Anda di halaman 1dari 15

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : 1. Benedicta Vanessa / 1606905645


2. Jasinda Setiarini. / 1606882906
3. Yan Daniel / 1606905595
KELOMPOK : L1
TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Maret 2018
JUDUL PRAKTIKUM : Permeability
ASISTEN : Fildzah Dhira
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 2434 “Standard Test Method for Permeability of Granulae Soils
(Constant Head)”
AASHTO T 215 “Standard Method of Test for Permeability of Granular Soil
(Constant Head)”
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
Mencari nilai permeabilitas k dari suatu sampel tanah.
C. Alat-alat dan Bahan
a. Alat
 Mould permeability
 Gelas ukur
 Penggaris
 Jangka sorong
 Stopwatch
 Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
 Alat Constant Head Test
 Hammer
b. Bahan
 Tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak ± 3 kg
 Pasir
 Air

Permeability 1
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

d e f

Gambar 7.1 Peralatan praktikum permeability: a) Alat constant head test; b)


penggaris; c) Mould Permeability; d) Jangka sorong; e) Hammer; f) Gelas ukur

D. Teori dan Rumus yang Digunakan

Debit air yang mengalir q melalui tanah pada suatu cross-section


area A adalah proporsional terhadap gradien i yaitu :

𝑞
~𝑖 q=kiA (7.1)
𝐴

Koefisien k disebut sebagai “koefisien permeabilitas” Darcy atau


“koefisien permeabilitas” atau “permeabilitas tanah”. Sehingga dengan
begitu, permeabilitas adalah properti tanah yang menunjukkan
kemampuan tanah untuk meloloskan air melalui partikel-partikelnya.

Permeability 2
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Permeabilitas dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-


masalah yang berhubungan dengan seepage (rembesan) di bawah
bendungan, disipasi air akibat pembebanan tanah, dan drainase dari
lapisan subgrade, bendungan, atau timbunan. Selain itu tegangan efektif
yang diperlukan dalam perhitungan masalah-masalah di atas juga secara
tidak langsung berkaitan dengan permeabilitas. Permeabilitas tergantung
oleh beberapa faktor. Yang utama adalah sebagai berikut :
1. Ukuran butiran. Secara proporsional, ukuran pori berhubungan
dengan ukuran partikel tanah
2. Properti aliran pori. Untuk air adalah viskositasnya, yang akan
berubah akibat dipengaruhi perubahan temperatur
3. Void ratio
4. Bentuk dan susunan pori-pori tanah
5. Derajat saturasi. Kenaikan derajat saturasi pada tanah akan
menyebabkan kenaikan nilai permeabilitas.
Setidaknya ada empat metode di laboratorium untuk mencari nilai
permeabilitas tanah, yaitu metode Capillarity Head Test, korelasi data
konsolidasi untuk menghitung permeabilitas, Variable Head Test, dan
Constant Head Test. Constant Head umumnya lebih sering digunakan
pada tanah cohesionless daripada Variable Head karena instrumen yang
lebih sederhana.

Metode Constant Head Test


Metode ini hanya digunakan pada tanah dengan permeabilitas
tinggi. Oleh karena itu, pada percobaan yang akan dilakukan perlu
ditambahkan pasir untuk memodifikasi permeabilitas tanah lempung
yang sangat kecil. Prinsip pada percobaan ini dapat dilihat pada
gambar.

Permeability 3
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 7.2 Susunan alat Constant Head Permeability Test

Penentuan nilai k dilakukan dengan cara mengukur penurunan


tinggi muka air selama periode waktu tertentu dan pada saat ini
tegangan air menjadi tidak tetap sehingga rumus Darcy dapat
digunakan. Misalnya pada ketinggian air (h), penurunan (dh) akan
membutuhkan waktu (dt), maka koefisien permeabilitas dapat
diturunkan dari rumus Darcy sehingga menjadi:
q=kiA

𝑖=𝐿

𝑞 .𝐼
𝑘= (7.2)
𝐴 .ℎ .𝑡

dengan:
k = koefisien permeability
A = luas sample tanah

Permeability 4
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

t = selang waktu
L = tinggi sampel tanah

Apabila air yang melalui sampel tanah sedikit seperti pada


sampel tanah lempung murni dimana nilai k sangat kecil, maka metode
ini tidak efektif lagi digunakan untuk mengukur nilai k. Sehingga akan
lebih baik menggunakan cara yang kedua, yaitu metode Variable Head.

