Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktikum Mekanika Tanah I merupakan salah satu persyaratan dari


Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Al-
Azhar Mataram. Pengujian di laboratorium maupun penelitian di lapangan
perlu dilakukan untuk melengkapi pengetahuan ilmu mekanika tanah.
Penyelidikan tanah di lapangan berguna untuk mengetahui suatu daerah/lokasi
ditinjau dari kestabilan tanah, daya dukung tanah, gaya geser dan lain-lain yang
memenuhi syarat atau tidak, jika pada lokasi tersebut didirikan suatu bangunan
sipil. Sedang penujian di laboraturium berguna untuk mengitahui sifat-sifat
fisik dan mekanik tanah dari sampel yang diambil di lapangan. Pengujian di
laboraturium yang merupakan materi dalam praktikum meliputi :

A.Sifat fisik tanah, yaitu sifat tanah dalam keadaan asli yang digunakan untuk
menentukan jenis tanah, terdiri dari :
a) Kadar air dan berat jenis tanah
b) Batas Atterberg (batas konsistensi) yaitu
a. Batas Cair (liquid limit)
b. Batas Plastis (plastic limit)
c. Batas Susut (shirinkage limit
c) Gradasi Butiran
B. Sifat mekanik tanah, yaitu sifat-sifat tanah apabila memperoleh
pembebanan, dan digunakan sebagai parameter dalam perencanaan
pondasi atau kemantapan lereng, diantaranya meliputi:
a) Pemadatan tanah (soil compaction), terdiri dari: Pemadatan Standar
b) Kekuatan geser tanah (shear strength of soil), parameternya dapat
diperoleh dari pengujian: Uji Geser Langsung (direct shear test)

4
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan praktikum ini selainsebagai syarat kelulusan


mata kuliah Mekanika Tanah 1. Adapun tujuannya adalah sepaya penulis dapat
mengetahui dan memahami cara mencari .Kadar Air , Berat Jenis , Atterberg
limit , Analisa Ukuran Butir , Kekuatan Geser, dan lain-lain dari suatu sample
tanah dengan terjun langsung ke lapangan melakukan percobaan. Selain itu,
penulis dapat mengetahui cara kerja dari alat-alat yang digunakan untuk
percobaan yang terkait.

1.3 Ruang Lingkup

Adapun praktikum Mekanika Tanah ini secara garis besarnya dapat


dibagi dua bagian, yaitu :

1. Penyelidikan di lapangan meliputi :


a. Pengambilan sampel tanah terganggu (disturb)
b. Pengambilan sampel tanah tidak terganggu (undisturbed)
2. Percobaan di labotarium, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Sifat Fisik Tanah,terdiri dari :
a) Kadar Air (Water Content)
b) Berat Jenis Tanah(Specific Gravity)
c) Konsistensi Atterberg
d) Gradasi Butiran
b. Sifat Mekanik Tanah,terdiri dari :
a) Pemadatan Standar
b) Uji Geser Langsung
3. Rumusan Masalah
Pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah :

a. Deskripsi fisik tanah yang dapat diteliti pada praktikum.


b. Alat-alat apa saja yang digunakan dalam praktikum.
c. Bagaimana proses kerja dalam hasil penelitian yang dilakukan
pada praktikum.

5
1.4 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat lansung dari praktikum mekanika tanah ini adalah untuk
lebih mengenal dan lebih tahu mengenai cara menganalisi material tanah baik
itu berupa sifat fisik ataupun sifat mekanik dari tanah. Sehingga pengetahuan
tentang tanah sebagai dasar sebuah bangunan sipil bisa lebih lebih luas dan bisa
mengaplikasikannya di kehidupan nyata.Sedangkan manfaat tidak lansung dari
praktikum ini adalah untuk melatih kerja sama kelompok, karena di dunia
teknik sipil kerja sama kelompok sangat menentukan keberhasilan. Selain itu
praktikum ini juga bisa melatih kesabaran dan ketelitian pada setiap
mahasiswa.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Umum
2.1.1 Tanah Lempung

Tanah merupakan dasar dari suatu konstruksi bangunan sipil yang


berfungsi menerima dan menahan beban dari suatu struktur di atasnya.Tanah
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-
mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari
bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan zat gas
yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat. Tanah
merupakan akumulasi partikel mineral atau ikatan antar partikelnya, yang
terbentuk karena pelapukan dari batuan.
Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak
susah dicirikan secara umum. Sifat fisika tanah lempung umumnya terletak di
antara sifat tanah pasir dan liat. Pengolahan tanah tidak terlampau berat, sifat
merembeskan airnya sedang dan tidak terlalu melekat. Warna tanah pada tanah
lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya,
karena tidak adanya perbedaan yang dominan dimana kesemuanya hanya
dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling mendominasi.
Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis
sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur
kimiawi penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering
dan bersifat plastis pada kadar air sedang.Suatu tanah dapat digolongkan
sebagai tanah lempung jika memenuhi syarat sebagai berikut : Mengandung
30% pasir, 40% butiran-butiran ukuran lanau, dan 30% butiran-butiran
ukuran lempung, Butiran yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm)
berdasarkan ASTM standar dan berukuran < 0,002 mm, dan Suatu bahan
yang hampir seluruhnya terdiri dari pasir, tetapi ada yang mengandung
sejumlah lempung.Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus
diantaranya daya dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks

7
plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser
yang kecil. Kondisi tanah seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun
konstruksi di atasnya.

2.1.2 Batu Krikil dan Pasir

Golongan ini terdiri dari butiran/pecahan batu dengan berbagai ukuran


dan bentuk. Butiran batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, tetapi juga
dapat terdiri dari suatu macam zat tertentu misalnya flint dan kwartz.

2.1.3 Lanau

Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir
halus, dimana bahan tanah lanau kurang plastis dan lebih mudah ditembus oleh air
dibandingkan tanah lempung dan memiliki sifat dilatasi yang tidak terdapat pada
lempung. Dilatasi ini menunjukkan gejala perubahan isi apabila lanau itu diubah
bentuknya serta akan menunjukkan gejala untuk menjadi quick (hidup) apabila
diguncangkan atau digetarkan.
Untuk menyatakan klasifikasi dan menyatakan dengan tepat suatu tanah
secara visual, semata-mata dengan melihat saja, mengerjakannya dan membentuk
kembali. Cara yang paling baik untuk membedakan antara lanau dengan lempung
adalah percobaan dilatasi. Contoh tanah yang diselidiki lebih lanjut mengenai
sifat-sifat dari lapisan tanah dapat dibagi atas tiga macam, yaitu:

1. Tanah Permukaan

Tanah permukaan adalah tanah disekitar lokasi pengeboran yang bebas


dari batu-batuan, rumput dan humus. Tanah ini dipergunakan untuk percobaan
Compaction dimana dari percobaan tersebut kita dapat mengetahuinya karena
tanah yang akan dipadatkan adalah yang belum mengalami proses pemadatan
yang berarti.

8
2. Contoh Tanah Terganggu (disturbed sampels)

Contoh ini diambil tanpa ada usaha-usaha untuk melindungi struktur asli
dari tanah tersebut. Tanah ini dipakai untuk penyelidikan yang tidak memerlukan
contoh asli (undisturbed samples) seperti specific gravity dan atterberg limit.
a. Specific Gravity
Digunakan untuk menentukan Specific Gravity dari suatu bahan material
tanah dimana dengan nilai Specific Gravity tersebut kita dapat
menentukangolongan/jenis dari bahan tersebut yaitu bebas, plastisitas, batas susut
dan batas cair.
b. Atterberg Limit
Digunakan untuk mendapatkan batas-batas atterberg limit yang ingin
diketahui, penggunaannya tanah tersebut dicampurkan dengan air dan diaduk
sehingga menjadi homogen untuk percobaan dibatas-batas atterberg limit tersebut
kita dapat menggolongannya.

3. Contoh Tanah Tidak Terganggu (undisturbed sampels)

Contoh tanah ini masih menunjukkan sifat-sifat asli tanah. Contoh tanah
ini tidak mengalami perubahan struktur. Kadar air atau susunan kimia. Cara
pengambilan contoh tanah ini dengan memakai tabung-tabung contoh dan contoh
tanah ini dipergunakan untuk Consolidasidan Unconfines Compression.
a. Consolidasi
Digunakan untuk mengetahui apakah tanah tersebut normal atau over
consolidated mencari koefesien pemampatan akibat adanya pembebanan.
b. Unconfined Compression
Digunakan untuk mengetahui sensivity dari suatu tanah, yaitu hubungan
antara undisturbed strength dan remolded strength.

