Anda di halaman 1dari 25

“PROGRAM PENGEMBANGAN

BATUBARA UNTUK MATERIAL


AGRO INDUSTRI”

Dewi Nursetiani (D1101211003)


Mariana Ina Jesica (D1101211006)
BAB I
PENDAHULUAN Lebih dari 60 juta ha lahan di Indonesia digunakan untuk kegiatan
perkebunan dan pertanian (BPS, 2020). Kegiatan perkebunan dan
pertanian tentu tidak dapat dilepaskan dari pasokan kebutuhan pupuk
untuk mempertahankan produktivitas dan kualitas produknya. Produksi
pupuk nasional pada tahun 2018 adalah sebesar 11.661.055 ton dan
meningkat pada tahun 2019 menjadi 11.838.452 ton. Produksi pupuk
nasional kembali meningkat pada 2020 hingga mencapai 12.254.676 ton.
Latar Belakang Jumlah produksi pupuk ini tentu belum ideal untuk dapat mencukupi
kebutuhan pupuk nasional sehingga impor pupuk tidak terhindarkan.
Batubara, terutama yang berumur muda (kalori rendah-sedang),
mengandung kadar karbon relatif rendah (70-75%), hidrogen (5,5%), dan
oksigen (20-25%). Selain itu, batubara muda pun memiliki kandungan
lain seperti nitrogen, di fosfor penta oksida (P2O5), dan kalium oksida.
Dengan demikian batubara tersebut telah memenuhi syarat untuk
meningkatkan kandungan unsur hara makro di dalam media tanam.
Rumusan Masalah
1. Apa itu Material Agro Industri?
2. Bagaimana proses pengembangan batubara untuk Material Agro
Industri?
3. Bagaimana program pengembangan batubara untuk Material Agro
Industri?
Tujuan
1. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian dari Material Agro Industri.
2. Mampu menjelaskan proses pengembangan batubara untuk Material Agro Industri.
3. Mampu menjelaskan program pengembangan potensi batubara untuk pengembangan batubara
untuk Material Agro Industri.
PEMBAHASAN

Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri
yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang
menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian
(Suprapto, 2003). Pengertian material dalam proses produksi Agroindustri berarti bahan-bahan
pertanian yang digunakan untuk menunjang proses produksi Agroindustri. Material-material ini
sangat menentukan penunjangan proses produksi Agroindustri dikarenakan kegiatan
Agroindustri yang sangat berkaitan dengan hasil-hasil pertanian. Material atau bahan baku
merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam perusahaan yang secara terus-menerus
diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar dari sumber-sumber
perusahaan-perusahaan juga sering dikaitkan dalam persediaan bahan baku yang akan
digunakan dalam operasi perusahaan pabrik. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam
membuat produk di mana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya
(merupakan bagian terbesar dari bentuk barang).
Proses pengembangan batubara untuk Material Agro Industri
Selama ini batubara terkenal sebagai sumber bahan bakar, tapi masih sedikit yang mengetahui kalau
sebenarnya batu bara bisa diolah menjadi pupuk tanaman. Pupuk dari bahan bakar ini terbukti mampu
memperbaiki kualitas lahan sekaligus meningkatkan produksi padi dan komoditas lain. Hal tersebut
karena batu bara mengandung kadar karbon yang tinggi yakni 69%, hidrogen 5,5%, oksigen 25%,
nitrogen 0,5%, difosfor pentaoksida 0,04%, dan kalium oksida 36%. Kandungan tersebut membuat batu
bara muda bisa meningkatkan kandungan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalsium, dan kalium.

