Anda di halaman 1dari 38

Laboratorium Mekanika Tanah

Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Maysya Putri Cantieka 2106653514


Aglestin Panjaitan 2106652064
Aurellia Maharani 2106654800
Faiz Akbar Rohmatulloh 2106650115
KELOMPOK : L-19
TANGGAL PRAKTIKUM : 20 Maret 2023
JUDUL PRAKTIKUM : Atterberg Limits
ASISTEN : Joserico
PARAF DAN NILAI :

A. LIQUID LIMIT
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit,
Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 89 "Determining the Liquid Limit of Soils"
SNI 1967:2008 "Cara uji penentuan batas cair tanah"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada liquid limit (batas cair) dari
sampel tanah. Hasil uji batas cair ini dapat diterapkan untuk
menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya pada
tanah kohesif, dimana konsistensi tanah tergantung dari nilai
batas cairnya. Di samping itu, nilai batas cair ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah, yaitu
nilai batas cair dikurangi dengan nilai batas plastis.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
 Alat Cassagrande
 Standard grooving tool
 Can

1
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Spatula
 Mangkuk porselin
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Botol penyemprot

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak 
1 kg
 Air suling

Gambar 1. Peralatan Praktikum Liquid Limit: a) Alat Cassagrande;


b) Standard Grooving Tool; c) Can; d) Alat penyemprot
Sumber: (Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, 2017)
D. Teori dan Rumus yang Digunakan
Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai
kadar air dimana sampel tanah yang telah dimasukkan pada alat
cassagrande, dibuat celah di tengahnya dengan standard
grooving tool lalu alat cassagrande diputar dengan kecepatan 2
ketukan per-detik dan tinggi jatuh 10 mm, sehingga pada
ketukan ke-25 sampel tanah yang digores dengan grooving tool
merapat sepanjang 0,5 inch.
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam
keadaan tertentu. Dalam hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga

2
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

keadaan, yaitu batas cair, batas plastis, dan batas susut dari
tanah, atau secara skematis diwakili pada sebuah diagram yaitu:

Gambar 2. Diagram Atterberg Limits


Sumber: (Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, 2017)
Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin
sedikit. Batas cair ini ditentukan dengan percobaan memakai
alat percobaan liquid limit. Alat ini dikembangkan oleh
Cassagrande dan besarnya batas cair ditentukan pada ketukan
ke-25.
W 1−W 2
W= ×100 %
W 2−W 3
dengan:
W = kadar air
W1 = berat tanah basah + can
W2 = berat tanah kering + can
W3 = berat can

E. Teori Tambahan
Batas cair (liquid limit) adalah kadar air pada saat tanah
berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis (Arora,
2004). Pada batas cair, tanah lempung secara praktis seperti
cairan, tetapi memiliki kekuatan geser yang kecil. Batas cair
tanah tergantung pada mineral lempung yang ada. Semakin kuat
surface charge (muatan permukaan) dan semakin tipis
partikelnya, semakin besar jumlah air yang terserap, maka akan
semakin tinggi pula batas cairnya. Tanah dengan batas cair yang
tinggi cenderung memiliki sifat plastis yang lebih tinggi,
sehingga lebih lunak dan dapat dikatakan memiliki sifat
keteknikan yang buruk. Hal tersebut dapat beresiko pada
masalah konstruksi dan meningkatkan risiko tanah longsor
sebab sulit untuk dipadatkan (pemampatannya tinggi).

3
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
a. Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM, dengan
kondisi kering udara.
b. Memastikan kebersihan alat–alat.
c. Mengalibrasi timbangan yang akan digunakan.
d. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling.
e. Menyiapkan dan keringkan can yang diperlukan.
B. Jalannya Praktikum
a. Memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan
kemudian mencampur dengan air suling dan mengaduk
dengan spatula hingga tanah menjadi homogen.
b. Memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk cassagrande
selapis demi selapis dan mengusahakan tidak ada udara di
antara setiap lapisan dengan spatula. Tebal tanah yang
dimasukkan kurang lebih hingga setebal 0.5 inch pada
bagian tengahnya.
c. Membuat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk
cassagrande dengan menggunakan grooving tool dalam
arah tegak lurus mangkuk, melakukan dengan hati–hati agar
tidak terjadi retak pada bagian bawahnya (gambar 3).

4
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 3. Membuat Celah dengan Grooving Tool


Sumber: (Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, 2017)

d. Menjalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2


putaran per-detik dan tinggi jatuh 1 cm, melakukan hingga
tanah tepat merapat sepanjang 0.5 inch. Pada saat itu
menghentikan alat cassagrande dan mencatat jumlah
ketukan.

Gambar 4. Tanah yang Merapat Sepanjang ½ Inch


Sumber: (Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, 2017)
e. Menimbang can terlebih dahulu, lalu mengambil sebagian
tanah dalam mangkuk cassagrande dan memasukkan ke
dalam can dan kemudian menimbang berat can + tanah.
Terakhir, memasukkan can + tanah ke dalam oven.
f. Mengulangi seluruh langkah di atas untuk lima sampel dan
dengan nilai ketukan antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini

5
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dibantu dengan cara menambahkan air suling atau


menambahkan tanah.
g. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, mengeluarkan
sampel tanah dari oven dan menimbang kembali.
h. Menghitung kadar airnya.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Tabel 1. Data Percobaan Liquid Limit
No. Can x 6 5 3
Jumlah ketukan 17 22 29 41
Berat tanah basah + can 25,1 29,8 25,3 29,4
Berat tanah kering + can 18 20,4 17,9 20,8
Berat can 8,4 8,2 8,1 8,5
Sumber: (Data Praktikan, 2023)
B. Perhitungan
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Percobaan Liquid Limit

No. Can x 6 5 3
Jumlah ketukan 17 22 29 41
Berat tanah basah + can 25,1 29,8 25,3 29,4
Berat tanah kering + can 18 20,4 17,9 20,8
Berat can 8,4 8,2 8,1 8,5
Berat tanah kering 9,6 12,2 9,8 12,3
Berat air 7,1 9,4 7,4 8,6
Kadar air (W%) 74% 77% 76% 70%
Sumber: (Data Praktikan, 2023)

