Anda di halaman 1dari 20

Laboratorium Mekanika Tanah

Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Umar 1706042661


Fidela Vivi Cahyati 1706042365
Elang Nur Reiz M N Insaani 1706042642
KELOMPOK : L10
TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2019
JUDUL PRAKTIKUM : Permeability
ASISTEN : Nurizkatilah
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 2434 "Standard Test Method for Permeability of
Granular Soils (Constant Head)"
AASHTO T 215 "Standard Method of Test for Permeability of
Granular Soil (Constant Head)"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari nilai permeabilitas k dari suatu sampel tanah.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
• Mould permeability
• Gelas ukur
• Penggaris
• Jangka sorong
• Stopwatch
• Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
• Alat Constant Head Test
• Tamper

b. Bahan
• Tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak ± 3 kg

1
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

• Pasir
• Air

Gambar 1 Peralatan praktikum permeability: a) Alat constant head test; b) penggaris;


c) Mould Permeability; d) Jangka sorong; e) Tamper; f) Gelas ukur

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Debit air yang mengalir q melalui tanah pada suatu cross-
section area A adalah proporsional terhadap gradien i yaitu:
𝑞
~𝑖 𝑞 = 𝑘 .𝑖 .𝐴 (1.1)
𝐴

Koefisien k disebut sebagai “koefisien permeabilitas”


Darcy atau “koefisien permeabilitas” atau “permeabilitas tanah”.
Sehingga dengan begitu, permeabilitas adalah properti tanah
yang menunjukkan kemampuan tanah untuk meloloskan air
melalui partikel-partikelnya.
Permeabilitas dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang berhubungan dengan seepage (rembesan)
di bawah bendungan, disipasi air akibat pembebanan tanah, dan
drainase dari lapisan subgrade, bendungan, atau timbunan. Selain
itu tegangan efektif yang diperlukan dalam perhitungan masalah-

2
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

masalah di atas juga secara tidak langsung berkaitan dengan


permeabilitas.
Permeabilitas tergantung oleh beberapa faktor. Yang utama
adalah sebagai berikut:
1. Ukuran butiran. Secara proporsional, ukuran pori
berhubungan dengan ukuran partikel tanah
2. Properti aliran pori. Untuk air adalah viskositasnya, yang
akan berubah akibat dipengaruhi perubahan temperatur.
3. Void ratio
4. Bentuk dan susunan pori-pori tanah
5. Derajat saturasi. Kenaikan derajat saturasi pada tanah
akan menyebabkan kenaikan nilai permeabilitas.
Setidaknya ada empat metode di laboratorium untuk
mencari nilai permeabilitas tanah, yaitu metode Capillarity Head
Test, korelasi data konsolidasi untuk menghitung permeabilitas,
Variable Head Test, dan Constant Head Test. Constant Head
umumnya lebih sering digunakan pada tanah cohesionless
daripada Variable Head karena instrumen yang lebih sederhana.

Metode Constant Head Test


Metode ini hanya digunakan pada tanah dengan
permeabilitas tinggi. Oleh karena itu, pada percobaan yang akan
dilakukan perlu ditambahkan pasir untuk memodifikasi
permeabilitas tanah lempung yang sangat kecil. Prinsip pada
percobaan ini dapat dilihat pada gambar.

3
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 2 Susunan Alat Constant Head Permeability Test


Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Penentuan nilai k dilakukan dengan cara mengukur


penurunan tinggi muka air selama periode waktu tertentu dan
pada saat ini tegangan air menjadi tidak tetap sehingga rumus
Darcy dapat digunakan. Misalnya pada ketinggian air (h),
penurunan (dh) akan membutuhkan waktu (dt), maka koefisien
permeabilitas dapat diturunkan dari rumus Darcy sehingga
menjadi:
𝑞 = 𝑘 .𝑖 .𝐴

𝑖=
𝐿
𝑞 .𝐿
𝑘= (1.2)
𝐴 .ℎ .𝑡

dengan:
k = koefisien permeability
A = luas sample tanah
t = selang waktu
L = tinggi sampel tanah

Apabila air yang melalui sampel tanah sedikit seperti pada


sampel tanah lempung murni dimana nilai k sangat kecil, maka

4
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

metode ini tidak efektif lagi digunakan untuk mengukur nilai k.


