PENDAHULUAN
A.Sifat fisik tanah, yaitu sifat tanah dalam keadaan asli yang digunakan untuk
menentukan jenis tanah, terdiri dari :
a) Kadar air dan berat jenis tanah
b) Batas Atterberg (batas konsistensi) yaitu
a. Batas Cair (liquid limit)
b. Batas Plastis (plastic limit)
c. Batas Susut (shirinkage limit
c) Gradasi Butiran
B. Sifat mekanik tanah, yaitu sifat-sifat tanah apabila memperoleh
pembebanan, dan digunakan sebagai parameter dalam perencanaan
pondasi atau kemantapan lereng, diantaranya meliputi:
a) Pemadatan tanah (soil compaction), terdiri dari: Pemadatan Standar
b) Kekuatan geser tanah (shear strength of soil), parameternya dapat
diperoleh dari pengujian: Uji Geser Langsung (direct shear test)
4
1.2 Maksud dan Tujuan
5
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat lansung dari praktikum mekanika tanah ini adalah untuk
lebih mengenal dan lebih tahu mengenai cara menganalisi material tanah baik
itu berupa sifat fisik ataupun sifat mekanik dari tanah. Sehingga pengetahuan
tentang tanah sebagai dasar sebuah bangunan sipil bisa lebih lebih luas dan bisa
mengaplikasikannya di kehidupan nyata.Sedangkan manfaat tidak lansung dari
praktikum ini adalah untuk melatih kerja sama kelompok, karena di dunia
teknik sipil kerja sama kelompok sangat menentukan keberhasilan. Selain itu
praktikum ini juga bisa melatih kesabaran dan ketelitian pada setiap
mahasiswa.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
2.1.1 Tanah Lempung
7
plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser
yang kecil. Kondisi tanah seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun
konstruksi di atasnya.
2.1.3 Lanau
Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir
halus, dimana bahan tanah lanau kurang plastis dan lebih mudah ditembus oleh air
dibandingkan tanah lempung dan memiliki sifat dilatasi yang tidak terdapat pada
lempung. Dilatasi ini menunjukkan gejala perubahan isi apabila lanau itu diubah
bentuknya serta akan menunjukkan gejala untuk menjadi quick (hidup) apabila
diguncangkan atau digetarkan.
Untuk menyatakan klasifikasi dan menyatakan dengan tepat suatu tanah
secara visual, semata-mata dengan melihat saja, mengerjakannya dan membentuk
kembali. Cara yang paling baik untuk membedakan antara lanau dengan lempung
adalah percobaan dilatasi. Contoh tanah yang diselidiki lebih lanjut mengenai
sifat-sifat dari lapisan tanah dapat dibagi atas tiga macam, yaitu:
1. Tanah Permukaan
8
2. Contoh Tanah Terganggu (disturbed sampels)
Contoh ini diambil tanpa ada usaha-usaha untuk melindungi struktur asli
dari tanah tersebut. Tanah ini dipakai untuk penyelidikan yang tidak memerlukan
contoh asli (undisturbed samples) seperti specific gravity dan atterberg limit.
a. Specific Gravity
Digunakan untuk menentukan Specific Gravity dari suatu bahan material
tanah dimana dengan nilai Specific Gravity tersebut kita dapat
menentukangolongan/jenis dari bahan tersebut yaitu bebas, plastisitas, batas susut
dan batas cair.
b. Atterberg Limit
Digunakan untuk mendapatkan batas-batas atterberg limit yang ingin
diketahui, penggunaannya tanah tersebut dicampurkan dengan air dan diaduk
sehingga menjadi homogen untuk percobaan dibatas-batas atterberg limit tersebut
kita dapat menggolongannya.
Contoh tanah ini masih menunjukkan sifat-sifat asli tanah. Contoh tanah
ini tidak mengalami perubahan struktur. Kadar air atau susunan kimia. Cara
pengambilan contoh tanah ini dengan memakai tabung-tabung contoh dan contoh
tanah ini dipergunakan untuk Consolidasidan Unconfines Compression.
a. Consolidasi
Digunakan untuk mengetahui apakah tanah tersebut normal atau over
consolidated mencari koefesien pemampatan akibat adanya pembebanan.
b. Unconfined Compression
Digunakan untuk mengetahui sensivity dari suatu tanah, yaitu hubungan
antara undisturbed strength dan remolded strength.
9
2.2 Kadar Air
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara, sampel tanah
dalam keadaan basah ditimbang terlebih dahulu sebelum diovenkan. Lalu tanah
basah diovenkan dalam oven pada suhu 100˚C-105˚C dalam waktu tertentu
hingga keadaan tanah menjadi kering. Setelah tanah menjadi kering, tanah
ditimbang kembali dan bobot akan berkurang dari sebelumnya. Bobot yang
berkurang selama pemanasan adalah kadar air yang hilang saat proses pemanasan
dilangsungkan. Kadar air didefinisikan sebagai berikut :
10
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara butiran pasir dan berat air
pada sulingan pada volume tanah yang sama dengan suhu tertentu. Berat jenis
tanah dinyatakan dalam bentuk bilangan saja. Sebagian besar mineral-meneral
yang ada mempunyai besar spesifik berkisar antara 2,6-2,9 dengan variasi yang
agak kecil jarang dibawah 2,6 atau diatas 2,9. Berat spesifik dari bagian padat
tanah pasir yang bewarna terang umumnya sebagian besar terdiri dari quartz yang
dapat diperkirakan sebesar 2,65. Untuk tanah berlempung, hanya berkisar antara
2,6-2,9. Specific grafity (Gs) didefinisikan sebagai berikut :
berat volume b utir−butir tanah w
Gs = =
berat volume tanah v
Keterangan:
Gs = Berat Jenis
Wt = Berat Tanah
Vt = Berat Air
Pada dasarnya, atterberg limit terdiri dari liquid limit (batas cair),
plastic limit (batas plastis), dan shrinkage limit (batas susut). Liqiud Limit
adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan plastis suatu tanah.