 Menghitung Kadar Air


W 1−W 2
W= ×100 %
W 2−W 3
dengan:
W = kadar air
W1 = berat tanah basah + can
W2 = berat tanah kering + can
W3 = berat can

6
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Sampel X
25,1−18
W= ×100 %=74 %
18−8,4
Sampel 6
29,8−20,4
W= ×100 %=77 %
20,4−8,2
Sampel 5
25,3−17,9
W= × 100 %=76 %
17,9−8,1
Sampel 3
29,4−20,8
W= ×100 %=70 %
20,8−8,5

 Menentukan Nilai Liquid Limit


Cara 1
Batas cair didapat dengan menarik garis vertikal pada N =
25 sampai memotong grafik. Regresi logarithmic antara N
(jumlah ketukan) dengan W (kadar air):

Tabel 3. Regresi Logarithmic antara N dan W

N (x) W (y)

17 74%
22 77%
29 76%
41 70%
Rata-Rata 74%
Sumber: (Data Praktikan, 2023)

7
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Hasil Uji Liquid Limit


78%
76%
f(x) = − 0.0510423137256722 ln(x) + 0.907043943233491

Kadar Air (W)


74%
R² = 0.395223861740589
72%
70%
68%
66%
15 20 25 30 35 40 45
Jumlah Ketukan (n)

Grafik 1. Hasil Uji Liquid Limit Cara 1


Sumber: (Data Praktikan, 2023)

Berdasarkan grafik tersebut, didapatkan persamaan y = -


0,05 ln (x) + 0,907. Jadi untuk N = 25, didapatkan nilai
liquid limit sebagai berikut.
Liquid limit = -0,05 ln (25) + 0,907 = 75%
Cara 2
Dengan rumus
N 0,121
¿=Wn( )
25

Keterangan:
LL = liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan
17 0,121
LL can x = 74 ( ) = 70,59 %
25

22 0,121
LL can 6 = 77( ) = 75,87 %
25
0,121
29
LL can 5 = 76( ) = 76,88 %
25
0,121
41
LL can 3 = 70( ) = 74,23 %
25

8
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 4. Hasil Perhitungan Liquid Limit Cara 2

Jumlah
No. Can Wn (%) LL (%)
Ketukan
x 17 74% 70,59%
6 22 77% 75,87%
5 29 76% 76,88%
3 41 70% 74,23%
Rata-Rata LL 74%
Sumber: (Data Praktikan, 2023)

 Menentukan Kesalahan Relatif

Kesalahan relatif = | LLcaraLLcara


1−LLcara 2
1 |×100 % = 0,29

 Menentukan Harga Flow Index (FI)


Untuk mendapatkan harga Flow Index (FI) ialah dengan
menarik garis lurus sehingga memotong sumbu pada
ketukan ke-10 dan ketukan ke-100.

Kadar air untuk N = 100;


W = -0,05 ln (100) + 0,907 = 68%

Kadar air untuk N = 10;


W = -0,05 ln (10) + 0,907 = 79%

FI =WN 100−WN 10=−12 %

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Praktikum Atterberg Limit bagian liquid limit memiliki
tujuan untuk dapat menghitung kadar air pada batas cair suatu
sampel tanah. Hasil yang didapatkan dari percobaan ini dapat
digunakan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan
sifatnya pada tanah kohesif, dimana konsistensi tanah
tergantung dari nilai batas cairnya. Selain itu, nilai batas cair ini

9
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas


tanah.
Dalam percobaan liquid limit, diperlukan beberapa alat
dan bahan sebagai penunjang jalannya praktikum. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain alat cassagrande yang
berfungsi sebagai alat pengetuk nilai uji batas cair, standard
grooving tool yang digunakan untuk membuat celah ditengah
sampel pada alat cassagrande, can sebagai wadah sampel tanah
saat dilakukan penimbangan, spatula sebagai pengaduk
pencampuran, mangkuk porselin sebagai wadah pencampuran
tanah dengan air suling, oven sebagai alat untuk mengeringkan
sampel, timbangan untuk menimbang berat sampel tanah, botol
penyemprot sebagai wadah air suling yang akan digunakan.
Selanjutnya, tanah yang digunakan adalah tanah yang telah lolos
saringan ASTM nomor 40. Pemilihan ukuran ini dimaksudkan
untuk memudahkan pembuatan pasta tanah. Selain itu
digunakan pula air suling yang berperan sebagai pengencer
pasta tanah dan juga berfungsi untuk mengatur kadar air yang
dicapai. Air suling tidak mengandung mineral, sehingga
penggunaan air suling dimaksudkan untuk mencegah mineral
mempengaruhi kondisi sampel tanah yang diuji.
Setelah dilakukan persiapan alat dan bahan, praktikum
dimulai dengan langkah pertama yaitu memasukkan sampel
tanah yang lolos saringan No. 40 ASTM ke dalam mangkuk
porselin dan secara bertahap menambahkan air suling untuk
membuat pasta tanah. Hal ini dilakukan dalam memastikan
pasta yang didapat tidak terlalu keras ataupun tidak terlalu cair.
Kemudian, campuran dihomogenkan menggunakan spatula
dengan cara diaduk. Kehomogenan pasta dapat dilihat dari
campuran yang telah bebas dari partikel kasar. Setelah itu,
praktikan memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk
cassagrande per lapis menggunakan spatula agar tidak ada