Gambar 7.3 Susunan alat Variable Head Permeability Test

Permeability 5
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Metode Variable Head Test


Jumlah air yang mengalir pada standpipe dalam waktu tertentu adalah :
– 𝑑ℎ
𝑞 =𝑎 ∙𝑣 =𝑎
𝑑𝑡
dengan :
𝑎 = luas cross-section standpipe
dh/dt = penurunan muka air
Sedangkan jumlah air yang merembes melalui tanah dalam
waktu tertentu pada permeameter adalah :

𝑞 =𝐴 ∙𝑘 ∙
𝐿
lalu dengan menyamakan jumlah air yang masuk = jumlah air yang
keluar
qin = qout
𝑑ℎ ℎ
⇔ =𝐴∙𝑘∙
𝑑𝑡 𝐿
ℎ1 ℎ1
𝑑ℎ 𝐴 ∙ 𝑘 ∙ 𝑑𝑡
⇔ ∫ =∫
ℎ0 ℎ ℎ0 𝑎∙𝐿
ℎ0 𝐴 ∙ 𝑘 ∙ 𝑡
⇔ 𝑙𝑛 =
ℎ1 𝑎∙𝐿

𝑎∙𝐿 ℎ0 (7.3)
𝑘 =2∙3 𝑙𝑜𝑔10
𝐴∙𝑡 ℎ1
dengan:
a = luas cross-section standpipe
L = panjang sampel di dalam permeameter
A = luas cross-section permeameter
t = jumlah waktu pada waktu pengukuran
ℎ0 , ℎ1 = tinggi head (lihat gambar 7.2)

Koefisien permeabilitas pada suhu kamar (ToC) adalah KT sedangkan


untuk suhu standar (20oC) perlu dikonversi menjadi :

𝜂𝑇
𝐾20 = 𝐾𝑇 ( ) (7.4)
𝜂20
dimana :

Permeability 6
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

ηT = viskositas cairan pada temperatur T°C.


η20 = viskositas cairan pada temperatur 20°C.
Perbandingan viskositas dapat dilihat pada gambar 7.3 di bawah ini
(tabel koreksi viskositas cairan).

Temperatur oC

Gambar 7.4 Grafik ηT /η20 (data International Critical Tables, Vol. V

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan tanah kering yang lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak
±3 kg, dan pasir sebanyak ±3 kg.
2. Menyiapkan mould permeability, kemudian mencatat data diameter
dan tinggi mould masing-masing tiga kali pengukuran di titik yang
berbeda.

Permeability 7
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3. Mencampur tanah dengan pasir dengan perbandingan tertentu