Plastic Limit adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis suatu tanah.
Shrinkage Limit adalah air pada batas susut suatutanah.
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.
11
Gambar 2.1 Skema alat pengujian batas
cair (Alat: Casagrande).
12
2.4.2 Uji Batas Plastis
Batas susut (SL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan
kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanahnya.
Percobaan batas susut dilaksanakan dalam laboratorium dengan cawan porselin
diameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian dalam cawan dilapisi dengan
pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna. Kemudian dikeringkan dalam
oven. Volume ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas susut
dinyatakan dalam persamaan:
Keterangan:
m1= berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)m 1
m2= berat tanah kering oven (gr)
V1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3)
V2 = volume tanah kering oven (cm3)
γw = berat jenis air
13
Gambar 2.2 Variasi volume dan kadar air pada
kedudukan batas cair, batas plastis, dan batas susutnya.
Gambar 2.2 menyajikan hubungan variasi kadar air dan volume total dari
tanah pada kedudukan batas cair, batas plastis dan batas susutnya. Batas-batas
Atterberg sangat berguna untuk identifikasi dan klasifikasi tanah. Batas-batas ini
sering digunakan secara langsung dalam spesifikasi, guna mengontrbl tanah yang
digunakan untuk struktur urugan tanah.
14
gradasi sebagian. Gradasi baik apabila tidak ada partikel yang menyolok dalam
suatu perentang distribusi, gradasi tanah buruk jika partikel tanah yang berbutir
besar terhadap keloncatan ukuran yang mencolok dan gradasi tanah sebagian jika
partikel tanah tersebut mempunyai ukuran yang seragam antara satu dengan yang
lain. Untuk menentukan gradasi tanah kita dapat mencari dengan rumus :
D60 D 30²
CU = dan Cc =
D10 D60 × D 10
Keterang:
CU = Koefisien keseragaman
C = Koefisien gradasi atau koefisien kelangsungan
D60 = Diameter yang sesuai dengan 60 % lolos
D30 = Diameter yang sesuai dengan 30 % lolos
D10 = Diameter yang sesuai dengan 10 % lolos
∑ Rn
i=1
3. Prosentase komulatif dari tanah yang lolos lewat ayakan nomor n adalah :
t =n
100 - ∑ Rn
i=1
15
2.5.2 Analisis Hidrometer
16
volume, dan untuk mengevaluasi tanah agar memenuhi persyaratan kepadatan,
perlu diadakan pengujian pemadatan.
Proctor (1933) telah mengamati bahwa ada hubungan yang pasti antara
kadar air dan berat volume kering supaya tanah padat. Selanjutnya, terdapat satu
nilai kadar air optimum tertentu untuk mencapai nilai berat volume kering
maksimumnya. Derajat kepadatan tanah diukur dari berat volume keringnya.
Hubungan berat volume kering (d) dengan berat volume basah (b) dan kadar air
(w), dinyatakan dalam persamaan:
γb
γd =
1+w
Berat volume tanah kering setelah pemadatan bergantung pada jenis
tanah, kadar air, dan usaha yang diberikan oleh alat pemadatnya. Karakteristik
kepadatan tanah dapat dinilai dari pengujian standar laboratorium yang disebut
dengan Pengujian Proctor. Permeabilitas tanah akan berkurang dengan
penambahan kadar airnya pada usaha pemadatan yang sama dan mencapai
minimum pada kira-kira kadar air optimumnya. Jika usaha pemadatan
ditambah, koefisien permeabilitas akan berkurang, sebab angka pori berkurang.
Tujuan pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki
sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis timbunan sangat penting
diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat volume keringnya.
17
tegangan utama sedang (intermediate principal stress) tetap bekerja merata
disemua sisi tetapi tidak diperhitungkan karena tidak menyebabkan
deformasi.
18
BAB III
METODOLOGI
Sample tanah yang akan dijui merupakan sample tanah disturb dan
undisturb diambil pada green belt waduk Jurang Dao, Desa Mas mas,
Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Sampel diambil pada tanggal 15 Juni 2021.
19
f) Setelah dingin, cawan + tanah ditimbang dan beratnya dicatat
(W2).
C. Alat-alat yang digunakan
a) Cawan alumunium tiga buah.
b) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
c) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
d) Desikator
3.3.2 Biji Berat Jenis Tanah
A. Maksud dan Tujuan
Pelakasanaan praktikum uji berat jenis ini adalah untuk mengetahui
harga berat jenis tanah. Berat jenis tanah ini dapat memperkirakan bahan-bahan
galian yang terkandung di dalamnya.
