Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri
yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang
menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian
(Suprapto, 2003). Pengertian material dalam proses produksi Agroindustri berarti bahan-bahan
pertanian yang digunakan untuk menunjang proses produksi Agroindustri. Material-material ini
sangat menentukan penunjangan proses produksi Agroindustri dikarenakan kegiatan
Agroindustri yang sangat berkaitan dengan hasil-hasil pertanian. Material atau bahan baku
merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam perusahaan yang secara terus-menerus
diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar dari sumber-sumber
perusahaan-perusahaan juga sering dikaitkan dalam persediaan bahan baku yang akan
digunakan dalam operasi perusahaan pabrik. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam
membuat produk di mana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya
(merupakan bagian terbesar dari bentuk barang).
Proses pengembangan batubara untuk Material Agro Industri
Selama ini batubara terkenal sebagai sumber bahan bakar, tapi masih sedikit yang mengetahui kalau
sebenarnya batu bara bisa diolah menjadi pupuk tanaman. Pupuk dari bahan bakar ini terbukti mampu
memperbaiki kualitas lahan sekaligus meningkatkan produksi padi dan komoditas lain. Hal tersebut
karena batu bara mengandung kadar karbon yang tinggi yakni 69%, hidrogen 5,5%, oksigen 25%,
nitrogen 0,5%, difosfor pentaoksida 0,04%, dan kalium oksida 36%. Kandungan tersebut membuat batu
bara muda bisa meningkatkan kandungan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalsium, dan kalium.
Saran
Menggunakan jenis batubara yang masih muda Bahan bakar yang masih muda tidak bagus dijadikan
sebagai bahan bakar karena kadar sulfur dan airnya tergolong tinggi. Dengan begitu, bahan bakar ini
berpotensi untuk diolah menjadi pupuk.
“PROGRAM PENGEMBANGAN BATUBARA
MELALUI BRIKET BATUBARA – BIOMASSA
UNTUK PLTU DAN BRIKET BATUBARA
TERKARBONISASI UNTUK INDUSTRI
KECIL/UMKM”
PENDAHULUAN
Batubara merupakan sedimen batuan organik yang mudah terbakar dengan komposisi utama karbon,
hidrogen, dan oksigen. Di Indonesia, batubara adalah salah satu jenis bahan bakar yang paling banyak
digunakan selain bahan bakar minyak, oleh karena itu batubara tergolong sebagai bahan bakar konvensional.
Bahan bakar yang digunakan pada industri sebagai sumber energi pada mesin diesel adalah batubara selain
solar. Batubara memiliki nilai ekonomi yang lebih murah jika dibandingkan dengan solar. Sebagai sumber
energi, batubara dapat direkayasa dalam berbagai bentuk atau penggunaan. Salah satu dari sekian banyak
komersialisasi batubara yang disebut briket batubara. Briket batubara - biomassa untuk PLTU dan briket
batubara terkarbonisasi untuk industri kecil/UMKM. Bahan baku batubara dibagi menjadi dua yaitu briket
batubara tanpa karbonisasi dan briket batubara terkarbonisasi. Keberadaan briket batubara diharapkan
sebagai sumber energi alternatif dari bahan bakar minyak dan kayu. Pemilihan program pengembangan bio
briket dilakukan untuk mendukung capaian EBT dalam bauran energi melalui implementasi cofiring briket
bio-coal. Dibandingkan penggunaan hanya batubara, penggunaan briket biocoal lebih ramah lingkungan
karena biomassa dapat ditanam kembali dan menyerap CO2 dari atmosfir sementara itu penggunaan briket
terkarboniasasi untuk industri kecil sebagai sumber panas ditengarai mempunyai efisiensi lebih tinggi (emisi
CO2 lebih rendah) dibandingkan penggunaan pemanas listrik. Briket tersebut juga dapat diproduksi pada
skala kecil dengan teknologi sederhana dan biaya yang relatif murah sehingga dapat dimanfaatkan untuk
mendukung UMKM.