Sehingga akan lebih baik menggunakan cara yang kedua, yaitu
metode Variable Head.

Metode Variable Head Test

Gambar 3 Susunan Alat Variable Head Permeability Test


Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Jumlah air yang mengalir pada standpipe dalam waktu tertentu


adalah :
−𝑑ℎ
𝑞 = 𝑎. 𝑣 = 𝑎
𝑑𝑡
dengan :
a = luas cross-section standpipe
dh/dt = penurunan muka air

Sedangkan jumlah air yang merembes melalui tanah dalam


waktu tertentu pada permeameter adalah :

𝑞 = 𝐴. 𝑘.
𝐿

5
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

lalu dengan menyamakan jumlah air yang masuk = jumlah air


yang keluar
𝑞𝑖𝑛 = 𝑞𝑜𝑢𝑡
𝑑ℎ ℎ
⟺ = 𝐴. 𝑘.
𝑑𝑡 𝐿
ℎ1 ℎ1
𝑑ℎ 𝐴. 𝑘. 𝑑𝑡
⟺ ∫ = ∫
ℎ 𝑎. 𝐿
ℎ2 ℎ2

ℎ0 𝐴. 𝑘. 𝑡
⟺ ln =
ℎ1 𝑎. 𝐿
𝑎. 𝐿 ℎ0
𝑘 = 2.3 log10
𝐴. 𝑡 ℎ1 (1.3)
dengan:
a = luas cross-section standpipe
L = panjang sampel di dalam permeameter
A = luas cross-section permeameter
t = jumlah waktu pada waktu pengukuran
h0, h1 = tinggi head (lihat gambar 1.2)

Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar (ToC) adalah KT


sedangkan untuk suhu standar (20oC) perlu dikonversi menjadi:
𝜂
𝐾20 = 𝐾𝑡 (𝜂 𝑇 ) 1.4
20

di mana:
ηT = viskositas cairan pada temperatur T°C.
η20 = viskositas cairan pada temperatur 20°C.

Perbandingan viskositas dapat dilihat pada gambar 4 di


bawah ini (tabel koreksi viskositas cairan).

6
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 4 Grafik ηT / η20 (data International Critical Tables, Vol. V)


Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Menurut Tabel Koefisien Permeabilitas BS 8004: 1986,


nilai-nilai permeabilitas untuk berbagai jenis tanah pada suhu
standar (20oC) adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Koefisien permeabilitas (m/s) (BS 8004: 1986)

Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Menurut Cassagrande pada tahun 1938, nilai-nilai


permeability untuk berbagai jenis tanah pada suhu standar (20℃)
adalah sebagai berikut:

7
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 2 Koefisien permeabilitas menurut Cassagrande

Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Menurut Wesley pada suhu standar (20oC):


Tabel 3 Koefisien permeabilitas menurut Wesley

Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

E. Teori Tambahan
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah dalam
meloloskan air yang dihitung dalam satuan jarak per waktu.
Permeabilitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
• Tekstur tanah
• Struktur tanah
• Porositas tanah
• Stabilitas agregat
• Viskositas
• Gravitasi
Pengukuran permeabilitas tanah ini dengan menggunakan
rumus Darcy untuk aliran satu dimensi, yaitu secara vertikal.
Dalam hal ini, dipengaruhi oleh ruang pori tanah dan sifat cairan
yang mengalir ke dalam tanah yang diujikan. Semakin besar
ruang pori akan membuat air mengalir lebih mudah dan membuat
nilai permeabilitas lebih besar. Dan begitu juga sebaliknya,

8
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

apabila ruang pori dalam tanah semakin kecil akan membuat air
sulit mengalir dan nilai permeabilitas lebih kecil. Apabila ruang
pori sangat kecil dapat membuat nilai permeabilitas mendekati
angka nol, seperti tanah yang bertekstur lempung. Air yang
mengalir pada tanah tersebut disebut dengan rembesan lateral,
yaitu tanah yang bergerak secara horizontal bukan vertikal.
Permeabilitas ini memiliki dua macam jenis, yaitu permeabilitas
jenuh dan tidak jenuh. Permeabilitas jenuh ini adalah saat seluruh
pori pada tanah telah terisi penuh oleh air dan yang tidak jenuh
saat aliran air belum terisi penuh oleh air.

