Anda di halaman 1dari 31

A.

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hak asasi manusia (human rights) merupakan hak manusia, yang


melekat pada manusia, dimana manusia juga dikaruniai akal pikiran dan
hati nurani.1 Hak asasi manusia bersifat universal yang berarti melampaui
batas- batas negeri, kebangsaan, dan ditujukan pada setiap orang baik
miskin maupun kaya, laki-laki atau perempuan, normal maupun
penyandang cacat dan sebaliknya. Dikatakan universal karena hak-hak ini
dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak
peduli apapun warna kulitnya, jenis kelaminnya, usianya, latar belakang
kultural dan agama atau kepercayaan spiritualitasnya.2 Sebagai norma
yang ditujukan bagi pengakuan hak semua orang, maka setiap orang baik
sendiri-sendiri maupun kelompok perlu mengenali dasar-dasar hak asasi
manusia dan selanjutnya menuntut peningkatanpelaksanaannya.
Peletakkan rumusan tentang dasar-dasar hak asasi manusia
merupakan bagian dari tujuan sosialisasi.3 Adapun norma-norma yang
mengatur hubungan antara negara dengan individu (warga) adalah seperti
yangdijelaskan di dalam pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights) tahun 1948.
Lahirnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia membawa
konsekuensi negara-negara anggota PBB untuk menyatakan bahwa
mereka mengakui hak-hak setiap orang sebagai hak asasi yang harus
dihormati, guna mencegah atau setidak-tidaknya mengurangi berbagai
tindakan dan kebijakan negara yang sewenang-wenang terhadap individu-
individu warganya. Berdasarkan deklarasi ini semua negara menyatakan

1
Suryadi Radjab, Dasar-dasar Hak Asasi Manusia, PBHI, Jakarta, 2002, hlm. 7.
2
Soetandyo Wignjosoebroto, hak asasi Manusia Konsep Dasar dan Perkembangan
Pengertiannya dari Masa ke Masa, ELSAM, Jakarta, 2007, hlm. 1.
3
Suryadi Radjab, loc. Cit.

1
kewajibannya untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect),
dan memenuhi (to fulfil) hak-hak asasi setiap warganya.
Hak dalam hak asasi mempunyai kedudukan atau derajat utama
dan pertama dalam hidup bermasyarakat karena keberadaan hak asasi
hakikatnya telah dimiliki, disandang dan melekat dalam pribadi manusia
sejak saat kelahirannya. Seketika itu pula muncul kewajiban dari ma nusia
lain untuk menghormatinya.4
Konsep HAM yang pada hakikatnya juga konsep tertib dunia
akan menjadi cepat dicapai apabila diawali dari tertib politik dalam setiap
negara. Artinya kemauan politik pemerintah, antara lainberisi tekad dan
kemauanuntuk menegakkan hak asasi manusia dapat menjadi awal
masalah.
Berdasarkan wacana diatas penulis kemudian akan mengkaji tentang
“NEGARA SEBAGAI PENJAMIN HAK ASASI MANUSIA
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999
TENTANG HAK ASASI MANUSIA.

2. PERUMUSAN MASALAH

a. Bagaimanakah Peran Negara sebagai penjamin Hak Asasi Manusia


b. Jaminan Hak Apa saja yang diatur dalam ketentuan UNDANG-
UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI
MANUSIA

3. TUJUAN DAN MANFAAT

a. Tujuan

4
A. Masyhur Effendi, Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) & Proses
Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manuisa (HAKHAM), Ghalia Utama, Bogor, 2005, hlm. 8.

2
Memberikan gambaran yang lugas mengenai hak-hak asasi
manusia yang diatur daam ketentuan Undang- Undang Dasar 1945
dan UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999
TENTANG HAK ASASI MANUSIA serta peran serta Negara
dalam melaksanakan ketentuan Undang-Undang.
b. Manfaat
Mengetahui pola penyuluhan hukum kepada masyarakat.

B. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Hak Asasi Manusia


Secara istilah, kata hak asasi berarti kewenangan dasar yang
dimiliki oleh seseorang yang melekat pada diri orang itu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan pilihan hidupnya. Hak Asasi
Manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup
misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala
sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup, karena tanpa
hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akanhilang.
Prinsip-prinsip umum tentang Hak Asasi Manusia yang
dicanangkan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada tahun 1948 dianggap sebagai pedoman standar bagi
pelaksanaan penegakkan HAM bagi bangsa-bangsa, terutama yang
bergabung dalam badan tertinggi dunia itu hingga saat ini.Prinsip-
prinsip umum tersebut dikenal universal Declaration of Human
Rights UDHR (pernyataan semesta tentang Hak AsasiManusia).
Deklarasi tersebut bukanlah sebuah dokumen yang secara
sah mengikat,dan beberapa ketentuan yang menyimpang dari
peraturan-peraturan yang ada dan diterima secara umum. Walaupun

3
demikian beberapa ketentuan mengatur prinsip- prinsip umum
hukum atau menggambarkan pandangan pokok tentang
perikemanusiaan. Dan lebih penting lagi statusnya sebagai suatu
pedoman yang dapat dipercaya, yang dihasilkan Majelis Umum,
tentang interprestasi terhadap secara tidak langsung benar-benar sah,
dan dianggap oleh Majelis Umum dan beberapa kali hukum bagian
dari undang-undang Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dengan demikian deklarasi tersebut merupakan suatu
standar pelaksanaan umum bagi semua bangsa dan semua negara
dengan tujuan bahwa setiaporang dan badan dalam masyarakat,
dengan senantiasa mengingat pernyataan ini, akan berusaha dengan
jalan mengajar dan mendidik untuk mempertinggipenghargaan
terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini. Selanjutnya, Hak
Asasi Manusia yang dianggap sebagai hak yang dibawa sejak
seseorang lahir kedunia itu sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan
Yang Maha Pencipta (hak yang bersifat kodrati). Karena tidak ada
satu kekekusaanpun di dunia dapat mencabutnya. Meskipun
demikian, menurut Baharuddin Loppa, bukan berarti manusia
dengan hak-haknya iru dapat berbuat semena-mena. Sebab, apabila
seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan memperkosa
hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
Istilah hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah
droits de l’homme dalam bahasa Perancis atau Human Rights dalam
bahasa Inggris, yang artinya “hak manusia”. Pengertian secara teoritis
dari hak asasi manusia adalah :5
5
Ramdlon Naning, Cita dan Citra Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia, Lembaga Kriminologi
Universitas Indonesia, 1983, hlm. 7-8