Program pengembangan batubara untuk Material Agro Industri


Ketahanan pangan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemenuhan kebutuhan penunjang pangan
seperti pasokan pupuk yang baik dan terjangkau, peningkatan kualitas lahan pertanian, dan pemanfaatan
sumber daya alamnya. Untuk itu diperlukan produksi pupuk nasional dari sumber lain yang non
konvensional. Di sisi lain, batubara memiliki kandungan material organik dan non organik yang
memungkinkan untuk dapat dijadikan sebagai pupuk karena unsur hara di dalamnya sangat lengkap.
Jenis batu bara yang bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk adalah yang masih muda. Bahan bakar
yang masih muda justru tidak bagus dijadikan sebagai bahan bakar karena kadar sulfur dan airnya
tergolong tinggi. Dengan begitu, bahan bakar ini berpotensi untuk diolah menjadi pupuk.
Pembuataan pupuk dengan pengembangan asam humat dari batubara. Bahan
humat merupakan komponen tanah yang sangat penting, yaitu terlibat dalam reaksi
kompleks dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara tidak langsung bahan humat dapat memperbaiki
kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisika, kimia dan biologi dalam tanah.
Sedangkan secara langsung dapat merangsang pertumbuhan tanaman, pengambilan
unsur hara dan terhadap sejumlah proses fisiologi lainnya (Tan, 1995). Banyaknya
peranan dari bahan humat, maka diperlukan suatu teknologi untuk memperoleh
bahan humat yang mudah didapatkan dalam jumlah yang banyak. Salah satu hal
yang dapat dilakukan adalah dengan mengekstrak bahan humat yang diperkirakan
banyak terdapat pada batubara.
Kesimpulan
Pengertian material dalam proses produksi Agroindustri berarti bahan-bahan pertanian yang digunakan
untuk menunjang proses produksi Agroindustri. Pengembangan batubara untuk Material Agro Industri dengan
pembuatan pupuk organik bahan humat. Bahan humat merupakan komponen tanah yang sangat penting, yaitu
terlibat dalam reaksi kompleks dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara tidak langsung bahan humat dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan mengubah
kondisi fisika, kimia dan biologi dalam tanah. Banyaknya peranan dari bahan humat yang diperkirakan banyak
terdapat pada batubara.
Jenis batu bara yang bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk adalah yang masih muda. Subbituminus
merupakan batubara muda dengan tingkat pembatubaraan rendah yang biasanya lebih lembut dengan materi
yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki kelembaban yang lebih tinggi dan kadar karbon yang
lebih rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Oleh karena itu Subbituminus ini tidak efektif
dimanfaatkan sebagai sumber energi dan sebaiknya dimanfaatkan sebagai sumber bahan humat.

Saran
Menggunakan jenis batubara yang masih muda Bahan bakar yang masih muda tidak bagus dijadikan
sebagai bahan bakar karena kadar sulfur dan airnya tergolong tinggi. Dengan begitu, bahan bakar ini
berpotensi untuk diolah menjadi pupuk.
“PROGRAM PENGEMBANGAN BATUBARA
MELALUI BRIKET BATUBARA – BIOMASSA
UNTUK PLTU DAN BRIKET BATUBARA
TERKARBONISASI UNTUK INDUSTRI
KECIL/UMKM”
PENDAHULUAN
Batubara merupakan sedimen batuan organik yang mudah terbakar dengan komposisi utama karbon,
hidrogen, dan oksigen. Di Indonesia, batubara adalah salah satu jenis bahan bakar yang paling banyak
digunakan selain bahan bakar minyak, oleh karena itu batubara tergolong sebagai bahan bakar konvensional.
Bahan bakar yang digunakan pada industri sebagai sumber energi pada mesin diesel adalah batubara selain
solar. Batubara memiliki nilai ekonomi yang lebih murah jika dibandingkan dengan solar. Sebagai sumber
energi, batubara dapat direkayasa dalam berbagai bentuk atau penggunaan. Salah satu dari sekian banyak
komersialisasi batubara yang disebut briket batubara. Briket batubara - biomassa untuk PLTU dan briket
batubara terkarbonisasi untuk industri kecil/UMKM. Bahan baku batubara dibagi menjadi dua yaitu briket
batubara tanpa karbonisasi dan briket batubara terkarbonisasi. Keberadaan briket batubara diharapkan
sebagai sumber energi alternatif dari bahan bakar minyak dan kayu. Pemilihan program pengembangan bio
briket dilakukan untuk mendukung capaian EBT dalam bauran energi melalui implementasi cofiring briket
bio-coal. Dibandingkan penggunaan hanya batubara, penggunaan briket biocoal lebih ramah lingkungan
karena biomassa dapat ditanam kembali dan menyerap CO2 dari atmosfir sementara itu penggunaan briket
terkarboniasasi untuk industri kecil sebagai sumber panas ditengarai mempunyai efisiensi lebih tinggi (emisi
CO2 lebih rendah) dibandingkan penggunaan pemanas listrik. Briket tersebut juga dapat diproduksi pada
skala kecil dengan teknologi sederhana dan biaya yang relatif murah sehingga dapat dimanfaatkan untuk
mendukung UMKM.
Rumusan Masalah
1. Apa itu Briket Batubara-Biomassa?

