Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENYELIDIKAN LOKASI PROYEK


(Metode Penyelidikan Lokasi Proyek di Laboratorium)

DOSEN PENGAMPU :
Devita Mayasari S.T.,M.Eng

OLEH:
Kelompok 5

Andi Dwi Ayu Lestari 2019 – 21 – 009


Kristina Butar Butar 2019 – 21 – 034
Naufal Abdul Afif 2019 – 21 – 062
Syakira Puteri 2020 – 21 – 012

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Institut Teknologi PLN
Jakarta
2022
BAB I
PENDAHULUAN
3.11 Latar Belakang
Tanah merupakan dasar sebuah konstruksi yang berperan sebagai pendukung
pondasi pada sebuah konstruksi bangunan. Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya
memperoleh informasi bawah tanah untuk perencanaan pondasi bangunan sipil. Penyelidikan
tanah harus mencapai kedalaman dimana tanah memberikan daya dukung atau
mengkontribusi penurunan akibat struktur yang akan dibangun. Penyelidikan Tanah
merupakan hal yang wajib dilakukan ketika akan melakukan pekerjaan konstruksi berskala
besar seperti pembangunan gedung bertingkat, pembangunan jalan beton, dll. Penyelidikan
tanah sendiri merupakan pekerjaan/kegiatan untuk mengetahui karakteristik maupun daya
dukung tanah beserta kondisi geologinya. Dalam pembuatan pondasi untuk bangunan maupun
jalan tentu kepadatan dan daya dukung tanah serta sifat korosivitas tanah harus mendukung
untuk dibangun pondasi. Dengan melakukan pengujian tanah maka kita dapat menentukan
jenis pondasi yang tepat untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Dari penyelidikan inilah
akan ditentukan baik alternatif, jenis, kedalaman hingga dimensi pondasi yang paling efisien
namun tetap aman digunakan. Karenanya sebelum memulai proyek konstruksi yang berskala
besar, pekerjaan penyelidikan tanah mutlak harus dilakukan. Kondisi tanah yang tepat tentu
akan mendukung struktur bangunan yang kokoh dan tahan gempa sehingga akan memberikan
rasa aman bagi pengguna bangunan. Penyelidikan tanah sendiri dapat dilakukan di
laboratorium dalam beberapa pengujian seperti uji konsolidasi, uji triaksial, uji preambilitas,
dan uji direct shear serta pemadatan tanah.
3.12 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan uji konsolidasi, uji triaksial, uji permeabilitas, dan uji direct
shear?
2. Bagaimana prosedur uji konsolidasi, uji triaksial, uji permeabilitas, dan uji direct shear?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari masing – masing pengujian tersebut?
3.13 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengatahui apa yang dimaksud dengan uji konsolidasi, uji triaksial, uji
permeabilitas, dan uji direct shear
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui prosedur uji konsolidasi, uji triaksial, uji
permeabilitas, dan uji direct shear
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing – masing
pengujian
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Uji Konsolidasi
1.1.1. Pengertian Konsolidasi
Uji konsolidasi adalah proses berkurangnya volume tanah berkurangnya
rongga pori tanah jenus berpemeabilitas rendah akibat adanya pembebanan,
dimana prosesnya dipengaruhi oleh kecepatan air pori keluar dari rongga tanah.
Uji konsolidasi dilakukan untuk mengetahui besarnya penurunan tanah setelah
diberi beban diatasnya (∆ H) dalam cm serta untuk mengetahui jumlah waktu
penurunan tanah sampai dengan 90 % selesai dalam detik (Primary
consolidation).
Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk menentukan sifat pemampatan
tanah dan karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas
tanah.
a) Sifat kemampatan tanah dinyatakan dengan koefisien kemampuan volume
( mv ) atau dengan indeks kompresi ( c c )
b) Karakterisitk konsolidasi dinyatakan oleh koefisien konsolidasi (c v ) yang
menggambarkan kecepatan kompresi tanah terhadap waktu
1.1.2. Tujuan Konsolidasi
Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk memperoleh parameter koefisien
kompresibilitas (mv), koefisien konsolidasi tanah (cv), koefisien kelulusan air (k),
indeks kompresibilitas (Cc), dan hubungan antara waktu dan penurunan kumulatif
benda uji tanah tidak terganggu atau terganggu, yang akan digunakan untuk
keperluan analisis perhitungan, baik kecepatan penurunan maupun penurunan total
bangunan atau timbunan.
Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk menentukan sifat pemampatan
tanah dan karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi dari permeabilitas
tanah yaitu:
a) Sifat kemampatan tanah dinyatakan dengan koefisien kemampuan volume
( mv ) atau dengan indeks kompresi ( c c )
b) Karakterisitk konsolidasi dinyatakan oleh koefisien konsolidasi (c v ) yang
menggambarkan kecepatan kompresi tanah terhadap waktu.
1.1.3. Prosedur Konsolidasi
Berikut ini adalah prosedur uji konsolidasi.
 Contoh tanah jenuh air (kelihatan airnya keluar) dimulai dengan pembebanan
pertama sebesar 0,05 kg / Cm2 atau 0,1 kg / Cm2 tergantung kondisi contoh
tanah.
 Begitu beban diletakkan, stop wacth dinyalakan (pengukuran waktu dimulai).
 Stop wacth menunjukkan 4“ (empat detik), pembacaan penuruan pada dial
gauge penurunan dibaca dan dicatat.
 Adapun jadwal pembacaan 4” ; 8”; 15”; 30”; 1’; 2’; 4’; 8’ ; 15‘;30’; 1
jam; 2 jam; 4 jam; 8 jam; 1 hari; 2 hari; 3 hari.
 Untuk metoda √ t pembacaan cukup sampai dengna 1 jam dan kemudian
keesokan harinya (24 jam). Untuk metoda log t jadwal pembacaan dibaca
semuanya.
 Setelah selesai pembebanan pertama dilanjutkan pembebanan kedua sebesar
0,1 kg / cm2 atau 0,2 kg / cm2, merupakan kelipatan dari pembebanan
pertama.
 Pembacaan dan pencatatan selalu dilakukan sesuai metoda yang dipakai,
 Setelah beban terakhir 6,4 kg/ cm2 (berarti pembebanan total 12,8 kg/cm2)
selesai, dilakukan pengurangan beban (Unloading) sekurang- kurangnya tiga
kali.
 Yang pertama, dikurangi sampai tinggal beban sebesar 0,8 kg / cm2 , yang
kedua 0,4 kg / cm2 dan yang terakhir sebesar beban pertama (. kg / cm2).
Setiap pengurangan beban ( Un loading ) hanya dibaca sekali pada keesokan
harinya ( 24 Jam ).
 Selesai pengujian, contoh tanah dikeluarkan dari ring konsolidasi ditampung
dalam cawan, lalu ditimbang dalam keadaan basah, kemudian diopen selama
24 jam. ( menjadi kering )
 Contoh yang sudah ditimbang dalam cawan, dalam keadaan basah maupun
kering, dicatat dalam form uji, setelalah dilakukan penyesuaian tempat
(Container / cawan). Jadi yang dicatat adalah berat tanah kering dan berat
tanah basah + berat ring (WR). Container/cawan diganti dengan berat ring
(WR).
1.1.4. Jenis – jenis konsolidasi

