggi muka air tanah di batas lapisan
lempung sebelah atas. Segera setelah pembebanan, lapisan lempung mengalami
kenaikan tegangan sebesar ∆σ. Air pori di dalam lapisan lempung ini dianggap dapat
mengalir dengan baik ke lapisan pasir dan arah aliran air hanya ke atas dan ke bawah
saja. Dianggap pula bahwa besarnya tambahan tegangan ∆σ sama di sembarang
kedalaman lapisan lempung.
Jalannya konsolidasi dapat diamati lewat pipa-pipa piezometer yang dipasang
di sepanjang kedalaman tanah lempung , sedemikian hingga tinggi air dalam pipa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
piezometer menyatakan kelebihan tekanan air pori (excess pore water pressure) di
lokasi pipa dipasang.

Gambar 2. Reaksi tekanan air pori terhadap beban fondasi


a)Fondasi pada tanah lempung jenuh
b)Diagram perubahan tekanan air pori terhadap waktu

Akibat tambahan tekanan ∆σ, yaitu segera setelah beban bekerja, tinggiair
dalam pipa piezometer naik setinggi h = ∆σ/γw (atau terdapat kenaikan tekanan air pori
sebesar ∆σ = h γw yang dinyatakan oleh garis DE. Garis DE ini menyatakan distribusi
kelebihan air pori awal. Dalam waktu tertentu, tekanan air pori pada lapisan yang lebih
dekat berkurang, sedangkan tekanan air pori lapisan lempung di bagian tengah masih
tetap. Kedudukan ini ditunjukkan oleh kurva K1. Dalam tahapan waktu sesudahnya,
ketinggian air dalam pipa ditunjukkan dalam kurva K2. Setelah waktu yang lama, tinggi
air dalam pipa piezometer mempunyai kedudukan yang sama dengan kedudukan muka
air tanah awal saat sebelum pembebanan (garis AC). Kedudukan garis AC ini

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
menunjukkan proses konsolidasi telah selesai, yaitu ketika kelebihan tekanan air pori
(∆u) telah nol.
Pada awalnya, tiap kenaikan beban didukung sepenuhnya oleh tekanan air
pori (∆u) yang besarnya sama dengan ∆σ. Dalam kondisi demikian tidak ada perubahan
tegangan efektif di dalam tanah. Setelah air pori sedikit demi sedikit keluar dari roangga
pori tanah lempung, secara berangsur-angsurtanah mampat, dan beban perlahan-lahan
ditransfer ke butiran tanah, sehinga tegangan efektif bertambah. Akhirnya kelebihan
tekanan air pori menjadi nol. Pada kondisi ini, tekanan air pori sama dengan tekanan
hidrostatis yang diakibatkan oleh air tanahnya.

Contoh hasil sondir untuk tanah yang berpotensi mengalami penurunan konsolidasi

3. Lempung Normally Consolidated dan Over Consolidated

Istilah normally consolidated dan over consolidated digunakan untuk


menggambarkan suatu sifat penting pada dari tanah lempung. Lapisan tanah lempung
biasanya terjadi dari proses pengendapan. Selama proses pengendapan, lempung
mengalami proses konsolidasi atau penurunan, akibat tekanan tanah yang berada di

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
atasnya. Lapisan-lapisan tanah yang berada di atas ini suatu ketika mungkin kemudian
hilang akibat proses alam. Hal ini berarti tanah lapisan bagian bawah pada suatu saat
dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat dari tekanan yang lebih
besar dari sekarang. Tanah semacam ini disebut tanah overconsolidated (OC) atau
terkonsolidasi berlebihan. Kondisi lain , bila tegangan efektif yang bekerja pada suatu
titik di dalam tanahpada waktu sekarang merupakan tegangan maksimumnya (atau
tanah tidak pernah mengalami tekanan yang lebih besar dari tekanan pada waktu
sekarang), maka lempung disebut pada kondisi normally consolidated (NC) atau
terkonsolidasi normal.
Jadi, lempung pada kondisi normally consolidated, bila tekanan prakonsolidasi
(preconsolidation pressure) atau tekanan prakonsolidasi sama dengan tekanan
overburden efektif. Sedang lempung pada kondisi overconsolidated, jika tekanan
prakonsolidasi lebih besar dari tekanan overburden efektif yang ada pada waktu
sekarang. Nilai banding overconsolidation (overconsolidation ratio, OCR) didefinisikan
sebagai nilai banding tekanan prakonsolidasi terhadap tegangan efektif yang ada, atau
bila dinyatakan dalam persamaan

OCR = overconsolidation ratio =

c
o'
Dimana :
σp' = preconsolidation pressure
σo ' = effektive overburden pressure

Menurut riwayat pembebanannya tanah dibedakan atas:


- Normally consolidated OCR= 1
- Over consolidated OCR> 1
- Under consolidated OCR< 1

Tanah dikatakan dalam kondisi underconsolidated jika tanah tersebut sedang mengalami
konsolidasi, tidak stabil. Tanah dalam proses pembentukan (baru diendapkan) dan
belum sampai pada kondisi setimbang. Tanah dalam kondisi overconsolidated terjadi
akibat :
– perubahan tegangan total yang terjadi karena erosi, penggalian, melelehnya
lapisan salju yang menutupi.
– perubahan tekanan pori karena penguapan oleh pohon-pohon, pemompaan air
tanah dalam, pengaliran air tanah ke lorong saluran, dan pengeringan lapisan
permukaan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
4. Pengujian Konsolidasi

Tujuan uji konsolidasi adalah :


Untuk menstimulasi kompresi dari tanah akibat bekerjanya beban sehingga diperoleh
karakteristik kompresi (compression charasterstic) dari tanah yang akan dihitung untuk
menghitung penurunan.

Uji konsolidasi satu-dimensi dengan kekangan lateral dilakukan di laboratorium terhadap


contoh tanah berbutir halus. Beban diberikan dengan waktu tertentu sesuai prosedur,
dan kompresi yang terjadi diakibatkan oleh keluamya air pori.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam uji konsolidasi


b) Tes konsolidasi dilakukan terhadap contoh tak-terganggu
c) Sampel yang dipilih merupakan sampel yang mewakili pada kedalaman dan
lapisan tertentu.
d) Pembebanan dilakukan sesuai prosedur, biasanya kenaikan beban berjalan sesuai
dengan deret ukur, yaitu 25, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 (kadang-kadang sampai
3200) kPa, atau 5, 10, 20, 40, 80, 160........ dst. kPa.

Karakteristik suatu tanah selama terjadi konsolidasi satu dimensi atau pemuaian
ditentukan dengan menggunakan uji oedometer. Gambar 3 memperlihatkan penampang
melintang sebuah oedometer. Contoh tanah berbentuk suatu piringan ditahan di dalam
sebuah cincin logam dan diletakkan di antara dua lapisan batu berpori (porous stone).
Lapisan batu berpori sebelah atas, yang dapat bergerak di dalam cincin dengan suatu
jarak bebas yang kecil, dipasang di bawah tutup pembebanan (loading cap) dari logam di
mana tekanan bekerja terhadap contoh tanah. Seluruh rakitan-tersebut diletakkan di
dalam sel terbuka yang berisi air, di mana air pori pada contoh tanah mendapat jalan
masuk yang bebas. Cincin yang menahan / membatasi contoh tanah dapat dijepit
(diklem pada badan sel) atau mengapung ( bebas bergerak secara vertikal) cincin bagian
dalam harus memiliki permukaan yang limit untuk memperkecil gesekan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Gambar 3.Oedometer

Kompresi contoh tanah akibat tekanan diukur dengan menggunakan arloji pengukur (dial
gauge) pada tutup pembebanan.

