BAB I PENDAHULUAN.................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
BAB II Pembahasan.........................................................................................4
A. Kesimpulan ..........................................................................................21
B. Saran.....................................................................................................22
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I
1
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
kenegaraan adalah hukum, bukan politik dan ekonomi. Karena itu jargon yang biasa
digunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah the rule
of law, not of man.Yang disebut pemerintah pada pokoknya adalah hukum sebagai
system..2
yang bisa mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua warga negaranya. Salah
satu yang menjadi fokus bangsa Indonesia adalah terkait Hak Asasi Manusia (HAM).3
Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura)., persetujuan (ijma’), dan
penilaianinterpretative yang mandiri (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik
1
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
2
Jimly Asshiddiqie, Konsep Negara Hukum Indonesia (Artikel pdf).
3
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 ayat (1)
2
Barat, istilah-istilah ini tidak selalu dikaitkan dengan pranata demokrasi dan mempunyai
aksiomatis. Karena Islam merupakan agama dan risalah yang mengandung asas-asas
yang mengatur ibadah, akhlak dan muamalat manusia. Sedangkan demokrasi hanya
sebuah sistem pemerintahan dan mekanisme kerja antar anggota masyarakat serta simbol
yang membawa banyak nilai-nilai positif. Barangkali hal inilah yang mendorong Fahmi
Huwaydi berkesimpulan bahwa Islam telah didiskreditkan dalam dua hal, yaitu ketika
Islam dibandingkan dengan demokrasi dan ketika dikatakan, bahwa Islam bertentangan
dengan demokrasi. 5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
Lihat Adamantia Pollis, “Human Rights”, dalam Mary Hawkesworth dan Maurice Kogan (ed.), Encyclopedia of
Government and Politics, Vol. 2, (London dan New York : Routledge, 1992), h. 1332-1335.
5
Ibid, hlm. 140
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hak asasi manusia adalah hak manusia yang paling mendasar dan melekat
padanya dimanapun dia berada. Tanpa adanya hak ini maka berkuranglah harkatnya
sebagai manusia yang wajar. Hak asasi manusia adalah suatu tuntutan yang secara moral
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dipunyai setiap orang sesuai dengan kondisi
yang manusiawi6.
Menurut Sayyid Sabiq, sebagaimana dikutip Durasid bahwa menjaga Hak Asasi
Manusia (HAM) hukumnya adalah wajib menurut agama. Setidaknya dalam konsep
agama ada lima hal yang harus dipelihara yaitu agama, jiwa, akal, nama baik dan harta.
Ketika seseorang telah menggangggu stabilitas lima hal tersebut maka dia telah
Hak Asasi Manusia menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
6
Fauzah Nur Aksa, ” Modul Pendidikan Agama”, (Sulawesi: Unimal Press, 2015), hlm. 175
7
Durasid, “Bom Bunuh Diri, Antara Jihad dan Kejahatan (Studi Analisis terhadap Konsep Jihad Sayid Sabiq dalam
Kitab Fiqh al-Sunnah) dalam Antologi Kajian Islam, Seri 17 (IAIN Sunan Ampel, April, 2010), 36.
8
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
4
hukum,diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan
kenegaraan adalah hukum, bukan politik dan ekonomi. Karena itu jargon yang biasa
digunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah the rule
of law, not of man.Yang disebut pemerintah pada pokoknya adalah hukum sebagai
system, bukan orang perorang yang hanya bertindak sebagai wayang dari scenario
yang bisa mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua warga negaranya. Salah
satu yang menjadi fokus bangsa Indonesia adalah terkait Hak Asasi Manusia (HAM).10
pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan hak-hak yang sama dan tidak
dapat dipindahkan kepada orang lain dari semuan anggota keluarga kemanusiaan adalah
dasar kemerdekaan dan keadilan di dunia” Secara normatif, nilai-nilai HAM dirumuskan
oleh PBB dalam sebuah deklarasi yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Hak Asasi
1948. Deklarasi ini disepakati oleh 48 negara dimaksudkan untuk menjadi standar umum
yang universal dari hak asasi manusia bagi sleuruh bangsa dan umat manusia. Deklarasi
ini menyebutkan seluruh hak dan kebebasan yang dinikmati setiap individu tanpa
memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, opini politik, dan opini
lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, status kekayaan, kelahiran, dan status lainnya.