Tahap I : Pemampatan awal (initial compression), yang pada umumnya adalah


disebabkan oleh pembebanan awal (preloading)
Tahap II : Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama
tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif,
sebagai akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah
Tahap III : konsolidasi sekunder (secondary consolidation), yang terjadi setelah
tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi di sini adalah
disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.

1.2. Uji Triaxial


1.2.1. Pengertian Triaxial
Uji triaxial adalah pengujian dari benda uji yang berbentuk silinder yang
dibungkus karet kedap air diberi tegangan kesemua arah dan kemudian diberi
tekanan aksial sampai terjadi keruntuhan.
Tujuan dari uji triaxial ini adalah hasil dari pengujian digunakan dalam
analisis kestabilan jangka pendek (short term stability analysis) maupun jangka
panjang (long term stability analysis).
1.2.2. Macam – macam Uji Triaxial
 Unconsolidate Undrain (UU). Pada tes ini, suatu tekanan sel diberikan pada
spesimen tes dan tegangan deviator atau penggeseran diberikan segera setelah
tekanan sel stabil. Drainase tidak diizinkan selama pemberian tekanan sel
(tegangan keliling) dan drainase tidak diizinkan selama pemberian tegangan
deviator.
Pengujian Unconsolidated Undrained (UU) dilakukan untuk
mensimulasikan kondisi di lapangan apabila penambahan/pemberian beban
relatif cepat sehingga lapisan tanah belum sempat terkonsolidasi (air di dalam
pori tanah tidak sempat mengalir ke luar selama proses pemberian beban), oleh
karena itu pengujian ini juga dinamakan quick test. Sebagai contoh dalam
kasus ini adalah suatu lapisan tanah yang menerima beban relatif cepat seperti
beban urugan yang berlangsung relatif singkat.

Gambar pengujian Unconsolidate Undrain


Penerapan:
Kekuatan triaksial yang didapat pada kondisi-kondisi tak terkonsolidasi tak
terdrainase berlaku untuk situasi-situasi desain di mana pembebanan sangat
cepat sehingga tidak cukup waktu untuk tekanan air pori yang terbentuk untuk
berdisipasi dan untuk konsolidasi terjadi (artinya drainase tidak terjadi).
Kekuatan triaksial yang diukur pada kondisi-kondisi UU digunakan untuk
menentukan kekuatan pada akhir konstruksi. Konstruksi timbunan pada deposit
lempung merupakan suatu contoh situasi di mana kuat geser tak terdrainase in
situ akan menentukan stabilitas.

