Berbagai literature, penelitian, seminar, pelatihan dan ujicoba di seluruh dunia telah membuktikan
bahwa biochar atau agrichar yakni arang yang dihasilkan dari proses pirolisis memberi manfaat yang
besar bagi kesuburan tanah sehingga produktivitas tanamannya semakin meningkat. Jepang adalah
salah satu Negara yang dikenal pengguna biochar untuk lahan pertanian selama puluhan tahun. Hal
tersebut membuat sejumlah wilayah Asia Tenggara juga terimbas untuk menggunakan biochar untuk
memperbaiki kualitas tanahnya. Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos dan
Philipina adalah sejumlah negara di Asia Tenggara yang mencoba mengaplikasikan biochar tersebut.
Aktivitas ini memberikan hasil yang menggembirakan karena memberi hasil positif dan mengurangi
pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan baku berbagai jenis limbah biomasa. Harapannya
aktivitas penggunaan biochar ini terus meningkat dalam skala lebih besar dan berkelanjutan. Indonesia
dan Malaysia sebagai produsen CPO terbesar di dunia tentu membutuhkan intensifikasi di bidang
pertaniannya yakni dengan memperbaiki kualitas tanah selain kebutuhan energi untuk proses
produksinya sehingga disinilah industri biochar yang menggunakan teknologi pirolisis akan sangat
berperan penting. Teknologi pirolisis kontinyu skala industri yang mudah digunakan akan sangat
dibutuhkan untuk hal tersebut.
Tingginya konsumsi bahan bakar fossil sebagai tumpuan aktivitas ekonomi saat ini telah
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan berupa terjadinya masalah perubahan iklim dan
lingkungan. Akumulasi konsentrasi karbon dioksida di atmosfer yang telah melampaui
ambang batas perlu untuk segera dikurangi menuju batas yang aman. Beberapa hal yang
bisa dilakukan antara lain : meningkatkan efisiensi energi berbagai peralatan dan mesin saat
ini yang masih menggunakan bahan bakar fossil, menggunakan bahan bakar atau sumber
energi terbarukan dan menyerap gas karbondioksida di atmosfer. Bila kita tinjau berdasarkan
neraca karbon yang diemisikan maka menggunakan bahan bakar terbarukan atau subtitusi
bahan bakar fossil dengan energi terbarukan merupakan carbon neutral, sedangkan
penyerapan gas karbon dioksida di atmosfer merupakan carbon negative.
Ekonomi rendah karbon sebagai solusi perubahan iklim dan lingkungan adalah bagaimana
sektor ekonomi didorong pada kondisi carbon neutral bahkan carbon negative. Energi
biomasa adalah salah satu solusi untuk mewujudkan ekonomi rendah karbon tersebut.
Ketersediaan bahan baku biomasa di Indonesia khususnya, sangat berlimpah dan baru
sebagian kecil saja yakni kurang dari 5% yang dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Skenario pemanfaatan yang optimal dari biomasa menjadi bentuk energi yang ramah
lingkungan adalah pertanyaan berikutnya ketika telah menjatuhkan pilihan untuk
menggunakan sebagai sumber energi.
Teknologi pirolisis kontinyu sebagai teknologi generasi kedua biofuel adalah solusi terbaik dalam rangka
menuju era ekonomi rendah karbon tersebut. Produk berupa arang/biochar, biooil dan syngas akan dihasilkan
dengan teknologi ini. Biomasa terutama limbah biomasa ataupun limbah organik bisa langsung diolah dilokasi
tersebut untuk menghasilkan produk-produk seperti diatas. Perusahaan agroindustri seperti pabrik kelapa sawit
menghasilkan limbah biomasa sangat besar setiap harinya. Indonesia dan Malaysia sebagai produsen minyak
sawit terbesar di dunia,yakni 87% (2007) memiliki pabrik sawit diperkirakan lebih dari 1.000 unit, sehingga
limbah biomasa yang tersedia sangat berlimpah.
