Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Hak asasi manusia sangatlah penting, mengingat bahwa hak asasi manusia
merupakan hak universal yang harus dilindungi dan dihormati oleh setiap individu dan
negara. Hak asasi manusia meliputi hak atas kebebasan, kesetaraan, martabat, dan hak untuk
tidak didiskriminasi, dihormati, dan dilindungi oleh hukum.
Namun, kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia di
berbagai negara, baik oleh negara itu sendiri maupun oleh pihak-pihak yang bertindak di
luar negara. Pelanggaran hak asasi manusia ini dapat berupa diskriminasi, penyiksaan,
pemerkosaan, eksekusi mati, penghilangan paksa, dan lain-lain.
Perlindungan hak asasi manusia menjadi suatu hal yang sangat penting karena
pelanggaran hak asasi manusia dapat mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu atau kelompok yang terkena dampaknya. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk
memperjuangkan dan melindungi hak asasi manusia harus terus dilakukan, baik di tingkat
nasional maupun internasional.
Dalam konteks internasional, ada beberapa lembaga dan instrumen hukum yang
berperan dalam perlindungan hak asasi manusia, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Di tingkat nasional, negara harus memastikan
bahwa hak asasi manusia dihormati dan dilindungi oleh hukum, serta adanya lembaga atau
mekanisme yang bertanggung jawab untuk memperjuangkan hak asasi manusia.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian dan makna hak
asasi manusia, bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia, prinsip-prinsip hak asasi
manusia, fungsi dan tujuan perlindungan hak asasi manusia, instrumen hukum dan lembaga
internasional yang berperan dalam perlindungan hak asasi manusia, serta upaya-upaya yang
1
dapat dilakukan untuk meningkatkan perlindungan hak asasi manusia di tingkat nasional dan
internasional.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian hak asasi manusia
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip hak asasi manusia
3. Mengetahui jenis-jenis dan contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia
4. Dapat mengetahui fungsi dan tujuan perlindungan hak asasi manusia
5. Dapat mengetahui Insturmen hukum dan lembaga internasional yang berperan dalam
perlindungan hak asasi manusia
6. Untuk mengetahui dan memahami upaya untuk meningkatkan perlindungan hak asasi
manusia di tingkat nasional maupun internasional
2
BAB II
PEMBAHASAN
HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena manusia. Umat
manusia memilikinya bukan karena diberikan oleh masyarakat atau berdasarkan hukum
positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.3
Asal usul gagasan mengenai HAM sebagaimana disebut terdahulu bersumber dari
teori hak kodrati (natural rights theory). Teori kodrati mengenai hak itu bermula dari teori
hukum kodrati (natural law theory). Dalam perkembangannya melawan kekuasaan muncul
Gerakan pembaharuan (Renaissance) yang mengharapkan kembali kebudayaan Yunani dan
Romawi yang menghormati orang perorang.
Gerakan pembaharuan diteruskan oleh aliran hukum kodrat yang dipelopori oleh
Thomas Aquinas dan Grotius yang menegaskan bahwa setiap orang dalam kehidupan
ditentukan oleh Tuhan, tetapi semua orang apapun statusnya tunduk pada otoritas Tuhan.
Artinya, bukan hanya kekuasaan Raja saja yang dibatasi oleh aturan-aturan Ilahiah tetapi
semua manusia dianugerahi identitas individual yang unik; yang terpisah dari negara di
mana ia memiliki hak kodrati yang menyatakan bahwa setiap individu adalah makhluk
otonom.
1
UU HAM No. 39 tahun 1999 pasal 1
2
Eko Hidayat, Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia, Vol. 8, Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah, 2016, hal. 81
3
Jack Donnely, Universal Human Rights in Theory and Practice, Cornell University Press, Ithaca and London,
2003, p. 7.
3
Pada bagian lain, John Locke pendukung hukum kodrati berpandangan bahwa:
semua individu dikarunia alam hak yang inheren atas kehidupan, kebebasan, dan harta yang
merupakan milik mereka dan tidak dapat dicabut oleh negara. Melalui suatu kontrak sosial
pengunaan hak mereka yang tidak dapat dicabut itu diserahkan kepada penguasa, apabila
penguasa memutuskan kontrak sosial itu dengan melanggar hakhak kodrati individu, rakyat
dapat menggantikannya dengan penguasa yang mampu menghormati hak-hak tersebut.