9
2.2 Kadar Air

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara, sampel tanah
dalam keadaan basah ditimbang terlebih dahulu sebelum diovenkan. Lalu tanah
basah diovenkan dalam oven pada suhu 100˚C-105˚C dalam waktu tertentu
hingga keadaan tanah menjadi kering. Setelah tanah menjadi kering, tanah
ditimbang kembali dan bobot akan berkurang dari sebelumnya. Bobot yang
berkurang selama pemanasan adalah kadar air yang hilang saat proses pemanasan
dilangsungkan. Kadar air didefinisikan sebagai berikut :

berat air di kandung olehtanah


W= × 100 %
berat tanah kering
Wv
W= × 100 %
Ws

2.3 Berat Jenis Tanah


Dalam setiap perancanaan, baik itu bangunan ataupun jalan,
pengetahuan tentang adanya bahan organik sangat penting, karena untuk
bangunan tanah organik itu berbahaya. Dengan mengetahui nilai berat jenis
suatu tanah dapat diketahui suatu contoh tanah apakah tanah tersebut organik
atau anorganik jadi untuk tanah yang terdiri dari campuran bahan organi
maupun anorganik tentu mempunyai nilai berat jenis yang tergantung dari
komposisi campuran bahan-bahan tersebut.

Tabel 2.1 Berat Jenis Tanah


Jenis Tanah Berat Jenis
Pasir 2,65-2,67
Pasir Berlumpur 2,67-2,70
Lumpur Anorganik 2,70-2,80
Tanah dengan Mika atau Besi 2,80-3,00
Sambungan Tabel 2.1 Hasil Penelitian 2021
Tanah Organik <2,00
Sumber: Hasil penelitian 2021

10
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara butiran pasir dan berat air
pada sulingan pada volume tanah yang sama dengan suhu tertentu. Berat jenis
tanah dinyatakan dalam bentuk bilangan saja. Sebagian besar mineral-meneral
yang ada mempunyai besar spesifik berkisar antara 2,6-2,9 dengan variasi yang
agak kecil jarang dibawah 2,6 atau diatas 2,9. Berat spesifik dari bagian padat
tanah pasir yang bewarna terang umumnya sebagian besar terdiri dari quartz yang
dapat diperkirakan sebesar 2,65. Untuk tanah berlempung, hanya berkisar antara
2,6-2,9. Specific grafity (Gs) didefinisikan sebagai berikut :
berat volume b utir−butir tanah w
Gs = =
berat volume tanah v

Keterangan:
Gs = Berat Jenis
Wt = Berat Tanah
Vt = Berat Air

2.4 KONSISTENSI ATTERBERG

Pada dasarnya, atterberg limit terdiri dari liquid limit (batas cair),
plastic limit (batas plastis), dan shrinkage limit (batas susut). Liqiud Limit
adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan plastis suatu tanah.
Plastic Limit adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis suatu tanah.
Shrinkage Limit adalah air pada batas susut suatutanah.

2.4.1 Uji Batas Cair

Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.

11
Gambar 2.1 Skema alat pengujian batas
cair (Alat: Casagrande).

Batas cair biasanya ditentukan dari pengujian Casagrande (1948). Gambar


skematis dari alat pengukur batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.1 .Contoh
tanah dimasukkan dalam cawan. Tinggi contoh tanah dalam cawan kira-kira 8
mm. Alat pembuat alur (grooving tool) dikerukkan tepat di tengah-tengah cawan
hingga menyentuh dasarnya. Kemudian, dengan alat penggetar, cawan diketuk-
ketukkan pada landasannya dengan tinggi jatuh 1 cm. Persentase kadar air yang
dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm pada dasar cawan, sesudah
25 kali pukulan, didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut.
Karena sulitnya mengatur kadar air pada waktu celah menutup pada 25
kali pukulan, maka biasanya percobaan dilakukan beberapa kali, yaitu dengan
kadar air yang berbeda dan dengan jumlah pukulan yang berkisar antara 15
sampai 35. Kemudian, hubungan kadar air dan jumlah pukulan, digambarkan
dalam grafik semi logaritmis untuk menentukan kadar air pada 25 kali
pukulannya.

12
2.4.2 Uji Batas Plastis

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan


antara daerah plastis dan semi padat, di mamna tanah apabila digulung sampai
dengan 1/8 in (3,2) mm menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas
terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Cara pengujiannya adalah sangat
sederhana, yaitu dengan cara menggulung massa tanah berukuran elipsoida
dengan telapak tangan di atas kaca datar.
Indeks plastisitas [plasticity Limit (PI)] adalah perbedaan antara batas cair
dan batas plastis suatu tanah, atau PI = LL - PL

2.4.3 Uji Batas Susut

Batas susut (SL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan
kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanahnya.
Percobaan batas susut dilaksanakan dalam laboratorium dengan cawan porselin
diameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian dalam cawan dilapisi dengan
pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna. Kemudian dikeringkan dalam
oven. Volume ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas susut
dinyatakan dalam persamaan:

(m 1−m 2) (V 1−V 2)γ w


SL = { m2

m2 } x 100%

Keterangan:
m1= berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)m 1
m2= berat tanah kering oven (gr)
V1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3)
V2 = volume tanah kering oven (cm3)
γw = berat jenis air

13
Gambar 2.2 Variasi volume dan kadar air pada
kedudukan batas cair, batas plastis, dan batas susutnya.

Gambar 2.2 menyajikan hubungan variasi kadar air dan volume total dari
tanah pada kedudukan batas cair, batas plastis dan batas susutnya. Batas-batas
Atterberg sangat berguna untuk identifikasi dan klasifikasi tanah. Batas-batas ini
sering digunakan secara langsung dalam spesifikasi, guna mengontrbl tanah yang
digunakan untuk struktur urugan tanah.

2.5 Gradasi Butiran


2.5.1 Analisis Saringan

Mekanika mekanisme dari tanah adalah menentukan variasi ukuran


partikel yang ada pada tanah. Variasi itu dinyatakan dalam prosentasi dan berat
kering total, cara umum untuk mendapatkan distribusi ukuran partikel tanah
diantaranya dengan analisa saringan. Analisa saringan menggunakan satu set
ayakan yang mana lubang – lubang ayakan makin diameternya Tanah Butir :
1. Kerikil ( gravei ). : ≥ 4,75 mm.
2. Pasir ( sand ). : 4,75 mm – 0,075 mm
3. Lanau ( saill ). : ≤ 0,075
Dari test analisa saringan kita dapat menentukan pembagian butir tanah
dengan mendistribusikan ukuran butir dalam gambar, dalam kertas logaritma kita
dapat memperoleh suatu gradasi tanah, yaitu gradasi baik, gradasi buruk dan

14
gradasi sebagian. Gradasi baik apabila tidak ada partikel yang menyolok dalam
suatu perentang distribusi, gradasi tanah buruk jika partikel tanah yang berbutir
besar terhadap keloncatan ukuran yang mencolok dan gradasi tanah sebagian jika
partikel tanah tersebut mempunyai ukuran yang seragam antara satu dengan yang
lain. Untuk menentukan gradasi tanah kita dapat mencari dengan rumus :
D60 D 30²
CU = dan Cc =
D10 D60 × D 10

Keterang:
CU = Koefisien keseragaman
C = Koefisien gradasi atau koefisien kelangsungan
D60 = Diameter yang sesuai dengan 60 % lolos
D30 = Diameter yang sesuai dengan 30 % lolos
D10 = Diameter yang sesuai dengan 10 % lolos

Tanah dikatakan bergradasi baik apabila tanah tersebut


mempunyaikooefisien tersebut mempunyai koefisien gradasi lengkungan ( CC )
antara 1 sampai dengan 3.
1. Persentase dari berat tanah yang tertahan diatas ayakan no. 12 dihitung
dari ayakan paling atas.
Berat tanah yang tertahan diatas ayakan
Rn = x 100 %
Berattanahtotal
2. Prosentase komulatif dari tanah yang tertahan diatas ayakan nomor n
adalah
t =n

∑ Rn
i=1

3. Prosentase komulatif dari tanah yang lolos lewat ayakan nomor n adalah :
t =n
100 - ∑ Rn
i=1

15
2.5.2 Analisis Hidrometer

Alat hidrometer yang digunakan makin lama makin turun ke


bawah jika lumpur makin mengendap, sehingga alat hydrometer pada
waktu tertentu menunjukkan angka nol dan hal ini berarti bahwa lumpur sudah
mengendap. Percobaan ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan
jatuh dari suatu butiran di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat
jenis butiran, berat jenis larutan dan kepekaan larutan.Supaya mendapatkan
hasil yang lebih baik maka digunakan hidrometer yang berfungsi untuk
mengetahui spesific gravity larutan setiap waktu pengamatan. Dari hasil
tersebut didapatkan data yang setelah diolah akan diperoleh grafik
distribusi butiran yang merupakan hubungan antara diameter dan
persentase lolos.