(tanah:pasir = 1:1 / 1:2 / 2:1) sehingga terdapat 3 sampel campuran
tanah dan pasir, kemudian aduk sampai rata.
4. Memasang filter pada bagian dasar mould.
5. Kemudian memasukkan campuran tanah dan pasir untuk setiap
masing - masing perbandingan tersebut ke dalam mould dan
memadatkannya menggunakan hammer. Proses pemadatan ini
dilakukan secara berkala dengan membagi menjadi 3 layer dan 25
pukulan tiap layernya.
6. Memasang filter pada bagian atas mould.
7. Menutup mould dan meletakkan pada alat permeability.
B. Jalannya Praktikum
1. Percobaan yang dilakukan adalah Constant Head Test. Pertama-
tama, mengalirkan air melalui selang, naik ke reservoir di atas
kemudian masuk ke mould permeability hingga seluruh tanah di dalam
mould jenuh sempurna.
2. Mengeluarkan udara yang berada pada alat permeability hingga
benar-benar tidak ada lagi udara yang tersisa di dalam. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membuka sedikit baut untuk mengeluarkan
gelembung udara.
3. Mengukur tinggi muka air dari constant head ke mould (h).
4. Membuka kran dan menunggu hingga air yang masuk ke constant
head mencapai batas yang telah ditentukan.
5. Menampung air limpahan ke dalam gelas ukur selama kurang lebih
90 sekon.
6. Mengukur volume yang tertampung selama waktu yang ditentukan
(V). Mengulangi percobaan tersebut untuk sampel 2 dan 3,
kemudian melakukan perhitungan nilai permeabilitas rata-rata dari
ketiga sampel tersebut.
C. Perbandingan dengan ASTM

Permeability 8
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Percobaan yang dilakukan pada dasarnya menggunakan metode


menurut cara ASTM. Ada beberapa perbedaan percobaan yang
dilakukan, dengan cara ASTM D2434-65T, yaitu:
 ASTM menggunakan a = 11.71 cm2 sedangkan percobaan yang
dilakukan menggunakan a = 0.2123716 cm2
 ASTM menggunakan penurunan (dh) sebesar 1, 4, 7 serta 10
cm.
 Suhu standar ASTM 20°C, sedangkan suhu kamar di
laboratorium tercatat 29°C.
 Pemadatan tanah tidak sama dengan cara ASTM. Selain itu
standar yang ditetapkan ASTM tidak dapat dipenuhi karena
peralatan dalam laboratorium tidak memungkinkan. Misalnya,
tidak tersedianya pipa yang berdiameter sesuai standar ASTM,
serta tidak adanya pengatur suhu ruangan yang dapat membuat
suhu kamar menjadi 20°C.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Diameter Mould = 66,34 mm = 6,634 x 10-2 m

Tinggi Sampel = 102,24 mm = 1,0224 x 10-1 m


Tinggi constant head = 95 cm = 0,95 m
Suhu ruangan = 29o

1) Sampel 1 (Perbandingan 1:1)


W pasir = 750 gr
W tanah = 750 gr
Tinggi sampel = 102,24 mm = 1,0224 × 10−1 𝑚
Luas = 3,45× 10−3 𝑚2
Vol. air tertampung = 7 × 10−5 𝑚3
Waktu = 60 s

Permeability 9
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2) Sampel 2 (Perbandingan 1:2)


W pasir = 500 gr
W tanah = 1000 gr
Tinggi sampel = 102,24 mm = 1,0224 × 10−1 𝑚
Luas = 3,45× 10−3 𝑚2
Vol. air tertampung = 5 × 10−5 𝑚3
Waktu = 60 s

3) Sampel 3 (Perbandingan 2:1)


W pasir = 1000 gr
W tanah = 500 gr
Tinggi sampel = 102,24 mm = 1,0224 × 10−1 𝑚
Luas = 3,45× 10−3 𝑚2
Vol. air tertampung = 2,5 × 10−5 𝑚3
Waktu = 60 s

B. Perhitungan
Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar ( 29°C )
(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙. 𝑡)
sehingga untuk suhu standar (20°C)
K20 = K29 (η29 / η20)
η29 / η20 = 0,82
Keterangan : V = volume air yang tertampung
L = tinggi sampel
A = luas sampel
h = beda tinggi = tinggi constant head + tinggi sampel
t = waktu
1) Sampel 1
Tinggi (L) = 1,0224 × 10−1 m
Beda Tinggi (h) = 1,052 m

Permeability 10
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Luas (A) = 3,45× 10−3 𝑚2