B. Alat-alat yang digunakan
c) Aquades
C. Prosedur Uji
20
h) Timbang contoh tanah + air + piknometer (W3)
21
menarik grooving tool yang tegak lurus permukaan cawan
casagrande sepanjang diametercawan.
g. Putar alat Casagrande sehingga cawan naik turun dengan
kecepatan 2putaran/detik.
h. Hentikan Pemutaran apabila pada ketukan antara 40–50 alur
tersebut telah tertutup sepanjang kurang lebih 1,25 cm,
kemudian catat jumlahketukannya.
i. Ambil sebagian contoh tanah tersebut, masukkan ke dalam
cawan yang sudah diketahui beratnya, timbang contoh tanah +
cawan dan masukkan ke dalam oven selama 24jam dengan suhu
110° C.
j. Keluarkan contoh tanah + cawan dan dinginkan dalam desikator,
kemudian timbang untuk mengetahui kadarairnya.
k. Ulangi percobaan diatas untuk jumlah ketukan :
a. 10 –20
b. 20 –40
Prosedur Uji
22
lengket/keringkan dalam oven sampai tanah tidak lengket
tapi masih dalam keadaan basah.
c.Contoh tanah tadi, dibuat gulungan diatas pelat kaca sampai
gulungan tanah patah dengan diameter 3 mm. Contoh tanah
yang tepat pada diameter 3 mm mulai retak- retak
menunjukkan tanah dalam keadaan batasplastis.
d. Masukkan gulungan tanah yang sudah patah tadi ke
dalam cawan yang sudah diketahui beratnya, kemudian
timbang gulungan tanah + cawan dan masukkan ke oven
selama 24jam.
e.Keluarkan gulungan tanah + cawan dan dinginkan dalam
desikator, kemudian timbang untuk mengetahui kadarairnya
Prosedur Uji
23
terakhir isi sampai penuh dan sampai ada yang tertumpah
keluar. Ratakan permukaan tanah, kemudian timbang (W2).
e. Masukkan ke dalam oven selama 24jam dengan suhu
110° C.
f. Keluarkan contoh tanah + cawan dan dinginkan
dalamdesikator.
g. Timbang contoh tanah + cawan tersebut (W3) dan
keluarkan tanah daricawannya.
h. Siapkan dish kaca yang telah ditimbang (W4) dan cawan
kaca yang diisi penuh dengan air raksa.
i. Letakkan cawan kaca di atas dish kaca.
j. Letakkan contoh tanah di atas air raksa dan tekan dengan
bantuan pelatkaca.
k. Timbang jumlah air raksa yang tumpah pada dish
kaca(W5).
3.3.4 Uji Gradasi Butiran
1. Analisis Saringan
A. Maksud dan Tujuan
Menentukan distribusi butiran suatu contoh tanah, dalam hal ini
adalah kerikil dan pasir, sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dasar-
dasar tanah.
24
Susun saringan dengan urutan mulai dari saringan
dengan diameter terbesar berada di bagian atas dan
seterusnya.
Ayak saringan dengan mesin pengayak atau dengan
tangan selama 15 menit.
Ambil contoh tanah yang tertahan pada tiap saringan
kemudian ditimbang
2. Analisis Hidrometer
A. Maksud dan Tujuan
25
e. Tambahkan air bersih sampai gelas ukur terisi sebanyak
1000ml kemudian diaduk.
f. Masukkan aeometer kedalam larutan tersebut, pembacaan
dilakukan mulai menit ke 0 sampai menit ke 1440.
g. Setelah pembacaan selesai ambil endapan tanah dan
masukkan kedalam cawan yang sebelumnya sudah
ditimbang.
h. Timbang berat cawan + endapan tanah (tanah basah).
i. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110°
C.
j. Timbang berat cawan + tanah kering
3.3.5 Uji Pemadatan Standar
A. Maksud dan Tujuan
a. Untuk mengetahui kadar air optimum pada suatu pemadatan
dengan gaya tertentu.
b. Untuk mengetahui angka pori dan porositas tanah.
c. Untuk mengetahui berat isi tanah basah di lapangan.
d. Untuk mengetahui berat isi tanah kering di lapangan.
B. Alat-alat yang digunakan
a. Gelas ukur
b. Mould dan alat penumbuk
c. Jangka sorong
d. Spatula
e. Cawan
f. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
g. Oven
h. Air
i. Kantong plastic
C. Prosedur uji
a. Ambil contoh tanah kurang lebih 15kg dan buat menjadi 3
bagian (@5kg) dan berikan nomor.
26
b. Contoh tanah ditambahkan dengan air yang kadarnya berbeda
dengan perbandingan 1X : 2X : 3X(misal: 200ml, 400ml,
400ml).
c. Contoh tanah dicampur dan diaduk secara merata. Kemudian
ditaruh didalam plastik dan didiamkan selama 24 jam agar
homogen.
d. Contoh tanah yang telah homogen dimasukkan ke dalam mould
kirakira 1/3 bagian, lalu ditumbuk 25 kali. Ditambah 1/3
bagian lagi, ditumbuk merata sebanyak 25 kali. Kemudiam
ditambah 1/3 bagian lagi sampai mould terisi penuh dan
ditumbuk merata sebanyak 25 kali
e. Contoh tanah yang berada dalam mould diratakan
permukaannya sesuai dengan volume mould, kemudian
ditimbang.
f. Menyiapkan 3 (tiga) buah cawan yang telah diketahui beratnya.
g. Contoh tanah dikeluarkan dari mould dengan dongkrak,
kemudian dibagi menjadi tiga bagian. Pada masing-masing
bagian diambil contohnya, ditimbang dengan cawan yang
telah disiapkan sebelumnya, kemudian dioven selama 24 jam.
h. Kemudian cawan dan tanah yang telah dioven selama 24
jam tadi ditimbang untuk mendapatkan kadar airnya.
i. Hal yang sama dilakukan untuk sampel-sampel dengan
kadar air yang berbeda.
3.3.6 Uji Geser Langsung
A. Maksud dan Tujuan
Untuk memperoleh besarnya tahanan geser tanah pada tegangan normal
tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kuat geser tanah.