Deklarasi ini terdiri dari 30 pasal. Secara umum pasal-pasal itu mengatur hak-hak yang
9
Jimly Asshiddiqie, Konsep Negara Hukum Indonesia (Artikel pdf).
10
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 ayat (1)
5
menjunjung tinggi martabat manusia baik sebagai individu, anggota masyarakat bangsa,
maupun masyarakat internasional. Hak asasi dalam Islam berbeda menurut pengertian
umum yang dikenal. Dalam Islam seluruh hak asasi merupakan kewajiban bagi negara
maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu negara bukan saja menahan
diri dari menyentuh hakhak asasi tersebut melainkan juga mempunyai kewajiban untuk
Islam adalah agama rahmatal lil'ālamin (agama yang mengayomi seluruh alam).
Islam mengakui perbedaan sebagai kenyataan tak terbantahkan. Dengan pengakuan ini,
kerja sama di antara manusia. Perbedaan adalah sunnatullah, karena dengannya manusia
bisa saling melengkapi (take and give). Perhatikan QS, 49: 11-13. Pengakuan,
penghormatan, keadilan dan kerja sama adalah elemen-elemen penting dalam konsep
Hak Asasi Manusia (HAM). Elemen-elemen itu terdapat dalam sumber Islam. Memang
al-Qur'an tidak berbicara spesifik tentang HAM. Mengenai HAM, Al-Qur'an berbicara
diskriminasi, menghormati kaum wanita, kejujuran, dan lain sebagainya. Rincian atas
konsep-konsep itu dilakukan dalam Hadis dan tradisi tafsir. Karena itu, nilai-nilai HAM
Perbedaan antara Syari'ah dan konsep HAM terjadi pada aspek-aspek rinci
(furu'iyyah) sehingga secara prinsipal tidak ada problem. Manusia sebagai makhluk
11
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012), 61.
12
Syaiful Arif, Humanisme GUSDUR: Pergumulan Islam dan kemanusiaan (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), 55.
6
Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugrahi hak dasar yang disebut hak asasi, tanpa
perbedaan antara satu denganlainnya. Dengan hak asasi tersebut manusia dapat
manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai suatu hak dasar yang melekat pada diri
setiap manusia. Dilihat dari tujuan, nilai-nilai HAM di atas sangat universal dan baik.
Harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi terlepas dari perbedaan ras, agama, warna
Dalam konteks ajaran Islam, nilai-nilai itu diakui sebagai sunnatullah. Islam
adalah agama yang universal dan komprehensif yang melingkupi beberapa konsep.
Konsep yang dimaksud yaitu aqidah, ibadah, dan muamalat yang masing-masing memuat
keimanan, juga mencakup dimensi ajaran agama Islam yang dilandasi oleh
ketentuanketentuan berupa syariat atau fikih. Selanjutnya, di dalam Islam, menurut Abu
A'Ala Al-Maududi, ada dua konsep tentang Hak. Pertama, Hak Manusia atau huquq al-
insān al-dharuriyyah. Kedua, Hak Allah atau huquq Allah. Kedua jenis hak tersebut tidak
bisa dipisahkan. Dan hal inilah yang membedakan antara konsep HAM menurut Islam
dan HAM menurut perspektif Barat. Ada perbedaan prinsip antara HAM dilihat dari
sudut pandangan Barat dan Islam. HAM menurut pandangan barat semata-mata bersifat
manusia sangat dipentingkan. Sebaliknya HAM ditilik dari sudut pandangan Islam
bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan. Dengan demikian Tuhan
sangat dipentingkan. Dalam hal ini A.K. Brohi menyatakan: “Berbeda dengan hak-hak
13
Fauzah Nur Aksa, ” Modul Pendidikan Agama”, (Sulawesi: Unimal Press, 2015), hlm. 167
7
asasi dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas darikesadaran
manusia pada posisi bahwa manusialah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu, maka
didalam Islam melalui Firman-Nya Allahlah yang menjadi tolok ukur segala sesuatu,
sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Disini letak
perbedaan yang fundamental antara HAM menurut pola pemikiran Barat dengan HAM
menurut pola ajaran Islam. Makna teosentris menurut umat Islam adalah manusia
pertama-tama harus meyakini ajaran pokok Islam yang dirumuskan dalam dua kalimat
syahadat yakni pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Utusan-Nya. Barulah setelah itu umat Islam melakukan perbuatan- perbuatan yang baik,
Dari uraian tersebut, sepintas lalu nampak bahwa seakan-akan dalam Islam
manusia tidak mempunyai hak asasi. Dalam konsep Islam seseorang hanya mempunyai
Menurut ajaran Islam, manusia mengakui hakhak dari manusia yang lain, karena hal ini
merupakan sebuah kewajiban yang ditentukan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah.