 Consolidate Undrain (CU). Pada tes ini, drainase diizinkan selama pemberian
tegangan keliling dan spesimen sepenuhnyan terkonsolidasi di bawah tegangan
ini. Drainase tidak diizinkan selama pemberian tegangan deviator. Pengujian
Consolidated Undrain (CU) dilakukan untuk mensimulasikan kondisi lapisan
tanah yang telah terkonsolidasi dan kemudian menerima penambahan beban
yang relatif cepat. Pada kasus ini mula-mula air di dalam pori tanah dibiarkan
mengalir keluar akibat proses konsolidasi, dan setelah tanah terkonsolidasi
sempurna (100%), lapisan tanah tersebut menerima tambahan beban yang
relatif cepat sehingga air di dalam pori tanah pada saat penambahan beban
tidak sempat mengalir ke luar. Sebagai contoh pada kasus ini adalah beban
tanki yang didirikan di atas suatu urugan pada tanah lempung yang telah
mengalami konsolidasi 100%.

Gambar pengujian Consolidate Undrain

Kuat geser pada tes ini diukur pada kondisi-kondisi tak terdrainase dan
bisa diterapkan untuk kondisi lapangan di mana:
1) Tanah-tanah yang telah sepenuhnya dikonsolidasikan pada satu rangkaian
tegangan diberi suatu perubahan tegangan tanpa kesempatan konsolidasi
lebih lanjut terjadi
2) Kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan yang di tes.
Karena pengukuran tekanan air pori dilakukan, kuat geser bisa dinyatakan
dalam bentuk tegangan efektif dan bisa diterapkan untuk kondisi-kondisi
lapangan di mana (i) drainase sempurna bisa terjadi atau (ii) di mana tekanan
pori yang timbul akibat pembebanan bisa diperkirakan dan (iii) di mana
kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan yang di lapangan. Kuat geser
yang didapat dari tes, dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan total atau
efektif, biasanya digunakan pada analisis stabilitas timbunan.

 Consolidate Drain (CD). Pada tes ini, drainase diizinkan baik selama
pemberian tegangan keliling dan tegangan deviator sehingga spesimen
sepenuhnya terkonsolidasi di bawah tegangan keliling dan tekanan pori ekses
tidak terbentuk selama penggeseran. Pengujian Consolidated Drain (CD)
dilakukan untuk mensimulasikan kondisi pemberian beban pada tanah yang
telah terkonsolidasi dengan kecepatan yang relatif lambat dibandingkan dengan
keluarnya air dari pori tanah.