4
“hak yang melekat pada martabat manusia yang melekat
padanya sebagai insan ciptaan Allah Yang Maha Esa, atau hak-
hak dasar yang prinsip sebagai anugerah Illahi. Berarti hak-hak
asasi manusia merupakan hak- hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari
hakekatnya, karena itu Hak Asasi Manusia bersifat luhur
dansuci.

Pengertian Hak Asasi Manusia yang diatur dalam hukum


positif Negara Indonesia yaitu diatur dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang
berbunyi sebagai berikut :
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati
dan dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-


Undang Nomor 39 Tahun 1999 tersebut sudah dijelaskan bahwa Hak
Azasi Manusia merupakan hak yang paling hakiki yang dimiliki oleh
manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, oleh karena itu
terhadap hak azasi manusia negara sebagai pelingdung warganya
diharapkan dapat mengakomodir kepentingan dan hak dari warga
negaranyatersebut.
Konsep hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan
konsep tertib dunia, karenanya tanpa memperhatikan konsep HAM
tersebut, apa yang dinamakan atau diusahakan manusia untuk
mewujudkan tertib dunia akan sulit dicapai. Demikian pula tujuan
hukum dan tujuan ilmu-ilmu lainnya yang bersama-sama berusaha
mengangkat derajat manusia agar lebih adil, makmur, sejahtera, aman,

5
tertib, dan tenteram tidak akan mudah diraih.6 Pengembangan dan
perlindungan HAM untuk semua orang dan di seluruh dunia bukanlah
merupakan suatu hal yang mudah, mengingat keanekaragaman latar
belakang bangsa-bangsa baik dari segi sejarah, kebudayaan, sosial,
latar belakang politik, agama dan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Perbedaan-perbedaan latar belakang ini menyebabkan timbulnya
perbedaan konsepsional dalam perumusan HAM.
Globalisasi yang bergulir pada tahun 80-an bukan saja
melanda masalah kehidupan ekonomi, tetapi telah melanda dalam
kehidupan politik, hankam, iptek, sosial, budaya dan hukum.
Globalisasi dibidang politik tidak terlepas dari pergerakan tentang
HAM, transparansi dan demokratisasi. Adanya globalisasi dalam
pergerakan HAM, maka Indonesia harus menggabungkan instrumen-
instrumen HAM internasional yang diakui oleh negara-negara PBB ke
dalam hukum positif nasional sesuai dengan kebudayaan bangsa
Indonesia dengan memperkuat lembaga masyarakat, lembaga studi,
dan masyarakat luas untuk memainkan peran dalam mempromosikan
dan melindungi HAM terhadap kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia. Penerapan instrumen HAM internasional dalam hukum
positif nasional, maka akan membatasi kekuasaan pemerintah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Konsep HAM yang sebelumnya cenderung bersifat teologis,
filsafati, ideologis, atau moralistik, dengan kemajuan berbangsa dan
bernegara dalam konsep modern akan cenderung ke sifat yuridik dan
politik, karena instrumen HAM dikembangkan sebagai bagian yang
menyeluruh dan hukum internasional baik tertulis maupun tidak
6
A. Masyhur Effendy. Perkembangan dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) & Proses
Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM). 2005. Hlm 127.

6
tertulis. Instrumen-instrumen tersebut akan membebankan kewajiban
negara- negara anggota PBB sebagian mengikat secara yuridis
sebagian lagi kewajiban secara moral walaupun para negara anggota
belum melakukan ratifikasi secara formal.7
Hak Asasi Manusia (HAM) dipercayai memiliki nilai yang
universal. Nilai universal berarti tidak mengenal batas ruang dan
waktu, nilai universal ini yang kemudian diterjemahkan dalam
berbagai produk hukum nasional di berbagai negara untuk dapat
melindungi dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan nilai
universal ini dikukuhkan dalam instrumen internasional, termasuk
perjanjian internasional di bidang HAM, Namun kenyataan
menunjukkan bahwa nilai-nilai HAM yang universal ternyata dalam
penerapannya tidak memiliki kesamaan dan keseragaman.
Penerapan instrumen HAM internasional akan terkait dengan
karakteristik ataupun sifat khusus yang melekat dari setiap negara.
Adalah merupakan suatu fakta bahwa negara di dunia tidak memiliki
kesamaan dari berbagai aspek, termasuk ekonomi, sosial, politik dan
terpenting sistem budaya hukum sebagai akibatnya terjadi
ketidakseragaman dalam pelaksanaan HAM di tingkat paling nyata di
masyarakat. Ada empat penyebab utama alasan perjanjian
internasional di bidang HAM tidak dapat ditegakkan oleh negara
setelah diikuti, yaitu :Pertama, perancangan dan pembentukan
berbagai perjanjian internasional di bidang HAM yang sangat
terdeviasi (bias) oleh kerangka berfikir (framework of thinking) dari
perancangnya. Kedua, kendala pada saat perjanjian internasional
diperdebatkan. Ketiga, menyangkut tujuan pembentukan perjanjian
7
H. Muladi, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsepdan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan
Masyarakat, PT Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm. 6

7
internasional di bidang HAM yang dibuat tidak untuk tujuan mulia
menghormati HAM melainkan untuk tujuan politis. Keempat,
perjanjian internasional di bidang HAM setelah diikuti kerap hanya
mendapatkan perhatian secara setengah hati oleh negaraberkembang.8

2. Macam-macam Hak Asasi Manusia

Hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi:916

a) Hak-hak asasi pribadi atau personal rights, yang meliputi


kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama,
kebebasan bergerak, dansebagainya.
b) Hak-hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk
memiliki sesuatu, membeli, dan menjual
sertamemanfaatkannya.
c) Hak-hak asasi politik atau political rights yaitu hak untuk ikut
serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih
dalam suatu pemilihan umum), hak untuk mendirikan partai
politik dan sebagainya.
d) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan atau rights oflegalequality
e) Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture
rights yaitu hak untuk memilih pendidikan, hak untuk
mengembangkan kebudayaan dansebagainya.
f) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan atau procedural rights yaitu peraturan dalam
penahanan, penangkapan, penggeledahan, peradilan
dansebagainya.