2.6 Pemadatan Standar

Tanah, kecuali berfungsi sebagai pendukung pondasi bangunan, juga


digunakan sebagai bahan timbunan seperti tanggul, bendungan, dan jalan. Untuk
situasi keadaan lokasi aslinya membutuhkan perbaikan guna mendukung
bangunan di atasnya, ataupun karena digunakan sebagai bahan timbunan, maka
pemadatan sering dilakukan. Maksud pemadatan tanah antara lain:
a. Mempertinggi kuat geser tanah.
b. Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas).
c. Mengurangi permeabilitas.
d. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air, dan
lain-lainnya.
Maksud tersebut dapat tercapai dengan pemilihan tanah bahan timbunan,
cara pemadatan, pemilihan mesin pemadat, dan jumlah lintasan yang sesuai.
Peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis disebut
pemadatan. Ada perbedaan yang mendasar antara peristiwa pemadatan dan
peristiwa konsolidasi tanah. Konsolidasi adalah pengurangan pelan-pelan volume
pori yang berakibat bertambahnya berat volume kering akibat beban statis yang
bekerja dalam periode tertentu. Untuk mencari hubungan kadar air dan berat

16
volume, dan untuk mengevaluasi tanah agar memenuhi persyaratan kepadatan,
perlu diadakan pengujian pemadatan.
Proctor (1933) telah mengamati bahwa ada hubungan yang pasti antara
kadar air dan berat volume kering supaya tanah padat. Selanjutnya, terdapat satu
nilai kadar air optimum tertentu untuk mencapai nilai berat volume kering
maksimumnya. Derajat kepadatan tanah diukur dari berat volume keringnya.
Hubungan berat volume kering (d) dengan berat volume basah (b) dan kadar air
(w), dinyatakan dalam persamaan:
γb
γd =
1+w
Berat volume tanah kering setelah pemadatan bergantung pada jenis
tanah, kadar air, dan usaha yang diberikan oleh alat pemadatnya. Karakteristik
kepadatan tanah dapat dinilai dari pengujian standar laboratorium yang disebut
dengan Pengujian Proctor. Permeabilitas tanah akan berkurang dengan
penambahan kadar airnya pada usaha pemadatan yang sama dan mencapai
minimum pada kira-kira kadar air optimumnya. Jika usaha pemadatan
ditambah, koefisien permeabilitas akan berkurang, sebab angka pori berkurang.
Tujuan pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki
sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis timbunan sangat penting
diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat volume keringnya.

2.7 Uji Geser Langsung

Uji geser langsung merupakan pengujian parameter kuat geser tanah


yang paling mudah dan sederhana. Alat uji geser langsung dapat berbentuk
lingkaran/bulat atau persegi panjang. Sebuah gaya normal P ditempatkan pada
bagian atas kotak dan gaya horizontal F ditempatkan pada bidang horizontal.
Akibat adanya beban vertikal dan horizontal yang bekerja pada alat akan
menyebabkan terjadinya tegangan pada tanah. Tegangan tersebut berupa
tegangan utama besar (major principal stress) dan tegangan utama kecil (minor
principal stress) yang dapat menyebabkan tanah mengalami tegangan
geser yang membentuk sudut terhadap bidang gesernya. Sedangkan

17
tegangan utama sedang (intermediate principal stress) tetap bekerja merata
disemua sisi tetapi tidak diperhitungkan karena tidak menyebabkan
deformasi.

18
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu dan tempat praktikum dilakukan di Laboratorium Geoteknik


Universitas Isalam Al-Azhar Mataram. Praktikum dibagi menjadi 3 sesi dimana
sesi pertama dilakukan pada tanggal 19 dan 20 Juni 2021, sesi kedua pada
tanggal 26 dan 27 Juni 2021, dan sesi ketiga pada tanggal 3 dan 4 Juli 2021.

3.2 Llokasi Pengambilan Sample

Sample tanah yang akan dijui merupakan sample tanah disturb dan
undisturb diambil pada green belt waduk Jurang Dao, Desa Mas mas,
Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Sampel diambil pada tanggal 15 Juni 2021.

Sedangkan untuk air menggunakan air aquades yang sudah disiapkan di


labolaturium dan juga menggunakan air bersih yang diambil di saliuran air
bersih labolaturium.

3.3 Prosedur Uji


3.3.1 Uji Kadar Air
A. Maksud dan Tujuan
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar air dari suatu
tanah asli melalui perbandingan antara berat air dengan berat kering
tanah yang dinyatakan dalam persen.
B. Prosedur Uji
a) Timbang cawan dalam keadaan bersih dan kering dan catat
beratnya (W3).
b) Masukan contoh tanah ke dalam cawan tersebut.
c) Cawan + tanah kemudian ditimbang dan bertanya dicatat (W1)
d) Masukkan cawan + tanah ke dalam oven selama 24 jam.
e) Keluarkan cawan + tanah dari oven dan didinginkan pada desikator.

19
f) Setelah dingin, cawan + tanah ditimbang dan beratnya dicatat
(W2).
C. Alat-alat yang digunakan
a) Cawan alumunium tiga buah.
b) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
c) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
d) Desikator
3.3.2 Biji Berat Jenis Tanah
A. Maksud dan Tujuan
Pelakasanaan praktikum uji berat jenis ini adalah untuk mengetahui
harga berat jenis tanah. Berat jenis tanah ini dapat memperkirakan bahan-bahan
galian yang terkandung di dalamnya.
B. Alat-alat yang digunakan

a) Dua buah piknometer dengantutupnya.

b) Timbangan dengan ketelitian 0,01g

c) Aquades

C. Prosedur Uji

a) Siapkan contoh tanah secukupnya dan masukkan ke dalam cawan


kemudian di oven selama 24jam dengan suhu 110° C.

b) Timbang piknometer dalam keadaan bersih dan kering (W1)

c) Masukkan contoh tanah secukupnya kedalam piknometer.

d) Timbang contoh tanah + piknometer (W2)

e) Isi piknometer yang sebelumnya berisi contoh tanah sampai sedikit


melebihi contoh tanah.

f) Goyang-goyangkan piknometer tersebut sampai gelembung udara di


dalam tanah keluar.

g) Tambahkan piknometer dengan air sampai penuh.

20
h) Timbang contoh tanah + air + piknometer (W3)

i) Buang dan bersihan piknometer kemudian isi kembali dengan air


sampai penuh.

c. Timbang air + piknometer (W4)

3.3.3 Uji Konsistensi Antterberg


A. Maksud dan Tujuan

Mengetahui klasifikasi tanah berbutir halus berdasarkan batas cair,


batas plastis, dan batas susut.
a) Uji Batas Cair (Liquid Limit)
Peralatan yang digunakan
a. Alat Casagrande beserta GroovingTools.
b. Pisau dempul
c. Plat kaca sebagai tempat melumattanah.
d. Spatula (pisau pengaduk).
e. Aquades.
f. Oven dan desikator
g. Cawan Aluminium.
h. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram.
Prosedur Uji
a. Siapkan contoh tanah lolos saringan nomor 40 (keringudara)
b. Letakkan contoh tanah tersebut diatas pelatkaca
c. Dengan menggunakan spatula, aduk contoh tanah dengan
d. Ambil sebagian contoh tanah yang sudah homogen dan taruh
dalam cawan batas cair (cawan casagrande).
e. Ratakan permukaannya sehingga sejajar dengan dasar/alas alat
casagrande dan bagian yang paling tebal harus kurang lebih
1cm.
f. Buat alur pada contoh tanah tersebut dengan membagi dua
contoh tanah menggunakan grooving tool. Caranya dengan

21
menarik grooving tool yang tegak lurus permukaan cawan
casagrande sepanjang diametercawan.
g. Putar alat Casagrande sehingga cawan naik turun dengan
kecepatan 2putaran/detik.
h. Hentikan Pemutaran apabila pada ketukan antara 40–50 alur
tersebut telah tertutup sepanjang kurang lebih 1,25 cm,
kemudian catat jumlahketukannya.
i. Ambil sebagian contoh tanah tersebut, masukkan ke dalam
cawan yang sudah diketahui beratnya, timbang contoh tanah +
cawan dan masukkan ke dalam oven selama 24jam dengan suhu
110° C.
j. Keluarkan contoh tanah + cawan dan dinginkan dalam desikator,
kemudian timbang untuk mengetahui kadarairnya.
k. Ulangi percobaan diatas untuk jumlah ketukan :

a. 10 –20

b. 20 –40

b) Uji Batas Plastis (Plastic Limit)


Peralatan yang digunakan
a. Alatkaca.
b. Container.
c. Oven.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram.
e. Nampan

Prosedur Uji

a.Ambil contoh tanah lolos saringan nomor 40, aduk sampai


homogen dengan menambahkan air sedikit demi sedikit
dengan bantuanspatula.
b. Ambil contoh tanah yang sudah homogen seberat kurang
lebih 8 gram, biarkan sampai contoh tanah tidak

22
lengket/keringkan dalam oven sampai tanah tidak lengket
tapi masih dalam keadaan basah.
c.Contoh tanah tadi, dibuat gulungan diatas pelat kaca sampai
gulungan tanah patah dengan diameter 3 mm. Contoh tanah
yang tepat pada diameter 3 mm mulai retak- retak
menunjukkan tanah dalam keadaan batasplastis.
d. Masukkan gulungan tanah yang sudah patah tadi ke
dalam cawan yang sudah diketahui beratnya, kemudian
timbang gulungan tanah + cawan dan masukkan ke oven
selama 24jam.
e.Keluarkan gulungan tanah + cawan dan dinginkan dalam
desikator, kemudian timbang untuk mengetahui kadarairnya

c) Uji Batas Susut (Shringkage Limit)