2. Bagaimana Program Pengembangan Batubara Melalui Briket Batubara- Biomassa Untuk PLTU ?
3. Bagaimana Program Briket Batubara Terkarbonisasi Untuk Industri Kecil/UMKM?

Tujuan
4. Mampu menjelaskan pengertian dari Briket Batubara-Biomassa.

5. Mampu Menjelaskan Program Pengembangan Batubara Melalui Briket Batubara-Biomassa Untuk PLTU
Dan Briket Batubara Terkarbonisasi Untuk Industri Kecil/UMKM.
PEMBAHASAN
Berdasarkan PP no 77/2014 salah satu pemanfaatan batubara dengan cara meningkatkan nilai tambah batubara adalah
briket batubara. Keberadaan briket batubara diharapkan sebagai sumber energi alternatif dari bahan bakar minyak dan kayu.
Biomassa dan batubara adalah bahan bakar padat yang memiliki karakteristik yang berbeda. Briket dari campuran batubara dan
biomassa memiliki beberapa kelebihan karena tingginya kadar senyawa volatil dari biomassa dan tingginya kandungan karbon ( fixed
carbon) dari batubara. Biomassa adalah bahan organik yang umumnya dianggap sebagai sampah, sehingga hanya dikumpulkan dan
mengotori lingkungan sekitar atau dimusnahkan dengan cara dibakar. Disamping dapat mereduksi limbah, jika dikelola dengan baik
biomassa memiliki potensi yang tinggi untuk dapat digunakan menjadi sumber energi alternatif dalam bentuk briket.
Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari campuran biomassa, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar
alternatif yang paling murah dan dapat dikembangkan secara massal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan
peralatan yang relatif sederhana. Briket Batubara adalah jenis produk pembriketan (briquetting) melalui proses pencetakan partikel-
partikel padatan berbasis batubara pada tekanan tertentu baik dengan/tanpa bahan pengikat (binded) maupun bahan imbuh lainnya.
Briket Batubara Terkarbonisasi adalah jenis produk pembriketan yang menggunakan bahan baku partikel batubara yang telah
mengalami proses karbonisasi.
Program Pengembangan Batubara Melalui Briket
Batubara-Biomassa Untuk PLTU
Penyiapan pengembangan briket bio-coal untuk co-firing PLTU akan menjadi
agenda utama dalam tahapan awal program briket bio-coal (2021-2025). Salah satu
implementasi briket bio-coal yang paling potensial saat ini adalah menjadi co-firing
bagi PLTU. Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana sebagian batubara yang dijadikan bahan bakar
diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa.
Teknik ini diklaim dapat mengurangi ketergantungan energi Indonesia dari sumber
yang tidak terbarukan, yakni batubara. Sumber biomassa ini beragam, mulai dari
serbuk gergaji (sawdust), pelet kayu (wood pellet), dan bahkan hingga sampah. Upaya
pengurangan pasokan bahan bakar fosil dan pencegahan peningkatan emisi gas rumah
kaca mendorong ketertarikan yang mendunia pada sistem energi yang berkelanjutan
dan ramah lingkungan, antara lain melalui pemanfaatan energi biomassa. Sehubungan
dengan kandungan energi pada biomassa umumnya relatif rendah maka kombinasi
bahan bakar biomassa dan batubara menjadi salah satu penyelesaian untuk
mempertahankan kandungan energi yang optimal. Co-firing secara umum dapat
dinyatakan sebagai suatu proses pembakaran dua material bahan bakar berbeda yang
dioperasikan secara bersamaan.
Program Briket Batubara Terkarbonisasi
Untuk Industri Kecil/UMKM

Potensi pasar briket batubara terkarbonisasi untuk industri


kecil/UMKM yang padat energi dalam operasionalnya. Ada
beberapa tahap yang akan ditempuh untuk menyukseskan
program briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Salah satu tahapnya adalah penyiapan optimalisasi
pengembangan briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Kriteria yang digunakan untuk penentuan lokasi
tersebut adalah kualitas batubara yang sesuai, lokasi pabrik briket
batubara existing, dan potensi pasar. Setelah itu akan dilanjutkan
dengan kajian kelayakan ekonomi (termasuk kajian cost & benefit
serta lingkungan) dan kajian supplydemand (termasuk pemasok
dan off taker).
KESIMPULAN

Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari campuran biomassa, bahan bakar padat ini merupakan bahan
singkat mengingat teknologi dan peralatan yang relatif sederhana. Briket Batubara adalah jenis produk pembriketan
(briquetting) melalui proses pencetakan partikel-partikel padatan berbasis batubara pada tekanan tertentu baik dengan/tanpa
bahan pengikat (binded) maupun bahan imbuh lainnya.
Ada tiga tahap yang akan ditempuh untuk menyukseskan program briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Tahap pertama adalah penyiapan optimalisasi pengembangan briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Pada tahap kedua (2026-2030), fokus program adalah implementasi pengembangan briket batubara
terkarbonisasi bagi penggunaan industri kecil/UMKM. Untuk mendukung tahap ini akan dilakukan penentuan lokasi
pemasok dengan kualitas batubara yang sesuai, lokasi pabrik briket, dan ketersediaan bahan baku batubara. Adapun pada
tahap terakhir (2031-2045) fokus program adalah optimalisasi pemanfaatan briket batubara terkarbonisasi bagi industri
kecil/UMKM. Pemanfaatan briket batubara juga akan diluaskan ke pulaupulau lain yang memiliki sentra industri kecil dan
UMKM yang besar. Untuk itu akan dilakukan penentuan lokasi ketersediaan bahan baku batubara di Kalimantan dan wilayah
lainnya.

SARAN

Untuk memahami lebih dalam mengenai makalah program pengembangan batubara melalui briket batubara-biomassa
untuk pltu dan briket batubara terkarbonisasi untuk industri kecil/umkm, penulis menyarankan agar kiranya pembaca
mencari informasi-informasi yang lain yang berkaitan dengan pembahasan ini karena dalam pembuatan makalah ini mungkin
masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan. Bahan Bakar alternatif yang paling murah dan dapat
dikembangkan secara massal dalam waktu yang relatif
“PROGRAM PENGEMBANGAN POTENSI BATUBARA UNTUK
MENGHASILKAN METANOL DAN DME MELALUI PROSES GASIFIKASI
BATUBARA, TERUTAMA KALORI RENDAH”
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral Indonesia, cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83
tahun mendatang apabila tingkat produksi saat ini terus dilakukan. Sekitar 60 persen dari
cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah
yang memiliki kandungan kurang dari 6.100 kal/gram. Oleh karena itu, jenis batubara ini
dijual dengan harga kompetitif di pasar internasional. Disisi lain, batubara dengan kualitas
rendah juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan program hilirisasi batubara guna
menganalisis potensi dan menciptakan diversifikasi batubara sebagai Energi Alternatif.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kemenprin (2017) memaparkan bahwa
batubaru dengan kualitas rendah dapat dikembangkan untuk memproduksi gas dimetil eter
(DME) yang bisa menggantikan liquefied petroleum gas (LPG) melalui proses gasifikasi
batubara. Selain itu, Proses gasifikasi memiliki potensi yang cukup besar untuk membantu
cadangan devisa negara, yang mana DME dan methanol dapat mengurangi impor dan
mensubstitusi BBM, BBG dan bahan industri kimia dasar.
Tujuan
Rumusan Masalah
1. Mampu memahami dan menjelaskan
1. Apa itu proses gasifikasi batubara?
pengertian dari gasifikasi batubara.
2. Bagaimana proses pembuatan
2. Mampu menjelaskan proses pembuatan
Metanol dan DME dari Gasifikasi
Metanol dan DME dari Gasifikasi Batubara.
Batubara? 3. Mampu menjelaskan program kajian
3. Bagaimana program kajian pengembangan potensi batubara untuk
pengembangan potensi batubara untuk menghasilkan Metanol dan DME melalui
menghasilkan Metanol dan DME proses gasifikasi batubara, terutama kalori

melalui proses gasifikasi batubara, rendah.

terutama kalori rendah?