Pemenuhan hak asasi manusia dalam suatu negara, tidak lepas


dari adanya suatu kewajiban yang timbul baik oleh suatu negara atau
masyarakat dalam negara tersebut sehingga muncul suatu
keharmonisanyang berjalan secara selaras dan seimbang antara hak
dan kewajiban manusia.
3. Negara Kesatuan

8
Ibid, hlm. 70-71
9
Ramdlon Naning, Op.Cit, hlm. 17

8
Negara adalah institusi yang dibentuk oleh kumpulan orang-
orang yang hidup dalam wilayah tertentu dengan tujuan sama yang terikat
dan taat terhadap perundang-undangan serta memiliki pemerintahan
sendiri. Negara dibentuk atas dasar kesepakatan bersama yang bertujuan
untuk mengatur kehidupan anggotanya dalam memperoleh hidup dan
memenuhi kebutuhan mereka.
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa
kelompok manusia bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan
mengakui adanya suatu pemerintahan mengurus tata tertib serta
keselamatan kelompok atau dapat juga diartikan Negara adalah suatu
perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa ketertiiban sosial,
Masyarakat ini berada dalam suatu wilayah tertentu yang membedakannya
dari kondisi masyarakat lain dari luarnya.
Pada Hakekatnya Negara adalah Suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam menggunakan kekerasan fisik secara sah
dalam suatu wilayah. Negara adalah suatu kekuasaan bagi manusia
(penguasa) untuk menindas manusia lain.  Diartikan kembali Negara
adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan,
sedangkan Prof. Miriam Budiardjo memberikan pengertian Negara adalah
organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara
sah terhadap semua golongankekuasaan lainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Jadi Negara adalah
sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh
pemerintah negara yang sah, yang umumnya mempunyai kedaulatan
(keluar dan ke dalam).
Negara kesatuan merupakan negara yang bersusun tunggal,
artinya hanya ada satu pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan untuk

9
mengatur seluruh daerah dan tidak ada negara – negara bagian ataupun
daerah yang bersifat negara. Pemerintah menduduki tingkat tertinggi dan
dapat memutuskan segala sesuatu yang terjadi dalam negara. Negara
kesatuan disebut juga sebagai negara bersusunan tunggal sehingga hanya
ada satu kepala negara, satu undang-undang dasar, satu kepala
pemerintahan, dan satu parlemen yang mewakili seluruh rakyat.
Adapun penyelenggaraan negara kesatuan dapat dilakukan
melalui dua cara sebagai berikut.
1)            Sistem Sentralisasi
Dalam sistem ini, segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan
diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah tinggal
melaksanakan.
2)            Sistem Desentralisasi
Dalam sistem ini, daerah diberi kesempatan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri, yang berarti bahwa daerah
memiliki hak otonomi untuk menyelenggarakan kekuasaan. Ciri-ciri
negara kesatuan adalah sebagai berikut :
a. Negara hanya memiliki satu undang-undang dasar, satu satu
kepala negara, satu dewan menteri, dan satu Dewan Perwakilan
Rakyat.
b. Hanya terdapat satu kebijakan yang menyangkut persoalan politik,
ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
c. Kedaulatan negara meliputi kedaulatan ke dalam dan ke luar yang
ditangani pemerintah pusat.
Sebagaimana kita ketahuai bahwa setiap negara mempunyai tujuan-
tujuan tertentu. Apa yang menjadi tujuan bagi suatu negara, ke-arah mana
suatu organisasi negara ditunjukan merupakan masalah penting sebab
tujuan inilah yang akan menjadi pedoman betapa negara disusun dan
dikendalikan dan bagaimana kegidupan rakyatnya diatur sesuai dengan

10
tujuan itu. Secara umum tujuan terahir setiap negara ialah menciptakan
kebahagiaan bagi rakyatnya. Tujuan kebahagian itu pada garis besarnya
dapat disederhanakan dalam dua hal pokok yaitu :
a.       Keamanan dan keselamatan
b.      Kesejahtraan dan kemakmuran
Pada umumnya tujuan negara adalah untuk menciptakan
kesejahteraan dan kebahagiaan bagi rakyatnya, tujuan negara adalah :
a.       Menciptakan keamanan ekstern
b.      Memelihara ketertiban intern
c.       Mewujudkan keadilan
d.      Mewujudkan kesejahteraan yang meliputi ; keamanan, ketertiban,
keadilan dan kebebasan
e.       Memberikan kebebasan kepada individu
Sedangkan Fungsi Negara terlepas dari tujuan negara yakni:
1.      Melaksanakan penertiban, untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrtokan bentrokan dalam masyarakat maka negara harus
melaksankan penertiban.
2.      Mengusahakan kesejahtraan dan kemakmuran rakyat nya.
3.      Perthanan, yakni untuk menjaga segala kemungkinan serangan dari
luar.
4. Menegakan keadilan, yakni dilaksanakan
Berdasarkan tujuan dan fungsi Negara maka Negara kesatuan
memiliki system tersentral dimana Negara sebagai pelaksana
pemerintahan dan menjamin hak serta kewajiban warga negaranya
melalui peraturan perundang-undangan yang dibuatnya.
4. Penyuluhan Hukum
Pembinaan hukum haruslah dilakukan dengan pendekatan
sistemik, dimana unsur-unsur sistem hukum nasional selain
diperhatikan unsur materi hukum, dan unsur kelembagaan (istitusi)