Gambar pengujian Consolidate Drain

Hasil-hasil tes CD yang dilakukan pada tanah kohesif bisa diterapkan pada
situasi-situasi di mana konstruksi akan berlangsung pada laju yang cukup
lambat sehingga tidak ada tekanan pori ekses yang terjadi atau waktu yang
cukup telah lewat sehingga semua tekanan pori ekses telah terdisipasi.
1.2.3. Prosedur Pengujian Triaksial
Pelaksanaan Pengujian pada UU (Unconsolidate Undrain):
Selama pengujian atau selama contoh tanah di beri tegangan normal dan tegangan
geser, air dalam contoh tanah tidak diperbolehkan keluar (semua kran di tutup),
tegangan air pori tidak di ukur.
 Alirkan air dari water tank, hingga keluar di plat dasar dengan mebukakran
CP( Chamber Pressure) di panel maupun di chamber cell dan kemudian
tutup kembali yang di panel.
 Contoh tanah yang sudah dikeluarkan dari ring triaksial, sudah ditimbang,
sudah diukur tinggi dan diameternya serta sudah diambil kadar airnya,
dilindungi/ dimasukkan dalam membran jaket dengan bantuan tabung
perenggang membran.
 Kemudian pasang membran jaket pada ujung tabung perenggang membran
dan diikat dengan gelang karet (circle seal), masukkan ujung yang lain
sampai keluar tabung kemudian dilipat keluar tabung, dan diikat juga
dengan gelang karet (circle seal).
 Hisap pipa kecil tabung peregang agar mimbran jaket menempel ke dinding
tabung perenggang, sehingga memudahkan contoh tanah untuk dimasukkan
kedalam mimbran jaket.
 Batu pori dipasang siatas dan di bawah contoh tanah setelah dilapisi kertas
saring, agar contoh tanah tidak kontak langsung dengan batu pori.
 Isapan pada tangkai pipa tabung perenggang dilepaskan setelah contoh
tanah diletakkan ditengah-tengah plat dasar (Base centre cell), kemudian
ikatan gelang karet dilepaskan pelan-pelan, hati-hati dan dipindahkan untuk
mengikat alat triaxial bagian bawah, sedang yang bagian atas mengikat
tutup contoh tanah (tempat plunyer).
 Plunyer / piston diatur diletakkan di bagian atas, tepat ditengah-tengah
contoh.
 Chamber / cell triaxial harus ditutup rapat-rapat.
 Buka kran CP yang di panel, agar air dalam tangki utama mengalir
memenuhi chamber / cell, kran bagian atasnya dibuka supaya udaranya
keluar, dan kemudian tutup kembali.
 Posisi jarum pada jam pengukur (dial gauge) strain maupun tekanan diatur
 pada kedudukan 0,00 mm (satu divisi pergerakan panjang = 0,01 mm).
 Buka kembali kran CP di panel sampai tekanan lateral yang diinginkan, di
mulai dari 0,6 kg/cm2 atau 1,0 kg/cm2 untuk contoh yang pertama,
tergantung pada contoh tanahnya, kemudian ditutup kembali ( posisi jarum
bergerak sedikit).
 Setelah tekana cell diberikan sesuai dengan yang direncanakan, jam
pengukur diatur kembali secepatnya pada posisi 0,00 mm dan segera
diberikan tekan avertika dengan elektrik motor yang sudah diatur
kecepatannya.
 Pembacaan dan pencatatan sesuai dengan jadwal dalam form pengujian,
smapai terjadi keruntuhan ( failure state) atau terjadi pembacaan maksimum
karena sudah terjadi penurunan dua kali, atau sudah terjadi pemendekan
contoh sampai 20 %.
 Setelah selesai pengujian, tekanan vertika dihentikan, air dalam cell
dikembalika masuk kedalam tangki utama dengan membuka kran Drain di
panel samapai dalam cell kelihatan kering kemudian ditutup kembali.
 Bila dalam champer/cell sudah tidak ada tekanan, lalu dibuka/dibongkar,
gambar bidang keruntuhan tanah. Pengujian contoh pertama dengan
tekanan lateral yang pertama selesai.
 Lanjutkan pengujian contoh berikutnya yang ke 2, ke 3 dans eterusnya
dengna tekanan lateral yang berbeda-beda pula (sebaikknya merupakan
kelipatan dari yang pertama).
1.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Uji Triaksial
Stress state pada setiap tahap pembebanan dari awal sampai kegagalan dapat
diketahui sehingga lingkaran Mohr-Coulomb dapat digambarkan dengan tepat,
letak bidang runtuh tidak ditentukan atau bebas, dan drainase dapat dikontrol
sepenuhnya. Kekurangan dari pengujian dengan alat Uji Triaksial UU antara lain
alatnya rumit, cukup besar dan mahal biayanya, serta waktu pengujian yang cukup
lama untuk tiap benda uji.
Uji Geser Langsung mempunyai kekurangan antara lain pada Uji Geser
langsung tidak dapat mengontrol drainase dan stress state tidak dapat diketahui
karena tegangan-tegangan yang diketahui hanya salah satu tegangan normal dan
tegangan geser akhir sehingga sulit untuk membuat lingkaran Mohr-Coulomb yang
tepat sehingga tidak diketahui dengan tepat berapa tegangan geser saat
maksimumnya.
1.3. Uji Permeabilitas
1.3.1. Pengertian Permeabilitas
Permeabilitas tanah adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media
berpori dalam keadaan jenuh. Maksud uji permeabilitas untuk medapatkan nilai
koefisien permeabilitas (k) dari suatu contoh tanah. Permeabilitas adalah
kemampuas suatu material untuk dapat mengalirkan atau merembeskan cairan
melalui rongga pori.
Beberapa pendapat tentang permeabilitas tanah adalah sebagai berikut:
1. Permeabilitas tanah adalah kemudahan media sarang mengalirkan air atau fluida
lainya melalaui pori – pori tanah. ( Anonymous,2010 )
2. Permeabilitas tanah adalah tingkat kesarangan tanah yang dilalui aliran massa air
atau kecepatan aliran air untuk melewati masa tanah. ( Hanafiah, 2005 )
3. Permeabilitas tanah adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media
berpori dalam keadaan jenuh. ( Anonymous, 2010 )
4. Permeabilitas tanah adalah kemampuan untuk mentransfer air atau udara.
Biasanya diukur dengan istilah jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam
waktu yang tertentu dan ditetapkan sebagai inci/jam. ( wanihadi utomo, 1985 )
1.3.2. Hukum Darcy
Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga
(pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Ada dua asumsi utama
yang digunakan dalam penetapan hukum Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan
bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan asumsi kedua
menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh.

