Anda di halaman 1dari 24

Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Peter Hartono Halim 1906357042


Ruben Agustinus Chesin 1906378854
Farah Azzahra 1906378715
KELOMPOK : R-MT-09
TANGGAL PRAKTIKUM : Minggu, 10 Oktober 2021
JUDUL PRAKTIKUM : Consolidation Test
ASISTEN : Khansa Muthia

PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 2435 “Standard Test Method for One-Dimensional
Consolidation Properties of Soils”
SNI 03-2812-1992 “Metode Pengujian Konsolidasi Tanah Satu Dimensi”

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


• Menentukan koefisien pemampatan/ Compression Index (Cc).
• Mencari tegangan Pre-Consolidated (Pc), untuk mengetahui kondisi
tanah dalam keadaan Normally Consolidated atau Over Consolidated.
• Menentukan koefisien konsolidasi (Cv), yang menjelaskan tingkat
kompresi primer tanah.
• Menentukan koefisien tekanan sekunder ( 𝐶𝛼 ) yang menjelaskan
koefisien rangkak (creep) dari suatu tanah.

C. Alat-Alat dan Bahan


1. Alat
• Consolidation loading device
• Consolidation cell
• Ring Konsolidasi
• Beban (1; 2; 4; 8; 16; 32 kg)
• Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

• Gergaji kawat dan spatula


• Vaseline, kertas pori, dan batu Porous,
• Oven pengering
• Dial dengan akurasi 0,002 mm
• Stopwatch
• Extruder
• Timbangan dengan ketelitian 0,01 grPalu dan kepala pemukul

2. Bahan
• Sampel tanah undisturbed dari tabung

Gambar 1 Alat Konsolidasi


Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah (2017)

D. Teori dan Rumus yang digunakan


Konsolidasi adalah peristiwa penyusutan volume secara perlahan-
lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat
pengaliran sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total
telah benar-benar hilang.
Penurunan konsolidasi adalah perpindahan vertikal permukaan
tanah sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam
proses konsolidasi. Perkembangan konsolidasi di lapangan dapat
diketahui dengan menggunakan alat piezometer yang dapat mencatat
perubahan air pori terhadap waktu.
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Waktu proses konsolidasi bergantung pada beberapa faktor berikut:


• Derajat kejenuhan
• Koefisien permeabilitas tanah
• Viskositas dan kompresibilitas dari rongga cairan
• Panjang dari jalur drainase

Terjadi tiga tahapan yang berbeda dalam proses konsolidasi:


• Tahap I : Terjadi pemampatan awal yang terjadi akibat dari
pembebanan awal.
• Tahap II : Terjadi konsolidasi primer, yaitu saat dimana tekanan air
pori secara perlahan dipindahkan kedalam tegangan efektif, yang
merupakan akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
• Tahap III: Terjadi Konsolidasi sekunder, yaitu disaat tekanan air pori
telah hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi pada masa ini
disebabkan oleh terjadinya penyesuaian plastis dari partikel-partikel
tanah.
Sementara itu, penurunan segera atau yang dapat disebut
immediate settlement, merupakan akibat dari deformasi elastis yang terjadi
pada tanah kering, basah dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.

E. Teori Tambahan
Konsolidasi adalah proses ketika tanah yang jenuh air mengalami
kompresi akibat beban dalam suatu periode waktu tertentu. Kompresi ini
dapat berlangsung akibat pengaliran air keluar dari pori-pori tanah. Teori
yang sering digunakan untuk memprediksi penurunan tanah akibat
kompresi dan drainase satu dimensi adalah teori Terzaghi. Namun, dalam
banyak kasus, estimasi penurunan konsolidasi dengan teori Terzaghi
memberikan hasil yang jauh lebih besar daripada penurunan aktual di
lapangan. Beberapa faktor yang kerap tidak diperhitungkan adalah
perkuatan tanah (gained strength) yang terjadi akibat proses penimbunan
bertahap (stage construction), perubahan tingkat kejenuhan (wetting
effects), dan rangkak (creep strain). Aplikasi dari pengujian ini adalah
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

untuk memperoleh penurunan pondasi bangunan yang didirikan di atas


tanah lempung.
Pada proses konsolidasi, terdapat beberapa variabel yang dapat
diperoleh, yakni koefisien konsolidasi (Cv), koefisien kompresi (Cc), dan
over consolidation ratio (OCR). Koefisien konsolidasi (Cv) adalah
parameter yang menghubungkan perubahan tekanan air pori ekses
terhadap waktu. Makin besar nilai koefisien ini, makin cepat juga proses
konsolidasi yang terjadi.
Koefisien pemampatan (Cc) adalah koefisien yang menyatakan
kemiringan kurva e-p. Jika tanah dengan volume V1 mampat sehingga
volumenya menjadi V2, dan mampatnya tanah dianggap hanya sebagai
akibat pengurangan rongga pori.
Tabel 1 Indeks Tekanan Cc Beberapa Jenis Tanah