Oleh karena itu, HAM dalam Islam tidak semata-mata menekankan kepada hak asasi
manusia saja, akan tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi
manusia dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu haqqullah dan haqqul ‘ibad.
Haqqullah (hak Allah) adalah keawajiban-kewajiban manusia terhadap Allah swt yang
14
Ibid, hlm. 170-171
8
merupakan kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-
makhluk Allah lainnya. Hak-hak Allah tidak berarti bahwa hak-hak yangdiminta oleh
Allah karena bermanfaat bagi Allah, akan tetapi hak-hak Allah itu bersesuaian dengan
ditetapkan oleh Allah adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik
keperluan hidup yang bersifat primer, sekunder maupun tertier. Oleh karena itu apabila
seorang muslim mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah, maka ia akan
1. Hak Hidup
Hak hidup manusia adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia yang
merupakan karunia Allah bagi manusia. Perbuatan menghilangkan nyawa karena alasan
dendam atau untuk menebar kerusakan hanya dapat diputuskan oleh pengadilan yang
berwenang. Selama berlangsung peperangan perbuatan itu hanya dapat diadili oleh
pemerintah yang sah. Dalam setiap peristiwa tidak ada satupun orang yang memiliki hak
Ada banyak cara untuk menyelamatkan hidup manusia dari kematian. Apabila
seseorang sedang sakit atau menderita luka-luka, maka mennjadi kewajiban bagi manusia
yang lain untuk menolongnya memperoleh bantuan medis. Apabila dia hamper
meninggal karena kelaparan, maka kewajiban manusia yang lain untuk memberi makan.
15
Ibid, hlm. 172-174
9
3. Penghormatan terhadap kesucian wanita
Kesucian wanita harus dihormati dan dilindungi setiap saat baik dia seagama
maupun penganut agama lain. Segala bentuk hubungan bebas pria dan wanita dilarang
oleh Islam, tanpa melihat status atau kedudukan wanita ataupun wanita itu sendiri yang
pertolongan dan siapapun yang menderita kesusahan mempunyai hak atas bagian harta
benda dan kekayaan dari seorang muslim. Hak tersebut tidak melihat apakah dia dari
bangsa ini dan itu. Apabila ada seseorang yang mengetahui ada orang yang kesusahan,
Islam secara tegas melarang praktek penangkapan orang yang merdeka untuk
Islam tidak membedakan rasa keadilan itu diberikan. Orang Islam harus adil
walaupun sesama non Islam. Keadilan yang diperintahkan Islam kepada penganutnya
tidak dibatasi kepada warga negaranya sendiri, tetapi pada sesama umat manusia.
kepada warna kulit, ras, atau kebangsaan, melainkan menjadikannya realitas yang
penting. Dengan kata lain, semua manusia adalah bersaudara. Mereka berasal dari satu
keturunan dari seseorang ayah dan seorang ibu. Pembagian manusia kedalam bangsa-
10
bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok dan suku-suku adalah demi untuk adanya
pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan
rakyat yang berasal dari suku lain. Superioritas seseorang terhadap yang lain hanya atas
dasar keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan. Bukan pada warna kulit, ras, bangsa, atau
keturunan tertentu.