Peralatan yang digunakan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
b. Oven
c. Cetakan contohtanah
d. Plat kaca berkakitiga
e. Cawankaca
f. Pisau

Prosedur Uji

a. Ambil contoh tanah dari sisa pengujian batas cair dengan


jumlah ketukan20-40.
b. Siapkan cawan dan ukur dimensinya untuk
mengetahuivolumeny.
c. Olesi cawan dengan valensi, kemudian timbang(W1).
d. Masukkan contoh tanah ke dalam cawan tersebut kira-
kira 1/3 bagian cawan kemudian ketuk-ketuk kembali,

23
terakhir isi sampai penuh dan sampai ada yang tertumpah
keluar. Ratakan permukaan tanah, kemudian timbang (W2).
e. Masukkan ke dalam oven selama 24jam dengan suhu
110° C.
f. Keluarkan contoh tanah + cawan dan dinginkan
dalamdesikator.
g. Timbang contoh tanah + cawan tersebut (W3) dan
keluarkan tanah daricawannya.
h. Siapkan dish kaca yang telah ditimbang (W4) dan cawan
kaca yang diisi penuh dengan air raksa.
i. Letakkan cawan kaca di atas dish kaca.
j. Letakkan contoh tanah di atas air raksa dan tekan dengan
bantuan pelatkaca.
k. Timbang jumlah air raksa yang tumpah pada dish
kaca(W5).
3.3.4 Uji Gradasi Butiran
1. Analisis Saringan
A. Maksud dan Tujuan
Menentukan distribusi butiran suatu contoh tanah, dalam hal ini
adalah kerikil dan pasir, sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dasar-
dasar tanah.

B. Alat yang digunakan


 Seperangkatsaringan
 Sikat untuk membersihkansaringan
 Timbangan dengan ketelitian 0,01gr
 Mesin penggerak saringan.
C. Prosedur Uji
 Timbang 500 gram contoh tanah.

24
 Susun saringan dengan urutan mulai dari saringan
dengan diameter terbesar berada di bagian atas dan
seterusnya.
 Ayak saringan dengan mesin pengayak atau dengan
tangan selama 15 menit.
 Ambil contoh tanah yang tertahan pada tiap saringan
kemudian ditimbang
2. Analisis Hidrometer
A. Maksud dan Tujuan

Menentukan kadar lumpur dalam tanah, menentukan distribusi


butiran tanah, serta menentukan klasifikasi jenis tanah membandingkan
presentase butiran lanau dan lempung.

B. Alat yang digunakan


a. Gelas ukur dengan kapasitas 1000ml
b. Aeometer
c. Mixer
d. Saringan nomer 200
e. Air Bersih
f. Termometer
g. Oven
h. Stopwatch
i. Timbangan dengan ketelitian 0, 01 gram
C. Prosedur Uji
a. Ambil contoh tanah yang lolos saringan nomer 200
sebanyak 50 gram.
b. Masukkan ke dalam mixer dan dicampur dengan air bersih
secukupnya.
c. Mixer contoh tanah + air selama 15 menit hingga larut.
d. Masukkan larutan tanah ke dalam gelas ukur dengan
kapsitas 1000ml

25
e. Tambahkan air bersih sampai gelas ukur terisi sebanyak
1000ml kemudian diaduk.
f. Masukkan aeometer kedalam larutan tersebut, pembacaan
dilakukan mulai menit ke 0 sampai menit ke 1440.
g. Setelah pembacaan selesai ambil endapan tanah dan
masukkan kedalam cawan yang sebelumnya sudah
ditimbang.
h. Timbang berat cawan + endapan tanah (tanah basah).
i. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110°
C.
j. Timbang berat cawan + tanah kering
3.3.5 Uji Pemadatan Standar
A. Maksud dan Tujuan
a. Untuk mengetahui kadar air optimum pada suatu pemadatan
dengan gaya tertentu.
b. Untuk mengetahui angka pori dan porositas tanah.
c. Untuk mengetahui berat isi tanah basah di lapangan.
d. Untuk mengetahui berat isi tanah kering di lapangan.
B. Alat-alat yang digunakan
a. Gelas ukur
b. Mould dan alat penumbuk
c. Jangka sorong
d. Spatula
e. Cawan
f. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
g. Oven
h. Air
i. Kantong plastic
C. Prosedur uji
a. Ambil contoh tanah kurang lebih 15kg dan buat menjadi 3
bagian (@5kg) dan berikan nomor.

26
b. Contoh tanah ditambahkan dengan air yang kadarnya berbeda
dengan perbandingan 1X : 2X : 3X(misal: 200ml, 400ml,
400ml).
c. Contoh tanah dicampur dan diaduk secara merata. Kemudian
ditaruh didalam plastik dan didiamkan selama 24 jam agar
homogen.
d. Contoh tanah yang telah homogen dimasukkan ke dalam mould
kirakira 1/3 bagian, lalu ditumbuk 25 kali. Ditambah 1/3
bagian lagi, ditumbuk merata sebanyak 25 kali. Kemudiam
ditambah 1/3 bagian lagi sampai mould terisi penuh dan
ditumbuk merata sebanyak 25 kali
e. Contoh tanah yang berada dalam mould diratakan
permukaannya sesuai dengan volume mould, kemudian
ditimbang.
f. Menyiapkan 3 (tiga) buah cawan yang telah diketahui beratnya.
g. Contoh tanah dikeluarkan dari mould dengan dongkrak,
kemudian dibagi menjadi tiga bagian. Pada masing-masing
bagian diambil contohnya, ditimbang dengan cawan yang
telah disiapkan sebelumnya, kemudian dioven selama 24 jam.
h. Kemudian cawan dan tanah yang telah dioven selama 24
jam tadi ditimbang untuk mendapatkan kadar airnya.
i. Hal yang sama dilakukan untuk sampel-sampel dengan
kadar air yang berbeda.
3.3.6 Uji Geser Langsung
A. Maksud dan Tujuan
Untuk memperoleh besarnya tahanan geser tanah pada tegangan normal
tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kuat geser tanah.
B. Alat yang digunakan
a. Shear box/kotak geser
Terdiri dari dua buah rangka untuk memegang contoh tanah
dengan baik dan dapat disatukan satu sama lain dengan sekrup

27
pada waktu konsolidasi. Kedua rangka diusahakan mempunyai
bidang persentuhan yang sekecil mungkin untuk mengurangi
gesekan. Kedua rangka terletak di dalam kotak yang dapat diisi air
untuk merendam contoh tanah selama percobaan berlansung.
Rangka bagian atas mempunya dudukan yang dihubungkan
dengan piston yang terhubung dengan proving ring. Proving ring
ini berguna untuk mengukur gaya geser horizontal dan berguna
untuk menggeser contoh tanah
b. Bagian untuk menggeser shear box
Dilengkapi dengan system transmisi yang memungkinkan
diganti-gantinya kecepatan geseran yaitu dengan mengganti susuna gigi
tansmisinya. Pergesran horizontal ini dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan motor listrik.
c. Proving Ring
d. Dial untuk mengukur deformasi vertical dan horizontal
e. Beban konsolidasi

f. Batu pori dari bahan yang tidak berkarat (k=0.1 cm/det)

g. Pelat untuk menjepit contoh tanah

h. Ring untuk mengambil/mencetak contoh tanah dari tabung


sampel

i. Dolly untuk memindahkan contoh tanah dari ring ke shear box

j. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

k. Kertas filter

l. Oven

m. Stopwatch

n. Pisu dan palet

28
C. Prosedur Uji
a. Siapkan semua peralatan yang diperlukan
b. Keluarkan shear box dari yempat airnya. Jadikan satu shear box
bagian atas dan bawah dengan memasang baut penguncinya.
c. Masukka pelat dasar pada bagian paling bawah dari shear box
dan diatasnya dipasang batu pori yang sebelumnya telah
dicelupkan dalam aquades atau direbus dahulu untuk
mengeluarkan udara yang ada didalam pori-porinya. Diatas batu
pori diberi kertas filter yang sebelumnya juga telah dicelupkan
dalam aquades. Dan diatas kertas filter ini dimasukkan pelat
berlubang yang beralur, alur ini harus menhhadap keatas dan
arah alurnya harus tegak lurus arah penggeseran, hal ini
dimaksudkan agar contoh tanah benar- benar terjepit secara kuat
pada waktu dilakukan penggeseran.
d. Masukkan kembali shear box kedalam tempat airnya. Dan
tempatkan kedudukannya dengan mengencangkan dua buah
baut penjepit yang ada.
e. Masukkan contoh tanah kedalam shear box bagian bawah.
f. Atur agar pelat pendorong tepat menempel pada shear box
bagian bawah. Cara menggerakkannya ialah; lepaskan kunci
penggerak manual dengan menarik clutch, sekarang penggeser
ndapat digerakkan dengan memutar handwheel. Memutar
handwheel searah jarum jam akan menyebabkan penggeseran
kekanan/ maju dan sebaliknya.
g. Setelah penggeser tepat bersinggungan dengan shear box bagian
bawah, maka kembalikan lagi clutch pada kedudukan terkunci,
yaitu dengan jalan menarik dan memutarnya.
h. Piston proving ring diatur agar tepat menyinggung shear box
bagian atas, ini berarti proving ring belum menerima beban. Jadi
dial proving ring juga harus diatur tepat pada nol, demikian juga
dial pengukur defoemasi horizontal.

