Bab ini membahas konsep dasar hak asasi manusia, kategori hak asasi manusia, prinsip-prinsip
pokok hak asasi manusia, sejarah perkembangan hak asasi manusia, hak asasi manusia dalam
UUD 1945
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, para pembaca diharapkan memiliki kemampuan untuk:
Mendeskripsikan konsep dasar hak asasi manusia
Mengidentifikasi kategori hak asasi manusia
Menyebutkan prinsip-prinsip pokok hak asasi manusia
Menganalisis sejarah perkembangan hak asasi manusia
Menilai hak asasi manusia dalam UUD 1945
Istilah kunci Human rights, political rights, social rights, economic rights
Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakaan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dari rumusan HAM di atas dapat dikemukakan bahwa di balik adanya hak asasi yang perlu
dihormati mengandung makna adanya kewajiban asasi dari setiap orang. Kewajiban asasi yang
dimaksud menurut Sapriya dan Udin S. Winataputra (2003: 137) adalah kewajiban dasar
manusia yang ditekankan dalam undang-undang tersebut sebagai seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya HAM.
Pertama, HAM adalah hak. Makna istilah ini menunjukkan bahwa itu adalah norma-norma
yang pasti dan memiliki prioritas tinggi yang penegakannya bersifat wajib.
Kedua, hak-hak ini dianggap bersifat universal, yang dimiliki oleh manusia semata-mata
karena ia adalah manusia. Pandangan ini menunjukkan secara tidak langsung bahwa karakteristik
seperti ras, jenis kelamin, agama, kedudukan sosial, dan kewarganegaraan tidak relevan untuk
mempersoalkan apakah seseorang memiliki atau tidak memiliki HAM. Ini juga menyiratkan
bahwa hak-hak tersebut dapat diterapkan di seluruh dunia. Salah satu ciri khusus dari HAM yang
berlaku sekarang adalah bahwa itu merupakan hak internasional. Kepatuhan terhadap hak serupa
itu telah dipandang sebagai obyek perhatian dan aksi internasional yang sah.
Ketiga, HAM dianggap ada dengan sendirinya, dan tidak bergantung pada pengakuan dan
penerapannya di dalam sistem adat atau sistem hukum di negara-negara tertentu. Hak ini boleh
jadi memang belum merupakan hak yang efektif sampai ia dijalankan menurut hukum, namun
hak itu eksis sebagai standar argumen dan kritik yang tidak bergantung pada penerapan
hukumnya.
Keempat, HAM dipandang sebagai norma-norma yang penting. Meski tidak seluruhnya
bersifat mutlak dan tanpa perkecualian, HAM cukup kuat kedudukannya sebagai pertimbangan
normatif untuk diberlakukan di dalam benturan dengan norma-norma nasional yang
bertentangan, dan untuk membenarkan aksi internasional yang dilakukan demi HAM. Hak-hak yang
dijabarkan di dalam Deklarasi tersebut tidak disusun menurut prioritas; bobot relatifnya tidak
disebut. Tidak dinyatakan bahwa beberapa di antaranya bersifat absolut. Dengan demikian HAM
yang dipaparkan oleh Deklarasi itu adalah sesuatu yang oleh para filsuf disebut sebagai prima facie
rights.
Dan terakhir, keenam, hak-hak ini menetapkan standar minimal bagi praktek
kemasyarakatan dan kenegaraan yang layak. Tidak seluruh masalah yang lahir dari kekejaman
atau pementingan diri sendiri dan kebodohan merupakan problem HAM. Sebagai misal, suatu
pemerintah yang gagal untuk menyediakan taman-taman nasional bagi rakyatnya memang
dapat dikecam sebagai tidak cakap atau tidak cukup memperhatikan kesempatan untuk
rekreasi, namun hal tersebut tidak akan pernah menjadi persoalan HAM.
3. Prinsip tidak dapat dipisahkan (indivisible), bahwa hak-hak sipil dan politik, maupun
hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, serta hak pembangungan, tidak dapat dipisah-
pisahkan, baik dalam penerapan, pemenuhan, pemantauan maupun penegakannya.
5. Prinsip keseimbangan, bahwa (perlu) ada keseimbangan dan keselarasan di antara HAM
perorangan dan kolektif di satu pihak dengan tanggung jawab perorangan terhadap
individu yang lain, masyarakat dan bangsa di pihak lainnya. Hal ini sesuai dengan kodrat
manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan
antara kebebasan dan tanggung jawab merupakan faktor penting dalam penghormatan,
pemajuan, pemenuhan dan perlindungan HAM;
6. Prinsip partikularisme, bahwa kekhususan nasional dan regional serta berbagai latar
belakang sejarah, budaya dan agama adalah sesuatu yang penting dan harus terus menjadi
pertimbangan. Namun, hal ini tidak serta merta menjadi alasan untuk tidak memajukan
dan melindungi HAM, karena “adalah tugas semua negara, apa pun sistem politik,
ekonomi dan budayanya, untuk memajukan dan melindungi semua HAM.
2. Piagam Magna Charta. Dideklarasikan di Inggris tahun 1215. Magna Charta merupakan
cikal bakal (embrio) HAM. Piagam ini membatasi kekuasaan Raja John yang absolut.
Dengan piagam ini, raja bisa dimintai pertanggungjawabannya di muka hukum dan raja
harus bertanggung jawab kepada parlemen. Walaupun demikian, raja tetap berwenang
membuat Undang-Undang.
3. Dokumen Bill of Rights. Perkembangan yang lebih konkret tentang HAM terjadi setelah
lahirnya piagam ini di Inggris pada tahun 1689. Piagam ini ditandatangani Raja William
III. Inti piagam ini menyatakan bahwa “manusia sama di muka hukum” (equality before
the law). Paham inilah yang menjadi embrio Negara hukum, demokrasi, dan persamaan.