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan tanah kering yang lolos saringan No. 4 ASTM
sebanyak ±3 kg, dan pasir sebanyak ±3 kg.
2. Menyiapkan mould permeability, kemudian mencatat data
diameter, tinggi, serta berat mould.
3. Mencampur tanah dengan pasir dengan perbandingan tertentu
(tanah:pasir = 1:1 / 1:2 / 2:1) sehingga terdapat 3 sampel
campuran tanah dan pasir, kemudian mengaduk sampai rata.
4. Kemudian memasukkan campuran tanah dan pasir untuk
setiap masing-masing perbandingan tersebut ke dalam mould
hingga padat dan perhatikan filter pada bagian atas dan dasar
mould agar harus selalu terpasang.
5. Menutup mould dan letakkan pada alat permeability.

B. Jalannya Praktikum
1. Percobaan yang dilakukan adalah Constant Head Test,
pertama-tama mengalirkan air melalui selang, naik ke
reservoir di atas kemudian masuk ke mould permeability
hingga seluruh tanah di dalam mould jenuh sempurna.

9
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Mengeluarkan udara yang berada pada alat permeability


hingga benar-benar tidak ada lagi udara yang tersisa di dalam.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuka sedikit baut
untuk mengeluarkan gelembung udara.
3. Mengusahakan untuk menstabilkan tinggi air yang berada di
reservoir dan menjaga agar tidak terjadi gelombang.
4. Mengukur tinggi muka air dan reservoir ke mould (h).
5. Memperhatikan air yang keluar dari mould hingga tidak terjadi
perubahan (konstan).
6. Setelah konstan, menampung air limpahan tersebut ke dalam
gelas ukur sambil mencatat waktu menggunakan stopwatch.
7. Mengukur volume yang tertampung selama waktu yang
ditentukan tersebut (V).
8. Mengulangi percobaan tersebut untuk sampel 2 dan 3,
kemudian melakukan perhitungan nilai permeabilitas rata-rata
dari ketiga sampel tersebut.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Tinggi head = 94 cm = 0,94 m
Temperatur = 29℃
Sampel 1 (Pasir Tanah = 2:1)
Sampel 2 (Pasir Tanah = 1:1)
Sampel 3 (Pasir Tanah = 2:1)

63+64+63
Diameter mould = = 63,33 𝑚𝑚 = 63,33 × 10−3 𝑚
3
111+111+111
Tinggi mould = = 111 𝑚𝑚 = 111 × 10−3 𝑚
3

Tabel 4 Hasil Data Pengamatan


Data Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
W Pasir 300 225 150
W Tanah 150 225 300

10
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tinggi Sampel (L) 0,111 0,111 0,111


Diameter (D) 0,06333 0,06333 0,06333
Jari-jari 0,031665 0,031665 0,031665
Luas (A) 0,003149988 0,003149988 0,003149988

Volume rata-rata air


7,26667 × 10-5 36,8333 × 10-5 56,3333 × 10-5
terapung (V)

Waktu 180 180 180


Sumber: Data Pengamatan Penulis, (2019)

B. Perhitungan
Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar (29°C )
(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙ 𝑡)
Keterangan :
V = volume air yang tertampung (m3 )
L = tinggi sampel (m)
A = luas sampel (m2)
h = tinggi konstan (m)
t = waktu (s)

Koefisien Permeabilitas pada suhu standar (20°C)


𝜂29
𝐾20 = 𝐾29 ×
𝜂20

𝜂𝑇
= −0,4963 ln(29) + 2,4848
𝜂20

= 0,81361

• Sampel 1 (Pasir:Tanah = 2:1)


(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙ 𝑡)
7,26667 × 10−5 𝑚3 ∙ 0,111 𝑚
𝐾29 =
0,003149988 𝑚3 ∙ 0,94 𝑚 ∙ 180 𝑠
𝐾29 = 1,513384 × 10−5 𝑚⁄𝑠

11
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
𝜂29
𝐾20 = 𝐾29 × 𝜂
20

𝐾20 = 1,513384 × 10−5 𝑚⁄𝑠 × 0,81361


𝐾20 = 1,2313 × 10−5 𝑚⁄𝑠

• Sampel 2 (Pasir:Tanah = 1:1)