PEMBAHASAN
Gasifikasi batubara pada prinsipnya adalah suatu proses sintesis dimana terjadi
proses perubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas yang mudah
terbakar. Pada gasifier, batubara mengalami beberapa proses yang berbeda:
a. Proses dehidrasi atau pengeringan (drying)
b. Proses pirolisis atau devolatilisasi
c. Proses pembakaran (combustion)
d. Proses Gasifikasi atau Reduksi
Proses gasifikasi batubara berdasarkan sistem reaksinya dapat dibagi menjadi
empat macam yaitu : fixed bed, fluidized bed, entrained flow dan molten iron bath.
Proses Pembuatan Metanol dari Gasifikasi Batubara
Metanol dibuat dari gas sintesis yang diproduksi dari gas alam atau gasifikasi batubara. Di
Indonesia kini sedang dikembangkan methanol yang diperoleh dari proses gasifikasi batubara muda
(rendah kalori) untuk pembuatan DME. Di Indonesia pemakaian terbanyak methanol adalah pada
industry formaldehyde dan produk turunannya seperti urea formaldehid, phenol formaldehid, dan
melamin formaldehid.
Gas sintesa adalah campuran gas Karbon Monoksida (CO) dan Hidrogen (H 2). Gas sintesis
dapat diperoleh dari berbagai bahan baku, seperti batubara, limbah biomassa, limbah perkotaan.
Pada pembuatan metanol, terdapat 2 langkah, yaitu :
a. Langkah pertama
Mengkonversi bahan baku menjadi gas sintesis yang terdiri atas CO, CO 2, H2O, H2 . Biasanya
dicapai oleh katalitik reforming gas umpan dan uap.
b. Langkah ke dua
Sintesis katalitik metanol dari gas sintesis. Keuntungan dari proses ini adalah bahan baku mudah
didapat, dan pemanfaatan batubara jenis kualitas rendah lebih optimal. Produksi methanol dari gas
sintesa dengan katalis berbasis ZnO telah dilakukan secara komersial lebih dari 50 tahun. Reaksinya
adalah :
CO +2 H2 ↔ CH3OH
Proses produksi Dimethyl Ether
a. Pada proses sintesis tak langsung
DME diproduksi dari methanol, dan selanjutnya metanol dikonversi ke DME. Produksi DME dilakukan melalui
dehidrasi katalitik methanol dengan katalis alumina amorf/amorphous alumina catalyst yang diolah dengan 10,2% silica.
Konversi methanol sebesar kira-kira 80% dicapai dalam reaktor. DME diproduksi mengikuti reaksi berikut :
2CH3OH ↔ CH3OCH3 + H2O
Tahapan prosesnya meliputi:
– Pemanasan awal bahan baku (methanol berkemurnian tinggi)
– Reaksi methanol membentuk DME,
– Pemisahan produk,
– Pemisahan pengotor/contaminant,
– Pemisahan dan resirkulasi methanol.
b. Produksi DME Secara Langsung Dari Gas Sintesa
Pada sintesis langsung, gas sintesis langsung dikonversi DME di dalam satu reaktor DME. Sebenarnya di dalam
reaktor ini terdapat dua katalis (i) untuk sintesis metanol dari gas sintesis; atau (ii) satu katalis yang mengandung dua inti
fungsional. Teknologi sintesis langsung DME dimaksudkan untuk mengurangi biaya investasi peralatan. Teknologi ini
relatif masih baru dibandingkan terhadap teknologi sintesis tak langsung. Jumlah pabrik DME komersial yang
menggunakan teknologi ini masih sangat sedikit. Reaksi yang terjadi pada sintesa langsung DME dari gas sintesa adalah :
2 CO + 4 H2 ↔ 2CH3OH
2 CH3OH ↔ CH3OCH3 + H2O
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Dan total reaksi :
3 CO + 3 H2 ↔ CH3OCH3 + CO2
Industri DME Berbasis Batubara
Melalui proses gasifikasi, batubara dapat dibuat menjadi gas sintesis, kemudian
menjadi metanol dan akhirnya menjadi DME. Di samping dikonversi menjadi DME,
metanol dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk, misalnya:
a. Etilen dan propilen yang selanjutnya menjadi bahan baku plastik
b. Etanol melalui berbagai reaksi kimia
c. Biodiesel.
Hingga tahun 2017, produksi DME di Indonesia sebatas untuk memenuhi
kebutuhan propellant pada industri kosmetik, penyegar ruangan, cat semprot kemasan,
obat nyamuk semprot dan sejenisnya. Kebutuhan dalam negeri dipenuhi oleh sebuah
pabrik di Tangerang dengan kapasitas produksi DME 12.000 ton/tahun, dan berbahan
baku metanol.
Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015 s.d
2035, metanol dijadikan salah satu industri hulu yang mendapat prioritas pengembangan
industri kimia dasar berbasis migas dan batubara di Indonesia. Dengan demikian, peta
jalan pengembangan industri DME di Indonesia, dapat dikatakan, mengikuti peta jalan
industri metanol tersebut.
Kajian Ekonomi Metanol ke DME
Kajian keekonomian produksi DME pada kasus ini dilakukan dengan skenario atas dasar harga
metanol:
(i) Harga impor Indonesia impor Indonesia pada tahun 2016-2017, rata-rata adalah 359
USD/MT
(ii) Harga pasar dunia yang berflutuasi sangat besar, dan terendah adalah 268 USD/MT.
Walaupun perhitungan ekonomi pabrik DME dengan harga metanol di pasar dunia yang terendah,
biaya produksi DME masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual maksimumnya sebagai bahan
bakar setara LPG di Indonesia.
Tabel Perkiraan harga jual DME berbahan baku metanol :
kapasitas produksi DME, TPD 1400 3500
kapasitas pengolahan metanol, TPD 2100 5000
total biaya produksi
harga bahan baku, metanol (2016-2017): DME, USD/MT