Darcy Low : q=kxixA

Dimana :
q = banyaknya air yang merembes (cm 3 / detik ¿
k = kecepatan merembes (cm/detik)
i = gradient hidrolic
A = luas penampang yang dirembesi (cm 2 ¿

Hukum Darcy menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh koefisien


permeabilitasnya. Setidaknya ada enam faktor utama yang mempengaruhi
permeabilitas tanah, yaitu:
 Viskositas cairan, yaitu semakin tinggi viskositasnya maka koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin kecil
 Distribusi ukuran pori, yaitu semakin merata distribusi ukuran porinya maka
koefisien permeabilitasnya cenderung semakin kecil
 Distribusi ukuran butiran, yaitu semakin merata distribusi ukuran butirannya
maka koefisien permeabilitasnya cenderung semakin kecil
 Viod ratio, yaitu semakin besar void ratio maka koefisien permeabilitas tanahnya
akan semakin besar
 Kekasaran partikel mineral, yaitu semakin besar partikel mineralnya maka
koefisien permeabilitasnya akan semakin tinggi
 Derajat kejenuhan tanah, yaitu semakin jenuh tanahnya maka koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi
1.3.3. Faktor – faktor permeabilitas
 Faktor yang mempengaruhi permeabilitas:
1) Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan antara pasir, liat, dan debu yang
menyusun suatu tanah. Tekstur sangat berpengaruh pada permeabilitas.
Apabila teksturnya pasir maka permeabilitas tinggi, karena pasir
mempunyai pori-pori makro. Sehingga pergerakan air dan zat-zat tertentu
bergerak dengan cepat.
2) Struktur tanah
Struktur tanah adalah agregasi butiran primer menjadi butiran sekunder
yang dipisahkan oleh bidang belah alami. Tanah yang mempunyai struktur
mantap maka permeabilitasnya rendah, karena mempunyai pori-pori yang
kecil. Sedangkan tanah yang berstruktur lemah, mempunyai pori besar
sehingga permeabilitanya tinggi.(Semakin kekanan semakin rendah)
3) Porositas
Permeabilitas tergantung pada ukuran pori-pori yang dipengaruhi oleh
ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Semakin kecil ukuran
partikel, maka semakin rendah permeabilitas.
4) Viskositas cairan
Viskositas merupakan kekentalan dari suatu cairan. Semakin tinggi
viskositas, maka koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin kecil.
5) Gravitas
Gaya gravitasi berpengaruh pada kemampuan tanah untuk mengikat air.
Semakin kuat gaya gravitasinya, maka semakin tinggi permeabilitasnya.

 Faktor yang dipengaruhi oleh permeabilitas:


1) Infiltrasi
Infiltrasi kemampuan tanah menghantar partikel. Jika permeabilitas tinggi
maka infiltrasi tinggi.
2) Erosi
Erosi perpindahan massa tanah, jika permeabilitas tinggi maka erosi rendah
3) Drainase
Drainase adalah proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat
mungkin dari profil tanah. Mudah atau tidaknya r hilang dari tanah
menentukan kelas drainase tersebut. Air dapat menghilang dari permukaan
tanah melalui peresapan ke dalam tanah. Pada tanah yang berpori makro
proses kehilangann airnya cepat, karena air dapat bergerak dengan lancer.
Dengan demikian, apabila drainase tinggi, maka permeabilitas juga tinggi.
4) Konduktifitas
Konduktifitas ias didapat saat kita menghitung kejenuhan tanah dalam air
(satuan nilai), untuk membuktikan permeabilitas itu cepata atau tidak.
Konduktifitas tinggi maka permeabilitas tinggi.
5) Run off
Run off merupakan air yang mengalir di atas permukaan tanah. Sehingga,
apabila run off tinggi maka permeabilitas rendah.
6) Perkolasi
Perkolasi merupakan pergerakan air di dalam tanah. Pada tanah yang
kandungan litany tinggi, maka perkolasi rendah. Sehingga, apabila perkolasi
rendah maka permeabilitasnya pun rendah.
1.3.4. Metode Uji Permeabilitas
 Pengujian Tinggi Energi Turun / Jatuh (Falling Head)
Pengujian ini peruntukkan untuk tanah dengan koefisien rembesan kecil
(permeabilitasnya rendah) atau untuk tanah berbutir halus. Untuk pengujian
falling head banyaknya air yang mengalir lewat contoh tanah ditampung, debit
airnya diperhitungkan serta perbedaan ketinggian air diperhitungkan.

