Anda di halaman 1dari 20

PEMANFAATAN BIO-BRIKET BATU BARA DALAM INDUSTRI

MENENGAH

Disusun Oleh:

Anwar (190930361)
Rosmayang sari (190930383)
Magfirah (190920331)
Salimudin (190930384)
Aldi puji (16091430)
M.Ibrahim (190930372)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA


2021Abstrak

Salah satu kunci untuk mengatasi krisis energi yang sering melanda indonesia
adalah dengan mengembangkan batu barase bagai salah satu sumber energi
alternatif. Hal ini wajar saja mengingat saat ini ketersediaan minyak
bumi,sebagaisalah satu sumberenergi konvensional,terus menipis.Menurut data
derektorat minyak dan gas bumi,Departemen Energi Dan Sumber daya
Mineral,per 1 januari 2005,”cadangan terbukti”dan “cadangan potensial”minyak
bumi Nasional berjumlah sekitar 8.826,95 MMSTB dengan reserveto production
ratio sekitar 15 tahun.Artinya,jika tidak ditemukan lagi sumber daya atau
cadangan minyakbumi yang baru dan/atau komsumsi bahan bakar minyak (BBM)
didalam negeri tidak ditekan,maka ketersediaan minyak bumi dindonesia hanya
tinggal 15 tahun (lobo 2006).Perkembangan sentral industry sekarang tidak
lepas dari kebutuhan bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industry kecil
menengah yang semakin meningkat sehingga menyebabkan pemakaian bahan
bakar lebih banyak. Selama ini para pengusaha sentra indutri banyak
menggunakan minyak tanah dan gas elpiji untuk pembakaran, namun harganya
semakin lama semakin mahal sehingga secara ekonomi akan memberatkan
masyarakat selain itu permasalahan ketersediaan bahan baku juga terbatas. Bahan
bakar alternatif sebagai pengganti minyak bumi dan gas dengan spesifikasi
mendekati baik dari sisi karakteristik pembakaran dan karakteristik mekanik.
Biobriket campuran bottom ash batubara merupakan bahan bakar padat yang
merupakan alternatif pengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis
untuk digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industry kecil ataupun
menengah.
Kata kunci: Bio briket batubara, energiDaftar Isi

Abstrak................................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan Pembahasan............................................................................................2
BAB II Isi..........................................................................................................................3
2.1. pengertian Bio Briket Batu Bara.........................................................................3
2.2. Tujuan Pemanfaatan Bio-Briket.........................................................................4
2.3. Pengolahan Bio-Briket Batu Bara Hingga Bisa Dimanfaatkan...........................5
2.4. Dampak Pemanfaatan Bio-Briket Batu Bara Bagi Lingkungan..........................6
BAB III Penutup...............................................................................................................7
Dafar Pustaka.....................................................................................................................8
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbal’alamin. Dengan mengucapkan puji dan syukur


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Sholawat serta salam tak lupa
tersirah untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya Aamiin.
Makalah yang berjudul “PEMANFAATAN BIO-BRIKET BATU BARA
DALAM INDUSTRI MENENGAH” ini disusun sebagai salah satu tugas
natakuliah dan akhirnya telah rampung diselesaikan oleh penulis dengan sebaik-
baiknya .
Berkenan dengan selesainya penyusunan makalah ini, maka dengan rasa
syukur serta hormat penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan serta dukungan moril dan
materil. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak akan penulis jadikan
sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas diri kedepannya. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua orang terutama bagi ilmu
pertambangan.
Kolaka, Juni 2021

Penulis
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Salah satu kunci untuk mengatasi krisis energi yang sering melanda indonesia
adalah dengan mengembangkan batu barasebagai salah satu sumber energi
alternatif.Hal ini wajar saja mengingat saat ini ketersediaan minyak
bumi,sebagaisalah satu sumberenergi konvensional,terus menipis.Menurut data
derektorat minyak dan gas bumi,Departemen Energi Dan Sumberdaya
Mineral,per 1 januari 2005,”cadangan terbukti”dan “cadangan potensial”minyak
bumi Nasional berjumlah sekitar 8.826,95 MMSTB dengan reserveto production
ratio sekitar 15 tahun.Artinya,jika tidak ditemukan lagi sumber daya atau
cadangan minyakbumi yang baru dan/atau komsumsi bahan bakar minyak (BBM)
didalam negeri tidak ditekan,maka ketersediaan minyak bumi dindonesia hanya
tinggal 15 tahun (lobo 2006).