10
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

udara di antara setiap lapisan. Rongga udara yang ada dapat


berpengaruh terhadap alat cassagrande ketika dalam proses
menghitung jumlah pukulan. Ketebalan tanah yang dimasukkan
kurang lebih setebal 0.5 inch pada bagian tengahnya. Tanah
dimasukkan setebal 0.5 inch agar lapisan tanah mencapai
kondisi optimum. Jika tanah lebih dari 0.5 inch maka tanah
masih terlalu lunak. Kemudian, menggunakan alat standard
grooving tool untuk membuat celah di tengah mangkuk
cassagrande. Celah dibuat tegak lurus dari titik tengah mangkuk
cassagrande dan dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
keretakan pada bagian bawah sampel. Pembuatan celah ini
dilakukan agar praktikan dapat menghitung dalam ketukan
berapa tanah akan menutupi celah yang dibuat. Lalu, praktikan
membersihkan tanah yang berada di tepi mangkuk karena tanah
yang berada di tepi mangkuk dapat menjadi beban tambahan
sehingga dapat membuat kesalahan dalam praktikum.
Kemudian gunakan sakelar di sisi kiri alat untuk
menghidupkan alat cassagrande untuk ketukan otomatis dengan
kecepatan konstan 2 putaran per detik dan ketinggian jatuh 1
cm. Banyak ketukannya adalah 15, 20, 30, dan 40. Untuk
mendapatkan jumlah ketukan yang diinginkan, pada ketukan
yang rendah diperlukan kadar air yang lebih banyak
dibandingkan ketukan yang tinggi. Sehingga, jika celah merapat
sebelum ketukan yang diinginkan perlu ditambah sampel tanah.
Sedangkan, apabila celah tidak merapat saat ketukan yang
diinginkan, maka perlu untuk ditambah air suling kembali.
Selanjutnya, praktikan menghentikan alat cassagrande saat
sampel tanah merapat kembali, lalu mencatat jumlah ketukan
yang diperoleh. Praktikan kemudian menimbang can dengan
sampel tanah dari alat cassagrande. Kemudian, masukkan
sampel ke dalam oven selama 18 jam karena 18 jam merupakan
waktu yang optimum bagi tanah untuk menguapkan sepenuhnya

11
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

kandungan airnya. Kemudian, angkat dan timbang can dengan


berat can ditambah berat kering tanah. Guna memenuhi data,
dilakukan penimbangan pada can kosong untuk mendapatkan
berat can, can berisi tanah kering untuk mendapatkan berat can
+ tanah kering, dan can berisi tanah basah untuk mendapatkan
berat can + tanah basah. Can yang telah selesai digunakan
dicuci kembali hingga bersih.

B. Analisis Data dan Hasil


Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan data
praktikum, yaitu berat can, berat can berisi tanah kering, berat
can berisi tanah basah, serta jumlah ketukan seperti pada Tabel
1. Dalam percobaan liquid limit, terdapat dua metode
perhitungan untuk memperoleh nilai LL. Metode pertama, yaitu
metode grafik logaritmik. Dilakukan perhitungan kadar air tiap
sampel dengan membagi berat air dengan berat kering tanah
kemudian dikalikan dengan 100%. Berat air didapatkan dari
berat tanah basah + can dikurangi berat tanah kering + can,
sedangkan berat kering tanah didapat dengan mengurangi berat
tanah kering + can dengan berat can itu sendiri. Selanjutnya,
dibuat grafik logaritma dengan jumlah ketukan (N) sebagai
sumbu x dan kadar air (W) sebagai sumbu y. Dari grafik,
didapatkan persamaan sebagai berikut:
y =  0,05 ln (x) + 0,907
Persamaan ini menunjukkan hubungan antar jumlah
ketukan dan kadar air. Untuk mendapatkan nilai liquid limit,
digunakan persamaan di atas dengan memasukkan nilai x
sebesar N = 25, sehingga didapatkan nilai liquid limit sebesar
75%. Ketukan ke-25 digunakan sebagai acuan batas cair karena
pada ketukan ke-25 merupakan kadar air optimum untuk tanah.
Dapat diketahui bahwa semakin tinggi kadar air, semakin
sedikit jumlah ketukan yang dibutuhkan untuk merapatkan

12
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

sampel sepanjang 0.5 inch, begitu pula sebaliknya. Hal ini


disebabkan karena banyaknya kadar air pada sampel akan
mempengaruhi sifat kohesi tanah.
Metode kedua, nilai liquid limit didapatkan dengan
menggunakan rumus. Berdasarkan perhitungan, didapatkan rata-
rata liquid limit pada ke empat can adalah sebesar 74%.
Kemudian, dari kedua cara yang digunakan didapatkan
kesalahan relative dengan menghitung pengurangan antara nilai
LL1 dengan LL2 kemudian dibagi dengan nilai LL1. Setelah itu,
nilai mutlak dari hasil perhitungan tersebut dikali dengan 100%.
Dari percobaan ini, nilai kesalahan relatif adalah 0,29%.
Berdasarkan hasil dan teori yang ada, sampel tanah dapat
digolongkan ke dalam kategori tanah dengan plastisitas tinggi.
Selanjutnya, dilakukan pula perhitungan flow index. Nilai
flow index didapatkan menggunakan persamaan regresi
logaritma dengan mengurangi kadar air pada saat ketukan ke
100 dan kadar air pada saat ketukan ke 10. Dari percobaan,
didapat kadar air ketukan 100 sebesar 68% dan pada ketukan ke
10 kadar air sebesar 79% sehingga didapatkan FI sebesar –12%.
Flow index merupakan ukuran laju dimana tanah akan
kehilangan kekuatan gesernya dengan peningkatan kadar air.
Kekuat geser tanah sendiri adalah gaya perlawanan yang
dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan.
Tanah dengan flow index yang tinggi memiliki kekuatan geser
tanah yang rendah. Dalam percobaan ini, diperoleh bahwa tanah
memiliki flow index rendah yang menunjukkan bahwa tanah
tersebut memiliki kekuatan geser tanah yang tinggi.

