MENENGAH
Disusun Oleh:
Anwar (190930361)
Rosmayang sari (190930383)
Magfirah (190920331)
Salimudin (190930384)
Aldi puji (16091430)
M.Ibrahim (190930372)
Salah satu kunci untuk mengatasi krisis energi yang sering melanda indonesia
adalah dengan mengembangkan batu barase bagai salah satu sumber energi
alternatif. Hal ini wajar saja mengingat saat ini ketersediaan minyak
bumi,sebagaisalah satu sumberenergi konvensional,terus menipis.Menurut data
derektorat minyak dan gas bumi,Departemen Energi Dan Sumber daya
Mineral,per 1 januari 2005,”cadangan terbukti”dan “cadangan potensial”minyak
bumi Nasional berjumlah sekitar 8.826,95 MMSTB dengan reserveto production
ratio sekitar 15 tahun.Artinya,jika tidak ditemukan lagi sumber daya atau
cadangan minyakbumi yang baru dan/atau komsumsi bahan bakar minyak (BBM)
didalam negeri tidak ditekan,maka ketersediaan minyak bumi dindonesia hanya
tinggal 15 tahun (lobo 2006).Perkembangan sentral industry sekarang tidak
lepas dari kebutuhan bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industry kecil
menengah yang semakin meningkat sehingga menyebabkan pemakaian bahan
bakar lebih banyak. Selama ini para pengusaha sentra indutri banyak
menggunakan minyak tanah dan gas elpiji untuk pembakaran, namun harganya
semakin lama semakin mahal sehingga secara ekonomi akan memberatkan
masyarakat selain itu permasalahan ketersediaan bahan baku juga terbatas. Bahan
bakar alternatif sebagai pengganti minyak bumi dan gas dengan spesifikasi
mendekati baik dari sisi karakteristik pembakaran dan karakteristik mekanik.
Biobriket campuran bottom ash batubara merupakan bahan bakar padat yang
merupakan alternatif pengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis
untuk digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industry kecil ataupun
menengah.
Kata kunci: Bio briket batubara, energiDaftar Isi
Abstrak................................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan Pembahasan............................................................................................2
BAB II Isi..........................................................................................................................3
2.1. pengertian Bio Briket Batu Bara.........................................................................3
2.2. Tujuan Pemanfaatan Bio-Briket.........................................................................4
2.3. Pengolahan Bio-Briket Batu Bara Hingga Bisa Dimanfaatkan...........................5
2.4. Dampak Pemanfaatan Bio-Briket Batu Bara Bagi Lingkungan..........................6
BAB III Penutup...............................................................................................................7
Dafar Pustaka.....................................................................................................................8
Kata Pengantar
Penulis
BAB I
Pendahuluan
2.
a. Mudah dinyalakan
d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu
lama
a. Murah
b. Panas yang tinggi dan kontinu sehingga sangat baik untk pembakaran yang
lama
d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga, dan sumber batubara
berlimpah.
adalah, antara lain : bantal (oval), sarang tawon (honey comb), silinder
(cylinder), telur (egg), dan lain-lain. Kemudian adapun faktor-faktor yang
mempengarhui sifat briket adalah berat jenis bahan bakar atau berat jenis bahan
baku, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan tekanan pada saat dilakukan
pencetakan. Selain itu, pencampuran formula dengan briket juga
mempengaruhi sifat briket.
A. Karbonisasi (super)
Berikut adalah hasil pengukuran yang ditampilkan dalam bentuk grafik hasil
perhitungan rata-rata, minimum dan maksimum dari beberapa lokasi pengukuran
di suatu daerah pada masing-masing periode pengukuran:
7
Gambar 1A. Sebaran konsentrasi parameter TSP di udara ambien di beberapa lokasi kegiatan
Gambar 1B. Sebaran konsentrasi parameter TSP di udara ambien di beberapa lokasi kontrol
Gambar 2A. Sebaran konsentrasi parameter SO2 diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan
Gambar 2B. Sebaran konsentrasi parameter SO2 diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
9
Gambar 3A. Sebaran konsentrasi parameter NO2 diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan
Gambar 3B. Sebaran konsentrasi parameter NO2 diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
Gambar 2A, 2B, 3A dan 3B di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran
untuk parameter sulfur dioksida (SO 2) dan nitrogen dioksida (NO2) yang
dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011 masih di
bawah baku mutu kualitas udara ambien; dengan konsentrasi relatif lebih kecil
untuk lokasi kontrol.