Khusus pada indutri kelapa sawit, produk biochar (arang) akan memiliki peran yang besar untuk
meningkatkan kesuburan tanah termasuk mereduksi kebutuhanpupuk kimia (urea) pada perkebunan
sawitnya, sehingga akan sangat menguntungkan. Sejumlah upaya telah banyak dilakukan oleh
perusahaan sawit untuk meningkatkan efektifitasnya dalam pemupukan dan penyuburan tanah, dan
dengan biochar ini ibarat sekali merengkuh dayung dua tiga pula terlampaui, masalah limbah padat
sawit bisa diatasi, mendapat sumber energi dan perbaikan kesuburan tanah. Biochar (arang) selain
mampu menyuburkan tanah juga mampu menangkap gas karbondioksida dari atmosfer sehingga
merupakan mekanisme carbon negative, sedangkan biooil dan syngas bisa diaplikasikan sebagai
bahan bakar carbon neutral karena berasal dari biomasa
Pengelolaan nutrisi tanah untuk terus menjaga kesuburan tanah adalah salah satu komponen utama
untuk usaha perkebunan sawit. Hal ini disebabkan miskinnya kesuburan miskin pada sejumlah tanah
tropis dan sifat ekstraktif usaha perkebunan yang intensif. Biochar menawarkan kemungkinan untuk
merevolusi pengelolaan nutrisi secara efisien di perkebunan tropis yang telah terbukti pada tanah dan
kemampuan menahan air.
Mengapa biochar?
Banyak keunggulan biochar untuk aplikasi meningkatkan kesuburan tanah. Proses produksibiochar
juga menggunakan proses thermal selain lebih cepat juga investasi lebih terjangkau daripada proses
biologi yakni dengan fermentasi. Estimasi penghematan penggunaan pupuk bisa dihemat hingga 50%
dengan penggunaan biochar artinya tingkat efisiensi pemupukan meningkat pesat karena aplikasi
biochar.
Kekhasan teknologi slow pyrolysis kontinyu adalah akan dihasilkan produk atau output
berupa padat (arang), cair (biooil) dan gas (syngas) yang hampir sama. Semua produk
tersebut memiliki aplikasi dan nilai komersial tersendiri. Arang atau biochar bisa digunakan
sebagai bahan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Tanah-tanah asam ber-pH rendah bisa
dinaikkan pH-nya dengan biochar. Pemakaian pupuk baik kimia atau organik juga bisa
dikurangi dengan mengaplikasikan biochar. Arang juga bisa dijual sebagai bahan bakar
terbarukan, misalnya untuk bahan bakar kiln pabrik semen ataupun industri lainnya. Apabila
dikehendaki untuk menghasilkan arang dengan nilai kalor tinggi, misalnya akan digunakan
sebagai pengecoran logam, teknologi pirolisis kontinyu JF BioCarbon adalah pilihan tepat.
Biooil yang dihasilkan karena memiliki kandungan air kecil (<15%), maka sangat potensial
sebagai sumber bahan bakar cair. Penggunaan langsung maupun dicampur dengan bahan
bakar minyak konvesional sangat dimungkinkan. Biooil yang sangat kaya akan senyawasenyawa organik, juga bisa digunakan untuk bahan baku berbagai industri kimia.
Syngas selain digunakan untuk proses pirolisis itu sendiri (autothermal), juga kelebihannya
bisa digunakan sebagai pembangkit listrik. Pembangkit listrik yang bisa dibangkitkan dengan
syngas output teknologi pirolisis kontinyu ini mulai 1 MW hingga 7 MW. Syngas yang
dihasilkan kaya akan gas metana (CH4) dan bisa langsung membangkitkan listrik dengan
pembangkit listrik type gas engine. Produsen-produsen genset atau pembangkit listrik seperti
GE, GM, Caterpilar dan sebagainya telah menyediakan pembangkit listrik gas engine
tersebut untuk dirangkai dengan teknologi pirolisis kontinyu JF BioCarbon.
Biochar - penggunaan arang yang diproduksi dari membakar biomassa untuk pertanian - mungkin merupakan
saru dari revolusi lingkungan dan sosial yang terpenting di abad ini. Praktek yang sepertinya sederhana ini sebuah teknologi yang kembali ke ribuan tahun yang lalu - memiliki potensi untuk membantu mengurangi
sebagian masalah dunia yang mengakar: kelaparan, kurangnya kesuburan tanah di daerah tropis, perusakan
hutan hujan akibat pertanian tebang-dan-bakar, dan bahkan perubahan iklim.
"Biochar adalah bentuk karbon yang tidak berubah yang sebagian besar akan tetap tidak berubah di tanah dalam
periode waktu yang sangat lama. Jadi Anda dapat menyimpan karbon di dalam cara yang sederhana, tahan
lama, dan aman dengan cara menaruh char tersebut di tanah. Karbon tipe lain di dalam tanah akan cepat
berubah menjadi karbon dioksida. Char tidak," ujar direktur utama dari Biochar Fund, Laurens Rademakers, pada
mongabay.com dalam wawancara baru-baru ini.