29
i. Atur kedudukan loading yoke dalam posisi kerja, tempatkan
juga kedudukan dial untuk mengukur deformasi vertical. Atur
kedudukan dial ini pada posisi tertentu.
j. Siapkan beban konsolidasi. Lengan pembeban ini mempunyai
perbandingan panjang 1:10, jadi beban yang bekerja juga
mempunyai perbandingan 1:10.
k. Contoh tanah siap digeser, dengan lebih dahulu menentukan
kecepatan penggesernya.
l. Atur susuna gigi agar kecepatan penggeseran sesuai dengan
yang diinnginkan. Kecepatan penggeseran yang umumnya
dipakai ialah: 0,30 mm/menit.
m. Periksa sekali lagi apakah jarum dial proving ring dan dial
deformasi horizontal tepat pada posisi normal. Sekarang
penggeeseran dpat dimulai, tapi jangan lupa melepaskan kedua
baut yang menyatukan shear box bagian atas dan bawah. Periksa
juga clutch, apakah sudah terkunci. Hidupkan tombol power
lampu indikator akan menyala. Penggeseran dapat dimulai
dengan menekan tombol B D, karena posisi gigi pada D.
n. Lakukan pencatatan waktu pada saat penggeseran dimulai
dengan amati bahwa jarum dial proving ring dan dial deformasi
horisontal mulai bergerak, apabila kedua jarum dial tersebut
tidak bergerak berarti unjung dial tersebut belum menyentuh,
hentikan dengan mematikan tombol B D, dan atur ujung dial
pada kedudukan yang tepat. Lakukan pembacaan dan pencatatan
dial proving ring, dial deformasi vertikal atau dial settlement,
tiap dial deformasi horisontal bergerak 20 devisi. Lakukan
pembacaan sampai contoh tanah runtuh, yang dapat diketahui
dari dial proving ring yang mulai turun. Setelah mencapai
maksimum lakukan pembacaan terus sebanyak 4 kali. Atau
hentikan penggesran kalau dial proving ring sudah mencapai
670 devisi.

30
o. Setelahpenggesran selesai, maka kembalikan shear box pada
posisi sebelum digeser, dengan menggerak mundur secara
manual. Lepaskan beban beban konsolidasi dan keluarkan shear
bx dari tempatnya.
p. Keluarkan contoh tanah dari shear box, timbah berat contoh
tanah ini dan masukkan oven selama 24 jam dalam suhu 110° C,
untuk mengetahui kadar air akhirnya.
q. Ulangi semua prosedur diatas dengan dua buah contoh tanah
lagi, tetapi dengan menggunakan tegangan normal yang lain.

3.4 PERHITUNGAN
1. Uji Kadar Air
Berat cawan + tanah basah = W1gram
Berat cawan + tanah kering = W2gram
Berat cawan kosong = W3 gram
Berat air (Wv) = (W1– W2) gram
Berat tanah kering (Ws) = (W2– W3) gram
berat air di kandung olehtanah
W= × 100 %
berat tanah kering
Wv
W= × 100 %
Ws
2. Uji Berat Jenis Tanah
Berat piknometer = W1
Berat piknometer + tanah = W2
Berat piknometer + tanah + air = W3
Berat piknometer + air = W4
Berat Tanah (Wt) = W2 - W1
Berat Total (W5) = Wt+W4
Volume Air (Vt) = W5 – W3

berat volume b utir−butir tanah w


Gs = =
berat volume air v

31
Keterangan:
Gs = Berat Jenis
Wt = Berat Tanah
Vt = Berat Air
3. Uji Batas-bata Aterberg
4. Uji Batas Cair

Setelah dilakukan penelitian maka dapat disimpulkan dengan teori


perhitungan sebagai berikut (SNI 03-1967-1990) :
Berat Air (Ww) = W – Ws
Kadar Air (Wc) = ( (Ww / Ws) x 100%)
Keterangan :
Wc = Kadar Air (Water Content)
Ww = Berat Air (Weight Water)
W = Berat Benda Uji Basah (Weigh)
Ws = Berat Benda Uji Kering (Weight Solid)
5. Uji Batas Plastis
Uji plastic limit dapat disimpulkan sebagai berikut :
Wc = kadar air = (Ww : Ws) x 100%
Ww = berat air = W – Ws
W = berat benda uji basah
Ws = berat benda uji kering udara
Indeks plastisitas merupakan selisih antara batas cair dengan batas
plastis. Perhitungan diperoleh setelah mendapatkan nilai liquid limit
dan plastic limit sebagai berikut :
IP = LL – PL
Keterangan :
LL = angka perhitungan uji liquid limit
PL = angka perhitungan uji plastic limit

32
6. Uji Batas Susut
Menghitung kadar air alami(w)
Menghitung berat airraksa
Berat air raksa = (berat air raksa + dish kaca) – berat dish kaca = (W 5-
W4) gram
Menghitung volume tanahbasah
Volume tanah basah = volume cawancm³
Menghitung volume tanahkering
Menghitung batas susut
SL = W- ((Vol tanah basah – Vol tanah kering)/berat tanah kering)
x 100
7. Uji Gradasi Butiran
8. Uji Saringan
Menghitung berat total
Berat total = ∑ Berat tanah yang tertahan dalam saringan
Menghitung berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara
kumulatif Menghitung prosentase tanah yang tertahan pada setiap
saringan
Persentase tanah tertahan = (berat tanah kering / berat total ) x100%
Menghitung persentase tanah yang lolos pada setiap saringan
Persentase tanah lolos = (berat total-jumlah berat tertahan)/ berat total x
100%
9. Uji Hidrometer
Rc = Ra-Zero Correction + Ct
Ra = Bacaan Aerometer
Ct = Tabel 4 pada modul
Zero correction = tergantung alat yang digunakan
%Finner (N) =((Rc x a)/Ws) x100%
Dimana :
a = diperoleh dari tabel berdasarkan nilai Gs
Ws = berat tanah kering

33
R = Ra +0,5
D = K x √L/t
Keterangan:
K =diperoleh dari table
L = diperoleh dari tabel berdasarkan nilai R
% Finer akhir = (%Finner (N)/100) × prosentase lolos saringan nomor
200
10. Uji Pemadatan Standar
Hitung kadar air (%) = (berat air/berat tanah kering) x 100%
Hitung berat isi tanah (t/m³) = berat isi basah / (kadar air + 100) x 100
11. Uji Geser Langsung
Menghitung tegangan normal dalam satuan kg/cm² dengan membagi
beban dengan area luas sampel
Tegangan Normal (σ) = beban / luas sampel
Menghitung gaya geser dalam satuan kg dengan mengan mengkalikan
bacaan dial degan kalibrasi proving ring
Gaya Geser = bacaan dial/kalibrasi proving ring
Menghitung Tegangan Geser dalam satuan kg/cm² dengan membagi
gaya geser dengan luas sampel
Tegangan Geser = gaya geser/luas sampel

BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS

34
4.1 UJI KADAR AIR TANAH
4.1.1 Perhitungan

Kadar air dapat dihitung sebagai berikut :

1. Berat cawan kosong = W1


2. Berat cawan + tanah basah = W2
3. Berat cawan + tanah kering = W3
4. Berat air Ww = W2 - W3
5. Berat tanah kering ( W5 ) = W3 – W1
6. Kadar air =

Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)

4.1.2 Analisa data

Sampel Berat Cawan ( gr ) Berat Cawan + Berat Cawan +


Tanah Basah ( gr ) Tanah Kering
( gr )
A 9,4 55,79 45,39
B 12, 8 53,9 44,2
C 9,6 69,4 55,89

 Untuk sampel cawan A :


Berat cawan kosong ( W1) = 9,4 gr
Berat cawan + tanah basah ( W2 ) = 55,79 gr
Berat cawan + tanah kering ( W3) = 45,39 gr
Berat air ( Ww ) = W2 - W3 = 55,79 –
45,39 = 10,4 gr
Berat tanah kering ( W5) = W3 – W1 = 45,39 –
9,4 = 35,99 gr

35
Kadar air ( W ) =

Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)
=

10,4
x 100 %=28,90 %
35,99

 Untuk sampel cawan A :