Dalam perkembangannya hak-hak individu itu memperoleh tempatnya pada:
1. Magna Carta (1215) yang berisi kompromi pembagian kekuasaan Raja John dengan
bangsawannya dan memuat gagasan HAM yang menjamin adanya perlindungan rakyat
dari penangkapan, penahanan dan pembuangan kecuali ada keputusan pengadilan yang
sah.
2. Habeas Carpus (1679) di Inggris yang mengharuskan seseorang yang ditangkap
diperiksa dalam waktu singkat.
3. Glorius Revolution di Inggris pada tahun 1688 disusul Bill of Rights (1689) yang
memuat hak-hak rakyat dan menegaskan kekuasaan Raja tunduk di bawah Parlemen.
4. Declaration of Independence 1788 yang disusun Thomas Jefferson mencantumkan
bahwa manusia karena kodratnya bebas merdeka serta memiliki hak-hak yang tidak
dapat dipisahkan atau dirampas dengan sifat kemanusiaannya berupa; hak hidup, hak
memiliki, hak mengejar kebahagiaan dan keamanan.
5. Pandangan inilah yang dibawah Marquis de lafayette ke Perancis dan dimuat di Des
Droit De L’Homme et Du Citoyen (Deklarasi Hak Manusia dan Warga Negara 1789)
Pasal 1 : “Tujuan setiap organisasi politik adalah pelestarian HAM yang kodrati dan
tidak dapat dicabut. Hak-hak itu adalah kebebasan (Liberty), Harta (Property), keamanan
(Safety), perlawanan terhadap penindasan (Resistence of Oppression)4
adalah:
1) Universal
HAM harus diberikan kepada semua orang tanpa pengecualian dan tanpa
diskriminasi. Alasan mengapa semua orang berhak atas pemenuhan HAM adalah karena
mereka manusia.
2) Kesetaraan/equality
Konsep kesetaraan menekankan penghargaan terhadap martabat seluruh insan manusia.
Manusia dilahirkan setara, hal ini diakui dalam Deklarasi Universal HAM 1948.
3) Non-diskriminatif
4
Retno Kusniati, SEJARAH PERLINDUNGAN HAK HAK ASASI MANUSIA DALAM KAITANNYA DENGAN
KONSEPSI NEGARA HUKUM,Vol. 14 No. 5, Jurnal Ilmu Hukum, 2011, hal. 83-84
4
Non diskriminatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep kesetaraan.
Konsep ini mendorong bahwa tidak seorangpun dapat diingkari hak asasinya karena
alasan faktor eksternal, seperti: ras, warna kulit, seks, bahasa, agama, politik dan
pandangan lain, asal nasionalitas atau sosial, kepemilikan, kelahiran atau status lain.
HAM harus dijamin bebas dari segala bentuk diskriminasi baik yang sengaja ditujukan
bagi kelompok tertentu (purposed discrimination) atau diskriminasi yang diakibatkan
oleh kebijakan tertentu.
4) Martabat manusia
Prinsip-prinsip HAM didasarkan atas pandangan bahwa setiap individu, patut untuk
dihargai dan dijunjung tinggi, tanpa memandang usia, budaya, kepercayaan, etnik, ras,
jender, orientasi seksual, bahasa, ketidakmampuan atau kelas sosial.
5) Inalienability (tidak dapat direnggut)
Hak yang dimiliki individu tidak dapat dicabut, diserahkan atau dipindahkan. Namun
dengan demikian tidak berarti HAM tidak dapat dibatasi atau dikurangi. Hal ini dapat
dilakukan oleh pemerintah dengan alasan tertentu, misalnya keamanan nasional.
5
2) Melakukan hal yang dapat mencemarkan nama baik seseorang.
3) Menghalangi seseorang untuk menyampaikan aspirasinya dengan berbagai cara.
4) Melakukan aksi kekerasan dengan pemukulan.
5) Mengambil barang atau hak milik orang lain.
6) Menghalangi seseorang menjalankan ibadah. Melakukan pencemaran lingkungan.
7) Melakukan perundungan, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
8) Tindakan pemaksaan orang tua terhadap anaknya.
Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik. Berikut tindakan yang tergolong ke dalam
kejahatan kemanusiaan:
1) Pembunuhan.
2) Pemusnahan.
3) Perbudakan.
4) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
5) Perampasan kemerdekaan atau kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang
melanggar ketentuan pokok hukum internasional.
6) Penyiksaan.
7) Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan kehamilan, pemandulan secara paksa,
dan bentuk kekerasan seksual lain.
8) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu yang telah dilarang secara universal
oleh hukum internasional.
9) Penghilangan orang secara paksa.
6
10) Kejahatan apartheid.6
Hukuman mati atau pidana adalah praktik yang dilakukan suatu negara untuk
membunuh seseorang sebagai hukuman atas suatu kejahatan. Vonis yang memerintahkan
seorang tersangka didakwa dengan hukuman mati dapat dikatakan telah divonis mati, dan
tindakan pelaksanaan hukuman disebut sebagai eksekusi.
Menurut kelompok yang pro hukuman mati sudah selayaknya di berikan bagi para
pelaku kejahatan tertentu yang mana kejahatan tersebut termasuk dalam kategori kejahatan
luar biasa (extra ordinary crimes) seperti menghilangkan nyawa orang lain. Dimana rasa
keadilan bahwa hak untuk hidup dari pelaku kejahatan pembunuhan berencana, genosida,
kejahatan terhadap kemanusiaan, terorisme dan pengedar narkotika itu harus dihapuskan
dengan mengabaikan hak hidup korban dari kejahatan mereka? Mereka saja telah merenggut
ham yang dimiliki orang lain untuk hidup lantas hukuman apa yang tepat selain hukuman
mati.
Kelompok yang pro terhadap hukuman mati beranggapan bahwa isu ham tetap
mempunyai batasan yaitu ham orang lain. Hal yang mendasar adalah antara HAM dengan
kewajiban asasi manusia itu seharusnya sama. Ketentuan dalam hukum positif kita bahwa
seseorang tidak bisa dipidana sebelum ada aturannya, sementara aturan saat ini diatur
sampai hukuman mati, dalam kasus-kasus tertentu diatur maksimal hukuman mati karena
saat ini masih berlaku dan sah.
Pada tahun 2007 dalam uji materi atas hukum mati pada UU No.22 Tahun 1997
tentang Narkotika, sejumlah dalil menolak hukuman mati disampaikan pada uji materi.
6
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/08/03000081/jenis-pelanggaran-ham-ringan-dan-
berat
7
Namun Mahkamah Konstitusi dengan sejumlah hakim melakukan dissenting, menolak uji
materi tersebut dan menyatakan hukuman mati tidak bertentang dengan konstitusi karena
UUD 1945 tidak menganut kemutlakan hak asasi manusia.
Namun ada kelompok orang yang menolak hukuman mati dengan beberapa alasan
pertama adalah bahwa hukuman mati itu bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin
oleh pasal 28A ayat (1) UUD 1945 bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Hukuman mati juga dianggap pengingkaran
terhadap hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaaan apapun seperti
termuat dalam pasal 28I ayat (1) UUD 1945 bahwa “Hak untuk hidup, adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”. Mengingat hak hidup
merupakan hak asasi manusia, maka perampasan nyawa orang lain berupa pembunuhan
dalam bentuk penjatuhan hukuman mati adalah pelanggaran ham. Indonesia juga telah
meratifikasi Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR) melalui UU No. 12
Tahun 2005 dalam Pasal 6 ayat (1) menegaskan hak hidup adalah suatu hak yang melekat
kepada setiap individu, tanpa memandang perbedaan status kewarganegaraan.
Kedua, hukuman mati merupakan salah satu bentuk penghukuman yang kejam dan
tidak manusiawi. Hukum internasional hak asasi manusia, termasuk juga yurisprudensi
pengadilan di beberapa negara dan kawasan telah menegaskan bahwa praktik eksekusi
hukuman mati merupakan suatu tindakan penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan
merendahkan derajat dan martabat seseorang.
Keempat, tidak sejalan dengan arah pembaruan hukum pidana. Pemberlakuan pidana
mati cenderung menekankan aspek balas dendam (retributive). Padahal di sisi lain,
paradigma dalam tatanan hukum pidana telah mengalami perubahan ke arah keadilan
restoratif (restorative justice).