10
Gambar 4A. Sebaran konsentrasi parameter CO diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan
Gambar 4B. Sebaran konsentrasi parameter CO diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
11
Gambar 5A. Sebaran konsentrasi parameter HC diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan
Gambar 5B. Sebaran konsentrasi parameter HC diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
sampai dengan 2011 melebihi Baku Mutu kualitas udara ambien; baik untuk
lokasi kegiatan maupun lokasi kontrol. Sebagai catatan,kondisi konsentrasi
melebihi baku mutu untuk parameter HC di udara ambien selalu terjadi di
berbagai pengukuran; hal ini perlu menjadi perhatian dikarenakan baku mutu
yang ditetapkan di peraturan saat ini tidak mencantumkan ketentuan apakah
hidrokarbon yang diukur adalah sebagai total atau sebagai hidrokarbon non
metana. Konsentrasi latar untuk hidrokarbon metana di Indonesia yang cukup
tinggi merupakan kontribusi terbesar nilai baku mutu terlampaui.
Gambar 6A. Sebaran konsentrasi parameter PAH di udara ambien di beberapa lokasi kegiatan
13
Gambar 6B. Sebaran konsentrasi parameter PAH diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi parameter PAH
terdeteksi sebesar 0,0037 µg/M3 dan 0,0064 µg/M3 di masing-masing lokasi
pengukuran di daerah Kuningan dan Serang; sebagai pembanding ,
pemerintah Inggris pada tahun 2001 menetapkan target baku mutu ambien
PAH sebesar 0,00025 µg/M3. Adapun konsentrasi PAH terdeteksi tidak
signifikan untuk lokasi kontrol. Konsentrasi selama periode 2006 – 2011
pada semua parameter cenderung rendah, hal ini disebabkan karena pada
periode tersebut terjadi kemarau basah, sehingga polutan tercuci oleh air
hujan.BAB III
Penutup
1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan
Pemanfaatan Bio briket batubara telah menjadi salah satu kunci untuk
mengatasi krisis energi yang sering melanda indonesia. Kehadiran bio briket
batu bara menjadi sumber energi alternatif.
Perkembangan sentral industry sekarang tidak lepas dari kebutuhan
bahan bakar dengan adanya bio briket batubara memberikan solusi pemakaian
bahan bakar yang lebih banyak. Secara ekonomi akan meringankan
permasalahan ketersediaan bahan baku yang terbatas. Biobriket yang
mempunyai keuntungan ekonomis karena proses produksi secara
sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan bottom ash
batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing dengan bahan
bakar lain. Bottom ash merupakan sisa hasil pembakaran batubara di PLTU
yang saat ini belum banyak di manfaatkan dan hanya dibuang sebagai
limbah. Padahal bottom ash batu bara ini masih mempunyai nilai kalori
yang cukup tinggi. Biomassa pada umumnya mempunyai densitas yang
cukup rendah, sehingga akan mengalami kesulitan dalam penanganannya.
Secara umum densifikasi biomassa mempunyai ukuran dan kualitas
yang seragam.
3.2. Saran
Saran penulis pada penelitian ini untuk kedepannya agar pada
pembahsan mengenai proses pembuatan Bio briket batu bara agar
15
Paloboran, M., Musa, M. I., & Pd, S. (2017). Pemanfaatan Bahan Bakar Briket Bio Arang
dari Limbah Pertanian pada Masyarakat di Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten
Takalar. Jurnal Teknologi, 17(1), 17–22.
Rifdah, R., Herawati, N., & Dubron, F. (2018). Pembuatan Biobriket Dari Limbah Tongkol
Jagung Pedagang Jagung Rebus Dan Rumah Tangga Sebagai Bahan Bakar Energi
Terbarukan Dengan Proses Karbonisasi. Jurnal Distilasi, 2(2), 39.
https://doi.org/10.32502/jd.v2i2.1202
Triantoro, A., Mustofa, A., Kartini, K., & Hanafi, A. (2019). Studi Analisa Kualitas Biobriket
Campuran Bottom Ash Batubara dan Onggok Tepung Tapioka Menggunakan
Karbonisasi. Jurnal Fisika FLUX, 1(1), 54. https://doi.org/10.20527/flux.v1i1.6147
Vachlepi, A., & Suwardin, D. (2013). Penggunaan Biobriket Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Dalam Pengeringan Karet Alam. Warta Perkaretan, 32(2), 65.
https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v32i2.38