Berat cawan kosong ( W1) = 12,8 gr
Berat cawan + tanah basah ( W2 ) = 53,9 gr
Berat cawan + tanah kering ( W3) = 44,2 gr
Berat air ( Ww ) = W2 - W3 = 53,9 –
44,2 = 9,7 gr
Berat tanah kering ( W5) = W3 – W1 = 44,2 –
12,8 = 31,4 gr
Kadar air ( W ) =

Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)
=

9,7
x 100 %=30,89 %
31,4
 Untuk sampel cawan A :
Berat cawan kosong ( W1) = 9,6 gr
Berat cawan + tanah basah ( W2 ) = 69,4 gr
Berat cawan + tanah kering ( W3) = 55,89 gr
Berat air ( Ww ) = W2 - W3 = 69,4 –
55,89 = 13,51 gr
Berat tanah kering ( W5) = W3 – W1 = 55,89 –
9,6 = 46,29 gr

36
Kadar air ( W ) =

Ww (W 2−W 1)
= x 100 %
Ws (W 3−W 2)
=

13,51
x 100 %=29,19 %
46,29

Nomor Cawan
A B C
1. Berat cawan + contoh basah ( W2 ( gram 55,7
53,9 69,4
) ) 9
2. Berat cawan + contoh kering ( gram 45,3 55,8
44,2
( W3) ) 9 9
( gram 13,5
3. Berat air ( Ww )= 1 – 2 10,4 9,7
) 1
( gram
4. Berat cawan ( W1 ) 9,4 12,8 9,6
)
( gram 35,9 46,2
5. Berat contoh kering ( W5 ) = 2 - 4 31,4
) 9 9
28,9 30,8 29,1
6. Kadar air ( W ) = 3 / 5 x 100 (%)
0 9 9
Kadar air rata-rata (%) 29,89

4.2 PENENTUAN JENIS TANAH


4.2.1 Perhitungan

Berat jenis contoh dihitung seperti berikut :

1. Berat piknometer = W1 gram


2. Berat piknometer + tanah kering = W2 gram
3. Berat piknometer + air + tanah kering = W3 gram
4. Berat piknometer + air suling = W4 gram

37
5. Berat tanah = Wt Gram
7. Faktor korekai temperatur = Kgram
8. Berat jenis tanah = Gs
9. Berat jenis cairan yang dipakai = Gt

Cara mementukan berat jenis :

¿(W 2−W 1)
Gs= ¿¿

4.2.2 Analisis Data

Sampel Piknometer (gr) Berat piknometer + Berat piknometer Berat piknometer


Tanah ( gr ) + air + Tanah (gr) + Air ( gr )
A 46,29 100,20 222,80 191,20
B 50,10 193,20 229,79 193,20

 Untuk sampel cawan A :


Berat piknometer ( W1) = 46,29 gr , 50,10 gr
Berat piknometer + tanah kering ( W2 ) = 100,20 gr, 112,90
gr
Berat piknometer + air + tanah kering ( W3) = 222,80 gr,
229.795 gr
Berat piknometer + air suling ( W4 ) = 191,20 gr, 193,2
gr
Berat tanah Wt = W2 - W1
= 100,20 – 46,29 .
112,90 – 50,10
= 53,91 gram ,
62,80 gram

38
Berat jenis tanah ( G5 ) = Gs= ¿ ( W 2−W 1 )
¿¿

= Gs= 1 ( 53,91 )
¿¿

1 (53,91 )
¿ Gs= =2,416 gram
( 22,31 )

 Untuk sampel cawan B :


Berat piknometer ( W1) = 50,10 gr
Berat piknometer + tanah kering ( W2 ) = 112,90 gr
Berat piknometer + air + tanah kering ( W3) = 229.795 gr
Berat piknometer + air suling ( W4 ) = 193,2 gr
Berat tanah Wt = W2 - W1
= 112,90 – 50,10
= 62,80 gram

Berat jenis tanah ( G5 ) = Gs= ¿ ( W 2−W 1 )


¿¿

= Gs= 1 ( 50,10 )
¿¿

1 ( 62,80 )
¿ Gs= =2,396 gram /
( 26,21 )
cm3

Berat jenis tanah rata - rata ( G5 ) =

Gs sampel A +Gs sample B


Gs=
2

2,416+2,396
Gs= =2,406 gra m / cm3
2

39
4.3. UJI SARINGAN ANALISIS TAPIS

4.3.1 Perhitungan

Berat kering benda uji awal ( W1) = 500 gram

Hasil percobaan

Berat kumulatif
Ukuran Ayakan Berat tertinggal
No Ayakan tertinggal ( gr )
( mm ) ( gr )

3/8” 8 41,3 41,3

4 4 178,3 219,60

10 2 94,6 314,20

20 1 62,9 377,10

40 0,5 30,9 408

80 0,25 30,9 438,90

120 0,125 28,4 467,30

Pan 32,7 500

Jumlah 500

4.3.2 Analisa Data

1. Menghitung presentase tertahan setiap ayakan:


Berat kering benda uji awal ( W1) = 500 gram
berat kumulatif tertinggal(gr )
Presentase ayakan ( % ) = x 100 %
berat keringbenda uji awal (w 1)
41,3
Presentase ayakan 3,8” = x 100 %=8,26 %
500

40
219,60
Presentase ayakan no 4 = x 100 %=43,92 %
500
314,20
Presentase ayakan no 10 = x 100 %=62,84 %
500
377,10
Presentase ayakan no 20 = x 100 %=75,42 %
500
408
Presentase ayakan no 40 = x 100 %=81,6 %
500
438,90
Presentase ayakan no 80 = x 100 %=87,78 %
500
467,30
Presentase ayakan no 120 = x 100 %=93,46 %
500
500
Presentase ayakan pan = x 100 %=100 %
500

2. Menghitung presentase lewat setiap ayakan:


Presentase ayakan 3,8” = 100 %−8,26 %=91,74 %
Presentase ayakan no 4 =100 %−43,92 %=56,08 %
Presentase ayakan no 10 =100 %−62,84 %=37,16 %
Presentase ayakan no 20 =100 %−75,42 %=24,58 %
Presentase ayakan no 40 =100 %−81,6 %=18,40 %
Presentase ayakan no 80 = 100 %−87,78 %=12,22 %
Presentase ayakan no 120 100 %−93,46 %=6,54 %
Presentase ayakan pan = 100 %−100 %=0 %

3. Perhitungan selajutnya ditabelkan

Persentase
Massa Jumlah

Tertahan Lewat
Saringan tertahan Massa

gr Tertahan
8mm 41,3 41,3 8,26 91,74
4mm 178,30 219,60 43,92 56,08
2mm 94,60 314,20 62,84 37,16

41
1mm 62,90 377,10 75,42 24,58
0,5mm 30,90 408,00 81,6 18,40
0,25mm 30,90 438,90 87,78 12,22
0,125 28,40 467,30 93,46 6,54
Pan 32,70 500,00 100 0,00

4.4 BATAS ATTERBERG

4.4.1 Perhitungan
1) Batas susut ( SL )
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 50 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 50 gram
Berat air raksa = 7,4
Berat cawan I = 14, 80 gram
Berat cawan II = 15 gram

2) Batas Plastis
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 29 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 27,80 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 29,50 gram
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 23,10 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 22,40 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 23,50 gram
Berat cawan I = 9,50 gram
Berat cawan II = 9,50gram
Berat cawan III = 9,40 gram

3) Batas cair
Banyak pukulan = 15 kali
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 37,10 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 34,70 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 32,60 gram

42
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 24,40 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 23,00 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 21,80 gram
Berat cawan I = 9,50 gram
Berat cawan II = 9,40gram
Berat cawan III = 9,50 gram

Banyak pukulan = 25 kali


Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 40,60 gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 39,20 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 28,40 gram
Berat cawan + contoh basah sampel A ( W1) = 27,00gram
Berat cawan + contoh basah sampel B ( W1) = 26,20 gram
Berat cawan + contoh basah sampel C ( W1) = 12,80 gram
Berat cawan I = 9,50 gram
Berat cawan II = 9,30gram
Berat cawan III = 9,30 gram

4.4.2 Analisa data

1) Batas susut ( SL )
Berat cawan + contoh kering sampel =
Berat cawan contoh basah sampel – Berat air

= 50 – 7.40 = 42,60 gram ( Sampel A )

= 50 – 7.40 = 42,60 gram ( Sampel B )


Berat contoh kering ( Wo ) =
Berat cawan contoh kering sampel – Berat cawan

= 46,20 – 18.40 = 27,80 gram (Sampel


A)

= 46,20 – 15,00 = 27,60 gram (Sampel


B)

43
Berat air raksa
Kadar air ( W ) =
Berat contoh kering

7,40
= =26,62 gram( Sampel A )
27,80

7,40
== =26,81 gr am Sampel B )
27,60
Isi kondisi basah ( V ) =

Berat cawancontoh basah sampel−Berat cawan


13,6
50−14,80
= =2,59 gram(sampel A)
13,6
50−15
= =2,57 gram( sampel A )
13,6
Berat contohkering(Wo)
Isi kondisi basah ( Vo ) =
13,6
27,80
= =2,04 gram(sampel A)
13,6
27,60
= =2,03 gram(sampel A)
13,6