8
Ketujuh, kecenderungan internasional yang semakin meninggalkan praktik hukuman
mati. Laporan Amnesty International menyebutkan, sampai dengan April 2015, sedikitnya
140 negara telah menerapkan kebijakan abolisionis terhadap hukuman mati, baik secara
hukum (de jure) maupun secara praktik (de facto). Sedangkan yang masih menerapkan dan
menjalankan praktik hukuman mati, tinggal 55 negara.
Namun Pilihan sudah ditetapkan. Pidana mati sudah merupakan suatu ketentuan
hukum positif. Kesadaran sebagian besar masyarakat Indonesia masih menghendaki untuk
mempertahankan hukuman mati. Konsekwensinya eksekusi pidana mati harus dijalankan.
Immanue Kant pernah berkata, “Bahkan jika suatu masyarakat telah berketetapan hati untuk
membubarkan dirinya sendiripun, pembunuh terakhir yang meringkuk di dalam penjara
harus dieksekusi”.
Mungkin suatu saat nanti apabila kesadaran masyarakat sudah lebih baik tidak perlu
ada hukuman yang bernama hukuman mati, karena sudah tidak ada lagi orang yang
melakukan kejahatan yang harus diancam dengan hukuman mati.7
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis hukuman mati kepada
Ferdy Sambo terdakwa kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua
Hutabarat atau Brigadir J.
Ferdy Sambo bukan orang pertama yang mendapat hukuman mati, namun sebelumnya ada
beberapa orang yang dijatuhi hukuman mati seperti Amrozi, Mary Jane hingga Freddy
Budiman. Vonis hukuman mati sendiri sebenarnya menuai banyak pro kontra di Indonesia.
Bagi pihak keluarga, hukuman mati ini merupakan hukuman yang diharapkan sebab sepadan
dengan perbutan yang Ferdy Sambo lakukan pada putra mereka, Ibunda Brigadir J juga
mengatakan harapannya agar seluruh terdakwa mendapat hukuman yang setimpal pula.
Vonis mati pada Mantan Kadiv Propram Polri ini juga mendapat perhatian dari
Menkopolhukam Mahfud Md, menurutnya vonis mati yang dijatuhkan sudah sesuai dengan
rasa keadilan publik, ia juga menambahkan vonis tersebut dijatuhkan bukan tanpa alasan
namun karena perbuatan tersebut sudah termasuk perbuatan yang sangat kejam. Mahfud Md
juga memuji kinerja para Hakim yang baik dan independen.
Mahfud mengatakan vonis itu sesuai dengan rasa keadilan publik. “Makanya vonisnya
sesuai dengan rasa keadilan publik, Sambo dijatuhi hukuman hati,”
Meskipun banyak pihak pro terhadap putusan hakim, ada pula sebagian pihak yang menolak
vonis mati terhadap Ferdy Sambo ini. Menurut Maulidiyanti selaku koordinator Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyatakan bahwa vonis mati
tidak sejalan dengan semangat moratorium terhadap eksekusi mati. Koordinator KontraS
juga mengatakan bahwa kritik ini tidak hanya berlaku untuk kasus Sambo, namun juga pada
7
Hukuman Mati dan HAM (kemenkumham.go.id)
9
siapapun.
Begitu hal nya dengan pihak Komnas HAM yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
vonis mati yang dijatuhkan pada terdakwa. Menurut Komisioner Komnas HAM Hari
Kurniawan, penggunaan hukuman mati dalam pemidanaan seharusnya dihapus dari sistem
hukum di Indonesia.
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada setiap individu sebagai
manusia. Fungsi utama dari perlindungan HAM adalah untuk memastikan bahwa hak-hak
tersebut diakui, dihormati, dan dilindungi oleh negara serta masyarakat, dan bahwa setiap
pelanggaran terhadap hak tersebut diatasi. Fungsi perlindungan HAM adalah untuk
menjamin bahwa hak asasi manusia diakui, dihormati, dan dilindungi oleh negara serta
masyarakat, dan bahwa setiap pelanggaran terhadap hak tersebut diatasi. Perlindungan HAM
juga berfungsi untuk memperkuat demokrasi dan menjaga ketertiban dalam masyarakat.