Description Cc Description Cc
Loose Uniform Sand 0.174 Stiff Glacial Clay 0.099
Dense Uniform Sand 0.072 Soft Slightly Organic Clay 0.805
Loose Well-Graded Sand 0.12 Soft Very Organic Clay 1.265
Dense Well-Graded Sand 0.048 Soft Montmorillonite Clay 2.231
Well – Graded Glacial Till 0.024 Pen Peat 5.75
Soft Glacial Clay 0.279 Bog Peat 11.5
Sumber: E Sutarman (2017)

Over consolidation ratio adalah nilai banding tekanan


prakonsolidasi terhadap tegangan efektif yang ada. Tanah normally
consolidated mempunyai OCR = 1, sedangkan tanah overconsolidated
memiliki OCR > 1, dan tanah lempung mempunyai OCR < 1 yang bisa
dikategorikan sebagai underconsolidated. Tanah lempung normally
consolidated dapat terjadi bila tegangan efektif yang bekerja pada satu titik
di dalam tanah pada waktu sekarang merupakan tegangan maksimumnya.
Sedangkan, tanah lempung yang mengalami oveconsolidated
dapat ditandai dengan hilangnya lapisan-lapisan tanah yang berada di atas
akibat proses alam. Hal ini juga menunjukkan tanah lapisan bagian bawah
pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

akibat tekanan yang dialami lebih besar dari tekanan yang bekerja
sekarang.
Pada, kondisi underconsolidated dapat terjadi pada tanah-tanah
yang baru saja diendapkan baik secara geologis maupun oleh manusia.
Dalam kondisi ini, lapisan lempung belum mengalami keseimbangan
akibat beban diatasnya. Jika tekanan air pori diukur dalam kondisi
underconsolidated, tekanannya akan melebih tekanan hidrostatisnya.

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan
1. Memberikan ring konsolidometer dan olesi vaseline diseluruh
permukaan bagian dalam, kemudian ukur dimensi (D dan h0) dan
massa-nya (Wring) dengan jangka sorong dan timbangan.

Gambar 2 Pengolesan Vaseline ke Silinder Ring (Kiri), Pengukuran Diameter Ring


Konsolidasi (Kanan), dan Pengukuran Tinggi Ring Konsolidasi (Bawah)
Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah (2017)

2. Mengeluarkan sampel tanah dengan menggunakan extruder dan


memasukkan ke dalam ring dan ratakan permukaannya dengan
spatula. Kemudian menimbang beratnya (Ww0).

Gambar 3 Tanah Dikeluarkan dari Tabung dengan Extruder (Kiri), Proses


Perataan Permukaan Ring (Kanan)
Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah (2017)
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

B. Jalannya Praktikum
1. Menyusun modul ke dalam sel konsolidasi dengan urutan dari bawah:
• Batu porous
• Kertas pori
• Sampel tanah dalam ring
• Kertas pori
• Silinder tembaga yang berfungsi meratakan beban
• Penahan dengan 3 mur

Gambar 4 Kertas Pori dan Batu Porous (Kiri) dan Sampel Tanah dalam Ring
Konsolidasi (Kanan)
Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah (2017)

Gambar 5 Silinder Tembaga (Kiri) dan 3 Mur Penahan (Kanan)


Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah (2017)
2. Memberikan air sampai permukaan silinder tembaga tergenang,
kemudian men-set dial menjadi nol sebelum beban ditambahkan;
sedangkan lengan beban masih ditahan baut penyeimbang.

Gambar 6 Pemberian Air Hingga Permukaan Silinder Tembaga Terendam (Kiri)


dan Pengesetan Dial (Kanan)
Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah (2017)
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

3. Memberikan pembebanan konstan sebesar 1 kg dengan interval waktu


0”, 6”, 15”, 30”, 60”, 120”, 240”, 480”, dan 24 jam. Dan mencatat
masing-masing pembacaan pada dial.
4. Mengulangi percobaan untuk pembebanan 2; 4; 8; 16 dan 32 kg
dengan interval waktu 24 jam. Dan mencatat masing-masing
pembacaan pada dial.
5. Melakukan proses unloading yaitu menurunkan beban secara bertahap
dari 32; 16; 8; 4; 2; dan 1 kg. Mencatat nilai unloading sebelum beban
diturunkan.