B. Alat yang digunakan
a. Shear box/kotak geser
Terdiri dari dua buah rangka untuk memegang contoh tanah
dengan baik dan dapat disatukan satu sama lain dengan sekrup
27
pada waktu konsolidasi. Kedua rangka diusahakan mempunyai
bidang persentuhan yang sekecil mungkin untuk mengurangi
gesekan. Kedua rangka terletak di dalam kotak yang dapat diisi air
untuk merendam contoh tanah selama percobaan berlansung.
Rangka bagian atas mempunya dudukan yang dihubungkan
dengan piston yang terhubung dengan proving ring. Proving ring
ini berguna untuk mengukur gaya geser horizontal dan berguna
untuk menggeser contoh tanah
b. Bagian untuk menggeser shear box
Dilengkapi dengan system transmisi yang memungkinkan
diganti-gantinya kecepatan geseran yaitu dengan mengganti susuna gigi
tansmisinya. Pergesran horizontal ini dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan motor listrik.
c. Proving Ring
d. Dial untuk mengukur deformasi vertical dan horizontal
e. Beban konsolidasi
k. Kertas filter
l. Oven
m. Stopwatch
28
C. Prosedur Uji
a. Siapkan semua peralatan yang diperlukan
b. Keluarkan shear box dari yempat airnya. Jadikan satu shear box
bagian atas dan bawah dengan memasang baut penguncinya.
c. Masukka pelat dasar pada bagian paling bawah dari shear box
dan diatasnya dipasang batu pori yang sebelumnya telah
dicelupkan dalam aquades atau direbus dahulu untuk
mengeluarkan udara yang ada didalam pori-porinya. Diatas batu
pori diberi kertas filter yang sebelumnya juga telah dicelupkan
dalam aquades. Dan diatas kertas filter ini dimasukkan pelat
berlubang yang beralur, alur ini harus menhhadap keatas dan
arah alurnya harus tegak lurus arah penggeseran, hal ini
dimaksudkan agar contoh tanah benar- benar terjepit secara kuat
pada waktu dilakukan penggeseran.
d. Masukkan kembali shear box kedalam tempat airnya. Dan
tempatkan kedudukannya dengan mengencangkan dua buah
baut penjepit yang ada.
e. Masukkan contoh tanah kedalam shear box bagian bawah.
f. Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box
bagian bawah. Cara menggerakkannya ialah; lepaskan kunci
penggerak manual dengan menarik clutch, sekarang penggeser
ndapat digerakkan dengan memutar handwheel. Memutar
handwheel searah jarum jam akan menyebabkan penggeseran
kekanan/ maju dan sebaliknya.
g. Setelah penggeser tepat bersinggungan dengan shear box bagian
bawah, maka kembalikan lagi clutch pada kedudukan terkunci,
yaitu dengan jalan menarik dan memutarnya.
h. Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box
bagian atas, ini berarti proving ring belum menerima beban. Jadi
dial proving ring juga harus diatur tepat pada nol, demikian juga
dial pengukur defoemasi horizontal.
29
i. Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan
juga kedudukan dial untuk mengukur deformasi vertical. Atur
kedudukan dial ini pada posisi tertentu.
j. Siapkan beban konsolidasi. Lengan pembeban ini mempunyai
perbandingan panjang 1:10, jadi beban yang bekerja juga
mempunyai perbandingan 1:10.
k. Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan
kecepatan penggesernya.
l. Atur susuna gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan
yang diinnginkan. Kecepatan penggeseran yang umumnya
dipakai ialah: 0,30 mm/menit.
m. Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial
deformasi horizontal tepat pada posisi normal. Sekarang
penggeeseran dpat dimulai, tapi jangan lupa melepaskan kedua
baut yang menyatukan shear box bagian atas dan bawah. Periksa
juga clutch, apakah sudah terkunci. Hidupkan tombol power
lampu indikator akan menyala. Penggeseran dapat dimulai
dengan menekan tombol B D, karena posisi gigi pada D.
n. Lakukan pencatatan waktu pada saat penggeseran dimulai
dengan amati bahwa jarum dial proving ring dan dial deformasi
horisontal mulai bergerak, apabila kedua jarum dial tersebut
tidak bergerak berarti unjung dial tersebut belum menyentuh,
hentikan dengan mematikan tombol B D, dan atur ujung dial
pada kedudukan yang tepat. Lakukan pembacaan dan pencatatan
dial proving ring, dial deformasi vertikal atau dial settlement,
tiap dial deformasi horisontal bergerak 20 devisi. Lakukan
pembacaan sampai contoh tanah runtuh, yang dapat diketahui
dari dial proving ring yang mulai turun. Setelah mencapai
maksimum lakukan pembacaan terus sebanyak 4 kali. Atau
hentikan penggesran kalau dial proving ring sudah mencapai
670 devisi.
30
o. Setelahpenggesran selesai, maka kembalikan shear box pada
posisi sebelum digeser, dengan menggerak mundur secara
manual. Lepaskan beban beban konsolidasi dan keluarkan shear
bx dari tempatnya.
p. Keluarkan contoh tanah dari shear box, timbah berat contoh
tanah ini dan masukkan oven selama 24 jam dalam suhu 110° C,
untuk mengetahui kadar air akhirnya.
q. Ulangi semua prosedur diatas dengan dua buah contoh tanah
lagi, tetapi dengan menggunakan tegangan normal yang lain.