Fungsi dari perlindungan HAM adalah untuk menjamin hak-hak dasar individu dan
mencegah penindasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Tujuan dari perlindungan HAM adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil,
setara, dan sejahtera di mana hak asasi manusia dipenuhi untuk semua orang tanpa
diskriminasi.Tujuan dari perlindungan HAM adalah untuk melindungi martabat dan nilai-
nilai kemanusiaan individu, memastikan kebebasan dan hak-hak dasar individu, dan
mencegah penindasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Tujuan dari perlindungan HAM adalah untuk menjamin bahwa hak-hak asasi
manusia diakui dan dihormati dalam konstitusi dan undang-undang negara, serta melalui
lembaga-lembaga seperti ombudsman dan pengadilan hak asasi manusia. Selain itu
perlindungan HAM juga bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil, setara, dan
sejahtera di mana hak asasi manusia dipenuhi untuk semua orang tanpa diskriminasi. 9
8
tempo.co, Rentetan Pro-kontra Hukuman Mati Ferdy Sambo, https://nasional.tempo.co/read/1691587/rentetan-
pro-kontra-hukuman-mati-ferdy-sambo (diakses pada 28 maret 2023)
9
Fauzi, Wildan. (2021) Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Mewujudkan Keberlanjutan
Pembangunan. Jurnal Kajian Hukum dan Sosial, vol. 3, no. 1, pp. 14-22.
Yuliana, Nana. (2021) Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kedaulatan Negara. Jurnal Hukum
Reformasi, vol. 7, no. 1, pp. 85-94.
11
• Pasal 28 B ayat (1), (2);
• Pasal 28 C ayat (1) dan (2);
• Pasal 28D ayat (1), (2), (3) dan (4);
• Pasal 28E ayat (1), (2), (3)
• Pasal 28F
• Pasal 28G ayat (1) dan (2)
• Pasal 28H ayat (1), (2), (3) dan (4)
• Pasal 28I ayat (1), (2), (3), (4) dan (5)
• Pasal 28J ayat (1) dan (2)
4) Undang-Undang
a. Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang ini merupakan salah satu instrumen hukum tentang Hak Asasi
Manusia yang merupakan instrumen pokok untuk melindungi dan menjamin
semua hak setiap individu manusia. Undang-undang ini merujuk pada
kategorisasi yang termasuk dalam ICCPR, UDHR, CRC, ICESCR, dan lain
sebagainya. Sehingga pembahasan tentang pengakuan, penghormatan dan
perlindungan hak-hak asasi manusia yang sangat luas di muat secara detail
dalam Undangundang ini. Selain itu, Undang-Undang ini memiliki beberapa
kekurangan yang cukup mendasar, beberapa di antaranya yaitu tentang
penjabaran dan pemahaman hak asasi manusia dan masih menempatkan
kewajiban asasi manusia yang seharusnya termasuk ke dalam ranah hukum
pidana. Selain itu, konsep tentang HAM dalam Undang- Undang ini terdapat
pengkaburan dalam hal pertanggungjawaban hukumnya hal ini di sebabkan
karena Undang-Undang ini masih belum bisa membedakan secara jelas antara
konsep tentang hak asasi manusia dan konsep tentang hukum pidana pada
umumnya.
b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga.
e. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi
Ras dan Etnis.
f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau
Buruh.
g. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Di samping berbagai instrumen hukum dalam hal penegakan hukum hak asasi manusia
di sebutkan diatas, peraturan hukum yang mengatur tentang penegakan HAM lainnya
yang menjadi media tanggung jawab masih cukup banyak yang di gunakan untuk
memenuhi, menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia, seperti UU No. 21 tahun
2007 tentang Perdagangan Orang, UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganeraan
12
Indonesia, UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, UU No. 3
tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 40 tahun 1999 tentan Pers, UU No. 2 tahun 2002
tentang Kepolisian, UU No. 3 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 3 tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung, dan beberapa lainnya. Dalam kondisi ini dimensi penghormatan, perlindungan,
dan pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam instrumen hukum hak asasi manusia tersebut
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam rangka penegakan hak asasi manusia di
Indonesia.10
2.6 Upaya Peningkatan Perlindungan Hak Asasi Manusia Secara Nasional dan
Iternasional
A. Upaya Peningkatan Perlindungan HAM Secara Nasional
1) Penetapan Undang-Undang tentang HAM
Undang-Undang tentang HAM menjadi dasar hukum yang memberikan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia di Indonesia. Sumbernya adalah
UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
10
Islamica, Justicia. (2018) Instrumen Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Jurnal Instrumen Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia, vol. 15, no. 1, pp. 130-133.
