Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA TANAH
ATTERBERG LIMIT TEST

OLEH:
NAMA : SULKARNAIN
NIM : 190930390
KELOMPOK : 2 (DUA)
GELOMBANG : l (SATU)

LABORATORIUM MEKANIKA
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

JANUARI
2021

0
PERCOBAAN III
ATTERBERG LIMIT

A. TUJUAN
Adapun tujuan dari pengujian Atterberg Limit Test sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui batas acir dari tanah berbutir halus.
2. Untuk mengetahui batas plastis dari tanah butir plastis.

B. LANDASAN TEORI
Suatu hal yang paling penting pada tanah berbutir halus adalah sifat
plastisitasnya. Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung
dalam tanah.Istilah plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam
menyesuakan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak retak
atau remuk.
Bergantungan pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair,plastis,semi
padat,atau padat.Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu
disebut konsistensi.Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel
mineral lempung.Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan
berkurangnya tebal lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik
partikel.Bila tanah dalam kedudukan plastis,besarnya jaringan gaya antar
partikel akan sedemikian hingga partikel bebas menggelincir antara satu
dengan yang lain,dengan kohesi yang tetap terpelihara.Pengurangan kadar air
menghasilkan pengurangan volume tanah.
Atterberg (1911), memberikan cara untuk menggambarkan batas – batas
konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimangkan kendungan
kadar air tanah. Batas - batas tersebut adalah batas cair (liquit limit), batas
plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkage limit). (Hary Cristady
Hardiyanto, 2012).
Batas cair didefinisikan sebagai kadar air tanah, dimana tanah berada
dalam peralihan keadaan plastis dan keadaan cair. Batas cair juga dinyatakan
dalam persen berat kering, dimana kedua penampang tanah yang hampir
bersentuhan tetapi tidak saling melimpah satu terhadap yang lain, ketika dalam

1
cawan mengalami pukulan dari arah bawah. Pengujian ini hasilnya sangat.
Dipengaruhi oleh unsur manusia. Jenis pengujian batas-batas Atterberg
menyatakan bahwa kadar air pada transisi keadaan tanah menunjukkan nilai
yang berbeda, sehingga nilai tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur
dalam klasifikasi tanah apakah tanah yang diuji termasuk tanah lempung atau
lanau dan jenis lainnya.
Tanah dapat dikatakan dalam keadaan cair, apabila tersebut masih bias
mengalir akibat berat sendiri, sehingga batas cair bias diartikan dengan kadar
air minimum dimana tanah masih bisa mengalir akibat berat sendiri. Nilai batas
cair (liquid limit) dapat dilihat dari besar persentase kadar air saat ketukan 25.
(Dafid Setiawan, 2017).
Plastic limit (PL) adalah kadar air pada batas kedudukan antara plastis dan
semi padat. Selisih antara LL dan PL disebut plastisitas, PI (olasticity index)
yang dinyatakan dalam persmaan PI = LL – PL. Jika PI semakin besar maka
jumlah partikel lempung dalam tanah semakin banyak. Jika PI rendah,
contohnya pada tanah lanau, sedikit pengurangan kadar air akan berakibat
tanah menjadi kering dan sebaliknya jika kadar air bertambah sedikit maka
tanah menjadi cair, (Iwan Sutrino, 2013).
Kalibrasi harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan tersebut dapat
bekerja dengan baik, meliputi pasak penguat pada mangkok kuningan tidak
terlihat menonjol ke luar, sekrup pada mangkok kuningan dengan penggantung
cukup kuat, titik kontak antara mangkok kuningan dan permukaan alas karet
tidak berlebihan, keausan mangkok kuningan tidak tampak berlebihan, dan
tidak terlihat goresan pada mangkok kuningan setelah pemakaian yang lama.
Pemakaian yang berlebihan perlu dipertimbangkan bila titik kontak antara
mangkok kuningan dan permukaan alas karet melebihi diameter 13 mm atau
bila titik lingkaran dari mangkok kuningan terlihat sekitar setebal ½ dari tebal
aslinya. Walaupun terlihat sedikit goresan pada tengah-tengah mangkok, perlu
mendapat perhatian. Jika terlihat jelas ada goresan dan cacat lainnya, mangkok
harus dipertimbangkan terhadap pemakaian yang terus menerus, sebaiknya
mangkok ini harus diganti Permukaan alas karet yang nampak berlebihan harus
dipoles lagi dengan ketebalan tidak melebihi toleransi yang ditunjukan yaitu