3.4 PERHITUNGAN
1. Uji Kadar Air
Berat cawan + tanah basah = W1gram
Berat cawan + tanah kering = W2gram
Berat cawan kosong = W3 gram
Berat air (Wv) = (W1– W2) gram
Berat tanah kering (Ws) = (W2– W3) gram
berat air di kandung olehtanah
W= × 100 %
berat tanah kering
Wv
W= × 100 %
Ws
2. Uji Berat Jenis Tanah
Berat piknometer = W1
Berat piknometer + tanah = W2
Berat piknometer + tanah + air = W3
Berat piknometer + air = W4
Berat Tanah (Wt) = W2 - W1
Berat Total (W5) = Wt+W4
Volume Air (Vt) = W5 – W3
31
Keterangan:
Gs = Berat Jenis
Wt = Berat Tanah
Vt = Berat Air
3. Uji Batas-bata Aterberg
4. Uji Batas Cair
32
6. Uji Batas Susut
Menghitung kadar air alami(w)
Menghitung berat airraksa
Berat air raksa = (berat air raksa + dish kaca) – berat dish kaca = (W 5-
W4) gram
Menghitung volume tanahbasah
Volume tanah basah = volume cawancm³
Menghitung volume tanahkering
Menghitung batas susut
SL = W- ((Vol tanah basah – Vol tanah kering)/berat tanah kering)
x 100
7. Uji Gradasi Butiran
8. Uji Saringan
Menghitung berat total
Berat total = ∑ Berat tanah yang tertahan dalam saringan
Menghitung berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara
kumulatif Menghitung prosentase tanah yang tertahan pada setiap
saringan
Persentase tanah tertahan = (berat tanah kering / berat total ) x100%
Menghitung persentase tanah yang lolos pada setiap saringan
Persentase tanah lolos = (berat total-jumlah berat tertahan)/ berat total x
100%
9. Uji Hidrometer
Rc = Ra-Zero Correction + Ct
Ra = Bacaan Aerometer
Ct = Tabel 4 pada modul
Zero correction = tergantung alat yang digunakan
%Finner (N) =((Rc x a)/Ws) x100%
Dimana :
a = diperoleh dari tabel berdasarkan nilai Gs
Ws = berat tanah kering
33
R = Ra +0,5
D = K x √L/t
Keterangan:
K =diperoleh dari table
L = diperoleh dari tabel berdasarkan nilai R
% Finer akhir = (%Finner (N)/100) × prosentase lolos saringan nomor
200
10. Uji Pemadatan Standar
Hitung kadar air (%) = (berat air/berat tanah kering) x 100%
Hitung berat isi tanah (t/m³) = berat isi basah / (kadar air + 100) x 100
11. Uji Geser Langsung
Menghitung tegangan normal dalam satuan kg/cm² dengan membagi
beban dengan area luas sampel
Tegangan Normal (σ) = beban / luas sampel
Menghitung gaya geser dalam satuan kg dengan mengan mengkalikan
bacaan dial degan kalibrasi proving ring
Gaya Geser = bacaan dial/kalibrasi proving ring
Menghitung Tegangan Geser dalam satuan kg/cm² dengan membagi
gaya geser dengan luas sampel
Tegangan Geser = gaya geser/luas sampel
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS
34
4.1 UJI KADAR AIR TANAH
4.1.1 Perhitungan
Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)
35
Kadar air ( W ) =
Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)
=
10,4
x 100 %=28,90 %
35,99
Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)
=
9,7
x 100 %=30,89 %
31,4
Untuk sampel cawan A :
Berat cawan kosong ( W1) = 9,6 gr
Berat cawan + tanah basah ( W2 ) = 69,4 gr
Berat cawan + tanah kering ( W3) = 55,89 gr
Berat air ( Ww ) = W2 - W3 = 69,4 –
55,89 = 13,51 gr
Berat tanah kering ( W5) = W3 – W1 = 55,89 –
9,6 = 46,29 gr
36
Kadar air ( W ) =
Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)
=
13,51
x 100 %=29,19 %
46,29
Nomor Cawan
A B C
1. Berat cawan + contoh basah ( W2 ( gram 55,7
53,9 69,4
) ) 9
2. Berat cawan + contoh kering ( gram 45,3 55,8
44,2
( W3) ) 9 9
( gram 13,5
3. Berat air ( Ww )= 1 – 2 10,4 9,7
) 1
( gram
4. Berat cawan ( W1 ) 9,4 12,8 9,6
)
( gram 35,9 46,2
5. Berat contoh kering ( W5 ) = 2 - 4 31,4
) 9 9
28,9 30,8 29,1
6. Kadar air ( W ) = 3 / 5 x 100 (%)
0 9 9
Kadar air rata-rata (%) 29,89
37
5. Berat tanah = Wt Gram
7. Faktor korekai temperatur = Kgram
8. Berat jenis tanah = Gs
9. Berat jenis cairan yang dipakai = Gt
¿(W 2−W 1)
Gs= ¿¿
38
Berat jenis tanah ( G5 ) = Gs= ¿ ( W 2−W 1 )
¿¿
= Gs= 1 ( 53,91 )
¿¿
1 (53,91 )
¿ Gs= =2,416 gram
( 22,31 )
= Gs= 1 ( 50,10 )
¿¿
1 ( 62,80 )
¿ Gs= =2,396 gram /
( 26,21 )
cm3
2,416+2,396
Gs= =2,406 gra m / cm3
2
39
4.3. UJI SARINGAN ANALISIS TAPIS
4.3.1 Perhitungan
Hasil percobaan
Berat kumulatif
Ukuran Ayakan Berat tertinggal
No Ayakan tertinggal ( gr )
( mm ) ( gr )
4 4 178,3 219,60
10 2 94,6 314,20
20 1 62,9 377,10
Jumlah 500
40
219,60
Presentase ayakan no 4 = x 100 %=43,92 %
500
314,20
Presentase ayakan no 10 = x 100 %=62,84 %
500
377,10
Presentase ayakan no 20 = x 100 %=75,42 %
500
408
Presentase ayakan no 40 = x 100 %=81,6 %
500
438,90
Presentase ayakan no 80 = x 100 %=87,78 %
500
467,30
Presentase ayakan no 120 = x 100 %=93,46 %
500
500
Presentase ayakan pan = x 100 %=100 %
500
Persentase
Massa Jumlah
Tertahan Lewat
Saringan tertahan Massa
gr Tertahan
8mm 41,3 41,3 8,26 91,74
4mm 178,30 219,60 43,92 56,08