Gambar 7 Proses Loading (Kiri) dan Pembacaan Dial untuk Setiap Waktu
(Kanan)
Sumber: Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah (2017)
6. Mengeluarkan tanah dari sel konsolidometer dan ring berikut sampel
tanah kemudian menimbang dan memasukkan ke dalam oven untuk
mendapatkan berat kering sampel (Wd) sehingga dapat ditentukan
kadar airnya.
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Berikut adalah data hasil praktikum.
Tabel 2 Data Praktikum Awal

Data Percobaan Awal


1. Diameter Ring (D) 6.32 cm
2. Luas Ring (A) 31.37 cm2
3. Tinggi Ring (Ht) 2 cm
4. Tinggi Sampel (Hi) 2 cm
5. Harga Spesific Gravity (Gs) 2.66
6. Berat (Tanah + Ring) Awal 167.67 gr
7. Berat Ring 59.50 gr
8. Berat Tanah Basah (Wt) 108.17 gr
9. Kadar Air Awal (W) 49.82 %
10. Berat Kering Tanah (W's) 72.20 gr
11. Berat Tanah Kering Oven (Ws) 72.20 gr
12. Tinggi Tanah Awal (H0) 0.87 cm
13. Beda Tinggi (Hv) 1.13 cm
14. Derajat Saturasi (Si) 1.01
15. Void Ratio (e0) 1.31
Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)

Perhitungan:
1. Berat Tanah Basah (Wt)
𝑊𝑡 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ + 𝑅𝑖𝑛𝑔) 𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑅𝑖𝑛𝑔
𝑊𝑡 = 167,67 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 59,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 108,17 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Kadar Air Awal (W)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
𝑊= 𝑥100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
35,97𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊= 𝑥100% = 49,82%
72,2𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Beda Tinggi (Hv)
𝐻𝑣 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝐻𝑣 = 2 𝑐𝑚 − 0,87 𝑐𝑚 = 1,13 𝑐𝑚
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

4. Derajat Saturasi (Si)


𝑊𝑡 − 𝑊𝑠
𝑆𝑖 =
𝐻𝑣 𝑥 𝐴
108,17𝑔𝑟𝑎𝑚 − 72,2𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑆𝑖 = = 1,01
1,13 𝑐𝑚 𝑥 31,37 𝑐𝑚2
5. Void Ratio
𝐻0
𝑒𝑜 =
𝐻𝑣
0,87
𝑒𝑜 = = 1,31
1,01

Tabel 3 Data Praktikum Akhir

Data Percobaan Akhir

16. Pembacaan Awal 0.096 cm


17. Pembacaan Akhir 0.343 cm
18. Bedaan tinggi 0.247 cm
19. Tinggi sampel Akhir (Hvf) 0.89 cm
20. Void ratio akhir (ef) 1.026
21. Kadar air akhir (Wf) 49.82%
22. Po 0.172 kg/cm2
23. Beda tinggi (ΔH) 0.247
24. Beda void ratio (Δe) 0.286
25. Void ratio (e) 1.024
Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)
Perhitungan:
1. Bedaan Tinggi
𝐵𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝐵𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = 0,343 𝑐𝑚 − 0,096 𝑐𝑚 = 0,247 𝑐𝑚
2. Tinggi Sampel Akhir (Hvf)
𝐻𝑣𝑓 = 𝐻𝑣 − 𝐵𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝐻𝑣𝑓 = 1,13 𝑐𝑚 − 0,247 𝑐𝑚 = 0,89 𝑐𝑚
3. Void Ratio Akhir (ef)
𝐻𝑣𝑓
𝑒𝑓 =
𝐻0
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

0,89 𝑐𝑚
𝑒𝑓 = = 1,026
0,87 𝑐𝑚
4. Kadar Air Akhir (Wf)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
𝑊𝑓 = 𝑥100%
𝑊𝑠
35,97 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊𝑓 = 𝑥100% = 49,82%
72,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
5. Po
𝑊𝑡
𝑃𝑜 = 𝑥𝐻
𝐻𝑖 𝑥 𝐴
0,10817 𝑘𝑔
𝑃𝑜 = 𝑥 100 𝑐𝑚 = 0,172 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
2 𝑐𝑚 𝑥 31,37 𝑐𝑚2
6. Beda Void Ratio (Δe)
𝛥𝐻
𝛥𝑒 =
𝐻0
0,2471 𝑐𝑚
𝛥𝑒 = = 0,286
0,87 𝑐𝑚
7. Void Ratio (e)
𝑒 = 𝑒0 − 𝛥𝑒
𝑒 = 1,31 − 0,286 = 1,024