( (V −Vo ) )
Batas susut ( SL ) = W− x 100
Wo
=

( ( 2,59−2,04 ) )
26,62− x 100=24,66 %(sampel A)
27,80
=

( ( 2,57−2,03 ) )
26,81 x 100=24,84 %(sampel A)
27,60
SL a+ SLb 24,66+24,84
Nilai rata – rata batas susut = = =24,76 %
2 2

2) Batas plastis ( PL )

44
Berat cawan + contoh kering sampel =
Berat c awan basah – Berat cawankering

= 29 – 23,10 = 5,90 gram ( Sampel A )

= 27,80 – 22,40 = 5,40 gram ( Sampel


B)
= 29.50 – 23,50 = 6,00 gram ( Sampel
C)
Berat contoh kering ( Wo )
Berat cawan contoh kering sampel – Berat cawan

= 23,10 – 9,50 = 13,60 gram ( Sampel


A)

= 22,40 – 9,40 = 13,00 gram ( Sampel


B)
= 23,50 – 9,40 = 14,10 gram ( Sampel
C)

Berat air
Kadar air ( W ) = x 100
Berat contoh kering
5,90
= x 100=43,38 % (sampel A )
13,60
5,40
= x 100=41,54 %( sampel B)
13,00
6,00
= x 100=42,55 % (sampel C)
14,10
Kadar air A+ B+C
Nilai rata – rata batas susut = =
3

43,38+ 41,54+ 42,55


=42,49 %
3
3) Batas cair ( LL )
Pukulan

45
Berat cawan + contoh kering sampel =
Berat cawan basah – Berat cawan kering

= 37,10 – 24,40 = 12,70 gram


( Sampel A)

= 34,70 – 23,00 = 11,70 gram


( Sampel B)
= 32.60 – 21,80 = 10,80 gram ( Sampel
C)
Berat contoh kering ( Wo ) =
Berat cawan contoh kering sampel – Berat cawan

= 24,40 – 9,50 = 14,90 gram ( Sampel


A)

= 23,00 – 9,40 = 13,60 gram ( Sampel


B)
= 21,80 – 9,50 = 12,30 gram ( Sampel
C)

Berat air
Kadar air ( W ) = x 100
Berat contoh kering
9,50
= x 100=85,23 % (sampel A)
14,90
9,40
= x 100=86,03 % (sampel B)
13,60
9,50
= x 100=87,80 % (sampel C )
12,30
Kad ar air A+ B+C
Nilai rata – rata batas susut = =
3

85,23+86,03+87,80
=83,36 %
3

46
Data hasilpengamatanpenentuankadar air

4.5 KEPADATAN PASIR


4.5.1 Perhitungan

No Contoh 10 20 30
No Cawan 200 ml 400 600
Berattanahbasah
4462 4550 4573
+ cawan( gram )
Berattanahkerin
g+ 3274 3274 3274
cawan( gram )

4.5.2 Analisa Data


 200 ml
Tanah basah + cawan( W1 ) = 26,80 gram
Tanah kering + cawan( W2 ) = 26,30 gram
Berat air = W1 – W2 = 26,80 – 26,30 = 0,50 gram
Beratcawan = 9,40 gram
Berattanahkering = berat kering ca wan−berat tanah kering
¿ 26,30−9,40=16,90 gr

Kadar air ( % ) =
Berat air 0,50
x 100=¿ =2,96 %
berat tana h kering 16,90

 Mold 200 ml

47
Berat mold ( W1 ) = 3.274 gram
Berat mold + tanah( W2 ) = 4.462 gram
Berattanahbasa( W3 ) = W2 – W1 = 4.462 – 3.274 = 1.188 gram
Isi cetakan = 824,25 gram
Berat tana h basa h 1.188
Beratisibasah = =¿ =1,141 gram
isi cetakan 824,25
Berat isi basa h 1,441
Beratisikeringγd = x 100 %= x 100=1,4
(100+ kadar air) ( 100+2,96 )
%
 400 ml
Tanah basah + cawan( W1 ) = 53,20 gram
Tanah kering + cawan( W2 ) = 49,30 gram
Berat air = W1 – W2 = 53,20 = 49,30 = 3,90 gram
Beratcawan = 9,60 gram
Berattanahkering = bera t kering cawan−berat tana h kering
¿ 49,30−9,60=39,70 gr

Kadar air ( % ) =
Berat air 3,90
x 100=¿ =9,82 %
berat tana h kering 39,70

 Mold 400 ml
Berat mold ( W1 ) = 3.274 gram
Berat mold + tanah( W2 ) = 4.550 gram
Berattanahbasa( W3 ) = W2 – W1 = 4.550 – 3.274 = 1.276 gram
Isi cetakan = 824,25 gram
Berat tana h basa h 1.276
Beratisibasah = =¿ =1,548 gram
isi cetakan 824,25
Beratisikeringγd =
Berat isi basa h 1,276
x 100 %= x 100=1,410 %
( 100+kadar air ) ( 100+ 9,82 )

48
 600 ml
Tanah basah + cawan( W1 ) = 29,50 gram
Tanah kering + cawan( W2 ) = 26,60 gram
Berat air = W1 – W2 = 26,60 – 29,50 = 2,90 gram
Beratcawan = 9,40 gram
Berattanahkering = berat kering cawan−berat tanah kering
¿ 26,60−9,40=17.20 gr

Kadar air ( % ) =
Berat air 2,90
x 100=¿ x 100=16,86 %
berat tana h kering 17,20

1,40+1,401+ 1,349
Beratisikeringγd = = 1,349 %
3
2,96+9,82+16,86
Rata ratakadai air ( % ) = = 9,88 %
3

 Mold 600 ml
Berat mold ( W1 ) = 3.274 gram
Berat mold + tanah( W2 ) = 4.573 gram
Berattanahbasa( W3 ) = W2 – W1 = 4.573 – 3.274 = 1.299 gram
Isi cetakan = 824,25 gram
Berat tana h basa h 1.299
Beratisibasah = =¿ =1 ,576 gram
isi cetakan 824,25

49
Beratisikeringγd =
Berat isi basa h 1,299
x 100 %= x 100=1,349 %
(100+ kadar air) ( 100+16,86 )

4.6 UJI HIDROMETER

4.6.1 Perhitungan
Pada perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan sampel data hasil
pada table 4.7.1 nomer 1. Berikut perhitungannya.

a. Menghitung nilai α dengan rumus

1,65 x GS
α=
2,65 x (G S−1)

1,65 x (2.406)
α=
2,65 x (2,406−1)

3,9689
α=
3,7259

α =1,065

b. Mencari Nilai Rc, dengan t = 25 ͦ maka dengan melihat pada tabel 3 maka

CT = 1,30

Rc=Ra−ZerroCorection+ CT

50
Rc=1,4−0,5+1,30

Rc=2,2

c. Mencari% finner

Rc x a
% finner= x 100 %
Ws

2,2 x 1,065
% finner= x 100 %
50

% finner=4,6 %

d. Mencari R

R=Ra+ Zerro Correction

R=1,4+0,5

R=1,9

e. Mencari L dengan tabel 5, dengan mengacu pada R sehingga diperoleh

1−2 16,1−16,0
=
1−1,9 16,1−L

−1 0,1
=
−0,9 16,1−L

−1 ( 16,1−L )=−0,9 ( 0,1 )

−1 ( 16,1−L )=−0,9 ( 0,1 )

−16,1+ L=−0,014

L=16.086 cm

f. Berdasarkan tabel 4 maka diperoleh nilai k

51
2,400−2,450 0,0137−0,0135
=
2,400−Gs 0,0137−k

−50 0,0002
=
−6 0,0137−k

−50 ( 0,0137−k )=−6(0,0002)

0,6838
k=
50

k =0,013676

g. Menghitung D

L
D=k
√ t

16.086
D=0,013676
√ 25 ͦ

D=0,010883 cm

Dengan melakukan cara yang sama, maka diperoleh hasil perhitungan


untuk semua data hasil pada table berikut

Tabel 4.7.2 Tabelhasilperhitungan data hasil

T
N %Finn L D
(C Ra Rc R L/t k
O er (cm) (cm)
)
25
4.6881 0,01 0.0108
1 1.4 2.2 1.9 16.01 0.6404
45 36 83
ͦ
25
4.4750 0,01 0.0108
2 1.3 2.1 1.8 16.02 0.6408
48 36 87
ͦ
25
4.2619 0,01 0.0108
3 1.2 2 1.7 16.03 0.6412
5 36 9
ͦ
4 25 1.1 1.9 4.0488 1.6 16.04 0.6416 0,01 0.0108