Rumusan Masalah
1. Apa itu Briket Batubara-Biomassa?
2. Bagaimana Program Pengembangan Batubara Melalui Briket Batubara- Biomassa Untuk PLTU ?
3. Bagaimana Program Briket Batubara Terkarbonisasi Untuk Industri Kecil/UMKM?
Tujuan
4. Mampu menjelaskan pengertian dari Briket Batubara-Biomassa.
5. Mampu Menjelaskan Program Pengembangan Batubara Melalui Briket Batubara-Biomassa Untuk PLTU
Dan Briket Batubara Terkarbonisasi Untuk Industri Kecil/UMKM.
PEMBAHASAN
Berdasarkan PP no 77/2014 salah satu pemanfaatan batubara dengan cara meningkatkan nilai tambah batubara adalah
briket batubara. Keberadaan briket batubara diharapkan sebagai sumber energi alternatif dari bahan bakar minyak dan kayu.
Biomassa dan batubara adalah bahan bakar padat yang memiliki karakteristik yang berbeda. Briket dari campuran batubara dan
biomassa memiliki beberapa kelebihan karena tingginya kadar senyawa volatil dari biomassa dan tingginya kandungan karbon ( fixed
carbon) dari batubara. Biomassa adalah bahan organik yang umumnya dianggap sebagai sampah, sehingga hanya dikumpulkan dan
mengotori lingkungan sekitar atau dimusnahkan dengan cara dibakar. Disamping dapat mereduksi limbah, jika dikelola dengan baik
biomassa memiliki potensi yang tinggi untuk dapat digunakan menjadi sumber energi alternatif dalam bentuk briket.
Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari campuran biomassa, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar
alternatif yang paling murah dan dapat dikembangkan secara massal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan
peralatan yang relatif sederhana. Briket Batubara adalah jenis produk pembriketan (briquetting) melalui proses pencetakan partikel-
partikel padatan berbasis batubara pada tekanan tertentu baik dengan/tanpa bahan pengikat (binded) maupun bahan imbuh lainnya.
Briket Batubara Terkarbonisasi adalah jenis produk pembriketan yang menggunakan bahan baku partikel batubara yang telah
mengalami proses karbonisasi.
Program Pengembangan Batubara Melalui Briket
Batubara-Biomassa Untuk PLTU
Penyiapan pengembangan briket bio-coal untuk co-firing PLTU akan menjadi
agenda utama dalam tahapan awal program briket bio-coal (2021-2025). Salah satu
implementasi briket bio-coal yang paling potensial saat ini adalah menjadi co-firing
bagi PLTU. Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana sebagian batubara yang dijadikan bahan bakar
diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa.
Teknik ini diklaim dapat mengurangi ketergantungan energi Indonesia dari sumber
yang tidak terbarukan, yakni batubara. Sumber biomassa ini beragam, mulai dari
serbuk gergaji (sawdust), pelet kayu (wood pellet), dan bahkan hingga sampah. Upaya
pengurangan pasokan bahan bakar fosil dan pencegahan peningkatan emisi gas rumah
kaca mendorong ketertarikan yang mendunia pada sistem energi yang berkelanjutan
dan ramah lingkungan, antara lain melalui pemanfaatan energi biomassa. Sehubungan
dengan kandungan energi pada biomassa umumnya relatif rendah maka kombinasi
bahan bakar biomassa dan batubara menjadi salah satu penyelesaian untuk
mempertahankan kandungan energi yang optimal. Co-firing secara umum dapat
dinyatakan sebagai suatu proses pembakaran dua material bahan bakar berbeda yang
dioperasikan secara bersamaan.
Program Briket Batubara Terkarbonisasi
Untuk Industri Kecil/UMKM
Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari campuran biomassa, bahan bakar padat ini merupakan bahan
singkat mengingat teknologi dan peralatan yang relatif sederhana. Briket Batubara adalah jenis produk pembriketan
(briquetting) melalui proses pencetakan partikel-partikel padatan berbasis batubara pada tekanan tertentu baik dengan/tanpa
bahan pengikat (binded) maupun bahan imbuh lainnya.
