Anda di halaman 1dari 12

Laboratorium Mekanika Tanah

Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN :
1. Hans Ondrio Julius Sibuea (320210404009)
2. Fatchurrahman (320210404006)
3. Fuad Ardian N (320210404007)
4. Guruh Agpih Sugara (320210404008)
5. Harjasa Jonathan (320210404010)

KELOMPOK : C-02
TANGGAL PRAKTIKUM : 15 Oktober 2022
JUDUL PRAKTIKUM : Atterberg Limit
ASISTEN : Muliawan Irkhamni
PARAF DAN NILAI :

Shrinkage Limit
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 427 "Standard Test Method for Shrinkage Factors of
Soils by the Mercury Method"
AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the
Shrinkage Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
• Timbangan dengan ketelititan 0.01 gram
• Coated dish
• Shrinkage dish

1
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Bahan
• Air Raksa
• Sampel tanah lolos saringan no. 40 ASTM,
kering oven
• Vaselin

Gambar 1 Peralatan praktikum shrinkage limit: a) Shrinkage


dish; b) Coated dish; c) Air Raksa

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semis plastis
dan beku. Di dalam laboratorium, shrinkage limit didefinisikan
sebagai batas dimana tidak akan terjadi perubahan volume pada
massa tanah, apabila kadar airnya dikurangi. Pada tahapan ini
tanah mengering tanpa diikuti perubahan volume. Batas susut
ditunjukkan dengan kadar air tanah pada tahap mengering dan
tidak terdapat perubahan/pengurangan volume. Rumus yang
digunakan:
(𝑊𝑤−𝑊𝑑)−(𝑉𝑤−𝑉𝑑)𝜌𝑤
𝑆𝐿 = × 100%
𝑊𝑑

2
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan :
𝑊𝑤 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑊𝑑 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑉𝑤 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
𝑉𝑑 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝜌𝑤 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3

𝑊𝑑
𝑆𝑅 = × 100%
𝑉𝑑

E. Teori Tambahan
(Mulyono, 2005) Tanah adalah himpunan mineral,bahan
organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang
terletak di atas batuan. dasar (bedrock). Ikatan antara butiran
yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat. zat organik,
atau oksida- oksida yang mengendap di antara partikel-partikel.
Ruang di antara partikel-partikel dapat berisi air, udara ataupun
keduanya. Proses pelapukan batuan atau proses geologi lainnya
yang terjadi di dekat permukaan burni membentuk tanah.
Pembentukan tanah dari batuan induknya, dapat berupa proses
fisik maupun kimia.
Batas susut (SL), didefinisikan sebagai kadar air pada
kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase
kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak
mengakibatkan perubahan volume tanah.
Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang memiliki
perilaku kembang dan susut yang tinggi. Perilaku ini dapat terjadi
karena adanya perubahan kadar air, sehingga daya dukungnya
sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air. Pada musim
kemarau volume tanah ini akan banyak menyusut, sedangkan
pada musim penghujan volume tanah akan mengembang, oleh

3
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

sebab itu tanah ini sangat berpengaruh oleh musim yang ada di
Indonesia.
Efek dari tanah ekspansif akan berpengaruh terhadap daya
dukung tanah, sehingga sangat menyebabkan tanah di daerah
tersebut mempunyai kekurangan yang dapat mempengaruhi
bangunan di sekitarnya yang memerlukan daya dukung tanah.
Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi perilaku tanah ekspansif yang kurang menguntungkan
tersebut adalah menggunakan stabilisasi.

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering
udara.
2. Menyiapkan air suling dan botol penyemprot.
3. Menimbang coated dish atau container yang diperlukan.

B. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan butiran tanah ke dalam mangkuk porselin
dan beri air suling secukupnya kemudian aduk dengan
spatula hingga homogen.
2. Memperlakukan sampel tanah yang sudah homogen
tersebut seperti pada langkah-langkah percobaan liquid
limit, usahakan tanah telah merapat sepanjang 0.5 inch
pada kisaran 20-25 ketukan.
3. Mengambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut ke
dalam coated dish yang sudah diolesi vaseline. Jangan
lupa untuk mengetuk-ngetuk coated dish agar sampel
tanah mengisi penuh seluruh bagian coated dish dan
permukaannya rata.
4. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Mengulangi percobaan tersebut sebanyak dua kali.