11
hukumnya, juga termasuk di dalamnya unsur budaya hukumnya.
Dengan menyadari arti pentingnya fungsi hukum bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka pemerintah
menyelenggarakan pembinaan terhadap semua unsur-unsur sistem
hukum tersebut. Untuk suksesnya kegiatan pembangunan hukum
tersebut pemerintahtelah mengeluarkan sejumlah dana, sarana prasarana
serta telah melibatkan segenap unsur masyarakat, dari kalangan
cendekiawan, perguruan tinggi dan juga tokoh-tokoh masyarakat.
Sasaran pembinaan hukum selain materi hukum dan lembaga hukum,
juga adalah pembinaan terhadap budaya hukum. Kesadaran akan arti
dan perlunya pembinaan budaya hukum tumbuh terutama dikernakan
berkembangnya suatu pemikiran bahwa hukum baru akan efektif
apabila masyarakat telah mengetahui, memahami dan melaksanakan
aturan hukum tersebut secara konsisten.
Dalam rangka peningkatan kesadaran hukum masyarakat,
kegiatan pembinaan budaya hukum diantaranya adalah dengan
penyuluhan hukum, yang sasaran utamanya adalah peningkatan citra
warga masyarakat terhadap hukum.
Secara formal keberhasilan kegiatan penyuluhan hukum dapat
diidentifikasi dengan diterbitkannya berbagai peraturan hukum yang
menjadi landasan operasional kegiatan penyuluhan hukum. Seperti
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor: M-01.PR.08.10 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor; m-
01.PR.08.10 Tahun 2006 tentang Pola Penyuluhan Hukum. Diikuti pula
dengan dikeluarkannya Peraturan Kepala Badan Pembinaan Hukum
Nasional Dep. Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: PHN.HN
03.05-73 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga
Sadar Hukum dan Desa/ Kelurahan Sadar Hukum. Serta

12
dicanangkannya tahun 2008 sebagai “Tahun Peningkatan Budaya
Hukum Dengan Hati Nurani” ini adalah indikator- indikator kekuatan
(strong) kegiatan penyuluhan hukum.
Dengan landasan formal produk administratif tersebut, maka
walaupun belum optimal setidaknya mulai terbukalah pasilitas dan
kemudahan untuk diadakannya berbagai kegiartan penyuluhan hukum.
Pembuatan program dan perencanakan serta pelaksanaan secara konkrit
berbagai kegiatan penyuluhan hukum telah dilakukan oleh para
pelaksana penyuluhan hukum. Untuk peningkatan kegiatan penyuluhan
hukum kedepannya, perlu kiranya sekedar untuk mengetahui bagaimana
dampaknya dari kegiatan-kegiatan penyuluhan hukum tersebut terhadap
tingkat kesadaran hukum masyarakat
C. METODE PENULISAN
1. Jenis Penulisan
Jenis Penulisan yang akan digunakan adalah penulisan hukum
normativ-empiris karena dimaksudkan memaparkan permasalahan hukum
yang dihadapi oleh Jaminan Negara terhadap Hak Asas Manusia menurut
undang-undang, serta menerangkan berdasarkan teori-teori dan praktik
yang ada mengenai penyelesaian dari permasalahan-permasalahan hukum
tersebut untuk melakukan penelitian kepustakaan yang bersifat normative-
normatif yang akan dilakukan, adalah mengolah data primer berupa
wawancara serta meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang ada,
yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang menjadi obyek
penelitian penulis. Dalam kata lain aadalah Penelitian normatif empis
adalah suatu penelitian dengan implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang) dalam penerapan pada setiap peristiwa hukum tertentu
yang terjadi dalam suatu masyarakat10.

10
M. Hisyam Syafioedin, Metode Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya Malang, 2011

13
2. Metode Penulisan
Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini digunakn
teknik pendekatan sebagai berikut11 :
a. Pendekatan perundang-undangan ( statue approach ) yaitu kegiatan
yang meneliti peraturan perundang-undangan, asas-asas, maupun
norma-norma hukum dalam masyarakat, berasal dari undang-
undang,buku-buku, dokumen-dokumen, dan sumber-sumber lainnya.
b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) Pendekatan
Konseptual yaitu pendekatan yang beranjak dari perundang-undangan
dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.
c. Pendekatan Sosiologis (Sociological Approach) Pendekatan
sosiologis yaitu suatu pendekatan yang dapat menjelaskan hukum
sebagai suatu fenomena sosial, menjelaskan hubungan antara hukum
dengan perubahan sosial, hubungan hukum antara hukum dengan
fakta sosial.
3. Sumber dan Jenis Bahan Hukum
Dalam penelitian ini sumber dan jenis bahan hukum terdiri dari
:
a. Bahan hukum primer,merupakan bahan hukum yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
b. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: buku-buku,
referensi yang berupa karya ilmiah, makalah, majalah, doktrin
(pendapat, pandangan)