B. Data Hasil Pengamatan


1. t90
Tabel 4 Hasil Pembacaan Dial

Height (10-3 mm)


Time 0.33 % % % % 16 % 32 %
√Time 1 kg 2 kg 4 kg 8 kg
(minute) kg strain strain strain strain kg strain kg strain
0 0.00 957 962 0.00 1064 0.00 1246 0.00 1572 0.00 1958 0.00 2521 0.00
0.1 0.32 996 33.33 1134 38.46 1323 23.62 1662 23.32 2060 18.12 2635 12.57
0.25 0.50 1002 39.22 1140 41.76 1340 28.83 1678 27.46 2075 20.78 2652 14.44
0.5 0.71 1007 44.12 1145 44.51 1355 33.44 1692 31.09 2090 23.45 2668 16.21
1 1.00 1012 49.02 1152 48.35 1370 38.04 1710 35.75 2110 27.00 2690 18.63
2 1.41 1018 54.90 1161 53.30 1390 44.17 1732 41.45 2135 31.44 2722 22.16
4 2.00 1024 60.78 1171 58.79 1412 50.92 1756 47.67 2170 37.66 2764 26.79
8 2.83 1029 65.69 1182 64.84 1438 58.90 1786 55.44 2215 45.65 2823 33.30
15 3.87 1034 70.59 1193 70.88 1465 67.18 1820 64.25 2269 55.24 2897 41.46
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

30 5.48 1039 75.49 1207 78.57 1500 77.91 1862 75.13 2338 67.50 3000 52.81
60 7.75 1044 80.39 1219 85.16 1526 85.89 1898 84.46 2406 79.57 3109 64.83
1440 37.95 1064 100.0 1246 100.0 1572 100.0 1958 100.0 2521 100.0 3428 100.0

Unloading 2154 1168.6 2447 759.9 2630 424.5 2919 349.0 3215 223.3 3428 100.0
Sumber: Pengolahan Data Praktikan (2021)

Perhitungan %-Strain
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑒 𝑛 − 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0
% − 𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1440 − 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0

Contoh:
996 − 962
% − 𝑆𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 (1𝑘𝑔; 0,1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 𝑥 100% = 33,33%
1064 − 962

Grafik 1 Hubungan %-Strain dengan √Time untuk Beban 1 kg


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

Grafik 2 Hubungan %-Strain dengan √Time untuk Beban 2 kg


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Grafik 3 Hubungan %-Strain dengan Time untuk Beban 4 kg


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

Grafik 4 Hubungan %-Strain dengan Time untuk Beban 8 kg


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

Grafik 5 Hubungan %-Strain dengan Time untuk Beban 16 kg


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Grafik 6 Hubungan %-Strain dengan Time untuk Beban 32 kg


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

Tabel 5 Nilai t90 untuk Setiap Beban

Beban (kg) √tA 1.15√tA √t90 t90


1 2.2 2.53 0.8 0.64
2 3.2 3.68 0.9 0.81
4 3 3.45 0.8 0.64
8 3.5 4.025 1.15 1.3225
16 5.6 6.44 1.8 3.24
32 6.8 7.82 5.8 33.64
Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

2. Koefisien Konsolidasi (Cv)


Tabel 6 Penentuan Koefisien Konsoldiasi (Cv)

1 2 3 4 5 6 7 8 9
Load Def. Dial Change Length of Time
Change Inst. Average Coeff. of
F Reading Sample Drainage for
Pressure in Void ht. for Consol.
(kg) at End of ht Path 90%
(kg/cm2) Void Ratio Load Cv
Load Δh Hc Consol.
Ratio e (cm) (cm2/min)
(cm) (cm) (cm) (min)
0 0.00 0.0000 0.0000 0.0000 1.31 0.87 0.43 0.00 -
1 0.32 0.1064 0.1064 0.1230 1.19 0.81 0.41 0.64 0.2184
2 0.64 0.1246 0.0182 0.0210 1.17 0.80 0.40 0.81 0.1687
4 1.28 0.1572 0.0326 0.0377 1.13 0.79 0.39 0.64 0.2050 Loading