2
lebih dari 2,5 mm serta jarak antara mangkok kuningan pada pegangannya dan
alasnya dipelihara dengan toleransi yang ditetapkan. Tentukan tinggi jatuh
mangkok kuningan agar terjadi titik sentuh antara bagian bawah mangkok
kuningan dengan permukaan alas karet, sehingga memperoleh ketinggian 10,0
mm ± 0,2 mm. Prosedur pengaturan tinggi jatuh mangkok kuningan adalah
sebagai berikut: Tempatkan selembar pita melintang di bagian luar bawah
mangkok kuningan sejajar dengan poros penggantung mangkok. Ujung pita
berada jauh dari penggantung mangkok kuningan dan harus membagi dua
bagian mangkok yang menyentuh permukaan alas karet. Untuk mangkok
kuningan yang baru, tempelkan selembar kertas karbon di atas permukaan alas
karet dan jatuhkan mangkok tersebut beberapa kali sehingga membuat tanda
pada tempat jatuhnya. Cantelkan mangkok kuningan pada alat uji batas cair
dan jalankan motor atau putar engkol hingga mangkok terangkat sampai
ketinggian maksimum. Selipkan alat pengukur tinggi di bawah mangkok
kuningan dari depan dan amati apakah alat ukur menyentuh mangkok atau pita.
Jika pita dan mangkok kedua-duanya bersentuhan, tinggi jatuh mendekati yang
benar. Jika tidak, aturlah mangkok ini hingga bersentuhan secara simultan.
Periksa penyetelan ini dengan menghidupkan motor dengan kecepatan dua
putaran per detik sambil memegang alat ukur dalam posisi berlawanan dengan
pita dan mangkok. Jika terdengar bunyi mendering atau bunyi klik, tanpa
mangkok terangkat dari alat ukurnya, penyetelan sudah benar. Jika tidak
terdengar mendering atau mangkok terangkat dari alat ukur, atur kembali tinggi
jatuhnya. Jika mangkok berayun di atas alat ukur selama pengecekan
berlangsung, batang pemegang mangkok tampak kelebihan, bagian ini harus
diganti. Keluarkan pita setelah pengecekan operasional dilakukan secara
sempurna, (SNI 1967:2008).

3
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Cassagrande i. Papan komputer
b. Pipet tetes j. Pulpen
c. Saringan mesh 50 k. Container
d. Spatula l. Talam
e. Timbangan analitik m. Kuas
f. Cawan n. Grooving tool
g. Oven o. Desikator
h. Gelas ukur
Gambar alat:

a b c d

e f g h

i j k l

m n o

Sumber : Dokumentasi M.Ibrahim, 2021


Gambar 2.1 Alat alat yang digunskan dalam percobaan

4
Atterberg Limit Test

2. Bahan
a. Sampel Km. 13 (B)
b. Sampel Oneha (A)
c. Air destilasi
Gambar bahan :

a b c

Sumber : Dokumentasi M.Ibrahim.2021


Gambar 2.1 Alat alat yang digunskan dalam percobaan
Atterberg Limit Test

D. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dari percobaan Atterberg Limit Test, sebagai
berikut :
a) Liquid Limit (Batas Cair)
1. Pertama disiapkan alat dan
bahan yang di perlukan selama
praktikum.

2. Selanjutnya sampel diayak menggunakan


saringan nomor 50.

5
3. Kemudian sampel ditimbang menggunakan
timbangan analitik sebanyak 91,00 gram
untuk sempel 1 (km 13 ) dan 100 gram untuk sampel 2
(oneha) dan disimpan dalam cawan porselen.

4. Lalu sampel dicampurkan air dengan


menggunakan pipit tetes dan diaduk
menggunakan spatula sampai membentuk
adonan.

5. Selanjutnya sebelum cassagrande digunakan


maka terlebih dahulu dikalibrasi
dengan mengukur ketinggian menggunakan
grooving tool.

6. Kemudian sampel dimasukkan ke cawan


Cassagrande.

7. Kemudian sampel dipadatkan dan diratakan


Menggunakan spatula di atas cawan
Cassagrande.