Orang yang melakukan perbuatan mulia dan kebaikan memiliki hak untuk
mengharapkan dukungan dan kerjasama aktif dari seorang muslim. Tetapi mereka yang
melakukan dosa dan kejahatan, meski dia saudara dekat atau tetangga tidak memiliki hak
memperoleh dukungan dan pertolongan, dia tidak dapat mengharapkan untuk bekerja
Secara etimologis, kata "demokrasi" berasal dari Bahasa Yunani yang berakar dari
kata "demos" (rakyat) dan "kratos" atau "cratein" (pemerintahan), karena itu demokrasi
berarti pemerintahan yang didasarkan atas kedaulatan rakyat. Dalam "demos" hams
menyangkut seluruh aspek, politik, gender, agama, ras, dan hak sosial dan sebagainya.
Prinsip utama dalam "demos" adalah prinsip persamaan. Persamaan yang dimaksud
adalah, bahwa setiap anggota masyarakat mempunyai hak yang sama, seperti hak dipilih-
secara bersama. Rakyat secara langsung atau perwakilan ikut menentukan terhadap
16
Ibid, hlm. 163-166
17
Ibid, hlm. 169
11
Karena itu, Beetham berpendapat bahwa yang disebut pemerintahan demokrasi adalah
"based on popular control and political equally~ yaitu termasuk pemerintahan perwakilan
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konseptauhid dan
peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan kerangka yang
dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik yang dianggap
rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia,dan kewajiban rakyat sebagai pengemban
memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik. Secara
historis, demokrasi muncul sebagai respon terhadap system monarchi diktator Yunani
pada abad 5 M. pada waktu demokrasi ditetapkan dalam bentuk systemnya dimana semua
rakyat (selain wanita, anak dan budak) menjadi pembuat undang-undang. Secara umum
demokrasi itu kompatibel dengan nilai nilai universal Islam. seperti persamaan,
kebebasan, permusyawaratan dan keadilan. Akan tetapi dalam dataran implementatif hal
ini tidak terlepas dari problematika. Sebagai contoh adalah ketika nilai-nilai demokrasi
berseberangan dengan hasil ijtihad para ulama'. Contoh kecil adalah kasus tentang orang
yang pindah agama dari Islam (baca: murtad). Menurut pandangan Islam berdasarkan
hadits: "Man baddala dinahu faqtuluhu" mereka disuruh taubat dahulu, jika mereka tidak
mau maka dia boleh dibunuh atau diperangi. Dalam system demokrasi hal ini tidak boleh
terjadi, sebab membunuh berarti melanggar kebebasan mereka dan melanggar hak asasi
18
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Gadjah Mada, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BUKU TEKS UNTUK
PERGURUAN TINGGI UMUM”, (Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM, 2005), hlm. 126
12
manusia (HAM). Kemudian dalam demokrasi ada prinsip kesamaan antara warga Negara.
Namun dalam Islam ada beberapa hal yang sangat tegas disebut dalam al-Qur'an bahwa
ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, misalnya tentang poligame. (QS. An-nisa'
33) tentang hokum waris (QS. An-nisa' 11) tentang kesaksian (QS. Albaqarah 282).
Disamping itu, demokrasi sangat menghargai toleransi dalam kehidupan sosial, termasuk
dalam ma'siat sekalipun. Seperti pacaran perzinaan. Sedangkan dalam Islam hal ini jelas
jelas dilarang dalam Al-qur'an. Demikian juga dalam Islam dibedakan antara hak dan
kewajiban kafir dzimmi dengan yang muslim. Hali ini dalam demokrasi tidak boleh
terjadi, sebab tidak lagi menjunjung nilai persamaan. Melihat adanya problem diatas,
berarti tidak semuanya demokrasi kompatibel dengan ajaran Islam. dalam dataran prinsip,
ide-ide demokrasi ada yang sesuai dan selaras dengan Islam, namun pada tingkat
implementatif sering kali nilai-nilai demokrasi berseberangan dengan ajaran Islam dalam
Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura)., persetujuan (ijma’), dan
penilaianinterpretative yang mandiri (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik
Barat, istilah-istilah ini tidak selalu dikaitkan dengan pranata demokrasi dan mempunyai
tanggung jawab penguasa terhadap rakyat. Adanya proses pemilihan umum, konstitusi,
referendum, recall, kegiatan berpolitik, kebebasan pers, dan pemungutan suara yang
19
Lihat Miriam Budiardjo, “Hak-hak Asasi Manusia dalam Dimensi Global” dalam Jurnal Ilmu Politik, Vol. 10, 1990;
dan SOA-Informationen, Vol. 1, 1988, hlm. 4-5.