8 2.55 0.1958 0.0386 0.0446 1.09 0.77 0.38 1.32 0.0944


16 5.10 0.2521 0.0563 0.0651 1.02 0.74 0.37 8.12 0.0143
32 10.20 0.3428 0.0907 0.1048 0.92 0.69 0.35 46.24 0.0022
16 5.10 0.3215 -0.0213 -0.0246 0.94 0.70 0.35 8.12 0.0130 Unloading
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

8 2.55 0.2919 -0.0296 -0.0342 0.97 0.72 0.36 1.32 0.0829


4 1.28 0.2630 -0.0289 -0.0334 1.01 0.73 0.37 0.64 0.1783
2 0.64 0.2447 -0.0183 -0.0212 1.03 0.74 0.37 0.81 0.1444
1 0.32 0.2154 -0.0293 -0.0339 1.06 0.76 0.38 0.64 0.1901
Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

Perhitungan Koefisien Konsolidasi


0.848𝐻 2
𝐶𝑣 =
𝑡90
𝑊𝑠
𝐻𝑜 =
𝐺𝑠 𝑥 𝐴
Keterangan:
1 ∆𝐻
𝐻 = ℎ𝑎𝑙𝑓 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑙𝑜𝑎𝑑 ℎ𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = (𝐻𝑟𝑖𝑛𝑔 − )
2 2
Contoh:
1 0,0182
𝐻2 𝑘𝑔 = (0,81 − ) = 0,4 𝑐𝑚
2 2
0.848 𝑥 0,82
𝐶𝑣2 𝑘𝑔 = = 0,1687 𝑐𝑚2 /𝑚𝑖𝑛
0,81

Grafik 7 Hubungan Cv terhadap Pressure untuk Loading Test


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Grafik 8 Hubungan Cv terhadap Pressure untuk Unloading Test


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

Grafik 9 Hubungan Void Ratio (e) terhadap Pressure


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

3. Tegangan Pre-Consolidation (Pc)

Grafik 10 Penentuan Tegangan Pre-Konsolidasi (Pc)


Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Berdasarkan grafik, nilai Pc yang diperoleh adalah 3,5 kg/cm2.

Tabel 7 Hasil Perhitungan Pc

Pc 3.5 kg/cm2
e0 1.31
e1 1.19
e2 1.02
ec 1.075
p1 10.2 kg/cm2
p2 5.1 kg/cm3
p0 0.32 kg/cm4
Sumber: Pengolahan Praktikan (2021)

4. Koefisien Pemampatan (Cc)


𝑒2 − 𝑒1
𝐶𝐶 =
(𝑙𝑜𝑔𝑃1 − 𝑙𝑜𝑔𝑃2 )
1,02 − 1,19
𝐶𝐶 = = 0,34823
(𝑙𝑜𝑔10,2 − 𝑙𝑜𝑔5,1 )

5. Koefisien Rekompresi (Cr)


𝑒0 − 𝑒2
𝐶𝑟 =
(𝑙𝑜𝑔𝑃2 − 𝑙𝑜𝑔𝑃0 )
1,31 − 1,02
𝐶𝑟 = = 0,24198
(𝑙𝑜𝑔5,1 − 𝑙𝑜𝑔0,32 )

6. Po
𝑊𝑡
𝑃0 = 𝑥𝐻
(𝐻𝑖 𝑥 𝐴)
0,10817 𝑘𝑔
𝑃0 = 𝑥 100 𝑐𝑚 = 0,17 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
(2 𝑐𝑚 𝑥 31,37 𝑐𝑚2 )