Volume air (V) = 7 × 10−5 𝑚3 ( dalam 60 detik )
(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙ 𝑡)
(7 × 10−5 𝑚3 ∙ 1,0224 × 10−1 𝑚)
=
(3,45 𝑥 10−3 𝑚2 ∙ 1,052 𝑚 ∙ 60 𝑠)
= 3,28 x 10-5 m/s
K20 = K29 . ( η29 / η20 )
= 3,28 x 10-5 m/s x 0,82
= 2,69 x 10-5 m/s
2) Sampel 2
Tinggi (L) = 1,0224 × 10−1 m
Beda Tinggi (h) = 1,052 m
Luas (A) = 3,45× 10−3 𝑚2
Volume air (V) = 5 × 10−5 𝑚3 ( dalam 60 detik )
(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙ 𝑡)
(5 × 10−5 𝑚3 ∙ 1,0224 × 10−1 𝑚)
=
(3,45 𝑥 10−3 𝑚2 ∙ 1,052 𝑚 ∙ 60 𝑠)
= 2,34 x 10-5 m/s
K20 = K29 . ( η29 / η20 )
= 3,28 x 10-5 m/s x 0,82
= 1,91 x 10-5 m/s
3) Sampel 3
Tinggi (L) = 1,0224 × 10−1 m
Beda Tinggi (h) = 1,052 m
Luas (A) = 3,45× 10−3 𝑚2
Volume air (V) = 2,5 × 10−5 𝑚3 ( dalam 60 detik )
(𝑉 ∙ 𝐿)
𝐾29 =
(𝐴 ∙ ℎ ∙ 𝑡)
(2,5 × 10−5 𝑚3 ∙ 1,0224 × 10−1 𝑚)
=
(3,45 𝑥 10−3 𝑚2 ∙ 1,052 𝑚 ∙ 60 𝑠)
= 1,17 x 10-5 m/s

Permeability 11
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

K20 = K29 . ( η29 / η20 )


= 3,28 x 10-5 m/s x 0,82
= 9,62 x 10-6 m/s
No. Sampel K29 (m/s) K20 (m/s)
1 3,28 x 10-5 2,69 x 10-5
2 2,34 x 10-5 1,91 x 10-5
3 1,17 x 10-5 9,62 x 10-6

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Percobaan permeability ini bertujuan untuk mengetahui nilai
permeabilitas k dari sampel tanah. Alat alat yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah mould permeability, penggaris, gelas ukur,
jangka sorong, dan pengukur waktu. Untuk memulai praktikum ini,
pertama tama praktikan harus menyiapkan tanah lolos saringan No 4
ASTM sebanyak 3 kg dan juga pasir sebanyak 3 kg. Setelah itu praktikan
menimbang tanah dan pasir untuk menjadikan sampel. Praktikan
menggunakan tiga variasi sampel dengan perbandingan tanah dan pasir
yang berbeda beda.
Untuk sampel pertama, praktikan menimbang 750 gram tanah dan
mencampurnya dengan 750 gram pasir di dalam baskom. Hal ini berarti
perbandingan pertama yang digunakan ialah 1:1. Campuran tanah dan
pasir diaduk hingga merata. Guna pasir ditambahkan ialah untuk
menambah variasi ukuran butiran yang akan mempengaruhi permeabilitas.
Setelah dirasa cukup merata, praktikan membawa sampel ke alat
mould permeability. Sebelum dimasukkan ke dalam mould, dengan jangka
sorong praktikan mengukur diameter mould. Setelah itu, praktikan
memasang filter dibawah mould untuk mencegah adanya tanah yang lolos
ke dalam pipa sehingga mengganggu jalannya praktikum. Setelah filter
terpasang, praktikan memasukan sampel ke dalam mould perlahan lahan
dengan menggunakan sendok plastik. Setiap ketinggian sampel sekitar 1/3
dari tinggi mould, praktikan memampatkan sampel dengan menggunakan