C. Analisis Kesalahan
Pada praktikum liquid limit, terdapat beberapa kesalahan
yang dapat terjadi, yaitu:

13
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Kadar air pada can dengan 17 ketukan yang lebih tinggi


daripada can dengan 22 ketukan, sedangkan yang
seharusnya terjadi adalah sebaliknya. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh tanah yang belum homogen sempurna
sehingga kadar air menjadi tidak merata. Hal yang dapat
dilakukan untuk memastikan sampel tanah sudah homogen
adalah dengan memastikan tidak adanya gumpalan pada
saat pengadukan sampel tanah + air suling.
 Ketidaktelitian praktikan saat pembacaan berat sampel dan
berat can. Hal ini dapat terjadi karena timbangan yang
belum dikalibrasi terlebih dahulu. Kesalahan ini dapat
diantisipasi dengan memastikan terlebih dahulu apakah
timbangan sudah terkalibrasi atau belum.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum liquid limit ini adalah:
 Nilai liquid limit yang didapatkan dari cara satu adalah 75%,
sedangkan dengan cara dua adalah 74%.
 Nilai Flow Index (FI) yang didapatkan adalah –12%. Flow index
rendah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki kekuatan
geser tanah yang tinggi.
 Berdasarkan nilai liquid limit yang diperoleh, sampel tanah tersebut
digolongkan menjadi tanah dengan plastisitas tinggi.

VI. APLIKASI
Aplikasi pengujian sifat tanah berdasarkan nilai liquid limitnya
dapat berguna pada bidang berikut:
 Uji liquid limit dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko
tanah longsor pada suatu wilayah, karena tanah yang memiliki
LL tinggi cenderung lebih lunak dan lebih mudah untuk
tergelincir.

14
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Menguji kekuatan tanah untuk pembangunan drainase. Tanah


dengan batas cair yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan
drainase karena air dapat dengan mudah meresap ke dalam
tanah yang lebih lunak.

VII. REFERENSI

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. (2017).


Data Praktikan. (2023).
Arora, D. K. (2004). Soil Mechanics and Foundation Engineering.
Delhi: A. K. Jain.
Dokumentasi Praktikan. (2023).
Darwis. (2018). Dasar-Dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena
Indis.
Hardiyatmo, H. C. (2002). Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

VIII. LAMPIRAN

Gambar 5. Proses Perataan Pasta Tanah Pada Alat Cassagrande


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

15
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 6. Proses Kalibrasi Alat Cassagrande


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

Gambar 7. Tanah yang Merapat Pada Ketukan 22


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

B. PLASTIC LIMIT
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit,
Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils"

16
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

AASHTO T 89 "Determining the Liquid Limit of Soils"


SNI 1967:2008 "Cara uji penentuan batas cair tanah"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas plastis (plastic limit) dari
sebuah sampel tanah atau untuk menentukan batas terendah
kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis, dan angka Indeks
Plastisitas suatu tanah.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
 Pelat kaca
 Container
 Spatula
 Mangkung Porselin
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
 Air suling

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan
sebagai kadar air pada batas dimana sampel tanah digulung pada
pelat kaca hingga mencapai diameter kurang lebih ⅛ inch (3.2
mm) dan tanah tersebut tepat retak–retak halus. Dari percobaan
ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
IP = LL-PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya
terletak antara batas plastis dan batas cair. Rumus yang
digunakan adalah:

17
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

W 1−W 2
W= ×100 %
W 2−W 3
dengan:
W = kadar air
W1 = berat tanah basah + can
W2 = berat tanah kering + can
W3 = berat can

E. Teori Tambahan
Batas plastis (plastic limit) dapat diartikan sebagai nilai
kadar air pada kondisi antara daerah plastis dan daerah semi
padat (Darwis, 2018). Indeks plastisitas merupakan interval
kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Karena itu, indeks
plastisitas menunjukkan sifat keplastisitasan tanah tersebut
(Hardiyatmo, 2002).
Tabel 5. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Indeks Platisitas
PI Sifat Macam Tanah Kohesi
0 Non-plastis Pasir Non-kohesif
<7 Plastis rendah Lanau Kohesif sebagian
7-17 Plastis sedang Lempung Berlanau Kohesif
>17 Plastis tinggi Lempung Kohesif
Sumber: (Hardiyatmo, 2002)

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
a. Membersihkan alat-alat yang akan digunakan.
b. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling.
c. Menyiapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM.
d. Menimbang berat kedua container.

B. Jalannya Praktikum

18
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a. Memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan


kemudian mencampur dengan air suling dan mengaduk
dengan spatula hingga tanah menjadi homogen.
b. Mengambil sampel tanah tersebut sedikit lalu gulung di atas
pelat kaca sampai berdiameter ⅛ inch. Bila kadar air
berlebih, pada waktu sampel tanah mencapai diameter ⅛
inch tidak terjadi retak–retak, maka percobaan ini harus
diulang kembali dengan menambahkan sampel tanah.
Sedangkan bila kadar air kurang, sampel tanah akan retak-
retak sebelum mencapai diameter ⅛ inch. Percobaan ini
harus diulang kembali dengan menambahkan air sehingga
sampel tanah tepat retak–retak pada waktu mencapai
diameter ⅛ inch.

Gambar 8. Proses Menggulung Tanah


Sumber: (Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, 2017)
c. Memasukkan sampel tanah yang mulai retak–retak halus
pada diameter ⅛ inch ke dalam dua container yang sudah
ditimbang beratnya. Berat container + tanah minimum
adalah 15 gram.
d. Menutup container secepatnya agar kadar air tidak
berkurang karena penguapan. Kemudian menimbang
container yang telah berisi tanah tersebut.