7. Overconsolidation Ratio
𝑃𝑐
𝑂𝐶𝑅 =
𝑃0
3,5
𝑂𝐶𝑅 = = 20,30
0,17
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Praktikum Consolidation bertujuan untuk menentukan koefisien
pemampatan/compression index (Cc), mencari tegangan pre-consolidated
(Pc) untuk mengetahui kondisi tanah dalam keadaan normally
consolidated atau over consolidated, menentukan koefisien konsolidasi
(Cv) untuk menjelaskan tingkat kompresi primer tanah, dan menentukan
koefisien tekanan sekunder (Ca) yang menjelaskan koefisien rangkak
(creep) dari suatu tanah.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah consolidation
loading device, ring konsolidasi, jangka sorong, extruder, pisau atau plat
besi, batu poros, kertas pori,. Bahan yang digunakan adalah sampel tanah
undisturbed dari praktikum Hand Boring & Sampling. Sampel tanah
undisturbed adalah sampel tanah yang masih menunjukkan sifat asli tanah.
Sampel tanah ini tidak terganggu secara ideal sehingga tidak mengalami
perubahan struktur dan kadar air.
Pertama-tama, praktikan mengukur dimensi ring konsolidasi
(tebal, diameter dalam, dan diameter luar) dengan jangka sorong. Lalu,
praktikan menimbang ring konsolidasi. Praktikan mengeluarkan sampel
tanah dengan extruder dan memasukkannya ke dalam ring konsolidasi.
Kemudian, sampel tanah diratakan dengan pisau atau plat besi. Kemudian,
praktikan menimbang sampel tanah dan ring konsolidasi. Praktikan
menyusun alat-alat yang digunakan dalam sel konsoldasi. Susunannya sel
konsolidasi dari bawah ke atas adalah batu poros, kertas pori, sampel tanah
dalam ring konsolidasi, kertas pori, dan batu poros. Di atasnya juga
diberikan silinder tembaga dengan penahan tiga mur. Kertas pori batu
poros berguna untuk mencegah air masuk ke dalam sampel tanah.
Sedangkan, silinder tembaga berguna untuk meratakan beban yang
diberikan pada sampel tanah dan penahan tiga mur berguna untuk
memastikan agar tidak ada pergerakan selama percobaan berlangsung.
Kemudian, praktikan meletakkan sel konsolidasi ke dalam
consolidation loading device dengan lengan beban yang diatur tegak lurus
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

terhadap alat uji konsolidasi sehingga beban terbagi merata. Praktikan


mengatur dial agar mengenai tepat bagian atas dari sel konsolidasi.
Kemudian, praktikan memberikan air hingga silinder tembaga tergenang
agar tanah menjadi jenuh. Kemudian, praktikan mengubah dial menjadi
nol sebelum dilakukan pembebanan dan lengan beban masih ditahan baut
penyeimbang.
Kemudian praktikan memberikan beban 1 kg dan mencatat dial
dengan interval waktu 0”, 6”, 15”, 30”, 60”, 120”, 240”, 480”, dan 24 jam.
Pada hari berikutnya, beban ditambahkan menjadi 2 kg dan dilakukan
pembacaaan dial. Hal ini dilakukan dengan variasi beban 4, 8, 16, dan 32
kg. Pada setiap pembebanan, dilakukan pembacaan waktu dengan interval
yang ditentukan.
Setelah proses loading hingga 32 kg selesasi, dilakukan proses
unloading, yaitu pengurangan beban secara bertahap. Setiap pengurangan
beban dilakukan, praktikan membaca dial. Proses ini dilakukan sesuai
tahapan pembebanan di tahap loading, yakni 32, 16, 8, 4, 2, dan 1 kg.
Proses pembacaan dial dilakukan dengan interval waktu 24 jam.
Setelah semuanya selesai, praktikan mengeluarkan ring
konsolidasi dari alat konsolidasi dengan cara menggeser dial dan
menurunkan lengan beban. Kemudian, praktikan melepaskan tiga mur dan
melepaskan satu per satu batu poros, kertas pori, dan sampel tanah. Lalu,
sampel tanah yang telah terkonsoldiasi dimasukkan ke dalam can untuk
ditimbang. Setelah itu, sampel tanah dimasukkan ke dalam oven selama
24 jam. Sampel tanah yang sudah dioven kemudian ditimbang lagi. Hal
ini berguna untuk menentukkan berat kering dan kadar air.

B. Analisis Data dan Hasil


Pada percobaan ini, diperoleh data berupa hasil pembacaan dial
pada keenam variasi beban (1; 2; 4; 8; 16; 32 kg) untuk kedua fase, loading
dan unloading. Untuk setiap pembebanan, pembacaan dial dilakukan
dengan interval waktu 0; 0,1; 0,25; 0,5; 1; 2; 4; 8; 15; 30; 60; dan 1440
menit. Dari pembacaan dial tersebut, kemudian dihitung %-strain-nya dan
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