Tekanan awal akan tergantung pada jenis tanah, kemudian serangkaian tekanan
dikenakan pada contoh tanah, di mana setiap tekanan besarnya dua kali besar tekanan
sebelumnya. Biasanya setiap tekanan diperlihatkan selama 24 jam (untuk kasus khusus
dibutuhkan waktu 48 jam), pembacaan kompresi dilakukan dalam selang waktu tertentu
selama periode ini. Pada akhir periode penambahan ini dimana tekanan air pori
berlebihan telah terdisipasi secara sempuma, besarnya tekanan yang bekerja sama
dengan tegangan vertikal efektif pada contoh tanah. Hasil-hasil tersebut diperlihatkan
dengan memplot tebal (prosentase. perubahan tebal) contoh tanah atau angka pori pada
akhir setiap periode penambahan tekanan tersebut terhadap tegangan efektif yang
sesuai. Tegangan efektif tersebut dapat diplot dalam skala biasa maupun skala
logaritmis.

Angka pada akhir setiap periode penambahan tekanan dapat dihitung dari pembacaan
arloji pengukur dan begitu pula halnya dengan kadar air (water content) atau berat kering
(dry weight) dari contoh tanah pada akhir pengujian.

4.1. Parameter Tes Konsolidasi

Beberapa parameter yang diperoleh dari hasil tes konsolidasi, yaitu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
b) Tekanan Pra – Konsolidasi (Preconsolidation Pressure)

Tekanan Pra-konsolidasi menunjukkan besamya tekanan vertikal maksimum yang


pemah terjadi di masa lampau terhadap tanah tersebut. σp'

b) Kompresi Asli (Virgin Compression)

Dari kurva hasil tes konsolidasi kompresi asli merupakan bagian kurva dengan tekanan
melebihi tekanan Pra-konsolidasi, bentuk kurvanya mendekati linier. Dari bagian kurva
ini dapat dihitung Indeks Kompresi (Compression Index) Cc., yang merupakan
kemiringan dari bagian kurva ini.

c) Rekompresi dan Pengembangan (Recompression and Swell)

Bagian rekompresi dari kurva konsolidasi menunjukkan tingkah laku tanah jika
mengalami tambahan beban kembali setelah sebelumnya mengalami penurunan
tegangan, sedangkan jika tanah mengalami penurunan tegangan, tidak seluruhnya
volume tanah kembali semula (lihat gambar 9.3), dari bagian kurva ini dapat dihitung
Indeks pengembangan (Swellitig Index) dan Index rekompresi (Recompression Index).

- Swelling Index (Cs.) merupakan kemiringan kurva pada saat mengalami penurunan
tegangan.
- Recompression Index (Cr) merupakan kemiringan kurva pada saat mengalami
kenaikan tegangan kembali (reloading) setelah mengalami penurunan tegangan.

d) Koefisien Konsolidasi (Cv)

Koefisien konsolidasi menunjukkan kecepatan pengaliran air pori selama konsolidasi,


secara empiris dapat ditentukan dengan 2 cara, sebagai berikut
- Metoda Logaritma Waktu (Casagrande)
- Metoda Akar Waktu (Taylor)

e) Kompresi Sekunder

Berdasarkan teori Terzaghi penurunan terjadi akibat pengaliran air-pori karena pengaruh
tekanan dimana kecepatan penurunan tergantung pada permeabilitas tanah, tetapi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
percobaan menunjukkan bahwa kompresi terus berlanjut meskipun air-pori yang
mengalir telah mencapai nol dan berjalan secara lambat pada tekanan efektif yang
konstan. Hal ini terjadi karena proses penyusunan kembali partikel tanah untuk
membentuk susunan yang lebih stabil (lihat gambar 2.4).

Gambar 4. Kurva penurunan - log waktu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Gambar 5. Hubungan antara angka pori - tegangan efektif

4.2. Penentuan Tekanan Pra-Konsolidasi

Tanah mempunyai memori atas beban yang pernah dialaminya. Tegangan maksimum
yang pernah dialami tanah disebut tekanan prakonsolidasi (preconsolidation pressure)
σp’.

Casagrande mengusulkan suatu prosedur empiris dari kurva e - log a' untuk
mendapatkan nilai σp'.
Gambar 6. memperlihatkan suatu kurva e - log σ' untuk contoh lempung yang
terkonsolidasi berlebihan (pada awalnya).

Perhitungan tekanan prakonsolidasi terdiri dari beberapa tahap berikut ini.


1. Tarik garis sesuai dengan bagian garis yang lurus (BC) dari kurva
2. Tentukan titik D sampai ke lengkungan maksimum pada bagian rekompresi (AB)
dari kurva.
3. Gambarkan garis singgung terhadap kurva pada D dan bagilah sudut antara garis
singgung tersebut menjadi dua dengan garis horisontal melalui D.
4. Garis vertikal yang melalui perpotongan garis-garis dan CB memberikan nilai
pendekatan untuk tekanan prakonsolidasi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Pada prosedur ini sedapat mungkin tekanan prakonsolidasi tersebut tidak dilewati.
Kompresi tidak akan besar bila tegangan vertikal efektif tetap di bawah σp'. Bila dilewati
maka kompresi akan besar.

Selain metode casagrande, ada juga cara lain yang dipakai untuk menentukan tekanan
prakonsolidasi yaitu menggunakan kurva e - log σ' di lapangan (gambar 7).
Akibat efek pengambilan contoh tanah pada uji oedometer yang sedikit terganggu
menghasilkan penurunan kemiringan garis kompresi asli, sehingga kemiringan garis
kompresi asli dari tanah di lapangan akan sedikit lebih besar daripada kemiringan garis
tersebut yang didapat dari uji laboratorium. Tidak ada kesalahan yang berarti dalam
mengambil angka pori di lapangan dan angka pori (e.) pada awal uji laboratorium.
Schmertman membuktikan bahwa garis asli laboratorium dapat berpotongan dengan
garis asli di lapangan pada angka pori sebesar 0.42 kali angka pori awal. Garis asli di
lapangan dapat diambil sebagai garis EF, dimana koordinat E adalah log σ' (= Log σp'.)
dan eo. F adalah titik pada garis asli laboratorium pada angka pori 0,42 eo.