19
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

e. Memasukkan container dalam keadaan terbuka ke dalam


oven berisi tanah yang telah ditimbang selama kurang lebih
18 jam.
f. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, mengeluarkan
sampel dari oven lalu menimbang container berisi tanah
tersebut guna mencari kadar airnya. Pada saat menghitung
kadar air ini jangan lupa untuk menambahkan berat penutup
container agar berat total container seperti pada saat
menimbang berat tanah basah sebelumnya.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Tabel 6. Data Hasil Praktikum Plastic Limit
Container No. Kecil Besar
Berat tanah basah +
26 26
container
Berat tanah kering +
20,3 22,4
container
Berat container 9,4 14,5
Sumber: (Data Praktikan, 2023)

B. Perhitungan
Untuk mencari kadar air tanah digunakan rumus:
Container Kecil
W 1−W 2 26−20,3
W= ×100 % = ×100 %=52 %
W 2−W 3 20,3−9,4
Container Besar
W 1−W 2 26−2 2,4
W= ×100 % = × 100 %=46 %
W 2−W 3 22,4−14,5

Tabel 7. Hasil Perhitungan Praktikum Plastic Limit


Can No. Kecil Besar
Berat tanah basah +
26 26
container
Berat tanah kering +
20,3 22,4
container

20
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Can No. Kecil Besar


Berat container 9,4 14,5
Berat air 5,7 3,6
Berat tanah kering 10,9 7,9
Kadar air (W%) 52% 46%
Rata-Rata (PL) 49%
Sumber: (Data Praktikan, 2023)

Untuk menentukan Plastic Index (PI) digunakan rumus:


PI = LL – PL
PI = 75% – 49% = 26%

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Praktikum Atterberg Limit bagian plastic limit
bertujuan untuk menentukan kadar air pada batas plastis sampel
tanah. Nilai batas plastis berguna untuk menentukan batas
terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis dan angka
indeks plastisitas suatu tanah. Terdapat beberapa alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain pelat kaca yang
berfungsi untuk alas saat menggulung sampel tanah, container
yang berfungsi untuk wadah sampel tanah yang sudah digulung,
spatula yang berfungsi untuk mengaduk tanah dengan air sulung
sampai homogen, mangkuk porselin yang berfungsi untuk
wadah pencampuran sampel, oven yang berfungsi untuk
mengeringkan sampel, dan timbangan dengan ketelitian 0,01
gram untuk menimbang berat sampel tanah. Selanjutnya,
digunakan sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM dan air
suling. Pemilihan ukuran ini dimaksudkan untuk memudahkan
pembuatan pasta tanah. Selain itu digunakan pula air suling
yang berperan sebagai pengencer pasta tanah dan juga berfungsi
untuk mengatur kadar air yang dicapai. Air suling tidak
mengandung mineral, sehingga penggunaan air suling

21
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dimaksudkan untuk mencegah mineral mempengaruhi kondisi


sampel tanah yang diuji.
Setelah alat dan bahan siap, praktikum dimulai dengan
memasukkan dan mencampur sampel tanah dengan air suling
hingga homogen agar kadar air merata. Komposisi tanah dan air
harus benar-benar sesuai agar ketika penggulungan, keretakan
tidak terjadi sebelum mencapai diameter 1/8 inch atau setelah
mencapai diameter 1/8 inch. Selanjutnya, dilakukan
penggulungan sampel tanah di atas pelat kaca sampai
berdiameter 1/8 inch. Sampel tanah harus mengalami retak-retak
tepat ketika penggulungan sudah mencapai diameter 1/8 inch.
Ketika tanah dalam batas plastis, maka tanah akan mengalami
keretakan ketika diameternya mencapai 1/8 inch. Apabila belum
terjadi retak maka kadar air dalam campuran sampel berlebih,
dan apabila sudah retak sebelum mencapai 1/8 inch, maka kadar
air kurang saat pencampuran. Kekurangan kadar air atau terjadi
retak sebelum 1/8 inch dapat dicegah dengan menambahkan air
suling, sedangkan kelebihan kadar air atau tidak retak saat 1/8
inch dapat dicegah dengan menambahkan kembali sampel tanah.
Selanjutnya, langkah ketiga adalah memasukkan sampel tanah
yang mulai retak–retak halus pada diameter 1/8 inch ke dalam
container dan ditutup agar kadar air pada sampel tidak
berkurang. Langkah selanjutnya adalah menimbang berat
sampel dengan container untuk diketahui data beratnya.
Selanjutnya, sampel di oven selama kurang lebih 18 jam hingga
mencapai kondisi kering. 18 jam merupakan waktu optimal
minimal untuk mendapatkan kondisi tanah dalam keadaan
kering. Langkah terakhir, sampel tanah yang telah dioven
ditimbang untuk mendapatkan data berat kering tanah.

B. Analisis Data dan Hasil

22
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Berdasarkan langkah praktikum yang dilakukan, akan


didapatkan data berupa berat container, berat tanah basah dalam
container, dan berat tanah kering dalam container. Selanjutnya,
praktikan menghitung berat tanah kering dan berat air dari
sampel. Berat air didapatkan dari pengurangan berat container +
tanah basah dengan berat container + tanah kering, sedangkan
berat kering tanah didapat dengan mengurangi berat container +
tanah kering dengan berat container itu sendiri. Setelah itu,
praktikan menghitung kadar air sampel dengan membagi berat
air dengan berat tanah kering kemudian dikalikan dengan 100%.
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kadar air
container kecil sebesar 52% dan container besar sebesar 46%.
Untuk mendapatkan nilai plastic limit, praktikan merata-ratakan
kadar air dari tiap sampel, sehingga diperoleh nilai plastic limit
sebesar 49%. Selanjutnya, dapat dihitung indeks plastisitas
tanah dengan mengurangkan nilai liquid limit dari percobaan
sebelumnya dengan nilai plastic limit. Indeks plastisitas dapat
menunjukkan sifat keplastisitasan tanah. Indeks plastisitas yang
semakin tinggi menunjukkan bahwa kemampuan butir-butir
tanah untuk mengalami perubahan bentuk tanpa terjadi
perubahan volume atau pecah semakin besar, atau dengan kata
lain nilai indeks plastisitas berbanding lurus dengan jumlah
partikel lempung dalam tanah. Semakin besar nilai indeks
plastisitas tanah, maka semakin besar juga jumlah partikel
lempung dalam tanah. Semakin kecil nilai indeks plastisitas
tanah, maka semakin kecil pula jumlah partikel lempung dalam
tanah. Dari perhitungan, didapatkan nilai indeks plastisitas pada
percobaan ini adalah 26%. Berdasarkan nilai plastic limit dan
indeks plastisitas yang diperoleh, sampel tanah dapat
digolongkan ke dalam kategori tanah lempung dengan
plastisitas tinggi.