4
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah di udara


terbuka kurang lebih selama 18 jam agar tidak mengalami
retak-retak akibat pemanasan secara tiba-tiba.
7. Setelah 18 jam, memasukkan sampel tanah ke dalam
oven.
8. Setelah sekitar 18–24 jam di oven, mengeluarkan coated
dish dan tanah kering dari oven. Timbangnya lagi, dan
kemudian menghitung volume tanah basah dan volume
tanah kering.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil
sebagai berikut :
wt of coated dish + wet soil 57.8
wt of coated dish 31.9
wt of wet soil ( 1 - 2 ) 25.9
wt of coated dish + dry soil 46
wt of dry soil ( 4 - 2) 14.1
wt of coated dish + mercury 258.7
wt of mercury (hg) (6 - 2) 226.8
volume of wet soil 7 : 13,53 16.8
wt of mercury + shrinkage dish 759.8
wt of shrinkage dish + mercury (after submerging soil cake) 647.8
wt of mercury remove ( 9 - 10) 112
volume of dry soil ( 11 : 13,53) 8.28
Shr limit [(3 - 5) * (8 - 12)]/5 23.56%
Shrinkage ratio 5/12 170.2%

B. Perhitungan :

5
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

𝑆ℎ𝑟𝑖𝑛𝑘𝑎𝑔𝑒 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡 (𝑆𝐿)


(𝑊𝑤 − 𝑊𝑑 ) − (𝑉𝑤 − 𝑉𝑑 )𝜌𝑤
= × 100%
𝑊𝑑
(25,9 − 14,1) − (16,8 − 8,28)1
= × 100%
14,1
= 23,56 %

𝑊𝑑
𝑆ℎ𝑟𝑖𝑛𝑘𝑎𝑔𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝑆𝑅) = × 100%
𝑉𝑑
14,1
= × 100%
8,28
= 170.2%

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Shrinkage Limit atau disebut juga dengan batas susut.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui berapa kadar air pada
batas susut dari suatu sampel tanah.Alat-alat yang digunakan
pada praktikum ini antara lain: Timbangan dengan ketelititan
0.01 gram, Coated dish yang berfungsi untuk wadah dari sampel,
Shrinkage dish sebagai tempat raksa dan sampel dicampur lalu
diratakan dengan menggunakan pelat kaca, sendok untuk
membantu memindahkan raksa dari wadahnya dan pelat kaca
untuk meratakan sampel dan raksa. Pada percobaan ini praktikan
menggunakan sampel tanah yang telah lolos saringan No. 40
ASTM yang kemudian dimasukan ke mangkuk porselin untuk
dicampur merata dengan air suling kadar tertentu hingga sampel
tanah tersebut mejadi homogen. Praktikan memperlakukan
sampel tanah yang sudah homogen tersebut sama seperti langkah-
langkah pada percobaan liquid limit dengan jumlah ketukan
antara 10 hingga 15 ketukan. Setelah mendapatkan ketukan yang
diinginkan praktikum memasukkan sampel tanah pada coated
dish yang telah ditimbang dan dioles dengan vaseline agar sampel

6
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tanah tidak lengket ketika diangkat dari coated dish. Setelah itu
sampel tanah dimasukkan menggunakan spatula atau sejenisnya
sampai permukaannya rata, kemudian coated dish diketuk-ketuk
agar gelembung udara hilang dan sampel tanah yang dimasukkan
dalam keadaan padat. Setelah sampel tanah padat dalam coated
dish ditimbang dan didiamkan dulu di ruang terbuka sebelum
dimasukan kedalam oven selama 24 jam, tujuanya agar sampel
tanah tidak mengalami retak-retak akibat perubahan suhu yang
drastis dari suhu normal ke suhu oven.
Setelah kurang lebih 24 jam dipanaskan dalam oven
sampel tanah dikeluarkan dan ditimbang. Setelah itu sampel
tanah dikeluarkan dari coated dish dan diletekkan diatas
shrinkage dish yang telah terisi penuh oleh raksa yang sudah
ditimbang sebelumnya, ratakan sampel tanah dengan permukaan
shrinkage dish menggunakan pelat kaca, lalu keluarkan lagi
sampel tanah dan timbang shrinkage dish yang telah berkurang
bebannya.