(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙ 𝑡)
36,8333 × 10−5 𝑚3 ∙ 0,111 𝑚
𝐾29 =
0,003149988 𝑚3 ∙ 0,94 𝑚 ∙ 180 𝑠
𝐾29 = 7,671042 × 10−5 𝑚⁄𝑠
𝜂29
𝐾20 = 𝐾29 × 𝜂
20

𝐾20 = 7,671042 × 10−5 𝑚⁄𝑠 × 0,81361


𝐾20 = 6,24124 × 10−5 𝑚⁄𝑠

• Sampel 3 (Pasir:Tanah = 1:2)


(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙ 𝑡)
56,3333 × 10−5 𝑚3 ∙ 0,111 𝑚
𝐾29 =
0,003149988 𝑚3 ∙ 0,94 𝑚 ∙ 180 𝑠
𝐾29 = 1,173218 × 10−4 𝑚⁄𝑠
𝜂29
𝐾20 = 𝐾29 × 𝜂
20

𝐾20 = 1,173218 × 10−4 𝑚⁄𝑠 × 0,81361


𝐾20 = 9,54542 × 10−5 𝑚⁄𝑠

Tabel 5 Hasil Pengolahan Data


Sampel Pasir : Tanah K29 (m/s) K20 (m/s)
1 Sampel 1 (2:1) 1,513384 × 10-5 1,2313 × 10-5
2 Sampel 2 (1:1) 7,671042 × 10-5 6,24124 × 10-5
3 Sampel 3 (1:2) 1,173218 × 10-4 9,54542 × 10-5
Sumber: Data Pengamatan Penulis, (2019)

12
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Pada praktikum yang yang dilaksanakan pada tanggal 17
Maret 2019 di Laboratorium Mekanika Tanah, memiliki judul
Permeability. Praktikum ini memiliki tujuan untuk mencari nilai
permeabilitas k dari suatu sampel tanah. Praktikum ini
menggunakan metode Constant Head Test. Metode ini
digunakan untuk tanah yang memiliki permeabilitas yang tinggi.
Dalam metode ini diperlukan tanah lempung yang dicampurkan
dengan pasir. Penambahan pasir pada tanah lempung agar
membuat nilai permeabilitasnya terjadi perubahan menjadi lebih
besar.
Sebelum melakukan praktikum ini diperlukan persiapan
praktikum. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
tanah sebanyak 5 kg yang telah lolos saringan No. 4 ASTM dan
5 kg pasir. Lalu, menyiapkan mould permeability, kemudian
mencatat data diameter dan tinggi mould. Pengukuran mould
tersebut untuk mendapatkan luas penampang dan volume.
Pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan
hasil yang akurat. Selanjutnya, mencampur tanah hingga merata
dengan pasir dengan perbandingan 2:1 dengan tanah 300 gram
dan pasir 150 gram, 1:1 dengan tanah dan pasir masing-masing
225 gram ; dan 1:2 dengan tanah 150 gram dan pasir 150 gram.
Perbandingan pasir dan tanah yang berbeda ini agar terjadinya
variasi nilai permeabiltas. Lalu, memasukan tanah dan pasir yang
telah dicampur ke dalam mould hingga padat dengan cara metode
compaction yang dilakukan dalam 3 lapis dan meletakan filter
pada bagian bawah dan atas mould. Memadatkan tanah tersebut
bertujuan agar tidak adanya rongga udara pada tanah.
Pemasangan filter pada bagian atas agar air yang masuk ke dalam
mould menjadi merata dan bagian bawah agar tanah tidak masuk

13
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

ke dalam saluran keluar. Lalu, menutup mould hingga rapat dan


meletakkan pada alat permeability.
Dalam melakukan percobaan hal pertama yang dilakukan
adalah mengalirkan air melalui selang, lalu masuk ke dalam
reservoir dan mengalir ke dalam mould hingga tanah dalam
mould menjadi jenuh sempurna. Lalu, mengeluarkan udara yang
berada dalam mould dengan membuka sedikit baut untuk
mengeluarkan gelembung udara. Menstabilkan tinggi air dalam
reservoir sehingga tidak terjadi gelombang. Lalu, mengukur
tinggi muka air ke mould (h). Memperhatikan air yang keluar
hingga konstan. Setelah itu, menampung air yang keluar ke dalam
gelas ukur dalam jangga waktu 3 menit dan melakukan 3 kali
untuk mendapatkan variasi data. Lalu, mengukur volume yang
tertampung (V). Mengulangi langkah-langkah percobaan tersebut
dengan sampel 2 dan 3 untuk mendapatkan perbedaan data pada
setiap perbandingan pasir dengan tanah.