23
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C. Analisis Kesalahan
Pada praktikum plastic limit, terdapat beberapa kesalahan
yang dapat terjadi, yaitu:
 Kesalahan pencampuran tanah dan air suling sehingga
terjadi keretakan pada saat sampel tanah belum mencapai
diameter 1/8 inch ataupun tidak retak saat 1/8 inch. Solusi
yang dapat dilakukan adalah mengulang percobaan dengan
menambahkan air suling ataupun sampel tanah hingga
konsistensinya sesuai.
 Berkurangnya kadar air dalam sampel tanah karena
container tidak tertutup sehingga data yang diperoleh
menjadi kurang akurat. Hal yang dapat dilakukan adalah
memastikan container tertutup dengan rapat setelah sampel
tanah dimasukkan.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum plastic limit ini adalah:
 Kadar air pada container kecil sebesar 52% dan container besar
sebesar 46%. Sehingga dihasilkan rata-rata kadar air atau nilai dari
plastic limit sebesar 49%.
 Nilai indeks plastisitas yang didapat adalah 29%.
 Berdasarkan nilai plastic limit dan indeks plastisitas yang
diperoleh, sampel tanah dapat digolongkan ke dalam kategori tanah
lempung dengan plastisitas tinggi.

VI. APLIKASI
Dalam bidang teknik lingkungan, uji plastic limit dapat menjadi
salah satu parameter analisis karakteristik tanah untuk proyek rekayasa
lingkungan, seperti pembuatan bangunan, jalan, saluran drainase, dan
sebagainya.

VII. REFERENSI

24
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. (2017).


Data Praktikan. (2023).
Arora, D. K. (2004). Soil Mechanics and Foundation Engineering.
Delhi: A. K. Jain.
Dokumentasi Praktikan. (2023).
Darwis. (2018). Dasar-Dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena
Indis.
Hardiyatmo, H. C. (2002). Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

VIII. LAMPIRAN

Gambar 9. Proses Penggulungan Sampel Tanah


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

25
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 10. Proses Perhitungan Berat Sampel Container Kecil


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

Gambar 11. Proses Pemanasan Sampel Menggunakan Oven


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

C. SHRINKAGE LIMIT
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 427 “Standard Test Method for Shrinkage Factors of
Soils by the Mercury Method"

26
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the


Shrinkage Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel
tanah.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Coated dish
 Shrinkage dish
b. Bahan
 Air Raksa
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM, kering
oven
 Vaselin

Gambar 12. Peralatan praktikum shrinkage limit: a)


Shrinkage dish; b) Coated dish; c) Air raksa
Sumber: (Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, 2017)

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semi
plastis dan beku. Di dalam laboratorium, shrinkage limit
didefinisikan sebagai batas dimana tidak akan terjadi perubahan

27
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

volume pada massa tanah, apabila kadar airnya dikurangi. Pada


tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti perubahan volume.
Batas susut ditunjukkan dengan kadar air tanah pada tahap
mengering dan tidak terdapat perubahan/pengurangan volume.
Rumus yang digunakan:
(Ww−Wd )−( Vw−Vd ) ρw
SL= x 100 %
Wd
dengan:
Ww = berat tanah basah
Wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
Ρw = berat jenis air = 1 gram/cm3

Wd
SR= × 100 %
Vd

E. Teori Tambahan
Batas susut (shrinkage limit) adalah kadar air terkecil
dimana tanah jenuh. Didefinisikan juga sebagai kadar air
maksimum dimana pengurangan kadar air tidak akan
menyebabkan penurunan volume massa tanah (Arora, 2004).
Dengan kata lain, pada kadar air ini, penyusutan berhenti.

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
a. Menyiapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering
udara.
b. Menyiapkan air suling dan botol penyemprot.
c. Menimbang coated dish atau container yang diperlukan.
B. Jalannya Praktikum

28
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a. Memasukkan butiran tanah ke dalam mangkuk porselin dan


memberi air suling secukupnya kemudian mengaduk
dengan spatula hingga homogen.
b. Memperlakukan sampel tanah yang sudah homogen
tersebut seperti pada langkah-langkah percobaan liquid
limit, mengusahakan tanah telah merapat sepanjang 0.5 inch
pada kisaran 20-25 ketukan.
c. Mengambil sampel tanah dari alat Cassagrande tersebut ke
dalam coated dish yang sudah diolesi vaseline. Jangan lupa
untuk mengetuk-ngetuk coated dish agar sampel tanah
mengisi penuh seluruh bagian coated dish dan
permukaannya rata.
d. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
e. Mengulangi percobaan tersebut sebanyak dua kali.
f. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah di udara terbuka
kurang lebih selama 18 jam agar tidak mengalami retak-
retak akibat pemanasan secara tiba-tiba.
g. Setelah 18 jam, memasukkan sampel tanah ke dalam oven.
h. Setelah sekitar 18–24 jam di oven, mengeluarkan coated
dish dan tanah kering dari oven. Menimbangnya lagi, dan
kemudian menghitung volume tanah basah dan volume
tanah kering.

*Hitung Volume Tanah Basah


 Menimbang coated dish (W1)
 Memasukkan raksa ke dalam coated dish sampai penuh,
lalu ratakan permukaan raksa dengan pelat kaca agar
sejajar dengan pinggiran coated dish.
 Kemudian menimbang coated dish beserta isinya (W2).
 Volume tanah basah adalah:
W Hg W 2−W 1
Vw= =
ρ Hg ρHg

29
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

**Hitung Volume Tanah Kering


 Memasukkan raksa ke dalam shrinkage dish sampai
penuh dan meratakan dengan pelat kaca.
 Menimbang shrinkage dish beserta isinya sehingga
diperoleh berat air raksa dalam shrinkage dish (WHg+S)
 Menyelupkan sampel tanah kering ke dalam shrinkage
dish yang berisi raksa dengan menekannya secara hati–
hati dengan pelat kaca berkaki tiga sehingga permukaan
sampel tanah benar–benar berada tepat di permukaan air
raksa. Sebagian raksa akan tumpah keluar. Proses ini
disebut sub-merging soil cake.