Biochar Fund, yang saat ini sedang menerapkan program di Kamerun dan Republik Demokrat Kongo, berfokus
untuk awalnya pada pengurangan kelaparan dan menyediakan ketahanan pangan, memandang penyimpanan
karbon dan perlindungan hutan sebagai bonus. Namun bagaimana biochar dapat membantu kelaparan dunia?
"Biochar akan meningkatkan kesuburan tanah
bermasalah dalam cara yang nyata, cepat, dan
jangka panjang. Ini penting bagi petani kecil,
karena mereka biasanya tidak mampu membeli
pupuk atau berinvestasi dalam teknik
penanaman organik yang membutuhkan waktu
lama untuk berdiri. Biochar dapat diproduksi
secara lokal, dengan investasi sangat rendah,
dan dengan proses yang sederhana, mudah
dipahami," jelas Rademakers.
Menurut PBB, satu milyar orang di dunia saat
ini menderita kelaparan: jumlah tertinggi dalam
sejarah. Dengan populasi global masih
meningkat, peneliti di seluruh dunia sedang
berusaha memikirkan cara untuk memberi
makan dunia tanpa menghancurkan lingkungan
dan memperparah perubahan iklim.
Anak-anak menunjukkan arang yang terbuat dari batang palem. Kredit: Etchi Daniel-
Laurens Rademakers: Saat menganalisa potensi bioenergi di Afrika, menjadi jelas bahwa ini adalah masalah
yang sangat kompleks. Proyek dapat menghasilkan manfaat sosial dan lingkungan yang besar, namun juha bisa
menghasilkan yang sebaliknya. Tergantung pada skalanya, lokasinya, kepemilikan sosialnya, dan strategi tujuan
akhir dari proyek seperti ini. Kebanyakan proyek biofuel, sebagai contohnya, merupakan kontroversi, karena
sebagian dari faktor ini diisi dengan negatif.
Bagaimanapun, satu tipe pemanfaatan biomass menonjol dan itu adalah biochar. Sepertinya teknik penyuburan
tanah ini dapat menjadi inti dari sinergi yang dapat menyelesaikan beberapa masalah mendesak secara simultan:
habisnya tanah dan penggundulan hutan, ketahanan pangan dan kelaparan, perubahan iklim dan ketahanan
energi.
Sekelompok ilmuwan muda dan partisipan dari Eropa dan Afrika memutuskan untuk menguji sinergi berbasis
biochar, dan kemudian ide untuk menciptakan organisasi profit sosial lahir. Pada awalnya, sepertinya konsepnya
kuat, karena kami secara instan menarik sejumlah besar penyandang dana untuk beberapa proyek.
BIOCHAR
Mongabay: Apakah biochar itu? Bagaimana itu dapat meningkatkan kesuburan tanah?
Laurens Rademakers: Apa yang terdapat dinamanya? Biochar adalah arang (charcoal). Sebagian orang akan
menyebutnya "biochar" atau "agrichar" untuk mengindikasikan bahwa karbon berpori ini akan digunakan untuk
menyuburkan tanah atau bahwa namanya diturunkan dari residu pertanian. Kebanyakan tipe biomass yang telah
melalui proses yang disebut pemanasan-pyrolysis di lingkungan rendah-oksigen - dapat disebut biochar atau
charcoal.
Biochar adalah bentuk karbon yang tidak berubah yang sebagian besar akan tetap tidak berubah di tanah dalam
periode waktu yang sangat lama. Jadi Anda dapat menyimpan karbon di dalam cara yang sederhana, tahan
lama, dan aman dengan cara menaruh char tersebut di tanah. Karbon tipe lain di dalam tanah akan cepat
berubah menjadi karbon dioksida. Char tidak. Lebih jauh lagi, karena pori-pori mikro dan karakteristik kimiafisikanya, biochar dapat meningkatkan baik penyimpanan maupun pergantian nutrisi kunci yang dibutuhkan
tanaman. Ini membuka prospek untuk mengurangi kebutuhan pupuk dan meningkatkan hasil panen dengan cara
organik. Biochar juga mempunyai beberapa efek positihdalam kehidupan mikroba di dalam tanah, dan ini
memainkan peran penting dalam menahan kelembaban.