11
https://www.bola.com/ragam/read/5070777/daftar-nama-lembaga-perlindungan-ham-di-
indonesia
13
3) Pelaksanaan program pembangunan HAM
Program pembangunan HAM dilaksanakan untuk memastikan bahwa hak asasi
manusia diakui dan dilindungi dalam pembangunan nasional. Sumbernya adalah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
3) Deklarasi dan Program Aksi Wina tentang Hak Asasi Manusia oleh PBB
12
https://www.bola.com/ragam/read/5103310/macam-macam-upaya-penegakan-ham-di-
indonesia
14
Deklarasi dan Program Aksi Wina tentang Hak Asasi Manusia merupakan salah
satu hasil dari Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan
oleh PBB pada tahun 1993. Dokumen ini berisi serangkaian rekomendasi dan
tindakan konkret untuk memperkuat perlindungan HAM di tingkat internasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa perlindungan hak asasi manusia (HAM) merupakan sebuah
kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh manusia di dunia. Setiap individu berhak
mendapatkan perlindungan yang sama dan tidak diskriminatif terhadap hak-haknya sebagai
manusia. Hal ini diakui secara universal melalui berbagai instrumen hukum dan deklarasi
yang disahkan di tingkat nasional dan internasional.
13
https://kumparan.com/myanda-jovanka/perlindungan-ham-dalam-kerangka-hukum-
internasional/4
15
pemantauan. Namun, masih banyak pelanggaran HAM yang terjadi di berbagai negara dan
wilayah, baik oleh negara maupun oleh pihak swasta.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, terdapat beberapa saran yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan perlindungan HAM di masa depan. Pertama, negara-negara
perlu mematuhi dan melaksanakan konvensi dan perjanjian HAM yang telah disepakati
secara internasional. Kedua, dibutuhkan upaya lebih lanjut dalam mengedukasi masyarakat
mengenai pentingnya HAM dan bagaimana masyarakat dapat memperjuangkan hak-hak
tersebut. Ketiga, lembaga HAM perlu diberikan otoritas yang lebih besar untuk mengawasi
dan menindak pelanggaran HAM.
DAFTAR PUSTAKA
UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Hidayat, Eko. “Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia”, Vol. 8,
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 2016, hal. 81
Donnely, Jack. Universal Human Rights in Theory and Practice, Cornell University Press,
Ithaca and London, 2003, p. 7.
Kusniati, Retno. “SEJARAH PERLINDUNGAN HAK HAK ASASI MANUSIA DALAM KAITANNYA
DENGAN KONSEPSI NEGARA HUKUM”,Vol. 14 No. 5, Jurnal Ilmu Hukum, 2011, hal. 83-84
https://ernadkusumawati.com/2018/05/07/bagian-v-prinsip-prinsip-dalam-hak-asasi-manusia/
(diakses pada 28 maret 2023)
16
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/08/03000081/jenis-pelanggaran-ham-ringan-dan-berat
(diakses pada 28 maret 2023)
Fauzi, Wildan. (2021) Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Mewujudkan Keberlanjutan
Pembangunan. Jurnal Kajian Hukum dan Sosial, vol. 3, no. 1, pp. 14-22.
Yuliana, Nana. (2021) Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kedaulatan Negara. Jurnal Hukum
Reformasi, vol. 7, no. 1, pp. 85-94.
Islamica, Justicia. (2018) Instrumen Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jurnal
Instrumen Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia, vol. 15, no. 1, pp. 130-133.
https://www.bola.com/ragam/read/5070777/daftar-nama-lembaga-perlindungan-ham-di-
indonesia (diakses pada 28 maret 2023)
https://kumparan.com/myanda-jovanka/perlindungan-ham-dalam-kerangka-hukum-
internasional/4 (diakses pada 28 maret 2023)
https://www.bola.com/ragam/read/5103310/macam-macam-upaya-penegakan-ham-di-indonesia
(diakses pada 28 maret 2023)
17