Gambar 13. Proses Sub-Merging Soil Cake


Sumber: (Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, 2017)
 Keluarkan sampel tanah dan timbang kembali shrinkage
dish + raksa yang tersisa (WHg)
 Volume tanah kering adalah:
( W Hg+ S ) −W Hg
Vw=
ρ Hg

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Tabel 8. Data Hasil Praktikum Shrinkage Limit

No. Dish 1 2
Berat coated dish + tanah basah 77,27 76,55
Berat coated dish 41,39 40,23
Berat coated dish + tanah kering 64,29 65,2
Berat coated dish + raksa 291,48 290,67
Berat raksa + shrinkage dish 782,66 785,31

30
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

No. Dish 1 2
Berat shrinkage dish (setelah sub- 615,09 605,7
merging soil cake) + raksa
Sumber: (Data Praktikan, 2023)

B. Perhitungan
Shrinkage Limit (SL) Dish 1
(Ww−Wd )−( Vw−Vd ) ρw
¿ ×100 %
Wd
( 35,88−22,9 ) −( 18,48−12,39 ) 1
¿ ×100 %
22,9
¿ 30,05 %

Shrinkage Limit (SL) Dish 2


(Ww−Wd )−( Vw−Vd ) ρw
¿ ×100 %
Wd
( 36,32−24,97 )− (18 , 51−1 3,27 ) 1
¿ ×100 %
2 4,97
¿ 24,49 %

Rata-Rata Shrinkage Limit (SL)


SL dish1+ SL dish2
¿
2
30,05% +24,49 %
¿
2
¿ 27,27 %

Shrinkage Rasio (SR) Dish 1


Wd
¿ ×100 %
Vd
22,9
¿ ×100 %
12,39
¿ 1 84,90 %

Shrinkage Rasio (SR) Dish 2

31
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Wd
¿ ×100 %
Vd
24,97
¿ ×100 %
13,28
¿ 1 88,10 %

Rata-Rata Shrinkage Ratio (SR)


SR dish 1+ SR dish 2
¿
2
184,90 % +1 88,10 %
¿
2
¿ 1 86,50 %

Tabel 9. Hasil Perhitungan Shrinkage Limit

No. Dish 1 2
Berat coated dish + tanah basah 77,27 76,55
Berat coated dish 41,39 40,23
Berat tanah basah 35,88 36,32
Berat coated dish + tanah kering 64,29 65,2
Berat tanah kering 22,9 24,97
Berat coated dish + raksa 291,48 290,67
Berat raksa 250,09 250,44
Volume tanah basah 18,4841094 18,5099778
Berat raksa + shrinkage dish 782,66 785,31
Berat shrinkage dish (setelah sub- 615,09 605,7
merging soil cake) + raksa
Berat raksa yang dipindahkan 167,57 179,61
Volume tanah kering 12,3850702 13,2749446
Shrinkage limit 30,05% 24,49%
Shrinkage ratio 184,90% 188,10%
Sumber: (Data Praktikan, 2023)

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Praktikum Atterberg Limit bagian shrinkage limit
bertujuan untuk mencari kadar air pada batas susut dari suatu
sampel tanah. Dalam menjalankan praktikum ini, diperlukan

32
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

alat yang perlu disiapkan praktikan, yaitu timbangan untuk


menimbang berat sampel, coated dish sebagai wadah
menyimpan sampel, dan shrinkage dish yang digunakan dalam
mencari volume tanah kering. Bahan uji yang digunakan adalah
air raksa, sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering
oven. Pemilihan ukuran ini dimaksudkan untuk memudahkan
produksi pasta kotoran. Air raksa digunakan supaya
mendapatkan berat tanah kering setelah proses sub-merging soil
cake dan juga karena massa jenis raksa lebih besar dari massa
jenis air sehingga cenderung lebih kohesif dan apabila bertemu
dengan sampel tanah tidak akan tercampur.
Setelah alat dan bahan selesai disiapkan, praktikum
dimulai dengan terlebih dahulu menimbang coated dish dan
mengoleskannya dengan vaselin. Hal ini dilakukan agar tidak
ada tanah yang tertempel pada sisi dish sebab bila ada tanah
yang menempel tentunya akan mengurangi massa dari tanah
yang diukur sehingga dapat mengakibatkan kesalahan pada
perhitungan. Tanah yang digunakan adalah tanah yang merapat
pada rentang ketukan 20 - 25 dalam uji batas cair menggunakan
alat cassagrande. Praktikan kemudian memasukkan sampel
tanah hasil ketukan tersebut ke dalam coated dish. Kemudian,
mengetuk coated dish yang dilapisi sampai sampel bebas dari
gelembung udara. Apabila masih tersisa gelembung maka akan
berpengaruh terhadap volume dan massa sampel yang diukur
yang akan berkurang dari sebenarnya. Hal ini dapat mengurangi
keakuratan perhitungan. Kemudian ratakan permukaan sampel
tanah. Praktikan kemudian menempatkan sampel di tempat yang
kering selama 1 hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya keretakan pada sampel tanah, karena apabila terjadi
keretakan, benda tidak bisa digunakan untuk perhitungan
volume dari tanah basah maupun tanah kering. Setelah
didiamkan selama 1 hari, masukkan ke dalam oven selama 18 -