11
Salim H.S dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 17-18

14
c. Bahan hukum tersier, merupakan bahan hukum yang menjelaskan
bahan hukum primer dan skunder. Dalam penelitian ini digunakan
kamus bahasa Indonesia, kamus hukum, dan ensiklopedia.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan bahan hukum yang akan di gunakan
sebagai sumber dalam penulisan tesis ini adalah:
1. Bahan Kepustakaan diperoleh dengan teknik studi dokumentasi yang
dilakukan guna mengidentifikasikan bahan hukum primer, sekunder,
dan tersier yang dilakukan secara analisis. Dari bahan hukum yang
dikumpulkan kemudian diklasifikasikan menghasilkan sistematis
pokok masalah.
2. Data lapangan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara atau
teknik wawancara (interview) terstruktur dengan menggunakan
panduan pertanyaan yang telah disiapkan dan dilakukan secara
langsung kepada beberapa Notaris di Mataram.Dan studi kepustakaan
yaitu pengumpullan bahan hukum dengan jelas membaca perundang-
undangan, doktrin-doktrin resmi, jurna-jurnal, artiel dari internet
maupun literature yang erat kaitannya dengan permasalahan yang di
bahas berdasarkan bahan hukum. Dari bahan hukum tersebut
kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagaibahan hukum penunjang
didalam penulisan.
5. Analisis Bahan Hukum
Penulis menggunakan metode kualitatif yaitu dengan
mendekripsikan secara menyeluruh data yang diproleh selama
penelitian guna mencari kejelasan, Data yang terkumpul kemudian
dianalisis menggunakan analisis kualitatif deskriptif, yaitu data yang
diperoleh dan dipaparkan dalam bentuk uraian-uraian guna
mengungkap kebenaran data yang diajukan. Berdasarkan hasil analisis
data, maka diadakan penafsiran hasil analisis dari hal-hal yang bersifat

15
umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Sehingga dapat memilah pasal-
pasal yang disesuaikan dengan hasil analisis lapangan yang ada
relevansinya dengan permasalahan yang diteliti. Data yang telah
terkumpul kemudian di uraikan dan dihubungkan satu dengan yang lain
secara sistematis lalu ditarik kesimpulan yang akhirnya digunakan
untuk menjawab permsalahan yang ada.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Negara sebagai Pelindung Hak Asasi Manusia (HAM)


Negara1 merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah
organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency)
dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat. Negara adalah organisasi yang dalam
suatu wilayah yang dapat memaksakan kekuasaannya dengan sah
terhadap semua golongan dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari
kehidupan bersama-sama, akan tetapi kekuasaan itu sendiri pada
intinya perlu diatur dan dibatasi sebagaimana mestinya12. Negara
menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat
digunakan dalam kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan
atau asosiasi, maupun oleh negara sendiri. Dengan demikian, negara
dapat mengintegrasikan dan membimbing serta mengarahkan
kegiatan- kegiatan sosial ke arah tujuan bersama. Dan untuk
mengarahkan tujuan yang akandicapai, pemerintah mempunyai tugas-
tugas sebagai berikut:

a. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang


asosial, yakni bertentangan satu dengan lainnya;

12
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi
Press, 2005), cet. Ke- 1, h.21.

16
b. Mengorganisasikan dan mengintegrasikan kegiatan manusia atau
kelompok kepada tujuan-tujuan masyarakat secara seluruhnya.
Sedangkan fungsi negara adalah sebagai berikut: Melaksanakan
ketertiban (law and under), Mengusahakan kesejahteraan,
kemakmuran rakyat, pertahanan, dan menegakkan keadilan.
Misalnya, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia landasan
yang dipakai dalam melindungi hak-hak rakyat adalah TAP MPR
No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga ditetapkan
sebelum amandemen UUD 1945 yang mencantumkan HAM
sebagai bagian dari konstitusi. Undang-Undang ini ditetapkan pada
tanggal 23 September1999.
Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
terdiri dari 106 pasal yang meliputi sebelas bagian. Bagian paling
pertama adalah bab tentang ketentuan umum, yang berisi pengertian-
pengertian seperti pengertian hak asasi manusia, kewajiban dasar
manusia, diskriminasi, penyiksaan, hak anak, pelanggaran HAM,
Komnas HAM.
Berdasarkan ketetuan Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, Negara yang mempunyai sifat megatur memiliki
kewenangan untuk melakukan pengaturan terhadap pelaksanaan
ketentuan Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
untuk menjamin teraksananya maksud dan tujuan Undang-undang dan
terwujudnya perlindungan hukum terhadap hak Asasi Manusia di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Guna mewujudkan perlindungan Hak Asasi Manusia di Negara
Kesatuan republik Indonesia ini maka Negara berintegrasi dengan
membentuk lembaga-lembaga sampai dengn peradilan khusus yang
menangangani tentang Hak Asas manusia.

17
Khusus Hak Asas Manusai ini masuk kedalam ranah pelanggaran
hukum. Hal ini disebabkan karena korban dari tindak kejahatan hak
asasi manusia ini akan mengalami kerugian fisik dan psikis sehingga
dalam kasusnya akan dikanai pasal berlapis yaitu ketentuan dalam
Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Penanganan Hak asasi manusia juga diwujudkan dalam peran serta
berbagai lembaga dalam masyarakat. Lembaga-lembaga ini menjadi
filter pertama dalam penanganan tindak pidana hak asasi manusia.
Untuk menciptakan keteraturan maka perlu adanya perhatian khusus
dari pemeritah baik pusat maupun didaerah untuk melakukan kegiatan
pnyuluhan dimasyarakat mengenai hak asasi manusia ang dibarengi
dengan lembaga yang bergerak dalam bidang hak asas manusia.
Peranan dari Kementrian Hukum dan Asasi Manusia dan jajaran
dibawahnya dianggap sebagai pendorong dan penggerak besar dalam
pngentasan tindak pelanggaran hak Asasi Manusia. Untuk itu pern
aktif dari Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah
sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Hak – Hak Dasar yang dilindungi oleh Negara melalui Undang-
Undang
Penyuluhan Hukum sangat dibutuhkan dalam menciptakan
kesadaran masyarakat terhadap hak asasi manusia. Berbagai macam
kegiatan baik yang dilakukan di Pusat amaupun didaerah sangat
menunjang percepatan pengetasan pelanggaran hak asasi manusia di
daerah. Adapun berbagaimacam materi yang dibutuhkan oleh masyarakat
tentang Hak Asasi Manusia berkaitan dengan hak-hak warganegara sebagai
berikut :
a. Hak Memeluk Satu Agama dan Memeliharanya
Agama adalah dimensi dari perilaku sosial manusia yang dapat dilihat oleh
masyarakat sebagai ukuran hidup bersandingan dengan sesama, agama juga