Gambar 6. Penentuan tekanan prakonsolidasi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Gambar 7. Kurva e - log σ' di lapangan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Teori Penurunan
– Konsolidasi
2. 4      TEORI PENURUNAN

Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat


beban di atasnya, maka tanah di dibawah beban yang
bekerja tersebut akan mengalami kenaikan tegangan,
ekses dari kenaikan tegangan ini adalah terjadinya
penurunan elevasi tanah dasar (settlement).
Pembebanan ini mengakibatkan adanya deformasi
partikel tanah, relokasi partikel tanah, dan keluarnya
air pori dari tanah yang disertai berkurangnya volume
tanah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tanah.

Pada umumnya tanah, dalam bidang geoteknik, dibagi


menjadi 2 jenis, yaitu tanah berbutir dan tanah kohesif.
Pada tanah berbutir (pasir/sand), air pori dapat
mengalir keluar struktur tanah dengan mudah, karena
tanah berbutir memiliki permeabilitas yang tinggi.
Sedangkan pada tanah kohesif (clay), air pori
memerlukan waktu yang lama untuk mengalir keluar
seluruhnya. Hal ini disebabkan karena tanah kohesif
memiliki permeabilitas yang rendah.

Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan


menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Immediate Settlement (penurunan
seketika), diakibatkan dari deformasi elastis tanah
kering, basah, dan jenuh air, tanpa adanya
perubahan kadar air. Umumnya, penurunan ini
diturunkan dari teori elastisitas. Immediate
settlement ini biasanya terjadi selama proses
konstruksi berlangsung. Parameter tanah yang
dibutuhkan untuk perhitungan adalah undrained
modulus dengan uji coba tanah yang diperlukan
seperti SPT, Sondir (dutch cone penetration test),
dan Pressuremeter test.
2. Primary Consolidation Settlement
(penurunan konsolidasi primer), yaitu
penurunan yang disebabkan perubahan volume
tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah.
Pada penurunan ini, tegangan air pori secara
kontinyu berpindah ke dalam tegangan efektif
sebagai akibat dari keluarnya air pori. Penurunan
konsolidasi ini umumnya terjadi pada lapisan tanah
kohesif (clay / lempung)
3. Secondary Consolidation Settlement
(penurunan konsolidasi sekunder),adalah
penurunan setelah tekanan air pori hilang
seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses
pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat
plastis dari butir-butir tanah.

2.2.1    Immediate Settlement – Penurunan


Seketika

Penurunan seketika / penurunan elastic terjadi dalam


kondisi undrained (tidak ada perubahan volume).
Penurunan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat
saat dibebani secara cepat. Besarnya penurunan elastic
ini tergantung dari besarnya modulus elastisitas
kekakuan tanah dan beban timbunan diatas tanah.
Dimana :

Sc = Immediate settlement

Δσ = Beban timbunan (kN/m2)

Es = Modulus elastisitas tanah

μs = Poisson’s Ratio

B = Lebar / diameter timbunan (m)

Ip = non-dimensional influence factor

Schleicher (1926) mendefinisikan factor Ip ini sebagai :

Dimana m1 = L/B
(panjang/lebar beban yang bekerja)
2.2.2    Primary Consolidation – Konsolidasi
Primer

Pada tanah lempung jenuh air, penambahan total


tegangan akan diteruskan ke air pori dan butiran tanah.
Hal ini berarti penambahan tegangan total (Δσ) akan
terbagi ke tegangan efektif dan tegangan air pori. Dari
prinsip tegangan efektif, dapat diambil korelasi :

Δσ = Δσ’ + Δu

Dimana :

Δσ’  =   penambahan tegangan efektif

Δu   =   penambahan tegangan air pori

Karena lempung mempunyai daya rembes yang sangat


rendah dan air adalah tidak termampatkan
(incompressible) dibandingkan butiran tanah, maka
pada saat t = 0, seluruh penambahan tegangan, Δσ,
akan dipikul oleh air (Δu = Δσ) pada seluruh kedalaman
lapisan tanah.

penurunan yang merupakan fungsi dari waktu (time-


dependent settlement) pada lapisan lempung. Suatu
tanah di lapangan pada kedalaman tertentu telah
mengalami tegangan efektif maksimum akibat beban
tanah diatasnya (maximum effective overburden
pressure) dalam sejarah geologisnya. Tegangan ini
mungkin sama, atau lebih kecil dari
tegangan overburden pada saat pengambilan sample..
Dengan proses ini, tekanan air pori pada tiap-tiap
kedalaman pada lapisan lempung akan berkurang
secara perlahan-lahan, dan tegangan yang dipikul oleh
butiran tanah keseluruhan (tegangan efektif / Δσ’) akan
bertambah. Jadi pada saat 0 < t < ∞

Δσ = Δσ’+ Δu                   (Δσ’ > 0 dan Δu < Δσ)

Tetapi, besarnya Δσ’ dan Δu pada setiap kedalaman


tidak sama, tergantung pada jarak minimum yang harus
ditempuh air pori untuk mengalir keluar lapisan pasir
yang berada di bawah atau di atas lapisan lempung.

Pada saat t = ∞, seluruh kelebihan air pori sudah hilang


dari lapisan lempung, jadi Δu = 0. Pada saar ini
tegangan total, Δσ, akan dipikul seluruhnya oleh
butiran tanah seluruhnya (tegangan efektif, Δσ’). Jadi
Δσ = Δσ’.

Berikut adalah variasi tegangan total, tegangan air pori,


dan tegangan efektif pada suatu lapisan lempung
dimana air dapat mengalir keluar struktur tanah akibat
penambahan tegangan, Δσ, yang ditunjukan gambar
dibawah.
Proses terdisipasinya air pori secara perlahan, sebagai
akibat pembebanan yang disertai dengan pemindahan
kelebihan tegangan air pori ke tegangan efektif, akan
menyebabkan terjadinya penurunan yang merupakan
fungsi dari waktu (time-dependent settlement) pada
lapisan lempung. Suatu tanah di lapangan pada
kedalaman tertentu telah mengalami tegangan efektif
maksimum akibat beban tanah diatasnya (maximum
effective overburden pressure) dalam sejarah
geologisnya. Tegangan ini mungkin sama, atau lebih
kecil dari tegangan overburden pada saat
pengambilan sample.

Berkurangnya tegangan di lapangan tersebut bisa


diakibatkan oleh beban hidup. Pada saat diambil,
contoh tanah tersebut terlepas dari tegangan
overburden yang telah membebani selama ini. Sebagai
akibatnya, tanah tersebut akang mengalami
pengembangan. Pada saat dilakukan uji konsolidasi
pada tanah tersebut, suatu pemampatan yang kecil
(perubahan angka pori yang kecil) akan terjadi bila
beban total yang diberikan pada saat percobaan adalah
lebih kecil dari tegangan efektif overburden maksimum
(maximum effective overburden pressure) yang pernah
dialami sebelumnya.