B. Analisis Data dan Hasil


Dalam praktikum ini didapatkan data-data yang dapat
digunakan untuk melakukan pengolahan data, yaitu tinggi head
sebesar 0,94 m, suhu ruangan sebesar 29℃, diameter mould rata-
rata sebesar 63,33 × 10-5 m, tinggi mould rata-rata sebesar 0,111
m, dan waktu yang digunakan adalah 180 detik. Volume air yang
didapatkan dalam praktikum ini adalah pada sampel 1 sebesar
7,26 × 10-5 m3, sampel 2 sebesar 36,83 × 10-5 m3, dan sampel 3
sebesar 56,33 × 10-5 m3.
Rumus yang digunakan adalah rumus Darcy. Rumus
tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai K29 adalah dengan
mengalikan volume air dengan tinggi sampel dan membaginya
dengan luas penampang mould yang dikalikan dengan tinggi
konstan dan waktu. Untuk mendapatkan K20 sebagai nilai pada
suhu standar yaitu 20℃ dengan mengalikan nilai K29 dengan

14
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

nT/n20. Setelah melakukan pengolahan data, praktikan


memperoleh nilai K29 dan K20 pada setiap sampel yang disajikan
dalam tabel berikut:

Tabel 6 Nilai K29 dan K20 pada setiap sampel


Sampel Pasir : Tanah K29 (m/s) K20 (m/s)
1 Sampel 1 (2:1) 1,513384 × 10-5 1,2313 × 10-5
2 Sampel 2 (1:1) 7,671042 × 10-5 6,24124 × 10-5
3 Sampel 3 (1:2) 1,173218 × 10-4 9,54542 × 10-5
Sumber: Data Pengamatan Penulis, (2019)

Berdasarkan hasil data tersebut, nilai permeabilitas pada


setiap sampel memiliki nilai yang berbeda pada setiap komposisi
perbandingan tanah dengan pasir dan suhu. Dari data tersebut,
sampel yang nilai permeabilitas terbesar adalah sampel 3 dengan
perbandingan tanah dengan pasir 2:1. Untuk sampel yang
memiliki nilai permeabilitas terkecil adalah sampel 1 dengan
perbandingan tanah dengan pasir 1:2.

Tabel 7 Koefisien permeabilitas (m/s) (BS 8004: 1986)

Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Hasil yang didapatkan yang didapatkan dari praktikum


berdasarkan tabel BS 8004: 1986 diatas, menunjukkan bahwa
dari ketiga sampel termasuk dalam kategori pasir sangat halus,
lanau, dan lempung-lanau berlapis-lapis, serta lempung yang
mengalami pengawetan dan bercelah karena nilai K20 sebagai

15
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

nilai permeabilitas dalam suhu standar 20℃ memiliki nilai


permeabilitas dalam jangka 10-5.

Tabel 8 Koefisien permeabilitas menurut Cassagrande

Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Apabila hasil praktikum dibandingkan dengan koefisien


permeabilitas menurut Cassagrande, nilai K20 berada dalam
jangka 1×10-5 - 1×10-2 sehingga ketiga sampel termasuk dalam
kategori pasir/campuran pasir-kerikil.