Selain itu ketersedian batubara indonesia sangat melimpah.Berdasarkan


data,indonesia memiliki sumber daya batubara sebesar 64.78 miliar ton (Bambang
2006).Dari jumlah itu,60% diantaranya masih termasuk batubara mudah dengan
kualitas rendah sehinga tidak laku dipasar global,sehingga dapat diolah dan
dipergunakan terutama untuk kebutuhan dalam negeri
(Hoetman,2005).Penggunaan batubara pun masih sangat tinggi di
indonesia.Berdasarkan periode Outlook,batu bara masih mendominasi sebagai
sumber pembangkit listrik untuk kedepannya.(Tanto, 2011)

Perkembangan sentral industry sekarang tidak lepas dari kebutuhan bahan


bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industry kecil menengah yang semakin
meningkat sehingga menyebabkan pemakaian bahan bakar lebih banyak. Selama
ini para pengusaha sentra indutri banyak menggunakan minyak tanah dan gas
elpiji untuk pembakaran, namun harganya semakin lama semakin mahal
sehingga secara ekonomi akan memberatkan masyarakat selain itu permasalahan
ketersediaan bahan baku juga terbatas. Melihat permasalahan diatas maka
perlunya segera mencari bahan bakar alternatif yang berbasis pada potensi lokal.
Sumber energi merupakan satu hal yang penting dalam semua bidang
kehidupan manusia, namun yang menjadi permasalahan adalah sumber energi
fosil sebagai sumber energi utama cadangannya semakin menipis. Oleh
karena itu, perlunya segera mencari bahan bakar alternatif sebagai pengganti
minyak bumi dan gas dengan spesifikasi mendekati baik dari sisi karakteristik
2

pembakaran dan karakteristik mekanik. Biobriket campuran bottom ash


batubara merupakan bahan bakar padat yang merupakan alternatif pengganti
minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untuk digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga, industry kecil ataupun menengah. Biobriket juga
mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secara sederhana,
memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan bottom ash batubara cukup
banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing dengan bahan bakar lain. Bottom
ash merupakan sisa hasil pembakaran batubara di PLTU yang saat ini belum
banyak di manfaatkan dan hanya dibuang sebagai limbah. Padahal bottom ash
batu bara ini masih mempunyai nilai kalori yang cukup tinggi. Biomassa pada
umumnya mempunyai densitas yang cukup rendah, sehingga akan mengalami
kesulitan dalam penanganannya. Secara umum densifikasi biomassa
mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam (Triantoro et al., 2019)

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan maka dirumuskan rumusan
masalah :

1. Apa tujuan dan manfaat dari penggunaan Bio-briket batubara


2. Bagaimana cara atau prinsip pengolahan Bio-batubara hingga bisa
dimanfaatkan pada industri mengah
3. Bagaimana Dampak dari penggunaan Bio-briket bagi lingkungan

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui tujuan dan manfaat dari penggunaan Bio-briket batubara
2. Mengetahui Bagaimana cara atau prinsip pengolahan Bio-batubara hingga
bisa dimanfaatkan
Mengetahui Dampak dari penggunaan Bio-briket bagi lingkungan BAB II
Isi

2.