1. data impor Indonesia, 359 USD/MT 602 590

2. terendah di pasar dunia, 268 USD/MT 474 462

3. harga maksimum setara LPG, USD/MT 390

1. harga DME di Tiongkok (2015): sekitar 500 USD/MT


2. di USA (proyeksi 2024): 4.01 USD/galon atau 14.300 Rp/L setara solar
3. di USA (2013): 0,95 USD/L atau 12.900 Rp/L setara solar
4. komunikasi pribadi, harga DME sebagai propelan: 21.000 Rp/kg
Kajian Ekonomi Batubara ke Metanol
Kajian berikut ini berisi perkiraan biaya produksi metanol dengan bahan baku batubara peringkat
rendah dan dibandingkan terhadap yang berbahan baku gas alam. Di samping berbagai parameter
ekonomi, pendekatan utama dalam kajian ini adalah harga batubara senilai 20 USD/MT dan harga gas
alam 6 USD/MMBTU. Dengan asumsi bahwa kadar air batubara peringkat rendah tersebut mencapai
50%, kebutuhan batubara mencapai 3,5 ton untuk setiap 1 ton produk metanol.
Tabel Ringkasan kajian ekonomi pabrik metanol :
gas alam batubara
A. Produksi Metanol, ton/hari (TPH) 2.000 5.000 2.000 5.000
B. Fixed capital investment 534 960 1.107 2.121
Working capital and start up cost 104 227 149 304
Total investasi 638 1.187 1.256 2.425

C. Biaya produksi
1. Bahan baku, USD/MT 198 198 70 70
2. Utilitas ,USD/MT 10 10 20 20
3. Tenaga kerja USD/ton 1 1 3 1
4. Jasa teknis dan perawatan, USD/MT 17 12 69 52
5. Administrasi dan asuransi, USD/MT 9 7 21 15
6. Depresiasi, USD/MT 81 58 168 129
7. Distribusi dan penjualan, USD/MT 18 18 18 18
8. Total Biaya Produksi, USD/MT 316 285 350 286

9. IRR, untuk harga jual 359 USD/MT 7,9% 12,1% 4,9% 8,6%

Harga jual min. agar IRR 6,8%


D. (WACC), USD/MT 347 313 398 325

E. Harga metanol impor rata2 (2016-2017) 359 USD/MT


Harga metanol dunia terendah 268 USD/MT
Harga metanol tertinggi, USD/MT 575 USD/MT
KESIMPULAN
Gasifikasi batubara pada prinsipnya adalah suatu proses sintesis dimana terjadi proses
perubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas yang mudah terbakar.
Metanol dibuat dari gas sintesis yang diproduksi dari gas alam atau gasifikasi batubara. Pada
pembuatan metanol, terdapat 2 langkah, yaitu :
a) Langkah pertama
• Mengkonversi bahan baku menjadi gas sintesis yang terdiri atas CO, CO 2, H2O, H2 . Biasanya
dicapai oleh katalitik reforming gas umpan dan uap.
b) Langkah ke dua
• Sintesis katalitik metanol dari gas sintesis.
• Melalui proses gasifikasi, batubara dapat dibuat menjadi gas sintesis, kemudian menjadi
metanol dan akhirnya menjadi DME.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai