Anda di halaman 1dari 13

VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF


HUKUM MODERN
Busrizalti
Fakultas Hukum Universitas MPU Tantular
Jalan Cipinang Besar No.2. 68 Jakarta Timur 13410, Indonesia
Email: busrizalt1@gmail.com

ABSTRAK

Pengklasifikasian HAM secara obyektif dimungkinkan dalam rangka untuk memudahkan


penormaan rumusan HAM yang akan dituangkan dalam bentuk aturan. Hal ini penting
untuk memudahkan bagi pembuat kebijakan (termasuk pembuat aturan) rumusan mana
yang dapat diklasifikasikan sebagai rumusan HAM dasar dan mana HAM yang bukan dasar.
Klasifikasi HAM dalam hukum internasional dapat dilihat dari aturan-aturan hukum
internasional menyangkut HAM, seperti UDHR 1948, ICCPR 1966, ICESCR 1966 dan
Optional Protokol dari ICCPR 1967, yang dibagi ke dalam: (1) HAM generasi pertama,
yakni:hak-hak Sipol; (2) HAM generasi kedua, yakni: hak-hak ekonomi, sosial dan budaya;
(3) HAM generasi ketiga. yakni: hak-hak atas pembangunan dan lingkungan hidup.
Klasifikasi dalam sistem hukum nasional dapat dilihat dari rumusan HAM yang telah
dinormakan di dalam aturan hukum nasional, seperti: TAP MPR No.XVII/MPR/1998,
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UUD 1945 setelah
diamandemen.

Kata Kunci: HAM, Perspektif Hukum

PENDAHULUAN
Pengklasifikasian HAM merupakan sesuatu yang penting dalam rangka untuk
memudahkan aplikasinya terutama dalam rangka pembuatan aturannya baik internasional
maupun nasional sehingga mudah untuk diterapkan di masyarakat. Sebagaimana diketahui
bahwa HAM tidak lagi sekedar sebagai perwujudan paham individualisme dan liberalisme,
melainkan sudah dipahami secara manusiawi sebagai hak-hak yang melekat dengan harkat
dan hakikat kemanusiaan, apa pun latar belakangnya baik ras, etnik, agama, warna kulit,
jenis kelamin, usia atau pekerjaan.1
Pemahaman yang lebih manusiawi itulah yang melatarbelakangi konsep modern
HAM2 yang sekarang dengan gencar dipromosikan, terutama oleh negara-negara maju
kepada seluruh negara-negara yang ada di dunia ini.
“…Human rights could generally be defined as those rights which are
inherent in our nature and without which we cannot live as human beings”.

1 Lihat Safroedin Bahar, Hak Asasi Manusia, Analisis Komnas HAM dan Jajaran Hankam/ABRI,

Cetakan Kedua, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hlm. 6.


2 Ibid.

57
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

(“…secara umum hak asasi manusia dapat dirumuskan sebagai hak yang
melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada, musthail
kita akan dapat hidup sebagai manusia”).3

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang setara (equal): seseorang atau manusia atau
bukan manusia, dan oleh karena itu, atau memiliki hak-hak asasi manusia yang sama seperti
yang dipunyai oleh orang-orang lain (atau tidak sama sekali). Hak asasi manusia adalah juga
hak-hak yang tidak dapat dicabut, dalam arti seseorang tidak dapat berhenti menjadi
manusia, tidak peduli betapa jahatnya ia bertingkah, atau betapa zalimnya ia diperlakukan.
Dan hak-hak asasi manusia adalah hak-hak universal, dalam arti bahwa dewasa ini kita
menganggap semua anggota dari “spesies homo sapiens” sebagai makhluk insani, dan
dengan demikian adalah pemegang hak-hak asasi manusia.4
Menurut Mahfud MD, HAM itu diartikan sebagai hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan hak tersebut di bawa manusia sejak lahir ke
muka bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri/fitrah (kodrati), bukan merupakan
pemberian manusia atau negara.5 Hak asasi manusia (HAM) yang dipercayai sebagai
memiliki nilai universal, berarti tidak mengenal batas ruang dan waktu. Nilai universal ini
yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk hukum nasional di berbagai negara
untuk dapat melindungi dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan nilai universal
ini dikukuhkan dalam instrumen internasional, termasuk perjanjian internasional di bidang
HAM.6

PERMASALAHAN
Adanya pemahaman HAM sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa konsep
HAM disifatkan sebagai suatu “common standard of achievement for all peoples and all
nations”7, yaitu sebagai tolak ukur bersama tentang prestasi kemanusiaan yang perlu

3 Ibid. Lihat juga United Nations, Human Rights, Questions and Answers, New York, 1987, hlm. 4.
4 Frans Ceunfin, SVD (Ed.), Hak-hak Asasi Manusia: Pendasaran dalam Filsafat Hukum dan Filsafat
Politik, Cetakan Pertama, Ledalero, Maumere, 2004, hlm. 6.
5 Moh. Mahfud MD, Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm.

127.
6 Hikmahanto Juwana, “Pemberdayaan Budaya Hukum Dalam Perlindungan HAM di Indonesia; HAM

Dalam Perspektif Sistem Hukum Internasional” dalam Muladi, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan
Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung, 2005,hlm. 70.
7 Lihat Todung Mulya Lubis, “Perkembangan Pemikiran Dan Perdebatab HAM” dalam E. Shobirin

Nadj.&Naning Mardiniah, Diseminasi Hak Asasi Manusia, Perspektif dan Aksi, CESDA-LP3ES, Jakarta,
2000, hlm. 12.
58
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

dicapai oleh seluruh masyarakat dan seluruh bangsa di dunia.8 Maka perlu sekali dilakukan
kajian tentang bagaimana Hak dan Asasi Manusia dalam Perspektif Hukum Modern.

PEMBAHASAN
Klasifikasi Hak Asasi Manusia Berdasarkan Perspektif Hukum
Klasifikasi HAM Berdasarkan Hukum Internasional
Adanya pengklasifikasian HAM dalam hukum internasional tidak terlepas dari
adanya sejarah perkembangan HAM itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa
pembahasan serius tentang HAM oleh masyarakat internasional (PBB) dimulai sejak
berakhirnya Perang Dunia Ke-II, dimana sebelumnya pada masa adanya Liga Bangsa-
Bangsa pembahasan menyangkut dengan HAM ini mengalami kegagalan. Namun
pembahasan HAM pada waktu itu tidak seluas sesudah Perang Dunia II. Pada waktu itu
pembahasan HAM hanya sebatas gagasan maupun perangkat nilai sosial dalam hubungan
internasional, serta pengaruh dari nilai HAM itu terhadap perilaku, pola hubungan antar
negara dan hukum internasional hingga pecahnya Perang Dunia Ke-II. Hukum adalah suatu
sistem yang dibuat manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol dan terjaminnya
kehidupan masyarakat.9
Setelah usainya Perang Dunia II kedudukan pribadi manusia memperoleh
pengakuan yang lebih luas dan kokoh dalam hubungan internasional. Hal ini dapat dilihat
dari adanya Piagam PBB yang memuat tiga gagasan utama, yaitu: hak rakyat untuk
menentukan nasib sendiri, hak asasi manusia, dan gagasan tentang perdamaian. 10 Lebih
lanjut dikatakan, bahwa penerimaan Piagam PBB ini berarti telah diberikan bentuk
kehidupan kepada ideologi HAM dan ideologi penentuan nasib sendiri.11
Perkembangan selanjutnya tentang HAM ini, setelah mengalami perdebatan yang
panjang di antara negara-negara anggota PBB, terutama antara Blok Barat dan Blok Sosialis,
akhirnya pada tahun 1948 diproklamirkanlah Deklarasi Universal tentang HAM (the
Universal Declaration of Human Rights/UDHR). Deklarasi ini didirikan atas empat
tonggak utama, yaitu:

8 Safroedin Bahar, Op.Cit., hlm. 7. Lihat juga alinea 8 Preambule dari the Universal Declaration of

Human Rights (UDHR/DUHAM), 1948.


9 Busrizalti,” Pembangunan Hukum Di Indonesia, Sebagai Suatu Pengantar Dalam Ilmu Hukum

LPPM, UP, no. Purwakarta (2013).


10 Ibid
11 IBID

59
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

1) Hak-hak pribadi, yang antara lain: hak persamaan, hak hidup, kebebasan, keamanan
dan sebagainya (termuat dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 11 UDHR);
2) Hak-hak yang dimiliki oleh individu dalam hubungannya dengan kelompok-kelompok
sosial dimana ia ikut serta, yaitu: hak kerahasiaan kehidupan keluarga dan hak untuk
kawin, kebebasan bergerak di dalam atau di luar negara nasional, untuk memiliki
kewarganegaraan, untuk mencari tempat suaka dalam keadaan adanya penindasan,
hak-hak untuk mempunyai hak milik dan untuk melaksanakan agama (diatur dalam
Pasal 12 sampai Pasal 17 UDHR);
3) Kebebasan-kebebasan sipil dan hak-hak politik yang dijalankan untuk memberikan
kontribusi bagi pembentukan instansi-instansi pemerintahan atau ikut serta dalam
proses pembuatan keputusan, yang meliputi kebebasan berserikat dan berkumpul, hak
memilih dan dipilih, hak untuk menghubungi pemerintah dan badan-badan
pemerintahan umum (diatur dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 21 UDHR);
4) Berkenaan dengan hak-hak ekonomi dan sosial, yaitu hak-hak dalam bidang hubungan-
hubungan perburuhan, produksi dan pendidikan, hak untuk bekerja dan mendapatkan
jaminan sosial dan hak untuk memilih pekerjaan dengan bebas, untuk mendapatkan
upah yang sama atas kerja yang sama, hak untuk membentuk dan ikut serta dalam
serikat-serikat buruh, hak untuk beristirahat dan bersenang-senang, memperoleh
jaminan kesehatan, pendidikan dan hak untuk ikut serta secara bebas dalam kehidupan
budaya masyarakat (diatur dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 27 UDHR).12
Adanya UDHR ini, yang merupakan rumusan-rumusan standar untuk memajukan,
menghormati dan menegakkan HAM yang diterima oleh masyarakat internasional secara
keseluruhan (erga omnes). Dengan adanya UDHR ini kemudian ditindaklanjuti dengan
dikeluarkannya instrumen hukum internasional lainnya oleh PBB berkaitan dengan HAM
ini, yakni: Konvenan Internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (the
International Convenant on Economic, Social and Cultural Rights), 1966 dan Kovenan hak-
hak sipil dan politik (the International Convenan on Civil and Political Rights), 1966.
Instrumen hukum internasional (ICCPR) ini selanjutnya dilengkapi dengan dua Protokol
Tambahan (Aditional Protocol from ICCPR)
UDHR yang merupakan sebagai Common Standart of Achiefment, sebenarnya tidak
perlu diratifikasi, ICCPR dan ICESCR yang telah banyak diratifikasi negara-negara
merupakan sebagai hukum positif internasional yang berlaku dan mengikat setiap negara,

12 Ibid
60
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

terlepas negara tersebut meratifikasi atau tidak. Dan sudah tidak saatnya lagi
memperdebatkan apakah HAM itu universal atau partikularistik (dalam hal ini adalah
cultural relativisme). Persoalan ini sudah dianggap selesai apalago setelah lahirnya
Deklarasi Wina dan Program Aksi Konfrensi Dunia HAM pada tahun 1973.
Perkembangan selanjutnya dari HAM ini adalah lahirnya beberapa instrumen hukum
internasional mentangkut HAM yang antara lain: Konvensi tentang pencegahan dan
pemberian hukuman kejahatan genosida (Convention on the Prevention and Punishment
of the Crime Genocide), 1948,Konvensi tentang pencegahan dari segala bentuk diskriminasi
rasial (Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination),
1969,Konvensi tentang pencegahan dari segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
(Convention on the Elimination of All Forms Discrimination against Women), 1981,
Konvensi anti penyiksaan dan kekejaman lain, tindakan tidak manusiawi atau
penghukuman atau perlakuan yang menurunkan martabat (Convention against Torture
and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment),1984, Konvensi
tentang hak-hak anak (Convention on the Rights of the Child), 1989,Konvensi yang
berhubungan dengan status pengungsi (Convention Relating to the Status of Refuges), 1951,
Protokol yang berhubungan dengan status pengungsi (Protocol Relating to the Status of
Refugees), 1967.
Keseluruhan instrumen-instrumen hukum internasional tentang HAM di atas, maka
dapat dilihat adanyapengklasifikasiannya yang dimulai dari kepada kepentingan pribadi
(person) dan selanjutnya kepada kepentingan kelompok (komunal). Kepentingan pribadi
itu dapat dilihat adanya hak-hak yang terdapat di dalam UDHR, 1948, ICCPR, 1966 berikut
dengan Protokol Tambahannya, 1967, yang merupakan sebagai HAM generasi Pertama
(hak-hak SIPOL), serta UDHR, 1948 dan ICESCR, 1966, yang merupakan sebagai HAM
generasi Kedua (hak-hak EKOSOB). Sedang kepentingan kelompok (komunal) dapat dilihat
adanya hak-hak yang terdapat di dalam UDHR, 1948, dan instrumen hukum yang
menyangkut dengan pembangunan (masyarakat) dan lingkungan, seperti: Deklrasi
Stockholm, Deklarasi Rio dan Konvensi (perjanjian) hukum internasional menyangkut
dengan lingkungan dan pembangunan, yang merupakan sebagai HAM generasi Ketiga.

61
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

Klasifikasi HAM Berdasarkan Hukum Nasional


Klasifikasi HAM Dalam TAP MPR Nomor XVII/MPR998
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat NomorXVII/MPR998 tentang Hak
Asasi Manusia, semakin memperluas substansi HAM dan mengklasifikasinya menurut 8
(delapan) bidang, yakni sebagai berikut:
(a) Bab I adalah memuat hak untuk hidup (Pasal 1);
(b) Bab II adalah memuat hak berkeluarga dan melajutkan keturunan (Pasal
(c) Bab III adalah hak mengembangkan diri, yakni mencakup:
1) Hak setiap orang atas pemenuhan kebutuhan dasar untuk tumbuh dan
berkembang secar layak (Pasal 3);
2) Hak setiap orang atas perlindungan dan kasih sayang untuk pengembangan
pribadinya, memperoleh, dan mengembangkan pendidikan untuk meningkatkan
kualitas hidupnya (Pasal 4);
3) Hak setiap orang untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya, demi kesejahteraan umat manusia
(Pasal 5);
4) Hak setiap orang untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan hak-
haknya secara kolektif serta membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya
(Pasal 6);
(d) Bab IV adalah hak keadilan, yakni mencakup:
1) Hak setiap orang atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuan
hukum yang adil (Pasal 7);
2) Hak setiap orang mendapatkan kepastian hukum dan perlakuan yang sama di
hadapan hukum (Pasal 8);
3) Hak setiap orang untuk mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam suatu hubungan kerja (Pasal 9);
4) Hak setiap orang atas status kewarganegaraan (Pasal 10);
5) Hak setiap orang atas kesempatan yang sama untuk bekerja (Pasal 11);
6) Hak setiap orang memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
(Pasal12).
(e) Bab V adalah hak kemerdekaan, yakni mencakup:
1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu (Pasal 13);

62
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

2) Hak setiap orang atas kebebasan menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati
nurani (Pasal 14);
3) Setiap orang bebas memilih pendidikan dan pengajaran (Pasal 15);
4) Setiap orang bebas memilih pekerjaan (Pasal 16);
5) Setiap orang bebas memilih kewarganegaraan (Pasal 17);
6) Setiap orang bebas untuk bertempat tinggal di wilayah negara,
meninggalkannya, dan berhak untuk kembali (Pasal 18);
7) Hak setiap orang atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (Pasal 19).
(f) Bab VI adalah hak atas kebebasan informasi, yakni mencakup:
1) Hak setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya (Pasal 20);
2) Hak setiap orang untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tesedia (Pasal 21).
(g) Bab VII adalah hak keamanan, yakni mencakup:
1) Hak setiap orang atas rasa aman dan perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
(Pasal 22);
2) Hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan hak miliknya (Pasal 23);
3) Hak setiap orang untuk mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik
dari negara lain (Pasal 24);
4) Hak setiap orang untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia (Pasal 25);
5) Hak setiap orang untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara (Pasal 26).
(h) Bab VIII adalah hak kesejahteraan, yakni mencakup:
1) Hak setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin (Pasal 27);
2) Hak setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (Pasal 28);
3) Hak setiap orang untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak (Pasal
29);
4) Hak setiap orang untuk memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus di masa
kanak-kanak, di hari tua, dan apabila memandang cacat (Pasal 30);

63
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

5) Hak setiap orang atas jaminan sosial yang memungkinkan perkembangan


dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 31);
6) Hak setiap orang untuk mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 32);
7) Hak setiap orang atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (Pasal 33).
Mencermati rumusan-rumusan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat NomorXVII/MPR998 di atas, maka soal “pembelaan negara” tidak hanya
merupakan hak asasi setiap orang (lihat: Pasal 26), melainkan juga merupakan
kewajiban setiap orang (lihat: Pasal 35).

Klasifikasi HAM dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999


Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, selain
merumuskan hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki
hak-hak asasi yang bersifat mendasar (fundamental), juga mengklasifikasi HAM dan
kebebasandasar manusia atas beberapa substansi, yakni:
1) Hak-hak untuk hidup;
2) Hak-hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keterurunan;
3) Hak-hak untuk mengembangkan diri;
4) Hak-hak untukmemperoleh keadilan;
5) Hak-hak atas kebebasan pribadi;
6) Hak-hak atas rasa aman;
7) Hak-hak atas kesejahteraan;
8) Hak-hak untuk turut serta dalam pemerintahan;
9) Hak-hak wanita;
10) Hak-hak anak.

Klasifikasi HAM dalam UUD 1945 (Setelah diamandemen)


UUD 1945 setelah diamandemen (khususnya Perubahan Kedua UUD 1945),
merumuskan substansi HAM, yang antara lain sebagai berikut:
1) Hak untuk hidup dan hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal
28A).

64
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

2) Hak setiap orang untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (Pasal 28B ayat 1).
3) Hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta hak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B ayat 2).
4) Hak setiap orang untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
hak atas pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya (Pasal 28C ayat 1).
5) Hak setiap orang untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya (Pasal 28C ayat 2).
6) Hak setiap orang atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 28D ayat 1).
7) Hak setiap orang untuk bekerja serta mendapat imbalan danperlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja (Pasal 28D ayat 2).
8) Hak warga negara untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
(Pasal 28D ayat 3).
9) Hak setiap orang atas status kewarganegaraan (Pasal 28D ayat 4).
10) Hak setiap orang untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali
(Pasal 28E ayat 1).
11) Hak setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya (Pasal 28E ayat 2).
12) Hak setiap orang atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat
(Pasal 28E ayat 3).
13) Hak setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F).
14) Hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi (Pasal 28G ayat 1).

65
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

15) Hak setiap orang untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain (Pasal
28G ayat 2).
16) Hak setiap orang untuk hidup sejahtera lair dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan Kesehatan (Pasal 28H ayat 1).
17) Hak setiap orang untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H ayat 2).
18) Hak setiap orang atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H ayat 3).
19) Hak setiap orang untuk mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H ayat 4).
20) Hak setiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun
(Pasal 28I ayat 1).
21) Hak setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas asar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (Pasal 28I ayat 2).
22) Penghormatan atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban. (Pasal 28I ayat 3).
23) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah (Pasal 28I ayat 4).
24) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 28I ayat 5).
25) Hak setiap orang untuk wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Pasal 28J ayat 1).
26) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan

66
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis (Pasal
28J ayat 2).

Analisa Terhadap Klasifikasi Hak Asasi Manusia Berdasarkan Perspektif


Hukum
Klasifikasi HAM berdasarkan hukum internasional dapat dilihat dari ketentuan-
ketentuan hukum internasional yang telah menormakan HAM tersebut. Klasifikasi ini
didapati di dalam beberapa instrumen hukum internasional, seperti: UDHR, 1948, ICCPR,
1966, berikut Protokol Tambahannya 1967, dan ICESCR, 1966. Termasuk juga dalam hal ini
beberapa instrumen hukum internasional menyangkut dengan hukum lingkungan
internasional.
Adapun pengklasifikasian HAM di dalam instrumen hukum internasional terdiri
dari:
1. HAM generasi pertama, yang meliputi keseluruhan hak-hak yang terdapat di dalam
instrumen hukum, seperti: UDHR 1948 dan ICCPR, 1966 dan Protokol Tambahannya
1967. Hak-hak ini disebut juga dengan hak-hak sipil dan politik (hak-hak sipol);
2. HAM generasi kedua, yang meliputi keseluruhan hak-hak yang terdapat di dalam
instrumen hukum, seperti: UDHR 1948 dan ICESCR, 1966. Hak-hak ini disebut dengan
hak ekonomi, sosial dan budaya (hak-hak ekosob);
3. HAM generasi ketiga, yang meliputi keseluruhan hak-hak yang terdapat di dalam
instrumen hukum HAM, seperti: UDHR 1948 dan instrumen hukum menyangkut dengan
hukum lingkungan internasional, seperti: Deklrasi Stockholm dan Deklarasi Rio serta
konvensi-konvensi hukum lingkungan lainnya. Hak-hak ini disebut dengan hak-hak atas
pembangunan dan lingkungan.13
Salah satu kewajiban sebagai warga negara adalah ikut serta dalam upaya pembelaan
negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Pasal 68). Dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor XVII/MPR998, soal ikut serta dalam upaya pembelaan
negara dirumuskan sebagai bagian dari hak asasi manusia, dan sekaligus sebagai kewajiban
setiap warga negara. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, ikut serta

Bandingkan dengan pengklasifikasian HAM sebagaimana yang terdapat di Deklarasi Kairo sebagai
13

hasil Konprensi Organisasi Islam (OKI) pada tanggal 5 Agustus 1990, yang mengklasifikasikan HAM atas: (1)
Kelompok hak-hak sipil dan politik; (2) Kelompok hak-hak ekonomi, sosial dan budaya; serta

67
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

dalam upaya pembelaan negara hanya dirumuskan sebagai kewajiban dasar, dan tidak lagi
dirumuskan sebagai bagian dari HAM.14