Bagaimana pun, ini juga banyak tergantung pada tipe tanah di mana biochar itu diperkenalkan. Paling tidak bagi
satu tipe tanah - oxisols di (sub)tropis - ada banyak bukti ilmiah yang mengindikasikan bahwa ini akan
meningkatkan hasil panen. Tanah dengan kondisi buruk ini umumnya ditemukan di seluruh Afrika Sub-Sahara,
Amerika Latin, dan Asia Tenggara. Terutama di Afrika, keberadaannya merupakan salah satu penyebab utama
rendahnya produktivitas pertanian dan kehutanan, setiap petani tebang-dan-bakar mencari lahan baru setelah
menghabiskan satu lahan.
Mongabay: Apa sejarah dari praktek seperti ini?
Laurens Rademakers: Beberapa dekade yang lalu,
peneliti arkeologi dan antropologi menemukan "tanah
gelap" di hutan hujan Amazon. Sangat jelas bahwa tanah
ini, dikenal sebagai "Terra Preta", merupakan buatan
manusia karena mengandung pecahan periuk, tulang ikan
dan material lain yang mengindikasikan keberadaan
manusia. Tanah ini mengandung kesuburan yang
istimewa, dan mengingatkan pada teori baru tentang
peradaban Amazon pra-Kolumbia. Dengan tanah yang
sesubur itu di lingkungan yang tidak subur, mungkin saja
Tanah gelap Amazon - dikenal juga sebagai terra preta. Kiri - oxisol
rendah-nutrisi; kanan - oxisol yang diubah menjadi terra preta yang
subur. Foto milik Bruno Glaser.
dulunya populasi yang besar dan sehat hidup di hutan-hutan ini yang kami kira "asli" dan hanya dihuni oleh
kelompok-kelompok kecil dari pemburu-pengumpul saja. Kunci resep tanah yang menakjubkan ini adalah arang.
Ribuan ton arang telah ditaruh di ribuan kilometer persegi tanah, mungkin saja dengan kesadaran dan teknik
pertanian yang terkelola dengan baik, yang dilakukan oleh sekelompok besar petani.
Setelah penemuan ini, peneliti dari berbagai bidang saling meneliti, dan menemukan bahwa arang di dalam
tanah bisa meningkatkan kesuburan dan pada saat yang sama menyimpan karbon. Komunitas perubahan iklim
menjadi tertarik, seperti juga para peneliti di sektor bio-energi, yang mengetahui bahwa biochar bisa diproduksi
secara efisien dengan teknologi pirolisis modern.
Pertemuan disiplin ilmu, teknologi dan kemungkinan inilah yang menjadikan biochar konsep baru yang cepat
muncul tentang pengelolaan lingkungan dan mitigasi perubahan iklim saat ini.
Mongabay: Bagaimana biochar ini dapat menyediakan ketahanan pangan bagi sebagian masyarakat dunia yang
paling miskin dan kelaparan?
Laurens Rademakers: Kami berfokus pada biochar ini sebagai alat untuk meningkatkan ketahanan pangan di
antara mereka yang paling kelaparan - 75% dari mereka, cukup aneh, adalah petani. Ini adalah prioritas kami.
Mitigasi perubahan iklim atau adaptasinya, dan kompensasi karbon yang mungkin didapat dengan menaruh char
di tanah, adalah kepentingan sekunder.
Biochar akan meningkatkan kesuburan tanah bermasalah dalam cara yang nyata, cepat, dan jangka panjang. Ini
penting bagi petani kecil, karena mereka biasanya tidak mampu membeli pupuk atau berinvestasi dalam teknik
penanaman organik yang membutuhkan waktu lama untuk berdiri. Biochar dapat diproduksi secara lokal, dengan
investasi sangat rendah, dan dengan proses yang sederhana, mudah dipahami. Kebanyakan petani kecil yang
menghidupi dirinya dengan bertani - terutama mereka yang mempraktekkan pertanian tebang-dan-bakar - telah
memiliki sedikit pengetahuan mengenai efektifitas arang di dalam tanah. Jadi tidak sulit untuk meyakinkan
mereka dalam menerapkan teknik tersebut.
Currently, slash-and-burn farmers shift fields and deforest because their soils are rapidly depleted. They spend a
lot of time and effort in cutting down and burning trees in order to free up some land that will become infertile after
just a few harvests. With biochar, this cycle can be slowed down, or even halted. The benefits to these farmers
are instant and very significant. With biochar, they can jump from being undernourished to well-fed, and from
subsistence farmer to a peasant that can sell some surplusafter only one or two harvests.