2mm 94,60 314,20 62,84 37,16
41
1mm 62,90 377,10 75,42 24,58
0,5mm 30,90 408,00 81,6 18,40
0,25mm 30,90 438,90 87,78 12,22
0,125 28,40 467,30 93,46 6,54
Pan 32,70 500,00 100 0,00
4.4.1 Perhitungan
1) Batas susut ( SL )
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 50 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 50 gram
Berat air raksa = 7,4
Berat cawan I = 14, 80 gram
Berat cawan II = 15 gram
2) Batas Plastis
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 29 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 27,80 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 29,50 gram
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 23,10 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 22,40 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 23,50 gram
Berat cawan I = 9,50 gram
Berat cawan II = 9,50gram
Berat cawan III = 9,40 gram
3) Batas cair
Banyak pukulan = 15 kali
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 37,10 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 34,70 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 32,60 gram
42
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 24,40 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 23,00 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 21,80 gram
Berat cawan I = 9,50 gram
Berat cawan II = 9,40gram
Berat cawan III = 9,50 gram
1) Batas susut ( SL )
Berat cawan + contoh kering sampel =
Berat cawan contoh basah sampel – Berat air
43
Berat air raksa
Kadar air ( W ) =
Berat contoh kering
7,40
= =26,62 gram( Sampel A )
27,80
7,40
== =26,81 gr am Sampel B )
27,60
Isi kondisi basah ( V ) =
( (V −Vo ) )
Batas susut ( SL ) = W− x 100
Wo
=
( ( 2,59−2,04 ) )
26,62− x 100=24,66 %(sampel A)
27,80
=
( ( 2,57−2,03 ) )
26,81 x 100=24,84 %(sampel A)
27,60
SL a+ SLb 24,66+24,84
Nilai rata – rata batas susut = = =24,76 %
2 2
2) Batas plastis ( PL )
44
Berat cawan + contoh kering sampel =
Berat c awan basah – Berat cawankering
Berat air
Kadar air ( W ) = x 100
Berat contoh kering
5,90
= x 100=43,38 % (sampel A )
13,60
5,40
= x 100=41,54 %( sampel B)
13,00
6,00
= x 100=42,55 % (sampel C)
14,10
Kadar air A+ B+C
Nilai rata – rata batas susut = =
3
45
Berat cawan + contoh kering sampel =
Berat cawan basah – Berat cawan kering
Berat air
Kadar air ( W ) = x 100
Berat contoh kering
9,50
= x 100=85,23 % (sampel A)
14,90
9,40
= x 100=86,03 % (sampel B)
13,60
9,50
= x 100=87,80 % (sampel C )
12,30
Kad ar air A+ B+C
Nilai rata – rata batas susut = =
3
85,23+86,03+87,80
=83,36 %
3
46
Data hasilpengamatanpenentuankadar air
No Contoh 10 20 30
No Cawan 200 ml 400 600
Berattanahbasah
4462 4550 4573
+ cawan( gram )
Berattanahkerin
g+ 3274 3274 3274
cawan( gram )
Kadar air ( % ) =
Berat air 0,50
x 100=¿ =2,96 %
berat tana h kering 16,90
Mold 200 ml
47
Berat mold ( W1 ) = 3.274 gram
Berat mold + tanah( W2 ) = 4.462 gram
Berattanahbasa( W3 ) = W2 – W1 = 4.462 – 3.274 = 1.188 gram
Isi cetakan = 824,25 gram
Berat tana h basa h 1.188
Beratisibasah = =¿ =1,141 gram
isi cetakan 824,25
Berat isi basa h 1,441
Beratisikeringγd = x 100 %= x 100=1,4
(100+ kadar air) ( 100+2,96 )
%
400 ml
Tanah basah + cawan( W1 ) = 53,20 gram
Tanah kering + cawan( W2 ) = 49,30 gram
Berat air = W1 – W2 = 53,20 = 49,30 = 3,90 gram
Beratcawan = 9,60 gram
Berattanahkering = bera t kering cawan−berat tana h kering
¿ 49,30−9,60=39,70 gr
Kadar air ( % ) =
Berat air 3,90
x 100=¿ =9,82 %
berat tana h kering 39,70
Mold 400 ml
Berat mold ( W1 ) = 3.274 gram
Berat mold + tanah( W2 ) = 4.550 gram
Berattanahbasa( W3 ) = W2 – W1 = 4.550 – 3.274 = 1.276 gram
Isi cetakan = 824,25 gram
Berat tana h basa h 1.276
Beratisibasah = =¿ =1,548 gram
isi cetakan 824,25
Beratisikeringγd =
Berat isi basa h 1,276
x 100 %= x 100=1,410 %
( 100+kadar air ) ( 100+ 9,82 )
48
600 ml
Tanah basah + cawan( W1 ) = 29,50 gram
Tanah kering + cawan( W2 ) = 26,60 gram
Berat air = W1 – W2 = 26,60 – 29,50 = 2,90 gram
Beratcawan = 9,40 gram
Berattanahkering = berat kering cawan−berat tanah kering
¿ 26,60−9,40=17.20 gr
Kadar air ( % ) =
Berat air 2,90
x 100=¿ x 100=16,86 %
berat tana h kering 17,20
1,40+1,401+ 1,349
Beratisikeringγd = = 1,349 %
3
2,96+9,82+16,86
Rata ratakadai air ( % ) = = 9,88 %
3
Mold 600 ml
Berat mold ( W1 ) = 3.274 gram
Berat mold + tanah( W2 ) = 4.573 gram
Berattanahbasa( W3 ) = W2 – W1 = 4.573 – 3.274 = 1.299 gram
Isi cetakan = 824,25 gram
Berat tana h basa h 1.299
Beratisibasah = =¿ =1 ,576 gram
isi cetakan 824,25
49
Beratisikeringγd =
Berat isi basa h 1,299
x 100 %= x 100=1,349 %
(100+ kadar air) ( 100+16,86 )
4.6.1 Perhitungan
Pada perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan sampel data hasil
pada table 4.7.1 nomer 1. Berikut perhitungannya.