2.1. Pengertian Bio Briket Batu Bara


Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah
ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatan. Syarat briket yang
baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas
hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi
kiteria sebagai berikut :

a. Mudah dinyalakan

b. Tidak mengeluarkan asap

c. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun

d. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu
lama

e. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu


pembakaran) yang baik. (Nursyiwan dan Nuryei, 2005)

Briket batubara memiliki keungggulan sebagai berikut:

a. Murah

b. Panas yang tinggi dan kontinu sehingga sangat baik untk pembakaran yang
lama

c. Tidak beresiko meledak atau terbakar

d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga, dan sumber batubara
berlimpah.

Briket adalah teknologi yang menggunakan proses basah atau kering


untuk mengkompresi bahan baku ke dalam beberapa bentuk. Proses briket
kering memerlukan tekanan tinggi dan tidak memerlukan pengikat. Proses
tersebut mahal dan direkomendasi hanya untuk produksi level tinggi.
Sedangkan proses basah hanya memerlukan tekanan rendah tetapi memerlukan
binder (Assureira, 2002). Beberapa tipe/bentuk briket yang umum dikenal
4

adalah, antara lain : bantal (oval), sarang tawon (honey comb), silinder
(cylinder), telur (egg), dan lain-lain. Kemudian adapun faktor-faktor yang
mempengarhui sifat briket adalah berat jenis bahan bakar atau berat jenis bahan
baku, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan tekanan pada saat dilakukan
pencetakan. Selain itu, pencampuran formula dengan briket juga
mempengaruhi sifat briket.

Gambar 2. 1 Bentuk-bentuk Briket : (a) Sarang Tawon Bulat (b) Sarang


Tawon Kotak (c) Silinder Pejal (d) Tablet (e) Hexagonal (f) Silinder
Berlubang (sumber : www.arangbriketindonesia.com )
2.2. Tujuan Pemanfaatan Bio-Briket
Biomassa dari hasil pertanian, khususnya limbah agroindustri
merupakan bahan yang seringkali dianggap kurang atau tidak bernilai
ekonomis, sehingga murah dan bahkan pada taraf tertentu merupakan sumber
pencemaran bagi lingkungan. Dengan demikian pemanfaatannya akan
berdampak positif, baik bagi bisnis maupun bagi kualitas lingkungan secara
keseluruhan. Sifat penyalaan dari briket mudah menyala, waktu nyala cukup
lama, tidak menimbulkan jelaga, asap sedikit dan cepat hilang serta nilai kalor
yang cukup tinggi.(Vachlepi & Suwardin, 2013)

Contoh pemanfaatan Bio-briket batubara


5

1. Penggunaan Biobriket Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dalam


Pengeringan Karet Alam.
2. Pemanfaatan Bahan Bakar Briket Bio Arang dari Limbah Pertanian pada
Masyarakat di Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar(Paloboran
et al., 2017).
3. Pembuatan Biobriket Dari Limbah Tongkol Jagung Pedagang Jagung Rebus
Dan Rumah Tangga Sebagai Bahan Bakar Energi Terbarukan Dengan Proses
Karbonisasi(Rifdah et al., 2018)

2.3. Pengolahan Bio-Briket Batu Bara Hingga Bisa Dimanfaatkan


Proses Pembuatan Briket Batubara

Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi menjadi 2,


yaitu: jenis berkarbonisasi dan jenis non karbonisasi.(BLOG, 2010)

A. Karbonisasi (super)

Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum


menjadiBriket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung
dalam briket batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga
produk akhirnya tidak berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi
meningkat karena pada batubaratersebut terjadi rendemen sebesar 50%.
Briket ini cocok untuk digunakan untukkeperluan rumah tangga serta lebih
aman dalam penggunaannya. Pembuatan briket batu bara berkarbonisasi
dapat dilihat pada

Gambar 2. 2 Flow chart pembuatan briket batubara berkarbonisasi (super)

B. Non Karbonisasi (biasa)


6

Jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses


menjadi briketdan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya
masih terkandung dalambriket batubara maka pada penggunaannya lebih
baik menggunakan tungku (bukankompor) sehingga akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna dimana seluruhzat terbang yang muncul dari
briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini
umumnya digunakan untuk industri kecil. Pembuatan briket batubara
berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar

Gambar 2. 3 Flow chart pembuatan briket batubara non karbonisasi (biasa)

2.4. Dampak Pemanfaatan Bio-Briket Batu Bara Bagi Lingkungan


Untuk mengetahui dampak pemanfaatan bio-briket batu bara bagi
lingkungan tertuang dalam penelitian berikut :
Metode dilakukan dengan metode eksperimen untuk mendapatkan data
rimer.Data diperoleh dengan pengukuran langsung di lokasi pembakaran briket
batu bara melalui analisis dan perlakuan contoh uji dengan menggunakan
metode dan peralatan standar sesuai parameter polutan udara yang diuji.(Bara &
Udara, 2012)

Berikut adalah hasil pengukuran yang ditampilkan dalam bentuk grafik hasil
perhitungan rata-rata, minimum dan maksimum dari beberapa lokasi pengukuran
di suatu daerah pada masing-masing periode pengukuran:
7

Gambar 1A. Sebaran konsentrasi parameter TSP di udara ambien di beberapa lokasi kegiatan

Gambar 1B. Sebaran konsentrasi parameter TSP di udara ambien di beberapa lokasi kontrol

Gambar 1A dan 1B di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran untuk


parameter Total Suspended Particulate (TSP) yang dilakukan di berbagai daerah
mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011 masih di bawah Baku Mutu kualitas
udara ambien; dengan konsentrasi TSP relatif sama antara lokasi kegiatan dan
lokasi kontrol.
8

Gambar 2A. Sebaran konsentrasi parameter SO2 diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan

Gambar 2B. Sebaran konsentrasi parameter SO2 diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
9

Gambar 3A. Sebaran konsentrasi parameter NO2 diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan

Gambar 3B. Sebaran konsentrasi parameter NO2 diudara ambien di beberapa lokasi kontrol

Gambar 2A, 2B, 3A dan 3B di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran
untuk parameter sulfur dioksida (SO 2) dan nitrogen dioksida (NO2) yang
dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011 masih di
bawah baku mutu kualitas udara ambien; dengan konsentrasi relatif lebih kecil
untuk lokasi kontrol.
10

Gambar 4A. Sebaran konsentrasi parameter CO diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan

Gambar 4B. Sebaran konsentrasi parameter CO diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
11

Gambar 5A. Sebaran konsentrasi parameter HC diudara ambien di beberapa lokasi kegiatan

Gambar 5B. Sebaran konsentrasi parameter HC diudara ambien di beberapa lokasi kontrol

Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran untuk parameter


karbon monoksida (CO) yang dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006
sampai dengan 2011 masih di bawah baku mutu kualitas udara ambien; dengan
konsentrasi CO relatif sama antara lokasi kegiatan dengan lokasi kontrol. Gambar
5 di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran untuk parameter
hidrokarbon (HC) yang dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006
12

sampai dengan 2011 melebihi Baku Mutu kualitas udara ambien; baik untuk
lokasi kegiatan maupun lokasi kontrol. Sebagai catatan,kondisi konsentrasi
melebihi baku mutu untuk parameter HC di udara ambien selalu terjadi di
berbagai pengukuran; hal ini perlu menjadi perhatian dikarenakan baku mutu
yang ditetapkan di peraturan saat ini tidak mencantumkan ketentuan apakah
hidrokarbon yang diukur adalah sebagai total atau sebagai hidrokarbon non
metana. Konsentrasi latar untuk hidrokarbon metana di Indonesia yang cukup
tinggi merupakan kontribusi terbesar nilai baku mutu terlampaui.