Mongabay: Bagaimana caranya biochar bisa menyelamatkan hutan? Kenapa biochar lebih baik secara ekonomi
sibanding dengan pertanian tebang-dan-bakar?
Laurens Rademakers: Biochar dapat memperlambat tingkat penggundulan hutan dengan secara bertahap
menghilangkan pertanian tebang-dan-bakar. Saat petani tebang-dan-bakar bisa menggandakan penghasilannya
dan meningkatkan periode kesuburan lahannya tiga kali lipat, efeknya jelas: dia tidak harus menebang dan
membakar petak-petak hutan seperti yang dulu dilakukannya, untuk menghasilkan makanan dengan jumlah yang
sama.
Strategi ini hanya kompetitif di bawah skenario
yang spesifik: seberapa besar hasil panen
meningkat? Apakah ada kompensasi karbon di
sana (kredit karbon atau lainnya)? Seberapakah
biaya produksi biochar? Seberapa banyak
seseorang harus berinvestasi untuk distribusinya,
dan sebagainya.
Percobaan kami di Kamerun dan Kongo
mengindikasikan bahwa kita bisa memproduksi
dan menerapkan biochar dengan cara yang
berkesinambungan (kita menggunakan biomassa
yang kalau tidak digunakan akan dibakar, dan
residu pertanian) dan mendapat keuntungan,
hanya karena hasil panen meningkat. Kredit
karbon untuk menyimpan karbon secara
Pencitraan udara dari penggundulan hutan untuk pertanian tebang-dan-bakar di
Amazon Peru. Foto oleh: Rhett A. Butler.
permanen di dalam tanah akan menjadi bonus
tambahan. Uang untuk "hutan gundul yang terhindarkan" hasil dari intervensinya juga menjadi bonus tambahan.
Mongabay: Apakah biochar menggantikan kebutuhan akan pupuk?
Laurens Rademakers: Kenyataannya tidak. Biochar bukanlah pupuk dalam arti yang tegas. Namun, biochar
adalah elemen (pembentuk) tanah yang menolong untuk menjadga kesuburan alami dari tanah, atau mengurangi
tingkat habisnya tanah. Dalam arti seperti ini, biochar dapat menggantikan kebutuhan akan beberapa pupuk.
Mereka yang mencoba di lapangan dari pihak kami dan yang lainnya mendemonstrasikan bahwa biochar
seringkali berfungsi sama efektifnya dengan pupuk organik maupun anorganik. Namun dalam prakteknya, akan
sangat baik mencampur biochar dengan pupuk organik.
Mongabay: Apakah ada manfaat lain dari penggunaan biochar?
Laurens Rademakers: Dalam skenario yang ideal, produksi biochar dapat menghasilkan energi thermal yang
berguna yang dapat digunakan untuk mengeringkan pertanian dan produk lain dengan cara yang berbiaya
sangat rendah. Beberapa teknologi menjanjikan produksi lain dari arang, panas, dan tenaga. Ini membuka tujuan
utama kami: memasukkan listrik yang dapat diperbaharui ke dalam masyarakat pedalaman di luar batas wilayah.
IMPLEMENTASI
Mongabay: Apa sajakah penemuan dari uji lapangan biochar di Kamerun?
Laurens Rademakers: Secara singkat: kami melakukan pengujian ini bersama 75 kelompok tani, mewakili
sekitar 1500 petani kecil. Kami menemukan bahwa biochar yang diaplikasikan dengan tingkat 10 ton per hektar
sama efisiennya baik dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Biochar meningkatkan hasil panen
dengan rata-rata 240% di tanah yang buruk. Hasil yang mirip ditemukan untuk aplikasi pada tingkat 20 ton per
hektar. Penelitian ini masih berlangsung, karena kami ingin
menyelidiki yang dinamakan efek residual.
Mongabay: Bagaimana kemajuan proyek di Republik Demokrat
Kongo?
Laurens Rademakers: Ini merupakan proyek yang paling unik,
dibiayai oleh Congo Basin Forest Fund: masyarakat paling miskin
di dunia, tidak terhubung dengan sebagian besar dunia, 70%
kekurangan gizi, akan menggunakan biochar di lahan mereka.