PENUTUP
Sebagai penutup dari tulisan ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa pengklasifikasian HAM secara obyektif dapat dimungkinkan, terutama dalam
rangka untuk memudahkan penormaan rumusan HAM yang akan dituangkan dalam
bentuk aturan sebagai rumusan dasar HAM dan HAM yang bukan dasar.
2. Pengklasifikasian rumusan HAM di dalam instrumen hukum internasional dapat dilihat
dari beberapa ketentuan hukum internasional menyangkut HAM, seperti UDHR 1948,
ICCPR 1966 berikut Protokol Tambahannya 1967, ICESCR 1966, dan beberapa
instrumen hukum lingkungan internasional, seperti Deklrasi Stockholm dan Deklarasi
Rio, serta konvensi-konvensi lainnya menyangkut dengan pembangunan dan
lingkungan hidup.
3. Dilihat dari rumusan HAM yang telah dinormakan di dalam aturan hukum nasional,
seperti: TAP MPR No.XVII/MPR998, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM, dan UUD 1945 setelah diamandemen. Dari kesemua rumusan tentang HAM
tersebut di atas, hanya Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 saja yang lebih lengkap
jika dibandingkan dengan TAP MPR No.XVII/MPR998 dan UUD 1945 setelah
diamandemen. Sedang pengklasifikasiannya hanya ada pada TAP MPR
No.XVII/MPR998 yang mengklasifikasikan hak-hak dasar manusia dan Kewajiban
Asasi dan UU No.39 Thn 1999 yang mengkalsifikasikan tidak saja menyangkut hak-hak
dasar, tetapi juga kewajiban asasi, serta menentukan adanya lembaga independen yang
dianggap sebagai pengawal HAM di Indonesia, walaupun pengklasifikasiannya tidak
secara sistematis, sedang UUD 1945 setelah amandemen tidak memberikan
pengklasifikasian khusus terhadap HAM, melainkan hanya menentukan mana hak bagi
setiap penduduk dan mana hak sebagai warga-negara, dimana hak-hak tersebut lebih
banyak mengadopsi dari beberapa hak dari instrumen internasional HAM (dalam hal ini
UDHR 1948).

14 Abd Rahman, “Kebebasan Berpendapat: Tinjauan Filosofis Pasal 22 Deklarasi Kairo Tentang

HakAsasi Manusia Dalam Islam,” Al Hurriyah: Jurnal Hukum Islam 3, no. 1 (2018): 81–94.
68
VOLUME 5 Nomor 1 Tahun 2021

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Saafroedin. Hak Asasi Manusia: Analisis Komnas HAM Dan Jajaran
Hankam/ABRI. Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Busrizalti.” Pembangunan Hukum Di Indonesia, Sebagai Suatu Pengantar Dalam Ilmu
Hukum LPPM, UP, no. Purwakarta (2013).
Ceunfin, Frans. “Hak-Hak Asasi Manusia Pendasaran Dalam Filsafat Hukum Dan Filsafat
Politik.” Maumere: ledalero (2004).
Juwana, Hikmahanto, and S H MULADI. “Pemberdayaan Budaya Hukum Dalam
Perlindungan HAM Di Indonesia: HAM Dalam Perspektif Sistem Hukum
Internasional.” dalam Muladi (ed.), Hak Asasi Manusia: Hakikat, Konsep dan
Implikasinya dalam Persepektif Hukum dan Masyarakat, Bandung: PT Rafika
Aditama (2009).
Levin, Leah Sarah. Human Rights: Questions and Answers. Unesco, 2012.
Mahfud, Moh. Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Rineka Cipta, 2001.
Rahman, Abd. “Kebebasan Berpendapat: Tinjauan Filosofis Pasal 22 Deklarasi Kairo
Tentang HakAsasi Manusia Dalam Islam.” Al Hurriyah: Jurnal Hukum Islam 3, no. 1
(2018): 81–94.
Siregar, Parluhutan. “Etika Politik Global: Isu Hak-Hak Asasi Manusia.” Jurnal Medan
Agama 6, no. 1 (2014): 1–59.

69

Anda mungkin juga menyukai