Rumus yang digunakan dalam metode falling head sebagai berikut:

axL 2,3 h1
k= x x log
A (t 2−t 1 ) h2

Dengan;
k = koefisien rembesan (cm/detik)
a = luas penampang pipa (cm 2 ¿
L = tinggi contoh tanah (cm)
A = luas penampang tanah (cm2 ¿
t 2 dan t 1 = waktu rembesan (detik)
h = beda permukaan air (cm)

Gambar metode falling head

 Pengujian Tinggi Energi Tetap (Constant Head)


Pegujian ini diperuntukkan untuk tanah dengan koefisien rembesan besar
(permeabilitasnya tinggi)atau untuk tanah berbutir kasar.
Untuk pengujian constant head banyaknya air mengalir yang lewat contoh tanah
ditampung dalam gelar ukur. Debit airnya diperhitungkan dan perbedaan
ketinggian air tidak diperhitungkan.

Rumus yang digunakan dalam metode constant head sebagai berikut:

q L
k= x
(t 2−t 1) x A h

Dengan;
k = koefisien rembesan (cm/detik)
q = debit air rembesan yang ditampung (cm2 /detik ¿
t 2 dan t 1 = waktu rembesan (detik)
A = luas penampang tanah (cm2 ¿
L = tinggi contoh tanah (cm)
h = beda permukaan air (cm)

Gambar metode constant head

1.3.5. Kelebihan dan Kekurangan Uji Permeabilitas


Berikut ini adalah kelebihan dan Kekurangan dari masing-masing metode pada uji
Permebilitas.
1.3.5.1. Constan Head Permemeter (CHP)
Kelebihan :
a. Digunakan untuk tanah yang berbutir kasar.
b. Memiliki koefisien permeabilitas yang tinggi.
c. Pengerjaan perhitungan mudah
d. Memiliki spesimen untuk mengkonstankan air
e. Tidak perlu menghitung tinggi air permukaan awal dan akhir (h1 dan
h2)
f. Hasil lebih baik dari FHP
Kekurangan :
a. Sangat sulit untuk pengerjaan di lapangan seperti mengkonstankan air.
b. Harus menghubungkan spesimen agar air dapat konstan
c. Sulit untuk tanah berbutir halus.
1.3.5.2. Falling Head Permeameter (FHP)
Kelebihan :
a. Uji ini digunakan untuk tanah yang memliki butiran halus.
b. Digunakan untuk tanah yang memiliki koefisien permeabilitas yang
rendah.
c. Tidak harus mengkonstankan air.
d. Mudah untuk pengerjaan di lpangan hanya membaca h1 dan h2.
Kekurangan :
a. Harus memiliki beda tinggi
b. Perhitungan lebih rumit
c. Peralatan yagng digunaan tidak sesimpel alat constan head
d. Harus membuka kran untuk pembacaan h1 dan h2.

1.4. Uji Direct Shear


1.4.1. Pengertian Direct Shear
Uji direct shear (uji geser langsung) adalah uji untuk mendapatkan parameter
tanah berupa kohesi (C) dan sudut geser dalam tanah (∅) untuk oerencanaan
pondasi maupun dinding penahan tanah. Dengan memberikan beban normal
(vertical load) kemudian digeser sehingga butir-butir tanah memberikan perlawanan
maksimum sebelum terjadi keruntuhan dan ini yang disebut kekuatan geser ( τ)
dalam satuan kg/cm 2.
Hasil uji direct shear dapat digunakan untuk analisis kestabilan dalam bidang
geoteknik, diantaranya untuk analisis kestabilan lereng, daya dukung pondasi dan
analisis dinding penahan tanah.

1.4.2. Proses Uji Direct Shear


Skema alat percoban direct shear

Berikut ini adalah prosedur pengujian Direct Shear


a. Timbang benda uji.
b. Masukkan benda uji ke dalam cincin pemeriksaan (shearing box) yang telah
terkunci menjadi satu, dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah
benda uji.
c. Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji
dan diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban
yang diberikan pada stang tersebut.
d. Penggeser benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberi beban
mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembaca arloji geser
sehingga menunjukkan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.
e. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera
setelah pembebanan pertama diberikan isilah kotak cincin pemeriksaan dengan
air sampai penuh diatas permukaan benda uji. Jagalah permukaan ini supaya
tetap selama pemeriksaan.
f. Lakukan pergeseran dengan kecepatan 1 mm/menit (satu putaran jarum arloji
geser tiap menit) segera setelah pemberian beban, catatlah pembacaan dial
gauge dengan interval yang teratur sampai terjadi keruntuhan.
g. Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji geser
setiap 15 detik.
h. Berikan beban normal pada bagian uji kedua sebesar dua kali beban normal
yang pertama dan lakukan langkah (f) dan (g).
i. Berikan benda normal pada benda uji ketiga sebesar tiga kali beban normal
yang pertama dan lakukan langkah (f) dan (g), begitu juga terhadap beban
selanjutnya.
1.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Uji Direct Shear:
 Kelebihan Uji Direct Shear:
1) Drainase yang cepat diperoleh, karena ketebalan sampel percobaan yang
kecil
2) Dapat digunakan untuk mengetahui parameter kuat geser pada pertemuan
tanah
 Kekurangan Uji Direct Shear:
1) Arah bidang keruntuhan sudah diketahui yaitu bidang horizontal
2) Luas permukaan sliding berubah seiring berjalannya proses percobaan
3) Ketidakseragaman distribusi kuat geser sepanjangan bidang runtuh