20
Lihat Adamantia Pollis, “Human Rights”, dalam Mary Hawkesworth dan Maurice Kogan (ed.), Encyclopedia of
Government and Politics, Vol. 2, (London dan New York : Routledge, 1992), h. 1332-1335.
13
merupakan bentuk tanggung jawab penguasa kepada rakyat. Adanya prinsip
yakni prinsip yang menekankan tanggungjawab pemerintah untuk berperan aktif dalam
menghormati dan melindungi hak setiap warganya. Keempat, asas mayoritas. Keputusan
tertinggi berada pada suara terbanyak. Meskipun asas mayoritas dilakukan dalam sistem
dua partai, namun pemerintahan koalisi yang didasarkan pada gabungan beberapa partai
merupakan hal yang biasa dalam pemerintahan demokrasi. Kelima, hukum alam (natural
law), yakni aturan yang memberikan arahan hubungan antar manusia dan member ukuran
moral untuk menilai tindakan manusta dan pemerintahan. Dan, Keenam, kedaulatan
rakyat, bahwa otoritas tertinggi dimiliki rakyat yang tercantum dalam konstitusi yang
aksiomatis. Karena Islam merupakan agama dan risalah yang mengandung asas-asas
yang mengatur ibadah, akhlak dan muamalat manusia. Sedangkan demokrasi hanya
sebuah sistem pemerintahan dan mekanisme kerja antar anggota masyarakat serta simbol
yang membawa banyak nilai-nilai positif. Barangkali hal inilah yang mendorong Fahmi
Huwaydi berkesimpulan bahwa Islam telah didiskreditkan dalam dua hal, yaitu ketika
21
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Gadjah Mada, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BUKU TEKS UNTUK
PERGURUAN TINGGI UMUM”, (Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM, 2005), hlm. 130-131
14
Islam dibandingkan dengan demokrasi dan ketika dikatakan, bahwa Islam bertentangan
Pertama, Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena konsep syura, ijtihad, dan
pandangan ini kedaulatan rakyat tidak bias berdiri di atas kedaulatan Tuhan, juga tidak
bisa disamakan antara muslim dan non-muslim dan antara laki-laki dan perempuan. Hal
demokrasi. Meskipun kedaulatan rakyat tidak bisa bertemu dengan kedaulatan Tuhan
tetapi perlu diakui, bahwa kedaulatan rakyat tersebut merupakan subordinasi hukum
Tuhan. Pandangan ini dikenal dengan theodemocracy yang diperkenalkan oleh Abu A'la
al-Maududi. Tiga pandangan di atas merupakan akumulasi yang berangkat dari kriteria
umum Islam dan demokrasi sehingga ketiga pandangan tadi tidak berjalan beriringan,
bahkan berlawanan. Sebab untuk melihat hubungan Islam dan demokrasi, setidaknya
harus dilihat dari sisi sistem, dasar-dasar politik dan nilainya. Jika demokrasi dilihat dari
segi sistemnya yang diikuti dengan realisasi asas pemisahan antara kekuasaan, model
demokrasi diberikan penuh kepada rakyat dan terpisah dari kekuasaan imam atau
22
Ibid, hlm. 140
23
Tim Icce UIN Jakarta, “Demokrasi,Hak Azasi Manusia, dan Masyarakat MAdani” ,( Jakarta: Prenada Media,
2002 ), hlm. 46-47
15
presiden. Jika yang dimaksud dengan demokrasi itu terkait dengan adanya dasar-dasar
kebebasan berfikir dan berkeyakinan, keadilan sosial dan sebagainya, maka sebenamya
hak-hak tersebut semuanya ada dalam Al-Qur'an. Meskipun hak-hak tersebut bisa
beragam. Islam membolehkan suatu sistem asalkan tidak bertentangan dengan nilai Al-
Qur'an. Terkadang dalam Al-Qur'an hak itu disebutkan sebagai hak-hak Allah, hak
bersama Allah dan hambanya dan hanya milik manusia. Tapi nilainya tetap satu, bahwa
manusia, baik dalam sistem demokrasi atau Islam, dijamin dalam mendapatkan hak
tersebut. Identifikasi Esposito dan Piscatori tersebut bahwa pandangan Islam identik
(berfikir secara bebas dan benar) untuk mendapatkan dan menyelesaikan suatu persoalan.