6
8. Selanjutnya dibelah menggunakan grooving
tool dan diupayakan mencapai dasar pada
cawan Cassadgrande.

9. Setelah dibelah, dilakukan pengujian dengan


memutar bagian pemutar pada
Cassadgrande, dan dihitung jumlah
ketukannya. Standar jumlah ketukan itu
sebanyak 25 dan minimalnya 15 ketukan
dan maksimal 35 ketukan.

10. Setelah didapat jumlah ketukan, lanjut


Dengan mengambil sampel di cawan
Casagrande menggunakan spatula.

11. Selanjutnya container kosong ditimbang


untuk mecari berat W1.

7
12. Kemudian diambil sampel yang telah
diuji dan dimasukkan ke dalam container
lalu ditimbang untuk mengetahui nilai W2
menggunakan timbangan analitik dengan
ketelitian 1 gram.

13. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam


oven.

14. Setelah itu keluarkan sampel dan disimpan


di desikator.

15. Setelah dikeluarkan di desikator lalu


ditimbang untuk mencari berat W3.

16. Terakhir dicatat hasil sampel yang telah ditimbang dan dihitung.

8
b) Plastis Limit
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Kemudian container kosong ditimbang
menggunakan timbangan analitik dengan
ketelitian 1gram untuk mendapatkan W1.

3. Sampel diambil sebanyak 100 gram yang


telah lolos saringan 50 dan dimasukkan
dalam cawan porselen.

4. Setelah itu sampel ditambahkan air destilasi


dan diaduk menggunakan spatula sampai
merata.

5. Lalu sampel dibentuk elips menggunakan


tangan dengan ukuran yang telah ditentukan
(diameter 3,18 mm).

6. Kemudian ditimbang container kosong untuk


mencari berat W1.

9
7. Selanjutnya sampel ditimbang menggunakan
timbangan analitik untk menetukan nilai W2.

8. Setelah sampel ditimbang lalu dimasukkan


ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu
1100C.

9. Kemudian sampel dikeluarkan dari oven


dan dimasukkan ke dalam desikator.

10. Container yang telah dimasukkan


di desikator ditimbang untuk mencari
nilai W3.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Adapun hasil dari percobaan atterberg limit test yaitu sebagai berikut:
a. Sampel 1 (km 13)
 Liquid Limit
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Sampel 1
Uraian Satuan Pengujian 1

10
1 2 3
Berat Container (W1) g 10,16 8,69 10,21
Berat Cont. + tanah basah
g 21,65 19,17 18,40
(W2)
Berat Cont.+ Tanah kering
g 19,76 17,47 17,06
(W3)
Berat Air W4 = W2 – W3 g 1,89 1,7 1,34
Berat tanah kering,
g 8,78 9,6 6,85
W5 = W3 – W1
Kadar air,
% 19,37 19,36 19,56
W = (W4/W5) x 100
Kadar air rata-rata (Wr) % 19,43
N
Jumlah ketukan 27 23 17
(kali)
N total 22,33
Jumlah air ml 24 25 26
N 0,121
LL = W [ ] % 19,56 19,17 0,95
25

N 0,121
LL = WR [ ] % 19,34
25

Sumber : Kelompok 2 G2, 2021

 Plastic limit (Batas Plastis)


Tabel 3.2 Hasil pengujian plastis limit sampel

Uraian Satuan Pengujian 1


Berat Container (W1) g 8,75

Berat Cont. + tanah basah g 15,40

11
(W2)
Berat Cont.+ Tanah kering
g 14,83
(W3)
Berat Air,
g 1,15
W4 = W2 – W3
Berat tanah kering,
g 6,08
W5 = W3 – W1
Kadar air,
% 18,91
W = (W4/W5) x 100
Jumlah air ml 3,5
Liquid limit LL % 19,34
Plastic limit PL % 18,91
Plasticity indeks PI= LL -PL % 0,52
Sumber : Kelompok 2 G2, 2021

b. Sampel 2 (Oneha)
 Liquid Limit
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Sampel 2

Uraian Satuan Pengujian


1 2 3
Berat Container (W1) g 10,35 8,65 8,66
Berat Cont. + tanah basah
g 23,69 18,44 18,30
(W2)
Berat Cont.+ Tanah kering
g 20,55 16,10 15,67
(W3)
Berat Air W4 = W2 – W3 g 3,12 2,34 2,63
Berat tanah kering W5
g 10,2 7,45 7,01
= W3 – W1
Kadar air W = (W4/W5) x
% 30,59 31,40 37,51
100
Kadar air rata-rata (Wr) % 33,17
Jumlah ketukan N 29 25 15

12
N total N 23
Jumlah air ml 24 25 15
N 0,121
LL = W [ ] % 33,34 31,40 35,26
25

N 0,121 32,83
LL = WR [ ] %
25

Sumber : Kelompok 2 G2, 2021.