1.5. Pengujian Pemadatan Tanah


1.5.1. Pengertian Pemadatan Tanah
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah).
Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan, tanggul /
bendungan, tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk menaikan
kekuatannya. Selain dari itu Pengujian pemadatan tanah (compaction test) juga
merupakan proses pengujian yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
antara kadar air dan kepadatan tanah. Pengujian ini disebut juga Proctor Test dan
dapat dilakukan dengan cara Standar ataupun Modified.
Hasil dari pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar air optimum dan
berat isi kering maksimum pada suatu proses pemadatan. Kepadatan tanah
biasanya dinilai dengan menentukan berat isi keringnya. Adapun Faktor-faktor
tersebut meliputi kadar air dalam tanah yang dipadatkan, jenis tanah, luas
permukaan yang menerima tekanan dalam proses pemadatan, ketebalan lapisan
tanah yang dipadatkan, dan jumlah lintasan alat pemadat, misalnya 10 kali atau 15
kali.
Hasil pengujian dihitung dengan rumus-rumus berikut :

t  W Dimana :
V t = Berat volume basah (gr/Cm3)
W = Berat tanahbasah padat (gr)
V = Volume tanah padat (Cm3)

Berat volume kering d  = Ws


V

Dimana:
Ws = Berat tanah kering open (gr).

Ws Ws W W Ws
t = V d = W . W d = V . W

γt .Ws
γt .Ws γt .Ws
d = W d = Ws+Ww d = (1+ Ww )Ws
Ws

yt γt .100 d  t 100
d = 1+ Ww
Ws (
d  1+ Ww 100
Ws ) 100 w
ww

Dimana :
𝛾𝑑 = Berat volume kering (gr / Cm3)
𝛾𝑡 = Berat volume basah (gr / Cm3)
w = Kadar air (%)

W .100
Ww
W = Ws +Ws W = Ws.(1+
Ws
) Ws =
( 1+
Ww
Ws )
.100

Dimana :
Ws = Berat tanah kering open (gr)
W = Berar tanah basah (gr)
w = Kadar air tanah (%)

Ws Ws . γw Ws . γw
d = V d = (Vs+Vw ). γw d = Vs . γw+Ww

Ws Gs . γw
Ws. Vs . γw
Vs Ww
d = Vs d = Vs . γw +Ww d = Ww
Vs . γw+Ww 1+
Vs . γw Vs . γw

Gs . γw Gs. γw
d = 1+ Ww . Ws . 100 d = 1+ Ww . Ww . 100 d =
Vs . γw Ws 100 Vs . γw Ws 100
Gs . γw
Gs . Ww 100
1+ .
Ws 100

Gs . γw
d = 1+ w .Gs
100

Dimana :
d = Berat volume kering
Gs = Berat jenis butir tanah
w = Berat volume air

w = Kadar air tanah


S = Tingkat kejenuhan 100%

Pada awal pemadatan , berat volume kering bertambah dengan penambahan


kadar air, pada saat kadar air nol (w = 0), berat volume tanah basah ( γ b) = berat
volume kering ( γ d)
Ketika kadar air ditambahkan (dengan usaha pemadatan yang sama), berat

butiran tanah padat per satuan volume ( d) juga bertambah. Misal pada saat
kadar air = w1, maka b = 2
  
d (ww1) = d (w0) + d

Proctor (1933) telah mengamati bahwa ada hubungan antara kadar air dan
berat volume kering tanah padat. Dimana pada berbagai jenis tanah , terdapat
satu nilai kadar air optimum tertentu untuk mencapai berat volume kering
maksimum.
Hubungan berat volume kering ( γ d) dengan berat volume basah ( γ b) dan kadar
air (w) dinyatakan :