Apabila beban total yang dialami pada saar percobaan


lebih besar dari maximum effective overburden
pressure, maka perubahan angka pori yang terjadi akan
lebih besar. Ada 3 definisi dasar yang didasarkan pada
riwayat geologis dan sejarah tegangan pada tanah, yaitu
:
1. Normally consolidated (Terkonsolidasi secara
normal), dimana tegangan efektif overburden saat
ini merupakan tegangan maksimum yang pernah
dialami oleh tanah selama dia ada.
2. Overconsolidated, dimana tegangan
efektif overburden saat ini lebih kecil daripada
tegangan yang pernah dialami oleh tanag tersebut.
Tegangan efektif overburden maksimum yang
pernah dialami sebelumnya dinamakan tegangan
prakonsolidasi. (preconsolidation pressure / PC).
3. Underconsolidated, dimana tegangan
efektif overburden saat ini belum mencapai
maksimum, sehingga peristiwa konsolidasi masih
berlangsung pada saat sample tanah diambil.

Ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan dalam


penurunan konsolidasi ini, yaitu :
1. Besarnya penurunan yang terjadi.
2. Kecepatan penurunan terjadi.

2.2.3    Secondary Consolidation – Konsolidasi


Sekunder
Pada akhir konsolidasi primer (setelah tegangan air
pori U = 0), penurunan pada tanah masih tetap terjadi
sebagai akibat dari penyesuaian plastis butiran tanah.
Tahapan konsolidasi ini dinamakan konsolidasi
sekunder. Variasi angka pori dan waktu untuk
penambahan beban akan sama seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut.

Besarnya konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan


rumus :

dimana :

Ca =   Indeks pemampatan sekunder

Δe   =   Perubahan angka pori

t      =   Waktu


ep =   angka pori pada akhir konsolidasi primer

H    =   tebal lapisan lempung, m

Penurunan yang diakibatkan konsolidasi sekunder


sangat penting untuk semua jenis tanag organic dan
tanah anorganik yang sangat mampu mampat
(compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu
terkonsolidasi, indeks pemampatan sekunder sangat
kecil sehingga dapat diabaikan.
Tegangan efektif tanah
Tanah yang mengalami tekanan mengakibatkan angka pori berkurang dan
merubah sifat-sifat mekanik tanah yang lain, seperti menambah tahanan
geser.Tanah yang berada dalam air akan dipengaruhi oleh gaya hidrostatis. Berat
tanah yang terendam disebut berat tanah efektif, dan tegangan yang terjadi
disebut tegangan efektif. Tegangan efektif merupakan tegangan yang
mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.
Penurunan muka air tanah akan menyebabkan kenaikan tegangan efektif pada
tanah, dan apabila besamya tegangan efektif melampaui tegangan yang diterima
tanah sebelumnya maka tanah akan mengalami konsolidasi dan kompaksi yang
mengakibatkan amblesan tanah pada daerah konsolidasi normal.
Tanah yang mengalami tekanan mengakibatkan angka pori berkurang dan
merubah sifat-sifat mekanik tanah yang lain, seperti menambah tahanan
geser.Tanah yang berada dalam air akan dipengaruhi oleh gaya hidrostatis. Berat
tanah yang terendam disebut berat tanah efektif, dan tegangan yang terjadi
disebut tegangan efektif. Tegangan efektif merupakan tegangan yang
mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.
Penurunan muka air tanah akan menyebabkan kenaikan tegangan efektif pada
tanah, dan apabila besamya tegangan efektif melampaui tegangan yang diterima
tanah sebelumnya maka tanah akan mengalami konsolidasi dan kompaksi yang
mengakibatkan amblesan tanah pada daerah konsolidasi normal.
Kekuatan geser suatu masa tanah merupakan perlawanan internal tanah
tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang
geser dalam tanah tersebut. Pengetahuan tentang kekuatan geser tanah dan sifat-
sifat fisik tanah lainnya akan sangat membantu dalam merencanakan suatu
konstruksi yang sesuai dengan kondisi tanahnya, aman, dan ekonomis.
Tegangan geser hanya dapat ditahan oleh butiran-butiran tanah, yaitu oleh
gaya-gaya yang berkembang pada bidang singgung antar butiran.  Tegangan
normal yang bekerja, ditahan oleh tanah melalui penambahan gaya antar
butirannya. Jika tanah dalam keadaan jenuh sempurna, air yang mengisi ruang
pori dapat juga menahan tegangan normal, dengan akibatnya akan terjadi
kenaikan tekanan air pori. Pada tanah granuler, seperti tanah pasir dan kerikil,
secara fisik tegangan efektif kadang-kadang disebut tegangan intergranuler. Luas
bidang kontak antar butiran sangat kecil, dimana untuk butiran bulat kontak antar
butirnya berupa sebuah titik.
Prinsip tegangan efektif menurut Terzaghi hanya berlaku pada tanah yang jenuh
sempurna, yaitu :
1.      Tegangan normal total (σ) pada suatu bidang di dalam massa tanah, yaitu
tegangan akibat berat tanah total termasuk air dalam ruang pori, per satuan luas
yang arahnya tegak lurus.
2.      Tekanan pori (u), disebut juga dengan tekanan netral yang bekerja kesegala arah
sama besar, yaitu tekanan air yang mengisi rongga di dalam butiran padat.
3.      Tegangan normal efektif (σ’) pada suatu bidang di dalam massa tanah ,yaitu
tegangan yang dihasilkan dari beban berat butiran tanah per satuan luas
bidangnya.
Tegangan yang bekerja pada tanah dapat dibagi menjadi:

 Tegangan Total (de: Totale Spannung) → σ [kN/m²]


 Tegangan Efektif (de: effektive- / wirksame Spannung) → σ’ [kN/m²]
 Tegangan Netral / Tekanan Air (de: Neutrale Spannung /
Wasserdruck, eng: water pressure) → u [kN/m²]
Hubungan dari ketiganya adalah :
     
      σ =  σ’+ u                                                                              
 σ= γ.h , dan
 u = γw.h 
dimana:
 γ = Berat Jenis tanah [kN/m³]
 γw = Berat Jenis air [kN/m³]
 h = tebal lapisan [m] 
sehingga:
         σ’=σ-u
         σ’= (γ.h) - (γw.h)
         σ’= (γr-γw).h 
         dimana γr adalah Berat Jenis Tanah Jenuh (eng: saturated,
de: wassergesätigt)
Tegangan normal efektif atau tegangan vertical efektif diartikan sebagai
jumlah komponen arah normal (P’) di dalam luasan A, di bagi luasan A, atau
Jika titik singgung dianggap terletak diantara butiran, tekanan air pori akan
bekerja pada bidang di seluruh luasan A. Persamaan keseimbangan dalam arah
normal bidang, adalah :
P= ∑P’+uA                                                                                         

Persamaan ini sama dengan,


σ =  σ’+
u                                                                                                        
atau tegangan efektif :
σ’=σ-u                                                                                                

Tekanan pori air bekerja ke segala arah sama besar dan akan bekerja pada
seluruh bidang permukaan butiran, tapi dianggap tidak mengubah volume butiran.
Kesalahan anggapan bidang kontak atau bidang singing antar butiran, sangat
kecil, sehingga dapat diabaikan.
Pada butiran mineral lempung, mungkin tidak terjadi kontak langsung,
akibat partikel lempung yang terselubung oleh lapisan air serapan (adsorbed
water).  Karena tegangan netral hanya dapat bekerja pada rongga pori, maka
untuk memperoleh tegangan netral u harus dikalikan dengan luas rongga (A - Ac),
atau
P =∑P’ + (A-
Ac) u                                                                                         