Ijtihad dimaksud sejalan dengan kebebasan berfikir manusia untuk mendapatkan sesuatu
yang terbaik hila terbelenggu oleh ketidakjelasan hukum. Ijtihad ini merupakan langkah
ras, golongan, wama kuli~ kaya-miskin, dan lain-lain dalam hukum dan pemerintahan.
Hal ini didasarkan pada pemyataan-pemyataan Allah dan Nabi bahwa tidak ada kelas
sosial dalam Islam dan semua makhluk diperlakukan sama oleh Allah kecuali kadar
ibadahnya. Prinsip persamaan ini banyak ditentang oleh penulis Barat yang temyata Islam
sering dianggap tidak konsisten. Misalnya dalam memperlakukan mu'min dan kafir serta
24
Syaiful Arif, Humanisme GUSDUR: Pergumulan Islam dan kemanusiaan (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), 100
25
Ibid, hlm. 110
16
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan yang dalam praktiknya Islam tidak
memperlakukan sama. Prinsip ketiga adalah syura (musyawarah). Hampir tidak ada
perbedaan pandangan bahwa syura merupakan prinsip Islam dan demokrasi, Islam selalu
manusia. Masalah musyawarah ini dengan jelas juga disebutkan dalam Al-Quran surat
Asy-Syura/42:38, yang isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan
apa pun untuk menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara
bermusyawarah. 27
terbaik bagi rakyatnya, dan pemyataan rakyat secara langsung untuk loyal dan mengikuti
peraturan yang dibuat oleh sang pemimpin. Bay'at ini merupakan cermin sikap terbuka,
satu-satunya bentuk ijma' yang dapat diterima di zaman modem, akan menjamin
kontribusi dalam pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memang memiliki
17
Di samping lima prinsip itu juga terdapat prinsip adl (keadilan), haqq (hak), dan
Islam. Terlepas dari proposisi bahwa Islam dan demokrasi bermuatan nilai yang sama,
dianggap sebagai pelopor dan penyangga demokrasi, berkembang teori-teori barn yang
justru melemahkan demokrasi, namun tidak demikian halnya dengan Islam. Misalnya
terminologi "umat" atau "bangsa" dalam demokrasi modem mempakan ikatan yang
dibatasi oleh batas-batas geografis, yang hidup dalam satu iklim, di mana individu-
individu terikat oleh suatu darah, jenis, bahasa dan kebiasaan-kebiasaan yang telah
mengkristal. Dengan kata lain demokrasi selalu diiringi dengan nasionalisme dan
rasialisme. Sementara menumt Islam "umat" atau "bangsa" tidak hams terikat oleh ikatan
darah, bahasa, ras dan bentuk rekayasa ikatan lainnya. Karena dalam teori Islam, umat
hanya diikat oleh aqidah. Melihat realitas ini, Islam lebih universal dari pada bangsa yang
dibatasi oleh garis geografis, etnografis atau linguistik. Kenyataan lain, bahwa tujuan-
tujuan demokrasi hanya bersifat lahiriah dan materiil. Demokrasi diarahkan sepenuhnya
untuk kesejahteraan rakyat dan pemenuhan atas segala kebutuhan manusia. Lain halnya
dengan demokrasi Islam yang sangat transenden. Islam mendasari semua aktivitasnya
Jadi negara Islam hams mendasari semua aktivitasnya pada akhirat, dengan dasar
bahwa akhirat mempakan tujuan final. Kenyataan lain kita temukan, kekuasaan rakyat
dalam demokrasi Barat mempakan suatu yang mutlak. Pemegang otoritas tertinggi berada
di tangan rakyat. Parlemen atau majlis berhak membuat dan membatalkan undang-
18
dengan kemaslahatan kemanusiaan secara keseluruhan. Seperti longgarnya hukum
minuman keras, kebebasan seks dan jenis pomografi yang lain. Sementara Islam melihat
kedaulatan rakyat bukan hal yang mutlak. Keputusan tertinggi rakyat harus sej alan dan
tidak bertentangan dengan nilai-nilai syari 'ah. Gampangnya, keputusan rakyat harus
mendapat legitimasi syari 'ah. Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung
dalam konsep tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah
Islami yang sudah lama berakar, yaitu syura, ijtihad dan ijma '. ljma' atau konsensus
memainkan peranan penting dalam perkembangan hukum Islam dan demokrasi di dunia
Islam. Namun, memang selama ini konsensus masih terbatas berasal dari para
begitu penting dalam kehidupan umat Islam. Meskipun demikian, dalam pemikiran
modem muslim, potensi fleksibilitas yang terkandung dalam konsep konsensus akhimya
mendapat saluran yang lebih besar untuk mengembangkan hukum Islam dan konsep
31
Durasid, “Bom Bunuh Diri, Antara Jihad dan Kejahatan (Studi Analisis terhadap Konsep Jihad Sayid Sabiq dalam
Kitab Fiqh al-Sunnah) dalam Antologi Kajian Islam, Seri 17 (IAIN Sunan Ampel, April, 2010), 53
32
Ali Muhammad Daud, “Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Risalah,
1984), hlm. 39
33
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Gadjah Mada, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BUKU TEKS UNTUK
PERGURUAN TINGGI UMUM”, (Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM, 2005), hlm. 136
19
1) Demokrasi Modern
3. Keputusan ditentukan
2) Demokrasi Islam
(c) Keputusan diambil dari ijtihad, melalui musyawarah, suara dan pada akhimya
(e) Tidak mengakui adanya hak hak khusus istimewa bagi golongan tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
Hak asasi manusia adalah hak manusia yang paling mendasar dan melekat padanya
dimanapun dia berada. Tanpa adanya hak ini maka berkuranglah harkatnya sebagai manusia
yang wajar. Hak asasi manusia adalah suatu tuntutan yang secara moral dapat
dipertanggungjawabkan suatu hal yang sewajarnya mendapat perlindungan hukum. Hak asasi
manusia adalah hak-hak yang dipunyai setiap orang sesuai dengan kondisi yang manusiawi
Islam adalah agama rahmatal lil'ālamin (agama yang mengayomi seluruh alam). Islam
mengakui perbedaan sebagai kenyataan tak terbantahkan. Dengan pengakuan ini, Islam
menghormati keragaman dan menganjurkan agar keragaman menjadi instrumen kerja sama di
antara manusia.
Ada perbedaan mendasar pada demokrasi yang dikembangkan di Barat modem dengan dunia
1) Demokrasi Modern
3. Keputusan ditentukan
2) Demokrasi Islam
34
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Gadjah Mada, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BUKU TEKS UNTUK
PERGURUAN TINGGI UMUM”, (Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM, 2005), hlm. 136
21
(h) Keputusan diambil dari ijtihad, melalui musyawarah, suara dan pada akhimya
(j) Tidak mengakui adanya hak hak khusus istimewa bagi golongan tertentu.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad Daud, “Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Indonesia”, Jakarta:
22
Adamantia Pollis, “Human Rights”, dalam Mary Hawkesworth dan Maurice Kogan (ed.),
Encyclopedia of Government and Politics, Vol. 2, London dan New York : Routledge, 1992
Durasid, “Bom Bunuh Diri, Antara Jihad dan Kejahatan (Studi Analisis terhadap Konsep Jihad
Sayid Sabiq dalam Kitab Fiqh al-Sunnah) dalam Antologi Kajian Islam, Seri 17, IAIN
Fauzah Nur Aksa, ” Modul Pendidikan Agama”, Sulawesi: Unimal Press, 2015
Miriam Budiardjo, “Hak-hak Asasi Manusia dalam Dimensi Global” dalam Jurnal Ilmu Politik,
Vol. 10, 1990; dan SOA-Informationen, Vol. 1, 1988
Syaiful Arif, Humanisme GUSDUR: “Pergumulan Islam dan kemanusiaan”, Yogyakarta: Ar-
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Gadjah Mada, “PENDIDIKAN AGAMA
Tim Icce UIN Jakarta, “Demokrasi,Hak Azasi Manusia, dan Masyarakat MAdani” , Jakarta:
Prenada Media, 2002
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
23