18
terkadang berfungsi sebagai penyeimbang kehidupan manusia dikala
manusia sedikit keluar dari kehidupan normal, jadi tanpa agama manusia
dapat berbuat kasar atau tanpa norma tak ubahnya seperti hewan, karena
agama lahir berdasarkan keyakinan yang didalamnya terdapat aturan atau
hukum untuk hidup bersama-sama. Dengan demikian, hak untuk memeluk
suatu agama atau keyakinan tersebut harus dilindungi baik, oleh individu,
masyarakat, maupun negara. Hak untuk memeluk suatu agama atau
keyakinan bagi warga negara Indonesia, tertuang dalam UUD 1945 BAB XI
Pasal 29 ayat (2) yangberbunyi:

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk


memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”.

Kemudian dalam Perubahan Kedua UUD 1945 Tahun


2000 yang diatur dalam BAB XA Pasal 28 E ayat (1), juga
menyatakanbahwa:
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”.

Selanjutnya Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang


Hak Asasi Manusia, juga mengaturnya dalam BAB III Pasal 22 ayat
(1), yang menyatakan bahwa:

“Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan


untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Demikian juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP), BAB V Pasal 156 a tentang Kejahatan terhadap Ketertiban
Umum, yang berbunyi:
Dalam Islam, melindungi hak atas kebebasan beragama
adalah salah satu tujuan syari’at Islam (maqashid al-syari’ah)
yakni, termasuk dalam kemaslahatan primer (mashlahah al-
dharuriyah). Dalam hal ini, memeluk suatu agama atau

19
keyakinan dapat dikategorikan sebagai hifdz al-din. Karena
memeluk suatu agama atau keyakinan merupakan hak yang
paling asasi bagi setiap manusia. Ajaran Islampun
memberikan tempat yang layak dan perlindungan yang
memadai terhadap hak untuk memeluk agama dan keyakinan
tersebut.

Hifdz al-din berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir dan


tidak dapat ditawar lagi keberadaannya serta tidak ada seorangpun
berhak untuk memaksa orang lain mencampurinya kecuali atas
kehendaknya sendiri. Dalam ajaran Islam tidak ada pemaksaan apapun
dan kepada siapapun Islam tidak perlu dipaksakan karena bertentangan
dengan ajaran Islam yang pada intinya rahmat seluruh alam atau
membawa kedamaian.
b. Hak Hidup Sama Dimuka Hukum

Persamaan derajat dan hak hidup adalah hal pokok bagi setiap
manusia Hak ini harus ada dan setara bagi setiap manusia tanpa
melihat perbedaan- perbedaan yang ada diantara sesama manusia.
Tidak ada seseorang atau sekelompok manusia yang hak hidupnya
lebih diprioritaskan dari yang lain
Dengan demikian, hak untuk hidup tersebut harus dilindungi
baik oleh individu, masyarakat, maupun negara.Hak untuk hidup bagi
warga negara Indonesia, tertuang dalam BAB XA Pasal 28A dari
Perubahan Kedua UUD 1945 yang berbunyi:
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, juga mengaturnya dalam BAB III Pasal 9 ayat (1), yang
menyatakan bahwa:
“Setiap orang berhak untuk hidup, dan mempertahankan hidup

20
dan meningkatkan taraf kehidupannya”.

Dalam Islam, melindungi hak untuk hidup adalah termasuk


salah satu tujuan syari’at Islam (maqashid al-syari’ah) yakni, termasuk
dalam kemaslahatan primer (mashlahah al-dharuriyah). Dalam hal ini,
memeluk suatu agama atau keyakinan dapat dikategorikan sebagai
hifdz al-nafs. Karena hak untuk hidup merupakan hak yang paling
asasi bagi setiap manusia. Ajaran Islampun memandang penting
perlindungan terhadap hak untuk hidup tersebut. Sebagai contoh
adalah penghilangan jiwa seseorang tanpa alasan yang dibenarkan,
berarti tidak menghargai nilai jiwa setiap manusia dan itu
samaartinyadenganmembunuhkesuciandankehormatanjiwaseluruhman
usia, begitu pun sebaliknya. Dengan demikian, setiap manusia harus
menghormati hak untuk hidup bagi sesamanya.
c. Hak Melestarikan Keturunan Secara Hukum
Tidak menutup kemungkinan manusia berbuat salah dan
melakukan kegiatan yang negatif atau berbuat asusila, hukum Islam
menggaris bawahi secara tegas bahwasannya pelanggar asusila dapat
dijatuhi hukuman berat bagi pelakunya. Sebagai tindakan pencegahan
Islam mempunyai perangkat hukum sebagai perluasan makna dari
dasar hukum Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah termasuk yang
didalamnya memuat aturan yang sama dan dikembangkan oleh al-
Syathibi dengan maqasid al-syari’ahnya. Oleh karena itu adalah upaya
positif dalam melindungi generasi yang sah dimuka hukum. Adapun
hak untuk berkeluarga dan berketurunan bagi warga negara Indonesia,
tertuang dalam BAB III Pasal 28 B ayat (1) dari Perubahan Kedua
UUD 1945 yangberbunyi:
“Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah”.

21
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”.5

Dalam Islam melindungi hak untuk berkeluarga dan berketurunan


adalah termasuk salah satu tujuan syari’at Islam yakni, termasuk dalam
kemaslahatan primer. Karena hak untuk berkeluarga dan berketurunan
merupakan hak yang paling asasi bagi setiap manusia.

d. Hak Materi
Perlindungan terhadap hak atas harta kekayaan dan
penghidupan yang layak oleh manusia. Hal ini tertuang dalam hak atas
kepemilikan harta benda bagi warga negara Indonesia, tertuang dalam
UUD 1945 BAB XIV Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1). adapun
bunyi pasal tersebutadalah:
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”.