Permeability 12
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tamper. Hal ini dilakukan supaya sampel benar benar padat sehingga hasil
praktikum menjadi lebih baik. Setelah dirasa cukup penuh, praktikan
menaruh filter di atas sampel dan menutup mould dengan penutupnya lalu
mengencangkan sekrup yang ada di atas penutup mould. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kebocoran air pada mould tersebut.
Setelah mould tertutup rapi, praktikan menyalakan keran yang
sudah terhubung dengan pipa pipa yang ada. Praktikan menunggu
beberapa saat hingga air melewati sampel dan menjadikan seluruh sampel
jenuh sempurna. Tak lupa praktikan harus mengeluarkan udara yang ada
di dalam mould dengan cara memutar baut kecil yang ada di atas penutup
mould. Praktikan menunggu sesaat hingga seluruh gelembung udara sudah
keluar dan debit air yang keluar melewati pipa sudah constant. Setelah
dirasa constant, praktikan menampung air yang keluar ke dalam gelas ukur
selama 60 detik. Praktikan melakukan perlakuan yang sama untuk sampel
dengan perbandingan 1:2 dengan berat pasir sebanyak 500 gram serta
berat tanah sebesar 1000 gram dan perbandingan 2:1 dengan berat pasir
sebanyak 1000 gram dan berat tanah sebesar 500 gram.

B. Analisis Data dan Hasil


Dari hasil percobaan praktikan mendapatkan data berupa nilai
volume air yang keluar selama 60 detik. Dari ketiga sampel, debit terbesar
didapati oleh sampel 1 yaitu perbandingan pasir dan tanah 1:1 sedangkan
debit terkecil didapati oleh sampel 3 yaitu perbandingan pasir dan tanah
2:1. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana seharusnya dengan
ukuran butiran yang lebih besar maka air akan lebih mudah keluar
(permeabilitasnya tinggi). Hal ini terjadi dikarenakan praktikan terlalu
padat memampatkan sampel ketiga , sehingga udara sulit keluar dan
mempengaruhi data yang didapat.
Dari data percobaan yang sudah didapatkan, praktikan melakukan
pengolahan data untuk mendapatkan nilai K29 dengan menggunakan
rumus Darcy. Untuk nilai permeabilitas k (K20), praktikan melakukan
konversi dari nilai K29.

Permeability 13
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 7. Hasil perhitungan dari data percobaan


No. Sampel K29 (m/s) K20 (m/s)
1 3,28 x 10-5 2,69 x 10-5
2 2,34 x 10-5 1,91 x 10-5
3 1,17 x 10-5 9,62 x 10-6

Dari tabel di atas, nilai permeabilitas k yang paling besar dimiliki


oleh sampel nomor 1, yaitu sampel yang terdiri dari 1000 gram tanah dan
500 gram pasir (perbandingan 2:1). Sedangkan nilai permeabilitas k yang
paling kecil dimiliki oleh sampel nomor 3, yaitu sampel yang terdiri dari
500 gram tanah dan 1000 gram pasir.
Tabel 7.1 Koefisien permeabilitas (m/s) (BS 8004: 1986)

1 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9 10-10

Pasir bersih dan Pasir sangat halus,


Kerikil campuran pasir- lanau dan lempung-
bersih kerikil lanau berlapis-lapis Lempung tak bercelah dan
lempung lanau (>20%
Lempung yang mengalami pengawetan dan lempung)
bercelah

Menurut Tabel Koefisien Permeabilitas BS 8004: 1986, sampel


tanah yang memiliki nilai k (K20) yang berkisar antara 10-5 - 10-7 m/s
termasuk golongan pasir sangat halus, lanau dan lempung-lanau berlapis-
lapis serta mengalami pengawetan dan bercelah.
Tabel 7.2 Koefisien permeabilitas menurut Burt G, Look, 2007

Permeability 14
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Menurut tabel koefisien tanah menurut Burt G Look, hasil sampel


tanah yang praktikan dapatkan merupakan jenis tanah pasir lanau dengan
nilai permeabilitas di kisaran angka 10-7 hingga 10-5 .

Permeability 15

Anda mungkin juga menyukai