33
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

24 jam untuk mencapai kondisi oven dry. Setelah dimasukkan


ke dalam oven, dilakukan penimbangan untuk mendapatkan
nilai berat tanah kering.
Praktikum akan dilakukan dalam 2 kondisi yang berbeda
untuk mendapatkan nilai volume basah tanah dan volume kering
tanah. Pada kondisi pertama, praktikan menuangkan raksa ke
dalam coated dish, kemudian menimbangnya. Lalu, praktikan
meratakan permukaan raksa dengan menggunakan pelat kaca.
Pemilihan raksa dikarenakan raksa memiliki nilai kohesif yang
tinggi. Pada kondisi kedua, praktikan melakukan proses sub-
merging soil cake yang bertujuan untuk menghitung volume
kering tanah. Hal awal yang harus dilakukan adalah
menggunakan shrinkage dish, lalu menimbang yang telah diisi
raksa dan meratakan permukaan raksa menggunakan pelat kaca
seperti sebelumnya. Praktikan dapat memasukkan sampel tanah
kering ke dalam shrinkage dish yang telah berisi air raksa.
Sampel tanah yang dimasukkan akan menyebabkan air raksa
yang ada menjadi tumpah. Selanjutnya, praktikan mengambil
sampel tanah tersebut dan ditimbang. Penimbangkan dilakukan
dengan shrinkage dish disertakan air raksa yang tersisa untuk
didapatkan volume basah tanahnya. Praktikan kemudian
mencatat semua data yang didapatkan.

B. Analisis Data dan Hasil


Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan
sebelumnya, praktikan akan mendapatkan data mengenai berat
coated dish + tanah basah, berat coated dish, berat coated dish +
tanah kering, berat coated dish + air raksa, berat air raksa +
shrinkage dish, berat air raksa + shrinkage dish setelah sub-
merging soil cake, dan berat air raksa setelah dikurangi. Dari
data tersebut, dapat diperhitungkan berat tanah basah yang
dihasilkan dari pengurangan berat coated dish + tanah basah dan

34
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

berat coated dish, berat tanah kering yang dihasilkan dari


pengurangan berat coated dish + tanah kering dan berat coated
dish, volume tanah basah dari berat air raksa dibagi 13,53 yaitu
massa jenis air raksa, dan volume tanah kering dari berat air
raksa setelah dikurangi dibagi 13,53 yaitu massa jenis raksa.
Kemudian, dari data tersebut didapatkan nilai shrinkage
limit dan shrinkage ratio. Nilai shrinkage limit didapatkan
dengan mengurangi selisih berat tanah basah dengan berat tanah
kering dan selisih volume tanah basah dengan volume tanah
kering. Shrinkage limit dish 1 sebesar 30,05%, shrinkage limit
dish 2 sebesar 24,49% dan didapatkan rata-rata shrinkage limit
sebanyak 27,27%. Apabila nilai shrinkage limit semakin besar,
tanah akan lebih sulit mengalami perubahan volume. Semakin
besar nilai batas susutnya semakin banyak air yang dibutuhkan
untuk dapat mengubah volume. Semakin kecil nilai kadar air,
maka semakin kecil pula nilai shrinkage limit-nya dan semakin
besar nilai kadar air, maka semakin besar pula nilai shrinkage
limit-nya. Jadi, nilai SL suatu sampel tanah berbanding lurus
dengan kadar air tanah tersebut.
Nilai shrinkage ratio dapat ditentukan dengan cara
membagi berat tanah kering dengan volume tanah kering
kemudian dikalikan 100%. Didapatkan shrinkage ratio dish 1
sebesar 184,90%, shrinkage ratio dish 2 sebesar 188,10%,
kemudian didapatkan rata-rata shrinkage ratio sebesar 186,50%.
Shrinkage ratio adalah rasio dari perubahan volume tertentu
yang dinyatakan sebagai persentase berat kering terhadap
volume yang sesuai dalam kandungan air di atas batas susut
yang dinyatakan sebagai persentase berat tanah yang
dikeringkan dengan oven.

C. Analisis Kesalahan

35
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pada praktikum shrinkage limit, terdapat beberapa


kesalahan yang dapat terjadi, yaitu:
 Ketidaktelitian praktikan saat pembacaan berat sampel dan
berat dish. Hal ini dapat terjadi karena timbangan yang
belum dikalibrasi terlebih dahulu. Kesalahan ini dapat
diantisipasi dengan memastikan terlebih dahulu apakah
timbangan sudah terkalibrasi atau belum.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum shrinkage limit ini
adalah:
 Nilai shrinkage limit dish 1 sebesar 30,05%, shrinkage limit dish 2
sebesar 24,49% dan didapatkan rata-rata shrinkage limit sebanyak
27,27%.
 Nilai shrinkage ratio dish 1 sebesar 184,90%, shrinkage ratio dish 2
sebesar 188,10%, kemudian didapatkan rata-rata shrinkage ratio
sebesar 186,50%.

VI. APLIKASI
Dalam bidang teknik sipil dan lingkungan, uji batas susut ini
penting untuk menentukan daya dukung tanah, khususnya untuk
proyek-proyek bangunan seperti gedung, jalan, jembatan, dan lain
sebagainya. Uji batas susut juga dapat digunakan untuk menentukan
potensi tanah dalam mengalami penyusutan atau penurunan, terutama
pada tanah gambut atau tanah lempung yang memiliki sifat konsolidasi
yang tinggi.

VII. REFERENSI

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. (2017).


Data Praktikan. (2023).

36
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Arora, D. K. (2004). Soil Mechanics and Foundation Engineering.


Delhi: A. K. Jain.
Dokumentasi Praktikan. (2023).
Darwis. (2018). Dasar-Dasar Mekanika Tanah. Yogyakarta: Pena
Indis.
Hardiyatmo, H. C. (2002). Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

VIII. LAMPIRAN

Gambar 14. Proses Penimbangan Coated Dish Berisi Sampel


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

37
[Atterberg Limits]
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 15. Proses Penimbangan Coated Dish Berisi Air Raksa


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

Gambar 16. Proses Penimbangan Shrinkage Dish + Raksa + Sampel


Sumber: (Dokumentasi Praktikan, 2023)

38
[Atterberg Limits]

Anda mungkin juga menyukai