 Plastic limit (Batas Plastis)


Tabel 3.4 Hasil pengujian plastis limit sampel

Uraian Satuan Pengujian 1


Berat Container (W1) g 9,47
Berat Cont. + tanah
g 13,33
basah (W2)
Berat Cont.+ Tanah
g 12,21
kering (W3)
Berat Air,
g 1,12
W4 = W2 – W3
Berat tanah kering,
g 3,74
W5 = W3 – W1
Kadar air,
% 29,95
W = (W4/W5)

Jumlah air ml 28

Liquid limit LL % 32,83


Plastic limit PL % 29,95
Plasticity indek,
% 2,88
PI= LL –PL
Sumber : Kelompok 2 G2, 2021.

2. Pembahasan

13
a. Sampel 1 (Km 13)

grafi k Liquid limit sampel i


19.8
19.7
19.6

Kadar Air (%)


19.5 kadar air
19.4
19.3 Linear (kadar air)
19.2
19.1
15 20 25 30
Jumlah Ketukan (N)

Sumber: Sulkarnain, 2021.


Gambar 3.3 Grafik Liquid Limit Sampel 1

Sesuai dengan hasil pengujian Atterberg Limit Test, didapatkan


hasil sampel Km.13 dengan nilai LL sebesar 294,4%. Pada pengujian
pertama diperoleh ketukan 27 dengan kadar air 19,69%. Kemudian
pada pengujian kedua diperoleh ketukan 23 dengan kadar air 19,36%.
Kemudian untuk sampel ketiga di peroleh ketukan 17 dengan kadar air
19,56%, kemudian pada ketukan 25 (ketukan standar) diperoleh kadar
air 19,56%. Dimana nilai plastis limitnya sebesar 18,91%. Sampel
Km.13 berwarma abu-abu dan memiliki butiran yang tidak terlalu
seragam.

b. Sampel 2 (Oneha)

GRAFIK SAMPEL II
Kadar Air (%)

40
35 37.51
30 31.4 30.59
25
20 kadar air
15
Linear
10
(kadar
5
air)
0
10 15 20 25 30
Jumlah14Ketukan
Sumber: Sulkarnain, 2021.
Gambar 3.3 Grafik Liquid Limit Sampel ll

Sesuai dengan hasil pengujian Atterberg Limit Test, didapatkan


sampel Km.13 dengan nilai LL sebesar 516,79%. Pada pengujian
pertama diperoleh ketukan 29 dengan kadar air 30,59%. Selanjutnya
pada pengujian kedua diperoleh ketukan 25 dengan kadar air 31,40.
Kemudian untuk sampel ketiga di peroleh ketukan 15 dengan kadar air
37,51%. Dimana nilai plastis limitnya sebesar 29,95. Sampel Oneha
berwarna kehitaman dan memiliki butiran yang seragam.

F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laboratorium mekanika tanah, dapat di simpulkan
bahwa:
a. Liquid limit yang diperoleh pada pengujian sampel 1 sebesar 19,34%,
sedangkan liquid limit yang diperoleh pada pengujian sampel 2
sebesar 32,83%.
b. Plastis limit yang diperoleh pada percobaan pertama sebesar 18,91%,
dan hasil pengujian plastik limit pada percobaan kedua sebesar
29,95%.

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyanto Cristady , 2012. Buku Mekanika 1 Tanah Edisi keenam,


University Gadjah Mada Press.

15
SNI, 2008. Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah. Badan Standarisasi
Nasional.
Sutritno , 2013. Mekanika Tanah 1, Batas-Batas Cair. Fakultas Teknik
Perencanaan dan Desain.

16

Anda mungkin juga menyukai