dibuat grafik hubungan antara %-strain terhadap akar waktu. Grafik dibuat
untuk memperoleh nilai √tA, 1,15√tA, √t09, dan t90 pada masing-masing
beban.
Pada grafik yang diperoleh, dibuat garis singgung dari data
pertama yang menjadi titik pertama pada grafik yang diteruskan hingga
memotong sumbu x. Nilai perpotongan pada sumbu x ini yang disebut √tA.
Nilai ini kemudian dikali dengan 1,15 untuk memperoleh 1,15√tA. Nilai
ini dimasukkan ke dalam grafik dan ditarik suatu garis lurus dari titik ini
ke titik pertama. Kemudian, dari titik perpotongan antara garis ini dengan
grafik ditarik garis vertikal memotong sumbu x. Titik ini merupakan nilai
√t90 yang kemudian dikuadratkan untuk memperoleh t90. Nilai ini
menunjukan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 90% konsolidasi.
Nilai t90 yang diperoleh adalah 0,64; 0,81; 0,64; 1,3225; 3,24; 33,64 menit.
Maka, nilai t90 akan makin besar seiring pembebanan yang diberikan
makin besar.
Lalu, nilai koefisien konsolidasi (Cv) untuk setiap pembebanan
dapat diperoleh dari hasil bagi antara 0.848 dikali dengan setengah rata-
rata tinggi beban (H) dengan t90. Nilai Cv yang diperoleh untuk proses
loading adalah 0,218; 0,169; 0,205; 0,094; 0,036; dan 0,003 cm2/minute.
Sedangkan, nilai Cv untuk proses unloading adalah 0,003; 0,0325; 0,0829;
0,1783; 0,1444; dan 0,1901 cm2/minute.
Lalu, disusun grafik logaritmik yang menunjukkan hubungan
antara Cv dengan pressure untuk masing-masing pengujian, loading dan
unloading test. Dari grafik ini, dapat disimpulkan bahwa Cv berbanding
terbalik dengan pressure pada kedua pengujian. Makin besar nilai
pressure, maka nilai Cv akan makin besar yang menandakan konsolidasi
makin besar.
Setelah itu, disusun grafik logaritmik yang menunjukkan
hubungan void ratio dengan pressure untuk kedua pengujian. Dari grafik
tersebut, dapat ditunjukkan bahwa nilai void ratio berbanding terbalik
dengan nilai pressure yang diberikan. Makin kecil pressure, maka void
ratio akan makin besar. Lalu, dibuat garis putus-putus berwarna hitam
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

yang menghubungkan titik dengan void ratio sebesar 1,19 dengan titik
dengan void ratio sebesar 0,92. Kemudian, dibuat garis sejajar garis putus-
putus ini yang menyinggung grafik void ratio terhadap pressure untuk
pengujian loading (garis kuning). Kemudian, ditarik garis horizontal dari
titik singgung antara garis kuning dengan grafik tersebut ke arah sumbu y
(garis hijau). Lalu, dibuat garis yang melalui titik dengan void ratio 0,92
dengan 1,02 hingga memotong garis hijau (garis hitam). Terakhir, sudut
antara garis kuning dengan garis hijau dibagi menjadi dua sama besar.
Kemudian, ditarik garis vertikal dari titik perpotongan antara garis hijau
dengan garis hitam menuju sumbu x. Titik perpotongan garis ini dengan
sumbu x merupakan nilai tegangan pra-konsolidasi (Pc) yang diinginkan.
Besarnya Pc adalah 3,5 kg/cm2.
Lalu, koefisien pemampatan (Cc) dapat ditentukan dari hasil bagi
antara selisih void ratio pada beban 16 kg dan beban 32 kg dengan selisih
logaritmik tegangan pada beban 32 kg dan 16 kg. Nilai Cc yang diperoleh
adalah 0,348. Menurut E Sutarman, sampel tanah uji dapat
diklasifikasikan sebagai tanah soft montmorillonite clay hingga pen peat.
Selain itu, koefisien rekompresi (Cr) dapat ditentukan dari hasil
bagi antara selisih void ratio awal dan pada beban 16 kg dengan selisih
logaritmik tegangan pada beban 16 kg dengan beban awal. Nilai Cr yang
diperoleh adalah 0,242.
Lalu, nilai tegangan awal (Po) dapat diperoleh dari berat tanah
basah dikali kedalaman pengambilan sampel tanah (100cm) dibagi dengan
hasil kali tinggi sampel dengan luas ring. Maka, nilai Po yang diperoleh
adalah 0,172 kg/cm2.
Terakhir, nilai overconsolidation ratio (OCR) dapat diperoleh dari
tegangan pra-konsolidasi (Pc) dibagi dengan nilai tegangan awal (Po).
Pada percobaan ini, diperoleh nilai OCR sebesar 20,30. Nilai OCR ini
lebih besar dari 1, maka sampel tanah yang diuji merupakan sampel tanah
over consolidated. Hal ini disebabkan tegangan pra-konsolidasi jauh lebih
besar dari tegangan awal yang terjadi pada sampel tanah.
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Hal ini menunjukkan sampel tanah lempung yang diuji telah


mengalami proses pengendapan dan juga konsolidasi akibat tekanan tanah
di atasnya. Selain itu, sepanjang sejarah geologinya, sampel tanah ini
pernah mengalami konsolidasi dari tekanan yang lebih besar dari tekanan
yang bekerja sekarang.