Dengan A adalah luasan kotor total dan Ac adalah luas kontak antar butiran. Bila
persamaan (4.7) dibagi dengan luas kotor A untuk memperoleh persamaan
tegangan efektif yang disarankan oleh skempton (1960) :

            Tegangan vertical total (σv), yaitu tegangan normal pada bidang horizontal
pada kedalaman z sama dengan berat seluruh material (padat + air) per satuan luas
:

            σ v = γ sat z                                                                                                      

dengan z adalah kedalaman yang ditinjau dan gsat adalah berat volume tenah jenuh.
Tekanan air pori pada sebarang kedalaman akan berupa takanan hidrostatis,
karena ruang pori diantara butiran saling berhubungan. Karena itu, pada
kedalaman z, tekanan air pori (u) adalah :

u = γ w z                                                                                                           
menurut persamaan (4.1), tegangan vertical efektif (sv’) pada kedalaman z adalah

            σ v’ =
σ v – u                                                                                                     
          

      =  z γ sat – z γ w

      = (  γ sat - γ w) z =    γ’z                                                                               

Dengan g’ adalah berat volume apung tanah ( berat volume efektif atau berat
volume tanah terendam).

TEGANGAN EFEKTIF PADA TANAH TAK JENUH

            Bila tanah tidak jenuh sempurna, maka rongga-rongga tanah akan terisi
oleh air dan udara,tekanan air pori (uw) harus selalu lebih kecil daripada tegangan
yang terjadi dalam udara (ua), akibat tarikan permukaan. Karena tanah tidak jenuh,
pori udara akan membentuk saluran yang sambung- menyambung melalui ruang
diantara butiran, sedang pori air akan terkonsentrasi pada daerah sekitrar kontak
antar partikel. Bishop (1955) memberikan persamaan hubungan tegangan total (σ)
dan tegangan efektif (σ’) untuk tanah tak jenuh sebagai berikut :

            σ = σ’+ ua- X (ua-uw)                                                                        

dengan X adalah parameter yang ditentukan secara eksperimental, yang


mempunyai hubungan secara langsung dengan derajat kejenuhan tanah. Sedang
uw adalah tekanan air di dalam ruang pori dan ua adalah tekanan udara dalam pori.
Untuk tanah jenuh S=1 dan X=1. Untuk tanah kering sempurna S=0 dan X=0
persamaan (4.15) akan sama dengan persamaan (4.1) bila S=1.

 PENGARUH GAYA REMBESAN PADA TEGANGAN EFEKTIF

           Jika air mengalir dengan gradien hidrolik tertentu di dalam tanah,maka
pengaruh perbeadan tingi tekanan akan menimbulkan gaya pada butiran tanah.
Arah gaya rembesan ini searah dengan aliran.

Tegangan total :
            σ = h1 γw + γ sat z

Tekanan air pori :

            U = z γw + (h1+∆h) γw

Tegangan efektif :

            σ' = σ-u

            σ’ = h1 γw + γ sat z - z γw – ((h1+∆h) γw

atau

                        σ’= z γ’ - ∆h)γw

Tegangan efektif yang mengakibatkan keruntuhan pada bangunan


sipil

Bangunan yang terletak di daerah tanah lunak akan mengalami penurunan


(settlement) jika tanah di area bangunan tersebut mengalami penambahan
tegangan efektif. Perbedaan intensitas beban yang bekerja pada masing-masing
titik fondasi akan mengakibatkan terjadinya differential settlement. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menginvestigasi stabilitas bangunan existing yang mengalami
differential settlement dengan mengambil studi kasus Bangunan Pabrik Tepung
yang terletak di Semarang, Jawa Tengah.Data penurunan yang diperoleh dari basil
monitoring di lapangan digunakan untuk mengestimasi penurunan yang terjadi
sampai selesainya proses konsolidasi.

Hasil perhitungan ini digunakan sebagai input untuk menentukan


konstanta pegas dari masingmasing titik fondasi. Dengan menggunakan konstanta
pegas tersebut, struktur dianalisis dengan program static FEM untuk mengetahui
pola keruntuhan struktur selama terjadi differential settlement. Pola keruntuhan ini
akan bermanfaat untuk menentukan bagaimana untuk memperkuat struktur
tersebut sehingga terhindar dari keruntuhan total. Pada studi kasus ini perkuatan
akan dilakukan dengan infill wall yang dikombinasikan dengan external
prestressing.
Konsep Tegangan Efektif (tanah)
            Dalam suatu tanah dengan volume tertentu, butiran pori tersebut
berhubungan satu sama lain hingga merupakan suatu saluran seperti kemampuan
memampat dari tanah, daya dukung pondasi, kestabilan timbunan, dan tekanan
tanah horisontal pada konstruksi dinding penahan tanah.

2.5.1 Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa Rembesan


            Tegangan total pada titik A dapat dihitung dari berat volume tanah jenuh
air dan berat volume air diatasnya.
             = H γw  + (HA – H) γsat
Dimana:
             = tegangan total pada titik A.
            γw  = berat volume air.
            γsat = berat volume tanah jenuh air.
            H = tinggi muka air diukur dari permukaan tanah didalam tabung.
            HA = jarak antara titik A dan muka air.

2.5.2 Pada Tanah Jenuh Air  dengan Rembesan


            Tegangan efektif pada suatu titik di dalam massa tanah akan mengalami
perubahan di karenakan oleh adanya rembesan air yang melaluinya. Tegangan
efektif ini akan bertambah besar atau kecil tergantung pada arah dari rembesan.
1)      Rembesan air keatas.
            Gambar 5.3a menunjukkan suatu lapisan tanah berbutir didalam silinder
dimana terdapat rembesan air ke atas yang disebabkan oleh adanya penambahan
air melalui saluran pada dasar silinder. Kecepatan penambahan air dibuat tetap.
Kehilangan tekanan yang disebabkan oleh rembesan keatas antara titik A dan B
adalah h. Perlu diingat bahwa tegangan total pada suatu titik didalam massa tanah
adalah disebabkan oleh berat air dan tanah diatas titik bersangkutan.
            Pada titik A.
                        Tegangan total: A = H1 γw
                        Tegangan air pori: uA = H1 γw
                        Tegangan efektif:  A' = A - uA = 0
            Pada titik B.
                        Tegangan total: B = H1 γw + H2γsat
                        Tekanan air pori: uB= (H1 + H2 + h )γw
                        Tegangan efektif: B' = H2γ' - h γw
            Dengan cara yang sama , tegangan efektif pada titik C yang terletak pada
kedalaman z dibawah permukaan tanah dapat dihitung sebagai berikut:
            Pada titik C.
                        Tegangan total: C = H1 γw + zγsat
                        Tekanan air pori: uC =  γw
                        Tegangan efektif: C' = zγ' - z
2)      Rembesan Air Kebawah.
            Gradien hidrolik yang disebabkan oleh rembesan air kebawah adalah sama
denganh/H2. Tegangan total, tekanan air pori, dan tegangan efektif pada
titik C adalah:
            C        = H1 γw + zγsat
                uC           = (H1 + z  –  iz  )γw