Gambar 6A. Sebaran konsentrasi parameter PAH di udara ambien di beberapa lokasi kegiatan
13

Gambar 6B. Sebaran konsentrasi parameter PAH diudara ambien di beberapa lokasi kontrol
Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi parameter PAH
terdeteksi sebesar 0,0037 µg/M3 dan 0,0064 µg/M3 di masing-masing lokasi
pengukuran di daerah Kuningan dan Serang; sebagai pembanding ,
pemerintah Inggris pada tahun 2001 menetapkan target baku mutu ambien
PAH sebesar 0,00025 µg/M3. Adapun konsentrasi PAH terdeteksi tidak
signifikan untuk lokasi kontrol. Konsentrasi selama periode 2006 – 2011
pada semua parameter cenderung rendah, hal ini disebabkan karena pada
periode tersebut terjadi kemarau basah, sehingga polutan tercuci oleh air
hujan.BAB III
Penutup

1.
2.
3.

3.1. Kesimpulan
Pemanfaatan Bio briket batubara telah menjadi salah satu kunci untuk
mengatasi krisis energi yang sering melanda indonesia. Kehadiran bio briket
batu bara menjadi sumber energi alternatif.
Perkembangan sentral industry sekarang tidak lepas dari kebutuhan
bahan bakar dengan adanya bio briket batubara memberikan solusi pemakaian
bahan bakar yang lebih banyak. Secara ekonomi akan meringankan
permasalahan ketersediaan bahan baku yang terbatas. Biobriket yang
mempunyai keuntungan ekonomis karena proses produksi secara
sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan bottom ash
batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing dengan bahan
bakar lain. Bottom ash merupakan sisa hasil pembakaran batubara di PLTU
yang saat ini belum banyak di manfaatkan dan hanya dibuang sebagai
limbah. Padahal bottom ash batu bara ini masih mempunyai nilai kalori
yang cukup tinggi. Biomassa pada umumnya mempunyai densitas yang
cukup rendah, sehingga akan mengalami kesulitan dalam penanganannya.
Secara umum densifikasi biomassa mempunyai ukuran dan kualitas
yang seragam.

3.2. Saran
Saran penulis pada penelitian ini untuk kedepannya agar pada
pembahsan mengenai proses pembuatan Bio briket batu bara agar
15

menggunakan digram atau bagan dan untuk pembahasan pengaruh pemakaian


bio biket batu bara terhadap lingkungan.
Daftar Pustaka
Bara, B. B., & Udara, P. (2012). Dampak Pemanfaatan Briket Batubara. 99–104.

BLOG, A. (2010). POSTS TAGGED ‘BRIKET BATUBARA. Achmadinblog.Wordpress.Com.


https://achmadinblog.wordpress.com/tag/briket-batubara/

Paloboran, M., Musa, M. I., & Pd, S. (2017). Pemanfaatan Bahan Bakar Briket Bio Arang
dari Limbah Pertanian pada Masyarakat di Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten
Takalar. Jurnal Teknologi, 17(1), 17–22.

Rifdah, R., Herawati, N., & Dubron, F. (2018). Pembuatan Biobriket Dari Limbah Tongkol
Jagung Pedagang Jagung Rebus Dan Rumah Tangga Sebagai Bahan Bakar Energi
Terbarukan Dengan Proses Karbonisasi. Jurnal Distilasi, 2(2), 39.
https://doi.org/10.32502/jd.v2i2.1202

Tanto, M. E. H. Y. (2011). Pengaruh Penggunaan Briket Bio-Batubara , Briket Biomassa,


dan Pellet Biomassa sebagai Promotor Terhadap Waktu Nyala Pada Kompor
Batubara.

Triantoro, A., Mustofa, A., Kartini, K., & Hanafi, A. (2019). Studi Analisa Kualitas Biobriket
Campuran Bottom Ash Batubara dan Onggok Tepung Tapioka Menggunakan
Karbonisasi. Jurnal Fisika FLUX, 1(1), 54. https://doi.org/10.20527/flux.v1i1.6147

Vachlepi, A., & Suwardin, D. (2013). Penggunaan Biobriket Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Dalam Pengeringan Karet Alam. Warta Perkaretan, 32(2), 65.
https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v32i2.38

Anda mungkin juga menyukai