Petani-petani ini, hidup di Propinsi Equateur selatan Sungai
Kongo, mempunyai kehidupan yang paling sulit di dunia, dan kami
berpikir bahwa kami mungkin bisa membantu mereka dalam
mengatasi sebagian dari masalah mereka dengan cara yang
sangat sederhana. Kami melakukan proyek ini berkolaborasi
dengan LSM lokal yang bernama ADAPEL - sekelompok pemuda
pemberani yang bertujuan untuk membalikkan tren penggundulan
hutan yang mereka saksikan sendiri di masyarakat mereka.
Kami telah membangun 12 unit produksi biochar besar di
perbatasan hutan, dekat dengan 20 desa yang tersebar di
sepanjang 50 kilometer rute di dalam hutan. Unit-unit ini
mengubah berton-ton biomassa menjadi biochar. Biomassa yang
kami gunakan merupakan tebangan yang akan dibakar. Arang ini
akan diperkenalkan bulan Agustus, beberapa waktu sebelum
musim tanam kedua (pertengahan Agustus).
Logistik dari proyek ini cukup menantang: membutuhkan kapal, kano, motor, kereta dorong, dan keranjang untuk
membuatnya berhasil. Tapi bagaimanapun juga, setimpat dengan usahanya. Petani tebang-dan-bakar di daerah
ini sudah memiliki pemahaman mengenai apa yang dapat dilakukan arang di dalam tanah, meski mereka tidak
mengungkapkannya dengan ungkapan-ungkapan ilmiah. Mereka memiliki banyak pengetahuan praktis dan
pemahaman. Kami mengarah untuk mengolah pengetahuan ini.
Tujuan proyek: memperlambat penggundulan hutan lokal paling tidak 50%, meningkatkan hasil panen 100%,
serta meningkatkan pendapatan pertanian dan menurunkan sebagian kemiskinan dan kelapara, dan mengurangi
konsumsi kayu bakar di rumah tangga sebanyak 50%, yang kami lakukan dengan memperkenalkan kompor
masak yang menghasilkan arang yang pembakarannya sangat bersih dan efisien.
Mongabay: Di manakah lokasi yang akan datang? Apakah ada rencana untuk mengerjakannya di wilayah lain
seperti Amerika Selatan dan Asia Tenggara?
Laurens Rademakers: Kami ingin membangun beberapa ahli di daerah yang sulit terlebih dahulu. Ini membuat
kami bisa membangun beberapa rutinitas implementasi proyek. Kami siap untuk bekerja di semua tempat di
mana penggundulan hutan merupakan masalah yang disebabkan oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki
alternatif. Sekitar 500 juta orang di daerah tropis dipercaya mempraktekkan pertanian tebang-dan-bakar.
Perbatasan hutan tropis telah menjadi perbatasan mental di Barat. Di sinilah di mana perlawanan terhadap
perubahan iklim dapat dimenangkan dalam cara yang cukup langsung, hanya dengan melindungi hutan.
Bagaimanapun, biochar sepertinya akan menjadi satu dari strategi-strategi di mana seseorang tidak mengusir
orang-orang keluar dari tanahnya atau mencar nafkah dengan alternatif lain, dengan masalah-masalahnya, atas
nama konservasi.
Mongabay: Bagaimana masyarakat yang menggunakan biochar bisa sesuai untuk kredit karbon?
Laurens Rademakers: Ada banyak yang dikerjakan untuk mengembangkan rutinitas untuk mengukur dampak
dari proyek biochar. Di proyek kami, beberapa arus kredit karbon potensial bekerja secara simultan: (1) ada
karbon yang disimpan secara permanen di tanah; (2) ada hutan gundul yang terhindarkan - dan nilai dari karbon
yang terkandung di hutan-hutan tersebut - hasil dari kenyataan bahwa seseorang menghentikan pertanian
tebang-dan-bakar; (3) ada penyimpanan karbon saat seseorang memperkenalkan teknologi yang menghasilkan
biochar dan menghasilkan energi thermal yang berguna pada saat
yang sama, seperti kompor masak efisien yang membakar lebih
sedikit kayu.
Di model kami, kami mengelompokkan petani menjadi sebuah
kooperatif yang mengelola baik hasil pertanian maupun
pendapatan kredit karbon potensial. Aksi kolektif adalah cara satusatunya untuk mencapai jumlah tertentu dan mendapatkan proyek
di pasar karbon. Berita baiknya tentang proyek kami adalah di sini
petani itu sendiri yang melakukan aksi menyimpan karbon.