52
ͦ 53 36 94
25
3.6226 0,01
5 0.9 1.7 1.4 16.06 0.6424 0.0109
58 36
ͦ
25
2.9833 0,01 0.0109
6 0.6 1.4 1.1 16.09 0.6436
65 36 11
ͦ
25
2.7702 0,01 0.0109
7 0.5 1.3 1 16.1 0.644
68 36 14
ͦ
25
2.5571 0,01 0.0109
8 0.4 1.2 0.9 16.32 0.6528
7 36 88
ͦ
25
1.9604 16.37 0.6550 0,01 0.0110
9 0.12 0.92 0.62
97 6 4 36 07
ͦ
25
0.10 0.90 1.9200 0.60 16.37 0.6551 0,01 0.0110
10
1 1 09 1 98 92 36 08
ͦ
25
1.9178 0,01 0.0110
11 0.1 0.9 0.6 16.38 0.6552
78 36 08
ͦ
25
1.9178 0,01 0.0110
12 0.1 0.9 0.6 16.38 0.6552
78 36 08
ͦ

Grafi k Distribusi Tanah


0.01
0.01
0.01 f(x) = − 0 x + 0.01
R² = 0.86
0.01
ukuran butiran

0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
% finner

Grafik 4.7.1 Distribusi Tanah

53
4.6.2 Analisa Data

Pada analisa butiran tanah melalui analisa tapis (sieve analysis) dari
500 gram contoh tanah yang diuji, yang lolos saringan No.200 adalah 7.04%,
kemudian hasil perhitungan analisis saringan dan analisis hydrometer di
satukan dalam sebuah gerafik diameter saringan dan persen lolos saringan
Fraksi Pasir Kerikil dengan diameter >10 mm tidak ada yang tertahan
Fraksi Pasir dengan diameter 10 mm – 0.125 mm terdapat 464.80 gr tanah
yang tertahan, 92,96%.
Material lolos saringan 200 dengan diameter <0.125 mm terdapat 31,70
gr tanah yang tertahan, 0.70%
Analisa Hidrometer
Diameter 0,001 termasuk kedalam jenis tanah lempung
Diameter >0,001 - <0,1 termasuk kedalam jenis tanah lanau
Diameter 0,1 – 1 termasuk ke dalam jenis pasir (halus, sedang, kasar)
Diameter >1 termasuk ke dalam jenis kerikil
Diameter paling besar 0,97 mm dengan persentase finner 10,71%
Diameter paling kecil 0,001mm dengan persentase finner 2,35%

4.7 UJI GESER LANGSUNG

4.7.1 Perhitungan
a. Diketahui
Diameter sampel (d) = 5,9 cm
Tinggi sampel (t) = 2,8 cm
Luas sampel (A) = ¼ π d2
= ¼ x 3,14 x 5,92
= 27,34 cm2
Volume sampel(V) =Lxt
= 27,34 x 2,8
= 76,55 cm3
b. Beban horizontal 5 kg (W = 5kg)
Bacaan dial regangan = 10 div
Regangan horizontal = 1 div = 0,01 mm
Bacaan dial beban = 20 div
Kalibrasi proving beban (B) = 0,0152 kN

54
Gaya geser (P1) = B x 101,97
= 0,0152 x 101,97
= 1,55 kg
TeganganGeser (τ1) = P/A
= 1,55/27,34
= 0,06 kg/cm2
Tegangan normal (σn) = W/A
= 5/27,34
= 0,18 kg/cm2
c. Beban Horizontal 10 kg (W=10kg)
Bacaan dial regangan = 10 div
Regangan horizontal = 1 div = 0,01 mm
Bacaan dial beban = 2 div
Kalibrasi proving beban (B) = 0,0015 N
Gaya geser (P1) = B x 101,97
= 0,0015 x 101,97
= 0,15 kg
TeganganGeser (τ1) = P/A
= 0,15/27,34
= 0,005 kg/cm2
Tegangan normal (σn) = W/A
= 10/27,34
= 0,37 kg/cm2
d. Beban horizontal 15 kg (W=15 kg)
Bacaan dial regangan = 10 div
Regangan horizontal = 1 div = 0,01 mm
Bacaan dial beban = 11 div
Kalibrasi proving beban (B) = 0,0083 kN
Gaya geser (P1) = B x 101,97
= 0,0083 x 101,97
= 0,85 kg
TeganganGeser (τ1) = P/A
= 0,85/27,34
= 0,03 kg/cm2
Tegangan normal (σn) = W/A
= 15/27,34
= 0,55 kg/cm2

Tabel Uji Geser Langsung

Sample depth   = 2,5 - 3,0 m   Sample= A – 1

55
Sample dimensions : diameter = 6,00 cm Heigth= 2,00 cm
0,35kg/di
Proving ring calibration = v   Area = 28,27cm2
Normal load P1 = 5 kg P2 = 10kg
Normal stress σ 1 = 0, 177 kg/cm
2
σ 2 = 0,354 kg/cm2
Shea Readin
Time Shear Reading Shear Shear Shear
r g
(sec. displacemen
Dial force stress Dial force Stress
) t
  (mm) (div) (kg) (kf/cm2) (div) (kg) (kf/cm2)
15 0.5 2.0 0.70 0.025 3.0 1.05 0.037
30 1.0 5.0 1.75 0.062 7.0 2.45 0.087
45 1.5 8.0 2.80 0.099 8.0 2.80 0.099
60 2.0 8.0 2.80 0.099 10.0 3.50 0.124
75 2.5 11.0 3.85 0.136 13.0 4.55 0.161
90 3.0 12.0 4.20 0.149 15.0 5.25 0.186
105 3.5 14.0 4.90 0.173 17.0 5.95 0.210
120 4.0 15.0 5.25 0.186 20.0 7.00 0.248
135 5.5 17.0 5.95 0.21 22.0 7.70 0.272
150 5.0 18.0 6.30 0.223 25.0 8.75 0.310
165 5.5 20.0 7.00 0.248 25.0 8.75 0.310
180 6.0 20.0 7.00 0.248 27.0 9.45 0.334
195 6.5 22.0 7.70 0.272 27.0 9.45 0.334
210 7.0            

12.000

10.000
Shear dislpacement (mm)

8.000

6.000

4.000

2.000

0.000
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
Shear stress (kf/cm2)

56
Analisa data

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai tegangan


normal pada sampel 5kg sebesar 0.177 kg/cm²,10kg sebesar 0.354 kg/cm².
Hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser diperoleh parameter
kekuatan geser tanah yaitu nilai kohesi (c) sebesar 0.252 kg/cm² dan nilai sudut
geser dalam (φ) sebesar 8°11’.

57
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan didapatkan data berat cawan
( W1 ), Berat cawan + tanah basah ( W2 ), Berat cawan + tanah kering ( W3) , Berat
air ( Ww ) , Berat tanah kering ( W5 ), dan Kadar air ( W ) didapat dari berat air
dibagi berat tanah kering dikali 100% dan didapat hasil berupa ( % ) kadar air.
Nilai kadar air ( % ) masing – masing cawan yang diberi sampel ( A ) , ( B ) , dan
( C ) yang memiliki nilai sebesar 28,90 %, 30,89 %, dan 29,19 %

Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa dari rata – rata kadar air
yang didapatkan sebesar 29,89 %

Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran padat ¿
) dengan berat volume air ¿ ). Dari percobaan yang dilakukan didapat nilai berat
jenis tanah berturut – turut adalah sampel tanah A = 2,416 gr/cm 3 dan sampel
tanah B = 2,396 gr/cm.

Dari hasil pengujian terhadap berat jenis tanah uji, mempunyai berat jenis
sebesar ( Gs rerata ) = 2,406 gr /cm3 .

Analisa saringan dilakukan untuk mengetahui ukuran butiran tanah analisa


ayakan untuk tanah berbutir kasar ( 0,125 mm ).

Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan
sebagai benda uji merupakan tanah butiran kasar karena tanah lolos ayakan no.
120 tidak lebih dari 50 %

Dari hasil praktikum diperoleh nilai Berat isi kering γd rata – rata didapat
1,364 % dan rata – rata kadar air ( % ) didapat 9,88 %

58
SARAN
Dalam pengerjaan laporan ini kami memiliki banyak kendala baik segi
pembuatan data tabel, gambar maupun skema. Dikarenakan sumber-sumber yang
kurang memadai baik dari materi maupun eksperimen secara langsung. Demi
kelancaran pengerjaan laporan yang lebih baik untuk selanjutnya kami berharap
ada literatur-literatur yang dapat kami jadikan acuan, sehingga tidak akan terjadi
hal seperti ini.
Pemeliharaan terhadap alat-alat dan perlengkapan praktikum
sebaiknya lebih ditingkatkan, berkaitan dengan kelancaran dan
keakuratan proses praktikum.
Diperlukan informasi dan petunjuk yang lebih jelas berkaitan dengan tata
cara ataupun hal-hal yang berkaitan dengan praktikum, .supaya tidak terjadi
kesimpang siuran petunjuk mengenai pelakasanaan praktikum.

59

Anda mungkin juga menyukai