            C'      = (H1 γw + zγsat ) – (H1 + z  –  iz )γw


                        = zγ' - iz γw

2.5.3 Gaya Rembesan


            Pada sub-bab terdahulu telah diterangkan bahwa rembesan dapat
mengakibatkan penambahan atau pengurangan tegangan efektif pada suatu titik di
dalam tanah. Yang ditunjukkan bahwa tegangan efektif pada suatu titik yang
terletak pada kedalaman z dari permukaan tanah yang diletakkan didalam silider ,
dimana tidak ada rembesan air.adalah sama dengan zγ'. Jadi gaya efektif pada
suatu luasan A adalah
            P1' = zγ' A
            Apabila terjadi rembesan air arah keatas melalui lapisan tanah pada
gambar 5.3, gaya efektif pada luasan A pada kedalaman z dapat ditulis sebagai
berikut:
P2' = ( zγ' - iz γw)A
            Oleh karena itu , pengurangan gaya total sebagai akibat dari adanya
rembesan adalah:
            P1' - P2' = iz γwA

            Volume tanah dimana gaya efektif bekerja adalah sama dengan zA. Jadi
gaya efektif per satuan volume tanah adalah
= = i γw
Gaya per satuan volume, iγw, untuk keadaan ini bekerja ke arah atas, yaitu searah
dengan arah aliran. Begitu juga untuk rembesan air kearah bawah, gaya
rembesnya per satuan volume tanah adalah iγw.
Gambar 5.3
2.5.4 Penggelembungan pada Tanah yang Disebabkan oleh Rembesan di Sekaliling
Turap
Gaya rembesan per satuan volume tanah dapat dihitung untuk memeriksa
kemungkinan keruntuhan suatu turap dimana rembesan dalam tanah mungkin
dapat menyebakan penggelembungan (heave) pada daerah hilir. Setelah
melakukan banyak model percobaan, Terzaghi (1922) menyimpulkan bahwa
penggelembungan pada umumnya terjadi pada daerah sampai sejauh D/2 dari
turap (dimana D adalah kedalaman pemancangan turap). Oleh karena itu, kita
perlu menyelidiki kesetabilan tanah didaerah luasan D tersebut).

2.5.5 Tegangan Efektif didalam Tanah Jenuh Sebagian


Didalam tanah yang jenuh sebagian, air tidak mengisi seluruh ruang pori
yang ada dalam tanah. Jadi, dalam hal ini terdapat 3 sistem fase, yaitu butiran
padat, air pori dan udara pori .Maka dari itu, tegangan total pada setiap titik
didalam tanah terdiri dari tegangan antar butir, tegangan air pori, dan tegangan
udara pori.Dari hasil percobaan dilaboratorium, Bishop, Alpan, Blight, dan donal
(1960) menyajikan suatu persamaan tegangan efektif untuk tanah yang jenuh
sebagian.
σ' = σ - ua + χ (ua – uw)
Dimana:
σ' = tegangan efektif
σ  = tegangan total
ua = tekanan udara pori
uw = tekana air pori
 Dalam persamaan diatas , χ merupakan bagian dari luasan penampang
melintang yang ditempati oleh air. Untuk tanah kering χ = 0 dan untuk tanah
jenuh air, χ = 1.
Bishop, Alpan, Blight, dan donal telah menunjukkan bahwa harga tengah
dari χ adalah tergantung pada derajat kejenuhan (S) tanah. Tetapi harga tersebut
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti stuktur tanah.
Ruang pori didalam tanah yang berhubungan satu sama lain dapat
berperilaku sebagai kumpulan tabung kapiler dengan luas penampang yang
bervariasi. Tinggi kenaikan air didalam pipa kapiler dapat dituliskan dengan
rumus dibawah ini :
hc =
Dimana :
Τ = gaya tarik permukaan
α = sudut sentuh antara permukaan air dan dinding kapiler
d =diameter pipa kapiler
= berat volume air
drai persamaan diatas dapat dilihat bahwa harga-harga Τ α dan γw adalah
tetap, maka:
            hc  α
Walaupun konsep kenaikan air kapiler yang didemonstrasikan dengan pipa
kapiler yang ideal dapat dipakai tanah, tapi perlu diperhatikan bahwa pipa kapiler
yang terbentuk didalam tanah mempunyai luas penampang yang bervariasi. hasil
dari ketidakseragaman kenaikan air kapiler dapat dilihat apabila suatu tanah
berpasir yang kering didalam silinder diletakkan bersentuhan dengan air.
Hazen (1930) memberikan perumusan untuk menentukan tinggi kenaikan
air kapiler secara pendekatan, yaitu:
h1(mm) =
dimana:
 = ukuran efektif (dalam mm)
e = angka pori
C = konstanta yang bervariasi dari 10 mm2  sampai dengan 50 mm2
Teganagan efektif di dalam zona kenaikan air kapiler
Hubungan umum antara tegangan total, tegangan efektif, dan tekanan air
pori diberikan pada persamaan berikut:
= ' + u
Tekanan air pori u pada suatu titik dalam lapisan tanah yang 100% jenuh
oleh air kapiler sama dengan - γwh ( h= tinggi suatu titikyang ditinjau dari muka
air tanah ) dengan tekanan atmosfir diambil sebagai datum. Apabila terdapat
lapisan jenuh air sebagian yang disebabkan oleh kapilaritas, maka tegangan air
porinya dapat dituliskan sebagai berikut:
u =   -
dimana
 S = derajat kejenuhan, dalam persen.

1.    Pengertian
Berat tanah yang terendam air disebut berat tanah efektif, sedangkan
tegangan yang terjadi akibat berat tanah efektif di dalam tanah
disebut tegangan efektif. Pada tanah granuler, tanah pasir, dan kerikil dikenal
dengan tegangan intergranuler. Tegangan efektif merupakan tegangan yang
mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.

2.    Tegangan Efektif dan Tegangan Netral


Terzaghi (1923) memberikan prisip tegangan efektif yang bekerja pada
tanah jenuh air yang dinyatakan dalam persamaan :
σ = σ’ + u
 
                                                                                                                          (1.1)
dimana
σ    =  tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah (tegangan
akibat berat tanah total termasuk ruang pori, persatuan luas yang arahnya
tegak lurus)
u    =    tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah
sama besar
σ’   =    tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban butiran
tanah efektif per satuan bidang luas
σz = γsat z
 
Tegangan efektif dalam tanah dapat ditentukan dengan cara meninjau lapisan
tanah dengan permukaan mendatar dan dengan permukaan air tanah pada
permukaan. Tegangan vertikal total  (σz) merupakan tegangan normal pada
bidang horisontal pada kedalaman z, dengan persamaan :
                                                                                                                          (1.2)
σz   =    kedalaman titik di dalam tanah
γsat =    berat volume tanah jenuh
Jika air tidak mengalir maka tekanan air pori pada sembarang kedalaman
akan berupa tekanan hidrostatis. Karena itu pada kedalaman z tekanan pori (u),
dapat didefinisikan :
u = γw z
 