Berat volue kering setelah pemadatan bergantung dari jenis tanah, kadar air
dan usaha yang diberikan oleh alat penumbuknya .
1.5.2. Proses Uji Pemadatan Tanah
1. Persiapan benda uji :
a) Contoh tanah yang diambil dari sumur uji/test pit (TP) dipisahkan dari
gumpalan– gumpalan dengan palu karet atau palu plastik, agar dapat lolos dari
lubang ayakan 5 mm (ayakan No. 4 ).
b) Siapkan contoh tanah yang lolos ayakan No.4 sekurang-kurangnya 6
nampan/loyang yang beratnya masing-masing 2,5 – 3,0 Kg. Contoh tanah dari ke 6
nampan ini akan dipadatkan/ditumbuk dengan kadar air yang bervariasi, berbeda-
beda kandungan airnya. Agar kadar airnya berbeda-beda / bervariasi, contoh tanah
tersebut diatas, ditambah air bervariasi pula atau dikurangi kadar airnya dengan
jalan dikeringkan dengan oven. Ditambah atau dikurangi kadar airnya tergantung
keperluan.
2. Persiapan alat
Setelah dibersihkan, ditimbang dan dicatat, pastikan silinder/mold dapat disambung
dengan penyambungnya dan dapat dirakit dengan plat dasarnya dengan mudah.
Demikian pula alat penumbuknya (rammer), tidak ada kesulitan, untuk bisa jatuh
bebas setinggi 30 Cm.
3. cara pemadatan
Table.3 cara pemadatan tanah menggunakan alat pemadatan
BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setiap wilayah memiliki ciri dan karakteristik tanah yang berbeda-beda oleh
karena itu perlu melakukan pemilihan metode yang benar sehingga dapat mengetahui
kebutuhan bangunan di atas tanah tersebut, dengan mengetahui kebutuhan tanah pada
daerah tersebut kita dapat menentukan rancangan dari bangunan yang akan dibangun
sehingga bangunan itu dapat berdiri kokoh sesuai denga napa yang kita harapkan.

3.2. Tanya Jawab


1. Dari video konsolidasi, kenapa penambahan beban itu dilakukan setiap 24
jam, dan apa hubungannya terhadap rembesan air? (Rani 201921035)
Jawab: Karena proses pengujian yang selama ini diterapkan secara luas,
mengambil suatu pendekatan praktis bahwa waktu yang diperlukan suatu
sapel tanah untuk mencapai kondisi seimbang adalah dalam waktu 24jam,jadi
selama 24 jam itu dianggap bahwa air pori pada sampel tanah telah terdisprasi
secara sempurna.

2. Dari cara kerja direct shear, apa hasil yang didapatkan dari pengujiannya?
(Salma Namora 201921082)
Jawab : Secara singkat, prinsip kerja dari alat direct ini adalah dengan
memasukkan sample pada kotak geser yang kemudian bila di beri beban dan
di putar engkol pada alat akan membuat kotak geser bergerak berlawanan,
sehingga kita dapat mengetahui besar kuat geser dan kohesi pada sampel
tersebut dengan beban yang diberikan.

3. Apakah udara dapat mempengaruhi uji triaksial? (Asmar 201921076)


Jawab : iya, karena dipengujian triaksial hanya memperhitungkan tekanan dari
air saja.

4. Dari 3 jenis metode CD,CU dan UU.Sebutkan hal apa yang mendasar dari
ketiga metode tersebut? (Farid )
Jawab : Hal yang paling mendasar dari ketiga metode tersebut adalah tekanan
air berpori, tekanan air pori muncul saat terjadi pergeseran, dan pengujian
yang dilakukan sangat cepat.

5. Factor factor apa saja yang mempengruhi permeabilitas? (Ropatar


201921069)
Jawab : yaitu tekstur tanah, bahan organic tanah, kerapatan massa tanah,
kerapatan partikel tanah, porositas tanah dan kedalaman efektif tanah .

6. Apa fungsi dari kertas pori? (Fajrin 201921090)


Jawab : Untuk menahan air agar tidak terkena sampel tanah yang akan diuji
dilaboratorium.
7. Tanah kohesif bisa tidak digunakan sebagai sampel pengujian triaksial? (Jibril
201921051)
Jawab : bisa, karena tanah kohesif merupakan tanah yang memiliki sifat
melekat antara butir butirnya seperti tanah lempung.a

8. Sebutkan setiap jenis tanah apa saja yang kita gunakan pada setiap proses
pengujian yang kita lakukan ? (Ibu. Devita Mayasari)
Jawab : Semua pengujian pakai tanah kohesi/lempung
Kecuali uji permeabilitas bisa pakai tanah non kohesif sprt tanah
kasar/berpasir/kerikil.

9. Jelaskan beda constant head dan felling head? (Ibu. Devita Mayasari)
Jawab : Pada metode constant head tinggi genangan air di dalam ring
infiltrometer tetap, sedangkan pada metode falling head tinggi genangan air di
dalam ring infiltrometer berubah atau dibiarkan terjadi penurunan tinggi
genangan air.

10. Jelaskan bagaimana pola pemadatan penumbukan tanah pada pengujian


pemadatan tanah? (Ibu. Devita Mayasari)
Jawab : Penumbukan dilakukan sebanyak 25 kali, dengan pola penumbukan 1
kali penumbukan ditengah dan 4 kali penumbukan dilakukan mengelilingi
tumbukan pertama, hal tersebut dilakukan berulang hingga sebanyak 25 kali.

Anda mungkin juga menyukai