Mereka yang memproduksi arang; mereka yang menaruhnya di
dalam tanah. Mereka memegang kendali. Proyek kami lebih
kurang menjamin bahwa mereka akan mendapat kredit karbon,
dan bukannya orang menengah ke atas.
Mongabay: Anda menggunakan biochar dan inisiatif lain untuk
mengurangi perdagangan daging hewan liar hingga 50% di
sepuluh desa di Gabon. Kenapa Anda berpikir Anda akan berhasil
sementara organisasi lainnya telah gagal?
Laurens Rademakers: Pendekatan kami tidak terlalu berbeda dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya.
Namun, lebih halus dan lebih terintegrasi. Halus, karena ini mencakup aspek gender yang kompleks dalam
kehidupan di desa kecil (ketika memperkenalkan teknologi, kami bermain di atas harga diri pemburu dan peran
mereka di area publik). Integrasi, karena ini mengubah baik pertanian dan lanskap energi di desa-desa tersebut
(kami menanam biji-bijian lokal untuk makanan hewan di tanah dikembangkan dari boichar dengan pohon-pohon
yang memperbaiki nitrogen menyediakan nutrisi N, dan kami menggunakan kotoran hewan untuk memproduksi
biogas dan biochar - lingkaran tertutup yang mengurangi penggundulan hutan akibat produksi bahan makanan
hewan).
Banyak proyek lain yang menghilangkan perburuan dan perdagangan hewan liar terlalu mono-dimensional, di
mana mereka berdasar pada bentuk-bentuk sederhana "substitusi protein" (menernakkan hewan, terserah
bagaimana, dan masalah itu akan selesai dengan sendirinya) atau "substitusi pekerjaan" (ubah pemburu
menjadi, contohnya guide wisata ekologi, dan mereka akan berhenti berburu).
Dalam proyek kami, pemburu akan tetap sebagai pemburu, namun hanya di waktu luang mereka. Mereka
sekarang lebih tertarik untuk mengelola teknologi energi yang bisa diperbaharui, yang bergengsi, dan hasilnya, di
mana istrimereka akan mendapatkan pemasukan tambahan secara substansial dari menjaul protein hewani, dan
menyediakan lingkungan hidup yang lebih nyaman dengan berpindah pada bentuk energi yang lebih bersih. Jika
kredit karbon ikut bermain, untuk penggunaan biochar di pertanian yang memproduksi makanan hewan, insentif
finansial yang serius membuat konsep ini tak pelak sangat menarik bagi para pemburu.
Mongabay: Apa yang diperlukan untuk 'mengindustrialisasi' biochar? Apa bahayanya?
Laurens Rademakers: Seperti banyak konsep bioenergi lainnya, kebanyakan tergantung pada skala. Kami tidak
menganjurkan produksi industrial biochar, karena ini mungkin tidak bisa berkesinambungan. Bagaimanapun, ada
beberapa teknologi yang sedang dikembangkan yang mungkin
dapat menghasilkan biochar dalam kuantitas yang besar. Ini
sering kali berfokus pada produksi biofuel cair untuk sektor
transportasi, di mana biochar hanyalah hasil sampingan. Kami
menjaga jarak dari inisiatif seperti ini, karena biomassa dapat lebih
baik digunakan untuk produksi listrik atau untuk biochar, begitu
saja.
Produksi industri membutuhkan kriteria sosial, kultural, dan
lingkungan yang berkesinambungan, terutama bila dilokasikan di
daerah-daerah kaya hutan.
Bagaimanapun, 'industrialisasi' tidak selalu harus buruk. James
Lovelock pernah mengatakan sesuatu tentang masalah ini:
"kemanusiaan memakan makanan, dan ketika kami memproduksi
makanan, kami menghasilkan limbah. Semua petani seharusnya
mengubah limbah ini menjadi biochar, untuk menyelamatkan
planet." Sekarang, baik kita memproduksi biochar ini terpusat di
instalasi besar dan kemudia mendistribusikan kembali ke petani,
atau kami menggunakan pendekatan yang tidak terpusat, adalah
masalah ekonomi. Sentralisasi memiliki tantangan logistik,
desentralisasi memiliki tantangan investasi. Keduanya memiliki
pro dan kontra. Tapi saya tidak melihat kenapa produksi biochar
skala besar di masyarakat yang terorganisasi dengan baik, di
mana kesinambungan dapat dimonitor, adalah sebuah masalah.