                                                                                                                          (1.3)
                                 

Gambar 1.1 Tegangan efektif

Menurut persamaan (1.1) tegangan vertikal efektif (σz’) pada kedalaman


z:

σz’ = σz – u
σz’ = z γsat – z γw
σz’ = (γsat – γw) z
 σz’= γ’ z
 
           

                                                                                                                                
                                                                                                                          (1.4)

dengan γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat
tanah terendam air.
σ = σ’ + ua – X (ua - uw)
 
            Tekanan air pori (uw) harus lebih kecil daripada tegangan yang terjadi
dalam udara (ua) akibat tarikan permukaan. Sehingga Bishop (1995)
mengusulkan persamaan hubungan tegangan total(σ) dan tegangan efektif (σ’)
untuk tanah jenuh :
                                                                                                                          (1.5)

Gambar 1.2
dengan :
X   =    parameter  yang ditentukan secara ekperimental
uw =    tekanan air pori
ua   =    tekanan udara dalam pori
Untuk tanah jenuh (S = 1) nilai X = 1 untuk tanah kering sempurna (S =
0) maka X = 0

3.    Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa Rembesan


Gambar 1.3
Pada gambar 1.3 menunjukan suatu massa tanah jenuh air di dalam
suatu tabung tanpa adanya rembesan air ke segala arah. Tegangan total di titik
A dapat dihitung dengan cara :
σ = H γw + (HA - H) γsat
 
                                                                                                              (1.6)
dimana
σ    =    tegangan total pada titik A
γw   =    berat volume air
γsat  =    berat volume tanah jenuh air
H   =    tinggi muka air diukur dari permukaan tanah di dalam bidang
HA =    jarak antara titik A dan muka air
Tegangan total (σ) dari persamaan (1.6) dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a)      Bagian yang diterima oleh air di dalam ruang pori yang menerus (tegangan ini
bekerja ke segala arah sama besar)
b)      Sisa dari tegangan total dipikul oleh butiran tanah padat pada titik-titik
sentuhnya.

4.    Tegangan pada Tanah Jenuh Air dengan Rembesan


Tegangan efektif pada suatu titik akan mengalami perubahan
dikarenakan oleh adanya rembesan air yang melaluinya. Tegangan efektif ini
akan bertambah besar atau kecil tergantung pada arah rembesan.
a)      Rembesan ke Atas
Gambar 1.4
Pada gambar 1.4 menunjukan suatu lapisan tanah berbutir di dalam silinder
dimana terdapat rembesan air ke atas yang disebabkan adanya penambahan
air melalui saluran pada dasar silinder.
Pada titik A
Tegangan total (σA)     = H1γw
Tekaan air pori (uA)     = H1γw
Tegangan efektif (σA’)= σA - uA = 0
Pada titik B
Tegangan total (σB)     = H1γw + H2γsat
Tekaan air pori (uB)     = (H1 + H2 + h) γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
                                    = H2γsat - γw - h γw
                       

b)      Rembesan ke Bawah

Gambar 1.5
Keadaan di mana terdapat rembesan air ke bawah dapat dilihat dalam gambar
1.5. Ketinggian air di dalam silinder diusahakan tetap, hal ini diatur dengan cara
menambahkan air dari atas dan pengaliran air ke luar melalui dasar selinder.
Tegangan total (σB)     = H1γw + zγsat
Tekaan air pori (uB)     = (H1 + z – iz)γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB

                                    = (H1γw + zγsat) – (H1 + z – iz) γw


                                                = z γ’ + iz γw                                                                       (1.7)

5.    Penggelembungan pada Tanah yang Disebabkan oleh Rembesan di Sekeliling


Turap
Gaya rembesan per satuan volume tanah dapat dihitung untuk
memeriksa kemungkinan keruntuhan suatu turap di mana rembesan dalam
tanah dapat menyebakan penggelemmbungan (heave) pada daerah hilir sesuai
yang ditunjukan oleh gambar 1.6. Terzaghi (1992) menyimpulkan bahwa
penggelembungan udara pada umumnya terjadi pada daerah sejauh D/2 dari
turap (di mana D adalah kedalaman pemancangan turap).

            FS = 

Gambar 1.6
Dimana :
FS  =    faktor keamanan
W’ =    berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap

6.    Penentuan Zona Potensi Likuifasi di Kota Maumere dengan Pendekatan


Tegangan Efektif Melalui Metoda Poroelastisitas dan Elemen Hingga
Ketika pasir lepas jenuh mengalami getaran gempa maka tekanan air
pori akan meningkat. Kenaikan ini akan mengurangi tegangan efektif tanah
dan apabila terus berlanjut maka tegangan efektif akan menjadi nol sehingga
tanah kehilangan kekuatannya. Kondisi ini disebut Likuffaksi. Kerugian yang
diakibatkan likuifaksi sangat besar, oleh karena itu perlu dibuat suatu peta
kerentanan likuifaksi pada daerah tertentu terutama yang terletak di daerah
berpasir yang rawan gempa dan memiliki arti strategis tertentu. Penentuan
zona kerentanan likuifaksi sangat bermanfaat karena membantu para
perancang bangunan-bangunan sipil dalam menentukan lokasi proyeknya dan
menentukan perlakuan-perlakuan apa saja yang diperlukan untuk
menanggulangi fenomena ini. 
Penentuan zone potensi likuifaksi yang digunakan adabab dengan analisis
tegangan efektif melalui Metoda Karakteristik yang berdasarkan konsep
poroelastisitas dan analisis dinamik. Hasil yang didapat menunjukkan rawannya
daerah pantai terhadap bahaya likuifaksi yang diindikasikan dengan turunnya
tegangan efektif mendekati nol.

Soal – soal :

           
1.   Hitung tegangan total dan tegangan efektif di A apabila γsat = 10 kN/m3

                                 
                                                    
      Jawab :

         Tegangan Total
σA = (1 x 10) + (3 x 9,8)
     = 39.43 kN/m2

         Tekanan Air Pori


ua = 4 x 9,8
    = 39,2 kN/m2

         Tegangan Efektif
σ’ = σA - ua  
σ’ = 39.43 – 39,2
σ’ = 0,23 kN/m2

2. Hitung tegangan efektif di A apabila γsat = 15 kN/m3 dan γb = 10


kN/m3 apabila
    a. permukaan air di (a)

    b. permukaan air di (b)


                               

      Jawab :
a.       Tegangan di A
σA = 2 γb
     = 20 kN/m2
ua = 0
σ’ = σA - ua  
σ’ = 20– 0
σ’ = 20 kN/m2

b.      Tegangan di A
σA = 2 γsat + 2 γw
     = (2 x 15) + (2 x 9,8)
     = 49,6 kN/m2
ua = 4 γw
    = 4 x 9.8
    = 39,2 kN/m2
σ’ = σA - ua  
σ’ = 49.6 – 39.2
σ’ = 10,4 kN/m2
-

BAB II
TEGANGAN EFEKTIF DAN NETRAL SERTA
REMBESAN
 
2.1. Tegangan Efektif dan Netral
Apabila suatu massa tanah yang dibebani di bawah air akan
mengalami dua macam tegangan dalam keadaan tanah jenuh.,
yaitu :
1.                Tegangan efektif (tekanan antar butir tanah)
2.                Tegangan netral (tekanan air pori)
 
Untuk mempelajari tegangan-tegangan yang bekerja pada tanah, dan
khususnya pada kerangka butir tanah, maka kita dapat menghitung
tegangan-tegangan pada kedalaman H di bawah permukaan tanah
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
 
 
Permukaan air tanah terletak pada kedalaman h, dan berat isi tanah
yang terletak di atas muka air =   , sedangkan berat isi tanah di
bawah muka air =  . Disini kita dapat langsung menghitung
tegangan-tegangan pada bidang ab pada kedalaman h.
 
h +   (H – h)            dimana    tegangan total
 
Tegangan total adalah gabungan antara tegangan efektif dan
tegangan netral.
 
 
 
 
 
Selain tegangan total, besarnya tegangan air didalam pori bias
dihitung. Tegangan ini disebut tegangan air pori (pore water
pressure). Semua pori didalam tanah berhubungan satu dengan
yang lainnya, sehingga tegangan air pori adalah sama dengan
tegangan hidrostatik, yaitu :
 
 (H – h)                    dimana      = tegangan air pori
 
Jadi tegangan efektif adalah :
 
 =   –    
 
Karena pengaruh gaya kapiler, maka tanah diatas muka air tanah
dalam keadaan jenuh, maka :
 
=   =   
 

=   =    
 
2.2.    Geradien Hidrolik Kritis
 
Apabila suatu tekanan dikerjakan pada lapisan pasir sehingga
menimbulkan aliran air yang cukup memberikan keseimbangan
terhadap gaya kearah bawah, maka muncul kondisi yang tidak stabil.
Pasir dalam kondisi ini (pasir lepas dan butiran pasir bercampur air
dalam keadaan kental/liquid tanpa tegangan geser) disebutquick
sand.
 
Pada bidang dasar pasir, gaya total kearah bawah adalah sama
dengan berat pasir jenuh.
 

 LA =    . LA
 
Gaya tekan keatas adalah dari seliisih tinggi muka air, (h + L) pada luas
penampang :
 
A =   ( h + L ). A
 
 
 
 
 

 
Apabila kedua gaya adalah sama, maka gaya kearah bawah dasar tidak
ada efeknya dan berarti tidak ada gaya yang bekerja untuk mencegah
mengalirnya pasir dalam wadah/container.
 

Jadi :       . LA =  (h+L)A


 

Atau :    LA ( - 1) =   hA


 

 =   =   = 


h/L adalah gradient pada tanah, dimana tekanan efektif dalam bidang
horizontal dikurangi sampai nol dan ini disebut gradient hidrolik kritis.
 
 
2.3.    Kejadian/Peristiwa Kapiler
 
Tinggi kapiler ( ) dalam pipa kapiler dengan radius r sebesar :
 


 
Dimana : T = tegangan permukaan
                   = berat isi cairan
                 r = jari-jari kapiler
 

 
Cairan air ,     = 0
Cairan air raksa ,        = 
Kalau cairan dalam pipa kapiler adalah air, maka :
 
 


 


 
T = 
 
Dimana : r  = diameter dalam dari pipa
               t  = tebal pipa
               p = selisih tekanan dalam dan luar
 
Timbulnya kapiler dalam tanah, pertama-tama tergantung pada
ukuran butir tanah dan kadar pori.
Tinggi kapiler dalam tanah :
 


 dalam cm
 berkisar antara 0,1 – 0,5 ; tergantung pada bentuk dan sifat
permukaan butir.
 
Sedangkan teganagn netral ( ) akan bernilai negative dalam daerah
berkapiler.
 
=   - ( -  ) =   + 
 
Berarti tengangan kapiler memperbesar tegangan efektif tanah.
 
 
2.4.    Rembesan (Spepage)
 
Ciri-ciri drainase alamiah pada tanah memainkan peranan penting
dalam perencanaan irigasi, kanal, reservoir dan lain sebaginya.
 
Ciri/sifat ini dapat diselesaikan dengan flow nets/jaring-jaring
aliran.
 
Flow nets adalah gambar rembesan air di dalam tanah yang berupa
deretan garis equipotensial dan sederetan garis aliran yang saling
berpotongan secara tegak lurus.
 
Flow net digunakan untuk mengetahui :
 
1.    Besarnya gaya tekan ke atas
2.    Gaya-gaya atau jumlah debit
3.    Tekanan air pori
 
Menggambar Flow Net
 
1.    Gambar daerah rembesan air dan bagunan dengan skala,
kemudian gambar garis aliran dan garis ekipotensial sampai
keujung-ujungnya, jangan sampai garis aliran atau garis
ekipotensial tidak masuk seluruhnya pada gambar tersebut.
2.    Gambarlah tiga atau empat garis aliran dengan mengingat bahwa
jarak antara garis aliran bergantung pada lengkungnya. Makin
lengkung garis aliran berarti semakin dekat satu dengan yang
alinnya.
3.    Masukan garis-garis ekipotensial dengan memperhatikan bahwa
perpotongannya dengan garus aliran harus tegak lurus sehingga
bentuk polygon-poligon mendekati bujur sangkar.
4.    Rubahlah tempat dan bentuk garus-garis aliran dan ekipotensial
seperlunya sampai semua syarat-syarat cukup dipenuhi.
 
 
 
 
 
Sesudah flow net digambar, maka dapat dihitung :
 
a.    Tegangan air setiap tempat
b.    Banyaknya air yang merembes
 
h = perbedaan tinggi air sepanjang flow nets
Nf  = 4  (jumlah aliran)
Ne = 11 (jumlah ekipotensial)

Perbedaan ketinggian tegangan antara dua garis : aliran = 


         Setelah diketahui perbedaan ketinggian, maka dapat dihitung
gradient hidrolik antara garis-garis ekipotensial. Misalnya pada bujur
sangkar dengan lebar 1 (lihat gambar), gradient hidrolik :
 

i = 
 
Dari rumus Darcy kita dapat menghitung kecepatan aliran, yaitu :
 

V = 
 
Dimana  V = kecepatan
 
Bannyaknya air antara dua garis aliran :
 

V. 1 = 
 
Sehingga jumlah air yang mengalir :
 

Q =   x   =   x kh
 
Dimana Q = jumlah air yang merembes pada flow nets tersebut.
                   Satuan Q adalah ( /det) atau liter/det, misalnya.
 
Tegangan air pori pada setiap tempat dapat dihitung dari perbedaan
tegangan antara masing-masing garis ekipotensial. Misalnya
tegangan air pori pada titik P pada gambar, adalah :
 

 =   ( D +   h)
 
Dimana   = tegangan air pori
Antara masing-masing garis ekipotensial pada gambar terdapat
perbedaan tegangan sebesar :
 

 = 
 

 
Nf  = …………5………
 
Ne = …………8……..
 

Anda mungkin juga menyukai