1,65 x GS
α=
2,65 x (G S−1)
1,65 x (2.406)
α=
2,65 x (2,406−1)
3,9689
α=
3,7259
α =1,065
b. Mencari Nilai Rc, dengan t = 25 ͦ maka dengan melihat pada tabel 3 maka
CT = 1,30
Rc=Ra−ZerroCorection+ CT
50
Rc=1,4−0,5+1,30
Rc=2,2
c. Mencari% finner
Rc x a
% finner= x 100 %
Ws
2,2 x 1,065
% finner= x 100 %
50
% finner=4,6 %
d. Mencari R
R=1,4+0,5
R=1,9
1−2 16,1−16,0
=
1−1,9 16,1−L
−1 0,1
=
−0,9 16,1−L
−16,1+ L=−0,014
L=16.086 cm
51
2,400−2,450 0,0137−0,0135
=
2,400−Gs 0,0137−k
−50 0,0002
=
−6 0,0137−k
0,6838
k=
50
k =0,013676
g. Menghitung D
L
D=k
√ t
16.086
D=0,013676
√ 25 ͦ
D=0,010883 cm
T
N %Finn L D
(C Ra Rc R L/t k
O er (cm) (cm)
)
25
4.6881 0,01 0.0108
1 1.4 2.2 1.9 16.01 0.6404
45 36 83
ͦ
25
4.4750 0,01 0.0108
2 1.3 2.1 1.8 16.02 0.6408
48 36 87
ͦ
25
4.2619 0,01 0.0108
3 1.2 2 1.7 16.03 0.6412
5 36 9
ͦ
4 25 1.1 1.9 4.0488 1.6 16.04 0.6416 0,01 0.0108
52
ͦ 53 36 94
25
3.6226 0,01
5 0.9 1.7 1.4 16.06 0.6424 0.0109
58 36
ͦ
25
2.9833 0,01 0.0109
6 0.6 1.4 1.1 16.09 0.6436
65 36 11
ͦ
25
2.7702 0,01 0.0109
7 0.5 1.3 1 16.1 0.644
68 36 14
ͦ
25
2.5571 0,01 0.0109
8 0.4 1.2 0.9 16.32 0.6528
7 36 88
ͦ
25
1.9604 16.37 0.6550 0,01 0.0110
9 0.12 0.92 0.62
97 6 4 36 07
ͦ
25
0.10 0.90 1.9200 0.60 16.37 0.6551 0,01 0.0110
10
1 1 09 1 98 92 36 08
ͦ
25
1.9178 0,01 0.0110
11 0.1 0.9 0.6 16.38 0.6552
78 36 08
ͦ
25
1.9178 0,01 0.0110
12 0.1 0.9 0.6 16.38 0.6552
78 36 08
ͦ
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
% finner
53
4.6.2 Analisa Data
Pada analisa butiran tanah melalui analisa tapis (sieve analysis) dari
500 gram contoh tanah yang diuji, yang lolos saringan No.200 adalah 7.04%,
kemudian hasil perhitungan analisis saringan dan analisis hydrometer di
satukan dalam sebuah gerafik diameter saringan dan persen lolos saringan
Fraksi Pasir Kerikil dengan diameter >10 mm tidak ada yang tertahan
Fraksi Pasir dengan diameter 10 mm – 0.125 mm terdapat 464.80 gr tanah
yang tertahan, 92,96%.