5. Declaration des Droits de I‟lhomme er du Citoyen. Piagam ini merupakan Piagam Hak
Asasi Manusia dan Warga Negara yang dideklarasikan di Prancis, tahun 1789. Piagam ini
banyak dipengaruhi oleh Declaration of Independence karena jasa Lafayette, seorang
jenderaldari Prancis yang ikut berperang di Amerika pada waktu negeri tersebut
membebaskan diri dari penjajah Inggris. Sekembalinya ke Prancis, Lafayette berjuang
untuk melahirkan Piagam Hak Asasi Manusia dan Warga Negara di negerinya. Piagam
ini merupakan dasar dari rule of law yang melarang penangkapan secara sewenang-
wenang. Disamping itu, piagam ini pun menekankan pentingnya asas praduga tak
bersalah (presumption of innocence), kebebasan berekspresi (freedom of expression), dan
kebebasan beragama (freedom of religion), serta adanya perlindungan terhadap hak milik
(the right of property).
7. The Universal Declaration of Human Rights. Pada Perang Dunia II, Presiden Amerika
Serikat, Roosevelt, mendeklarasikan The Four Freedom, antara lain bebas berpendapat
dan berekspresi (freedom of speech and expression) serta bebas dari ketakutan (freedom
for fear). Deklarasi Roosevelt inilah yang menjadi dasar lahirnya Piagam HAM PBB,
yakni The Universal Declaration of Human Rights. Piagam tersebut dihasilkan oleh
Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada sidangnya tanggal 10 Desember 1948. Deklarasi
tersebut akhirnya diterima secara resmi dalam Sidang Umum PBB.
UUD 1945 sebelum diubah dengan Perubahan Kedua pada tahun 2000, hanya memuat
sedikit ketentuan yang dapat dikaitkan dengan pengertian HAM. Pasal-pasal yang biasa
dinisbatkan dengan pengertian HAM itu adalah:
1. Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi, ‟Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya‟;
2. Pasal 27 Ayat (2) yang berbunyi, „Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‟;
4. Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi, „Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu‟;
5. Pasal 30 Ayat (1) yang berbunyi, „Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut sertta
dalam usaha pembelaan negara‟;
6. Pasal 31 Ayat (1) yang berbunyi, „Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran‟;
7. Pasal 34 yang berbunyi, „Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar diperlihara oleh
negara‟.
Sementara itu, lima ketentuan lainnya, yaitu Pasal 27 Ayat (1) dan (2), Pasal negara 30
Ayat (1), Pasal 31 Ayat (1), dan Pasal 34, semuanya berkenaan dengan hak konstitusional warga
Republik Indonesia, yang tidak berlaku bagi warga negara asing. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa yang sungguh-sungguh berkaitan dengan ketentuan HAM hanya satu saja, yaitu Pasal 29
Ayat (2) UUD 1945.
4. Hak beragama;
7. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Sedangkan keempat kelompok hak asasi manusia terdiri atas; kelompok pertama adalah
kelompok ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil yang meliputi:
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya;
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan;
5. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran, dan hati nurani;
7. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan;
8. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut;
9. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah;
11. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan, dan
kembali ke negaranya;
13. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.
Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi:
1. Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapatnya
secara damai dengan lisan dan tulisan;
2. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan
rakyat;
3. Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik;
4. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi
kemanusiaan;
5. Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang
layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan;
7. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan
memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat;
9. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran;
10. Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat
manusia;
11. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal
selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa-bangsa;
12. Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
13. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu.
Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan yang meliputi:
1. Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok masyarakat
yang terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan yang sama;
2. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapai kesetaraan gender dalam
kehidupan nasional;
3. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan uang dikarenakan oleh fungsi
reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum;
4. Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian, dan perlindungan orangtua, keluarga,
masyarakat dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta perkembangan
pribadinya;
5. Setiap warga negara berhak untuk berperan-serta dalam pengelolaan dan turut menikmati
manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam;
6. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;
7. Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan yang sah yang dimaksudkan untuk menyetarakan
tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami perlakuan diskriminatif
dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan khusus tersebut tidak
termasuk dalam pengertian diskriminasi.
Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan kewajiban asasi
manusia yang meliputi:
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada pembatasan
yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi
tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama, moralitas, dan kesusilaan, keamanan,
dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis;
4. Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia yang bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan, susunan, dan
kedudukannya diatur dengan undang-undang.
Hak-hak tersebut di atas ada yang termasuk kategori HAM yang berlaku bagi semua orang
yang tinggal dan berada dalam wilayah hukum Republik Indonesia, dan ada pula yang
merupakan hak warga negara yang berlaku hanya bagi warga negara Republik Indonesia. Hak-
hak dan kebebasan tersebut ada yang tercantum dalam UUD 1945 dan ada pula yang tercantum
hanya dalam undang-undang tetapi memiliki kualitas yang sama pentingnya secara
konstitusional sehingga dapat disebut memiliki “constitutional importance” yang sama dengan
yang disebut eksplisit dalam UUD 1945. Sesuai dengan prinsip “kontrak sosial” (social
contract), maka setiap hak yang terkait dengan warga negara dengan sendiri bertimbal-balik
dengan kewajiban negara untuk memenuhinya. Demikian pula dengan kewenangan-kewenangan
konstitusional yang dimiliki oleh negara melalui organ-organnya juga bertimbal-balik dengan
kewajiban-kewajiban konstitusional yang wajib ditaati dan dipenuhi oleh setiap warga negara.