B. Analisis Data dan Hasil


Setelah dilakukan pengolahan data di dapat bahwa nilai shrinkage
limit sebesar 23,56 %, serta didapatkan juga nilai Shrinkage Ratio sebesar
170,2%. Maka tanah tersebut bukan merupakan tanah ekspansif, karena
tidak memiliki perilaku kembang dan susut yang tinggi. Menurut Chen
(1975) nilai SL < 11% memiliki tingkat pengembangan sangat tinggi.
Dari data yang didapat Shrinkage Limit tanah menunjukkan bahwa
sampel tanah tersebut tidak mengalami perubahan volume jika
dipanaskan sampai kadar airnya sebesar 23,56 %. Dengan kata lain jika
kadar air pada sampel tanah tersebut melebihi 23,56 % maka tanah tidak
akan mengalami penyusutan volume ketika dipanaskan secara kontinu.

7
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C. Analisis Kesalahan
- Kesalahan praktikan saat mengaduk tanah dengan air suling tidak
sampai benar-benar homogen, sehingga terdapat penyimpangan saat
penimbangan dan mempengaruhi perhitungan pada saat pengolahan
data.
- Pada saat sampel tanah sudah kering dari oven, tidak semua sampel
keluar dari coated dish sehingga masih ada yang tersisa dan
mempengaruhi berat kering sampel.
- Praktikan tidak benar-benar teliti dalam menghilangkan gelembung
dalam coated dish yang menyebabkan tanah kurang padat sehingga
akan mempengaruhi hasil data yang akan diperoleh.
- Raksa berkurang saat pemindahan dari wadah ke dalam shrinkage
dish, hal tersebur tentunya akan mempengaruhi perhitungan pada saat
pengolahan data.
- Saat mengangkat sampel dan raksa tidak hati-hati sehingga raksa
berkurang sedikit yang akan menyebabkan ketidakakuratan data.

V. APLIKASI
Dalam dunia teknik sipil uji Shrinkage Limit digunakan untuk
menentukan kadar air pada batas semi padat dan keadaan padat yang
nantinya data tersebut dapat digunakan insinyur teknik sipil dalam
mengatasi perilaku tanah ekspansif yang kurang menguntungkan untuk
melakukan pembangunan suatu konstruksi.
Tanah dasar yang bersifat ekspansif akan mengembang dan dapat
menyebabkan bangunan atau struktur lainnya terangkat di saat kondisi
kadar air tinggi dengan mengetahui batas susutnya maka insinyur dapat
menentukan apakah wilayah tersebut layak atau tidak.

VI. KESIMPULAN
Setelah dilaksanakan praktikum praktikan melakukan pengolahan data
dan dilanjutkan dengan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh :

8
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1. Nilai shrinkage limit yang didapat sebesar 23,56%.


2. Nilai shrinkage ratio yang didapat sebesar 170,2%.
Dari nilai Shrinkage Limit diketahui bahwa sampel tanah dapat dikatakan
tidak mudah mengembang atau baik untuk struktur diatasnya nanti.

VII. REFERENSI
ASTM D 427 "Standard Test Method for Shrinkage Factors of
Soils by the Mercury Method"
AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the
Shrinkage Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"
Mulyono, T. (2005). Mekanika Tanah 1.

VIII. LAMPIRAN

Gambar 1. Penuangan raksa pada shrinkage dish


Sumber : Penulis, 2022

9
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 2. Pengeluaran sampel dari oven


Sumber : Penulis, 2022

Gambar 3. Pemerataan raksa dengan pelat kaca


Sumber : Penulis, 2022

10
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 4. Penimbangan sampel dan coated dish setelah dioven


Sumber : Penulis, 2022

Gambar 5. Penimbangan raksa dan shrinkage dish setelah sampel


dikeluarkan
Sumber : Penulis, 2022

11
Atterberg Limit
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 6. Penimbangan raksa dan coated dish


Sumber : Penulis, 2022

12
Atterberg Limit

Anda mungkin juga menyukai