Material lolos saringan 200 dengan diameter <0.125 mm terdapat 31,70
gr tanah yang tertahan, 0.70%
Analisa Hidrometer
Diameter 0,001 termasuk kedalam jenis tanah lempung
Diameter >0,001 - <0,1 termasuk kedalam jenis tanah lanau
Diameter 0,1 – 1 termasuk ke dalam jenis pasir (halus, sedang, kasar)
Diameter >1 termasuk ke dalam jenis kerikil
Diameter paling besar 0,97 mm dengan persentase finner 10,71%
Diameter paling kecil 0,001mm dengan persentase finner 2,35%
4.7.1 Perhitungan
a. Diketahui
Diameter sampel (d) = 5,9 cm
Tinggi sampel (t) = 2,8 cm
Luas sampel (A) = ¼ π d2
= ¼ x 3,14 x 5,92
= 27,34 cm2
Volume sampel(V) =Lxt
= 27,34 x 2,8
= 76,55 cm3
b. Beban horizontal 5 kg (W = 5kg)
Bacaan dial regangan = 10 div
Regangan horizontal = 1 div = 0,01 mm
Bacaan dial beban = 20 div
Kalibrasi proving beban (B) = 0,0152 kN
54
Gaya geser (P1) = B x 101,97
= 0,0152 x 101,97
= 1,55 kg
TeganganGeser (τ1) = P/A
= 1,55/27,34
= 0,06 kg/cm2
Tegangan normal (σn) = W/A
= 5/27,34
= 0,18 kg/cm2
c. Beban Horizontal 10 kg (W=10kg)
Bacaan dial regangan = 10 div
Regangan horizontal = 1 div = 0,01 mm
Bacaan dial beban = 2 div
Kalibrasi proving beban (B) = 0,0015 N
Gaya geser (P1) = B x 101,97
= 0,0015 x 101,97
= 0,15 kg
TeganganGeser (τ1) = P/A
= 0,15/27,34
= 0,005 kg/cm2
Tegangan normal (σn) = W/A
= 10/27,34
= 0,37 kg/cm2
d. Beban horizontal 15 kg (W=15 kg)
Bacaan dial regangan = 10 div
Regangan horizontal = 1 div = 0,01 mm
Bacaan dial beban = 11 div
Kalibrasi proving beban (B) = 0,0083 kN
Gaya geser (P1) = B x 101,97
= 0,0083 x 101,97
= 0,85 kg
TeganganGeser (τ1) = P/A
= 0,85/27,34
= 0,03 kg/cm2
Tegangan normal (σn) = W/A
= 15/27,34
= 0,55 kg/cm2
55
Sample dimensions : diameter = 6,00 cm Heigth= 2,00 cm
0,35kg/di
Proving ring calibration = v Area = 28,27cm2
Normal load P1 = 5 kg P2 = 10kg
Normal stress σ 1 = 0, 177 kg/cm
2
σ 2 = 0,354 kg/cm2
Shea Readin
Time Shear Reading Shear Shear Shear
r g
(sec. displacemen
Dial force stress Dial force Stress
) t
(mm) (div) (kg) (kf/cm2) (div) (kg) (kf/cm2)
15 0.5 2.0 0.70 0.025 3.0 1.05 0.037
30 1.0 5.0 1.75 0.062 7.0 2.45 0.087
45 1.5 8.0 2.80 0.099 8.0 2.80 0.099
60 2.0 8.0 2.80 0.099 10.0 3.50 0.124
75 2.5 11.0 3.85 0.136 13.0 4.55 0.161
90 3.0 12.0 4.20 0.149 15.0 5.25 0.186
105 3.5 14.0 4.90 0.173 17.0 5.95 0.210
120 4.0 15.0 5.25 0.186 20.0 7.00 0.248
135 5.5 17.0 5.95 0.21 22.0 7.70 0.272
150 5.0 18.0 6.30 0.223 25.0 8.75 0.310
165 5.5 20.0 7.00 0.248 25.0 8.75 0.310
180 6.0 20.0 7.00 0.248 27.0 9.45 0.334
195 6.5 22.0 7.70 0.272 27.0 9.45 0.334
210 7.0
12.000
10.000
Shear dislpacement (mm)
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
Shear stress (kf/cm2)
56
Analisa data
57
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan didapatkan data berat cawan
( W1 ), Berat cawan + tanah basah ( W2 ), Berat cawan + tanah kering ( W3) , Berat
air ( Ww ) , Berat tanah kering ( W5 ), dan Kadar air ( W ) didapat dari berat air
dibagi berat tanah kering dikali 100% dan didapat hasil berupa ( % ) kadar air.
Nilai kadar air ( % ) masing – masing cawan yang diberi sampel ( A ) , ( B ) , dan
( C ) yang memiliki nilai sebesar 28,90 %, 30,89 %, dan 29,19 %
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa dari rata – rata kadar air
yang didapatkan sebesar 29,89 %
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran padat ¿
) dengan berat volume air ¿ ). Dari percobaan yang dilakukan didapat nilai berat
jenis tanah berturut – turut adalah sampel tanah A = 2,416 gr/cm 3 dan sampel
tanah B = 2,396 gr/cm.
Dari hasil pengujian terhadap berat jenis tanah uji, mempunyai berat jenis
sebesar ( Gs rerata ) = 2,406 gr /cm3 .
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan
sebagai benda uji merupakan tanah butiran kasar karena tanah lolos ayakan no.
120 tidak lebih dari 50 %
Dari hasil praktikum diperoleh nilai Berat isi kering γd rata – rata didapat
1,364 % dan rata – rata kadar air ( % ) didapat 9,88 %
58
SARAN
Dalam pengerjaan laporan ini kami memiliki banyak kendala baik segi
pembuatan data tabel, gambar maupun skema. Dikarenakan sumber-sumber yang
kurang memadai baik dari materi maupun eksperimen secara langsung. Demi
kelancaran pengerjaan laporan yang lebih baik untuk selanjutnya kami berharap
ada literatur-literatur yang dapat kami jadikan acuan, sehingga tidak akan terjadi
hal seperti ini.
Pemeliharaan terhadap alat-alat dan perlengkapan praktikum
sebaiknya lebih ditingkatkan, berkaitan dengan kelancaran dan
keakuratan proses praktikum.
Diperlukan informasi dan petunjuk yang lebih jelas berkaitan dengan tata
cara ataupun hal-hal yang berkaitan dengan praktikum, .supaya tidak terjadi
kesimpang siuran petunjuk mengenai pelakasanaan praktikum.
59