Sedangkan bunyi Pasal 34 ayat 1 adalah sebagai berikut:

“Fakir miskin dan anak-anak terlantardipelihara oleh negara”

Dalam Perubahan Kedua UUD 1945 Pasal 28 H ayat (4) juga

disebutkan bahwa:

“Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapapun”.

Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia juga diatur dalam BAB III Pasal 36 ayat (1) dan (2), yang
menyatakan bahwa:

22
“Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa,
dan masyarakat, dengan cara yang tidak melanggar hukum”.

“Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-


wenang dengan secara melawan hukum”.

e. Hak Perlindungan Terhadap Intelektual Seseorang


Hak ini sangat luas cakupannya, yaitu berkaitan dengan
perlindungan fisik juga mental, disamping dipandandang dari dua sisi
juga memerlukan pendekatan yang berbasis pendidikan. Hak untuk
memperoleh pendidikan bagi warga negara Indonesia, tertuang dalam
Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi:13
“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.

Kemudian dalam Perubahan Kedua UUD 1945 Tahun 2000 juga


diatur dalam Pasal 28C ayat (1) dan Pasal 28F, juga menyatakan bahwa:
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, dan
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umatmanusia”.
Kemudian dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia juga diatur pada BAB III Pasal 12 dan 13, yang
menyatakan bahwa:
“Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan ,mencerdaskan
dirinya dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi
manusia”.
“Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh
manfaat dari ilmu dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan
13
Sekretariat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, (Jakarta: Setjen MKRI, 2007), cet. Ke-2, h. 55.

23
martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa dan umat
manusia.
Jimly Asshiddiqie, sarjana hukum Indonesia, mengategorikan
materi hak asasi manusia Indonesia pada empat kategori pokok.
Keempat kategori tersebut didasarkan pada paket hukum HAM yang
telah disebutkan di atas. Keempat pokok materi tersebut adalah,14

Materi hak sipil yang dapat dirumuskanmenjadi:

1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan


kehidupannya
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan
merendahkan martabatmanusia
3) Setiap orang berhak untuk bebas dariperbudakan
4) Setiap orang berhak untuk beragama dan beribadat menurut
kepercayaanagamanya
5) Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran
dan hatinurani
6) Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan
hukum
7) Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama dihadapan hukum
danpemerintahan
8) Setiap orang berhak untuk tidak dituntut berdasarkan hukum
yang berlakusurut
9) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan berdasarkan perkawinan yangsah.

14
Jimly Asshiddiqie, “Demokrasi dan Hak Asasi Manusia”, Makalah untuk studium
general pada acara The 1stNational Converence Corporate Forum for Community Development,
Jakarta, 19 Desember 2005 hal. 6-9.

24
10) Setiap orang berhak atas statuskewarganegaraan
11) Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wilayah
negaranya, meninggalkan dan kembali kenegaranya
12) Setiap orang berhak untuk mendapatkan suakapolitik
13) Setiap orang berhak untuk bebas dari perlakuan diskriminatif
dan berhak mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan
yang bersifat diskriminatiftersebut
b. Materi hak-hak ekonomi, politik, sosial dan budaya
1) Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan
menyatakan pendapatnya secaradamai.
2) Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam
rangka lembaga perwakilanrakyat.
3) Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-
jabatanpublik.
4) Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan
yang sah dan layak bagikemanusiaan.
5) Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan
mendapat perlakuan yang layak dalam hubungan kerja yang
berkeadilan.
6) Setiap orang berhak mempunyai hak milikpribadi.
7) Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuh-
kan untuk hidup layak dan memungkinkan pengembangan
dirinya sebagai manusia yangbermartabat.
8) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi.
9) Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendi-
dikan danpengajaran.
10) Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh man-
faat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya

25
untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat
manusia.
11) Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-
hak masyarakat lokal selaras dengan perkembangan zaman dan
tingkat peradabanbangsa
12) Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari
kebudayaan nasional.
13) Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral
kemanusiaan yang diajarkan oleh setiap agama, dan menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan menja-
lankan ajaran agamanya
c. Materi hak-hak khusus danpembangunan
1) Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, terma-
suk kelompok masyarakat yang terasing dan yang hidup di
lingkungan terpencil, berhak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan yang sama.
2) Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mencapai
kesetaraan gender dalam kehidupan nasional.
3) Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dika-
renakan oleh fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh
hukum.
4) Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian dan perlin-
dungan orangtua, keluarga, masyarakat dan negara bagi per-
tumbuhan fisik dan mental serta perkembanganpribadinya.
5) Setiap warga negara berhak untuk berperan serta dalam
pengelolaan dan turut menikmati manfaat yang diperoleh dari
pengelolaan kekayaanalam.
6) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan
sehat.

26
7) Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat
sementara dan dituangkan dalam peraturan perundangan-un-
dangan yang sah yang dimaksudkan untuk menyetarakan
tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah menga-
lami perlakuan diskriminasi dengan kelompok-kelompok lain
dalam masyarakat, dan perlakuan khusus sebagaimana diten-
tukan dalam ayat (1) Pasal ini, tidak termasuk dalam pengertian
diskriminasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (13).

d. Materi tanggung jawab negara dan kewajiban hak asasi manusia


1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk
memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama,
moralitas dan kesusilaan, keamanan dan ketertiban umum dalam
masyarakat yangdemokratis.
3) Negara bertanggung jawab atas perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasimanusia.
4) Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat
independen dan tidak memihak yang pembentukan,
susunan dan kedu- dukannya diatur denganundang-
undang.
Pemerintah selaku stakeholder berfungsi sebagai penjamin
dari Hak Asasi Manusia. Perlindungan hokum terhadap Hak Asasi