Ada tiga tahap yang akan ditempuh untuk menyukseskan program briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Tahap pertama adalah penyiapan optimalisasi pengembangan briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Pada tahap kedua (2026-2030), fokus program adalah implementasi pengembangan briket batubara
terkarbonisasi bagi penggunaan industri kecil/UMKM. Untuk mendukung tahap ini akan dilakukan penentuan lokasi
pemasok dengan kualitas batubara yang sesuai, lokasi pabrik briket, dan ketersediaan bahan baku batubara. Adapun pada
tahap terakhir (2031-2045) fokus program adalah optimalisasi pemanfaatan briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Pemanfaatan briket batubara juga akan diluaskan ke pulaupulau lain yang memiliki sentra industri kecil dan
UMKM yang besar. Untuk itu akan dilakukan penentuan lokasi ketersediaan bahan baku batubara di Kalimantan dan wilayah
lainnya.
SARAN
Untuk memahami lebih dalam mengenai makalah program pengembangan batubara melalui briket batubara-biomassa
untuk pltu dan briket batubara terkarbonisasi untuk industri kecil/umkm, penulis menyarankan agar kiranya pembaca
mencari informasi-informasi yang lain yang berkaitan dengan pembahasan ini karena dalam pembuatan makalah ini mungkin
masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan. Bahan Bakar alternatif yang paling murah dan dapat
dikembangkan secara massal dalam waktu yang relatif
“PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI BATUBARA UNTUK
MENGHASILKAN METANOL DAN DME MELALUI PROSES GASIFIKASI
BATUBARA, TERUTAMA KALORI RENDAH”
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral Indonesia, cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83
tahun mendatang apabila tingkat produksi saat ini terus dilakukan. Sekitar 60 persen dari
cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah
yang memiliki kandungan kurang dari 6.100 kal/gram. Oleh karena itu, jenis batubara ini
dijual dengan harga kompetitif di pasar internasional. Disisi lain, batubara dengan kualitas
rendah juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan program hilirisasi batubara guna
menganalisis potensi dan menciptakan diversifikasi batubara sebagai Energi Alternatif.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kemenprin (2017) memaparkan bahwa
batubaru dengan kualitas rendah dapat dikembangkan untuk memproduksi gas dimetil eter
(DME) yang bisa menggantikan liquefied petroleum gas (LPG) melalui proses gasifikasi
batubara. Selain itu, Proses gasifikasi memiliki potensi yang cukup besar untuk membantu
cadangan devisa negara, yang mana DME dan methanol dapat mengurangi impor dan
mensubstitusi BBM, BBG dan bahan industri kimia dasar.
Tujuan
Rumusan Masalah
1. Mampu memahami dan menjelaskan
1. Apa itu proses gasifikasi batubara?
pengertian dari gasifikasi batubara.
2. Bagaimana proses pembuatan
2. Mampu menjelaskan proses pembuatan
Metanol dan DME dari Gasifikasi
Metanol dan DME dari Gasifikasi Batubara.
Batubara? 3. Mampu menjelaskan program kajian
3. Bagaimana program kajian pengembangan potensi batubara untuk
pengembangan potensi batubara untuk menghasilkan Metanol dan DME melalui
menghasilkan Metanol dan DME proses gasifikasi batubara, terutama kalori
C. Biaya produksi
1. Bahan baku, USD/MT 198 198 70 70
2. Utilitas ,USD/MT 10 10 20 20
3. Tenaga kerja USD/ton 1 1 3 1
4. Jasa teknis dan perawatan, USD/MT 17 12 69 52
5. Administrasi dan asuransi, USD/MT 9 7 21 15
6. Depresiasi, USD/MT 81 58 168 129
7. Distribusi dan penjualan, USD/MT 18 18 18 18
8. Total Biaya Produksi, USD/MT 316 285 350 286
9. IRR, untuk harga jual 359 USD/MT 7,9% 12,1% 4,9% 8,6%