C. Analisis Kesalahan
Pada percobaan ini, terdapat beberapa kesalahan yang dapat terjadi
sehingga menyebabkan hasil percobaan kurang akurat. Beberapa
kesalahannya adalah sebagai berikut.
• Kesalahan saat penyusunan isi sel konsolidasi yang menyebabkan
batu porous dan kertas pori sedikit bergeser sehingga air dapat
masuk ke sampel tanah.
Solusi: memastikan penyusunan batu porous dan kertas pori berada
pada posisi yang tepat sebelum dipasangkan ke alat.
• Kesalahan saat pemosisian lengan beban yang tidak tepat tegak lurus
dengan alat konsolidasi sehingga pembebanan tidak berlangsung
secara merata.
Solusi: memastikan lengan beban sudah tegak lurus sebelum
percobaan dimulai.
• Kesalahan saat penambahan beban sehingga waktu penambahan
beban memiliki sedikit perbedaan dengan interval yang seharusnya.
Solusi: sesegera mungkin melakukan penambahan beban ketika
waktu pembebanan sudah sesuai dengan interval yang diharapkan.
• Kesalahan saat interpretasi grafik t90 dan penentuan Pc sehingga
memengaruhi hasil perhitungan.
Solusi: pengolahan data dilakukan oleh beberapa kali sehingga dapat
diperoleh rata-rata interpretasi hasil grafik.

V. APLIKASI
Praktikum consolidation test dapat digunakan untuk memperoleh
penurunan pondasi bangunan yang didirikan di atas tanah lempung jenuh.
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Melalui percobaan ini, kegagalan konstruksi berupa penurunan tanah akibat


konsolidasi dapat diketahui. Jika penurunan yang terjadi secara merata,
stabilitas bangunan tidak akan terpengaruh dan dapat dipertahankan.
Sedangkan, jika penurunan tidak merata terjadi, hal ini dapat membahayakan
jika pondasi tidak mencapai tanah asli/tanah keras. Setiap pondasi akan
mengalami penurunan yang berbeda sehingga muncul tegangan ekstra pada
komponen atas ataupun bawah bangunan. Bila tegangan yang timbul
melampaui tegangan izin, maka komponen bangunan akan mengalami retakan
atau patah, tergantung pada besaran tegangan yang dilampaui.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Consolidation Test, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
• Nilai compression index (Cc) dari percobaan ini adalah 0,348. Makan
menurut E Sutarman, sampel tanah uji dapat diklasifikasikan sebagai
tanah soft montmorillonite clay hingga pen peat.
• Nilai tegangan pre-consolidated (Pc) dari percobaan ini adalah 3,5
kg/cm2. Nilai ini lebih besar dari tegangan awal (Po) sehingga nilai OCR
yang diperoleh adalah 20,30. Maka, sampel tanah uji adalah tanah over
consolidated.
• Nilai koefisien konsolidasi (Cv) dari percobaan ini adalah 0,218; 0,169;
0,205; 0,094; 0,014; dan 0,002 untuk loading test serta 0,013; 0,083;
0,178; 0,144; dan 0,19 untuk unloading test.
• Koefisien rekompresi (Cr) dari percobaan ini adalah 0,242.
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

VII. REFERENSI
Bahsan, ST., M.Kom, E., & Syifan, ST., A. (2017). BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH. Depok: Departemen Teknik
Sipil-Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Data Praktikan. (2021).

Nawir, H., Apoji, D., Fatimatuzahro, R., & Pamudji, M. D. (2012). Prediksi
Penurunan Tanah Menggunakan Prosedur Observasi Asaoka Studi
Kasus: Timbunan di Bontang, Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Sipil,
133-148.

Pranoto, Y., & Setiabudi, R. (2017). EVALUASI PENURUNAN GEDUNG


DAN METODE PERBAIKANNYA (STUDI KASUS: KANTOR
POS BALIKPAPAN). Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, Edisi
Spesial 2017, 102-107.
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil –
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

VIII. LAMPIRAN

Gambar 8 Tujuan Percobaan


Sumber: Video Praktikum (2021)

Gambar 9 Penuangan Air ke dalam Silinder


Sumber: Video Praktikum (2021)

Anda mungkin juga menyukai