27
Manusia diberikan melalui pengaturan Perundang-undangan yang
dalam hal ini diatur dalam ketentuan Undang-Undang Dasar 1945
dan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Harapan kedepannya bahwa peran aktif dari pemerintah pusat
maupun daerah pada umumnya dan Kementrian Hukum dan Hak asasi
manusia dan jajaran dibawahnya akan semakin meningat yang nantinya
akan membada dmpak positif dimasyarakat untuk menekan angka
jumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia di masyarakat.
3. Pola Peran Aktif dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia beserta Jajarannya di daerah dalam memebrikan
kesadaran hukum terhadap hak asasi manusia di lingkungan
masyarakat serta meneka jumlah pelaggaran hak asasi
manusia di lingkungan masyarakat.
Pola yang wajib diterapkan oleh Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia beserta Jajarannya di daerah yaitu :
a. Membuat acara-acara kemanusian
Acara kemanusian ditujukan kepada aparatur Negara baik
pusat maupun didaerah dengan mengikutsertakan masyarakat
umum. Tujuan kegiatan ini adalah selain menjadi ajang silaturahmi
juga menghapuskan jarak yang terjadi antara masyarakat dengan
brbagai kalangan aparatur pemerintahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian masyarakat
yang merasa risih ataupun takut apabila menghadap ataupun
berhadapan dengan aparatur pemerintahan. Maka untuk itu
diperlukan kegiatan ini agar tidak ada jarak antara aparatur
pemerinahan dengan masyarakat.
Rasa aman dan nyaman adaah tujuan dari kegiatan ini.
Karena dengan adanya rasa ini maka masyrakat tidak akan merasa
sungkan melaporkan ke aparat yang berwenang apabila melihat,
mengalami ataupun mendengar adanya pelanggaran hak asasi

28
manusia disekitarnya.
Kegiatan ini juga sebagai ajang perkenalan aparatur
Negara kepada masyarat agar masyarakat mengetahui alur dan
prosedur serta kepada siapa mereka melaporkan tindakan
pelanggaran hak asasi yang terjadi di lingkungan masyarakat.
b. Membuat situs aplikasi beredukasi
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengguna media social sangat besar
di Negara kesatuan republik Indonesia. maka sasaran utamanya
adalah edukasi masyarakat melalui media social. Dimana seluruh
aparatur Negara yang terkait berintegrasi untuk membuat konten-
konten layanan masyarakat dan pengaduan pelanggaran hak asasi
manusia di masyarakat. Selain sangat memudahkan masarakat, cara
ini lebih efektif karena lebih mudah diakses oleh masyarakat.
c. Membuat acara Penyuluhan hukum dengan bentuk dialog interaktif
langsung dengan melibatkan masyarakat umum.
Acara dialog interaktif secara masa sangat penting adanya.
Karena tida dapat dipungkiri bahwa tidak semua kalangan
masyarakat mengerti akan aturan perundang-undangan yang
berlaku. Apabila Negara memksa masyarakat untuk mengetahui
segala aturan, dengan kesibukan masing-masing tidak heran apabila
masyarakat acuh tidak acuh dengan peraturan perundng-undangan.
Banak kalangan masyarakat yang tidak mengetahui aturan
perundang-undangan yang berlaku. Maka acara ini sangat penting
dilakukan.
Sudah saatnya pada saat ini Negara yang awalnya sebagai
pengatur pemerintahan melalui sistematika Peraturan Perundang-
undangan mencoba untuk sedikit mendengar berbagai masukan dan
saran dari masyarakat. Hal ini penting karena Negara selaku
penjamin dari sgala hak asasi manusia dari seluruh warga Negara
yang tunduk pada hukum yang berlaku di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

29
Apabila masarakat merasa dihormati sudah tentu akan
membawa dampak positif yang antara lainnya :
a. Ingin belajar dan mengetahui tentang Perauran Perundang-
undangan terutama yang berkaitan dengan ketentuan Hak Asasi
Manusia. Jadi dalam hal ini sistematika eduksi yang
dikedepankan.
b. Merasa malu untuk melanggar hukum karena sudah memahami
aturan yang berlaku.
Program-program penyuluhan dengan berbasis edukasi adalah
program terpenting yang wajib untuk diprioritaskan oleh Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia dn jajarannya didaerah.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Peran serta Pemerintah selaku stakeholder yang menjalankan
pemerintahan sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
maka dalam hal ini pemerintah memberikan jaminan terhadap Hak
Asasi Manusia dengan memberlakukan ketentuan UNDANG-
UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI
MANUSIA untuk menjamin terlaksananya Perlindungan Hak Asasi
Manusia.
b. Jaminan Hak Asasi Manusia yang diberikan oleh pemerintah melalui
ketentuan UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG
HAK ASASI MANUSIAadalah berupa hak sipil dan ekonomi, politik,
sosial dan budaya.

2. Saran
Disarankan kepada seluruh element baik pemerintahan maupun masyarakat
untuk melakukan pengkajian lebih mendalam mengenai perlindungan Hak Asasi
Manusia yang terkandung dalam ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

30
UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI
MANUSIA agar seluruh aspek kehidupan social dan bernegara dapat terlindungi
seluruhnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Masyhur Effendi, Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) &


Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manuisa (HAKHAM), Ghalia
Utama, Bogor, 2005
A. Masyhur Effendy. Perkembangan dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) &
Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM). 2005
H. Muladi, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsepdan Implikasinya dalam
Perspektif Hukum dan Masyarakat, PT Refika Aditama, Bandung, 2005
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta:
Konstitusi Press, 2005), cet. Ke- 1,

Sekretariat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia 1945, (Jakarta: Setjen MKRI, 2007), cet. Ke-2
Ramdlon Naning, Cita dan Citra Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia,
Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, 1983
Suryadi Radjab, Dasar-dasar Hak Asasi Manusia, PBHI, Jakarta, 2002

Soetandyo Wignjosoebroto, hak asasi Manusia Konsep Dasar dan

Perkembangan Pengertiannya dari Masa ke Masa, ELSAM, Jakarta, 2007

31

Anda mungkin juga menyukai