Tabel 9 Koefisien permeabilitas menurut Wesley

Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah 2017

Berdasarkan koefiesien permeabilitas menurut Wesley,


sampel 1 termasuk ke dalam kategori pasir halus dan sampel 2
dan 3 termasuk dalam kategori pasir lempung dan pasir berlanau.
Apabila data pada tabel hasil nilai K20 diatas dibandingkan
dengan koefisien permeabilitas menurut BS 8004: 1986,
Cassagrande, dan Wesley data tersebut memiliki data yang tidak
cocok dengan teori tersebut. Pada teori tersebut menunjukkan
semakin banyak pasir maka semakin besar nilai permeabilitas,
namun pada hasil praktikum ini mempunyai hasil yang
berkebalikan. Hal tersebut dikarenakan pasir yang seharusnya

16
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

memiliki nilai permeabilitas yang tinggi dan tanah lempung


memiliki nilai permeabilitas yang rendah. Akan tetapi, pada
praktikum ini didapatkan pada jumlah tanah lempung yang lebih
banyak memiliki nilai permeabilitas lebih tinggi dibandingan
jumlah pasir yang lebih banyak. Hal ini dapat disebabkan oleh
tidak padatnya tanah saat melakukan compaction sehingga masih
adanya rongga udara dan tidak homogennya tanah lempung dan
pasir.

C. Analisis Kesalahan
Dari praktikum ini terjadi beberapa kesalahan yang
menyebabkan data yang didapatkan tidak seutuhnya benar.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi, yaitu:
• Kurang meratanya tanah saat pengadukan yang
mengakibatkan menjadi tidak homogen
• Tidak telitinya praktikan dalam mengukur dan membaca
ukuran mould, tinggi head, volume air yang tertampung
• Kurang padatnya tanah saat dimasukan ke dalam mould
• Tidak tepatnya waktu pada saat menampung air

V. KESIMPULAN
Dari praktikum permeability ini, praktikan mendapatkan
beberapap kesimpulan, yaitu:
• Didapatkannya nilai permeabilitas dalam kondisi suhu standar
20℃ (K20)
o Sampel 1 (Pasir : Tanah = 2:1) sebesar 1,2313 × 10-5 m/s
o Sampel 2 (Pasir : Tanah = 1:1) sebesar 6,24124 × 10-5 m/s
o Sampel 3 (Pasir : Tanah = 1:2) sebesar 9,54542 × 10-5 m/s
• Berdasarkan koefiesien permeabilitas menurut BS 8004: 1986,
ketiga sampel termasuk dalam kategori pasir sangat halus,
lanau, dan lempung-lanau berlapis-lapis, serta lempung yang
mengalami pengawetan dan bercelah.

17
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

• Berdasarkan koefisien permeablitas menurut Cassagrande,


ketiga sampel termasuk dalam kategori pasir/campuran pasir-
kerikil.
• Berdasarkan koefisien permeabilitas menurut Wesley, sampel 1
termasuk ke dalam kategori pasir halus dan sampel 2 dan 3
termasuk dalam kategori pasir lempung dan pasir berlanau.
• Berdasarkan praktikum ini, semakin besarnya perbandingan
tanah lempung denga pasir maka semakin besar nilai
permeabilitasnya

VI. APLIKASI
Pada praktikum permeability ini, percobaan ini dapat diaplikasikan
untuk:
• Menghitung rembesan air dalam bendungan
• Sistem irigasi
• Membuat tanggul tanah
• Sumur resapan

VII. REFERENSI
Djarwanti, Nugroho. 2008. Komparasi Koefisien Permeabilitas (k) pada
Tanah Kohesif.
https://media.neliti.com/media/publications/151153-ID-
komparasi-koefisien-permeabilitas-k-pada.pdf diakses pada 21
Maret 2019 pukul 14:44 WIB
Laboratorium Mekanika Tanah. 2015. Buku Panduan Mekanika Tanah.
Depok : Departemen Teknik Sipil UI.
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/90816/potongan/S1-2015-
283135-283135-introduction.pdf diakses pada 21 Maret 2019
pukul 14:37 WIB
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-permeabilitas/
diakses pada 26 Maret 2019 pukul 1:25 WIB

18
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

VIII. LAMPIRAN

Gambar 5 Alat Percobaan


Sumber: Dokumentasi Penulis, (2019)

Gambar 6 Proses penjenuhan tanah


Sumber: Dokumentasi Penulis, (2019)

19
Modul 7 - Permeability
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 7 Proses penampungan air yang keluar selama 3 menit


Sumber: Dokumentasi Penulis, (2019)

20
Modul 7 - Permeability

Anda mungkin juga menyukai