Mongabay: Dengan dampak yang luar biasa dari biochar, kenapa
proses ini tidak muncul di halaman depan setiap koran di dunia?
Laurens Rademakers: Memang pernah. Beberapa ilmuwan iklim
utama dunia dan pemerhati lingkungan telah berbicara mengenai
biochar. Beberapa di antaranya: James Hansen dari NASA, orang
yang memulai debat pemanasan global di A.S di tahun 1980an;
James Lovelock, bapak dari teori Gaia dan guru lingkungan (par
excellence), atau Tim Flannery, suara iklim utama di Australia.
Anak di Gabon. Mengimplementasikan metode biochar di
Richard Branson ingin berinvestasi. Biochar telah menjadi agenda
seluruh Afrika tropis memberi janji pertolongan bagi
masyarakat termiskin di dunia. Foto oleh Rhett A. Butler.
perubahan iklim (Bali dan Kopenhagen). Presiden dari negara
kecil, Maladewa, telah mengatakan bahwa hanya biochar yang dapat menyelamatkan negaranya dari tenggelam.
Singkatnya, ada perhatian yang sedang tumbuh atas biochar, namun ini adalah konsep yang masih muda. Kita
harus memberinya waktu, dan mengujinya dengan lebih seksama.
Beberapa suara bernada kritik telah muncul, dan telah meluncurkan debat mengenai biochar, yang mana sangat
diperlukan. Namun sayangnya, suara-suara ini sangat kekurangan dalam hal ilmu di belakang biochar. Akibatnya,
mereka tidak dianggap serius oleh komunitas sains. Mereka mencoba membingkai biochar sebagai konspirasi
dari imperialis lingkungan yang ingin merancang planet kita berlawanan dengan keinginan kita.
Kami berharap untuk menemukan debat yang lebih dewasa dan mendalam tentang biochar yang berasal dari
ilmu dan bertahap menjadi pertanyaan praktis: sistem mana yang akan bekerja? Apakah skala optimal untuk
proyek tersebut? Bagaimana dengan implementasi dari prinsip pencegahan? Dan apa yang bisa dilakukan
dengan biochar di pasar karbon? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan mengikat yang menunggu untuk diberitahu
jawabannya.
If we want to tackle climate change challenges, we must look to the untapped potential of the soil to
sequester carbon. By doing that, we are improving biodiversity of the soil ecosystem and improving
the productivity of the soil, therefore impacting the livelihoods of affected populations."
Luc Gnacadja, Executive Secretary of the UN Convention to Combat Desertification (UNCCD)
Sustainable biochar is a powerfully simple tool to address some of the most urgent environmental
problems of our time:
Climate Change
Sustainable biochar can be used now to help combat climate change by holding carbon in soil and by
displacing fossil fuel use. Research shows that the stability of biochar in soil greatly exceeds that of
un-charred organic matter. Additionally, because biochar retains nitrogen, emissions of nitrous oxide (a
potent greenhouse gas) may be reduced. Turning agricultural waste into biochar also reduces methane
(another potent greenhouse gas) generated by the natural decomposition of the waste. This powerfully
simple tool can store 2.2 gigatons of carbon annually by 2050. Click here for more information on
biochar and carbon sequestration potential.
Waste Management
Biochar production offers a simple, sustainable tool for managing agricultural wastes. A combination
of waste management, bioenergy production, and sustainable soil management can succeed with an
approach involving biochar.
Details
Category: ADVERTORIAL
Published on Wednesday, 13 May 2009 10:05
Written by JUBI 1
Hits: 4092
Ilustrasi by Syafiudin
JUBIKelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan hidup manusia di bumi ini semakin
terancam. Pasalnya, kerusakan lingkungan hidup telah menyebabkan terjadinya
pemanasan global yang membawa akibat buruk pada iklim dunia. Hutan alam tropis
sudah menipis, lapisan ozon pun semakin menipis bahkan terbuka lebar.
Berbagai upaya pencegahan perubahan iklim ini baru saja digagas beberapa tahun
belakangan. Konsep REDD ditawarkan sebagai upaya handal kepada masyarakat dunia,
terutama negara-negara di dunia untuk mengupayakan pencegahan terhadap perubahan
iklim dunia. Namun, belum terlaksananya REDD, muncullah ide baru yang menurut para
pencetusnya adalah solusi yang tepat tetapi malah sangat berbahaya bagi manusia,
tanah dan seluruh ekosistem di bumi ini. Biochar, namanya. Apa itu Biochar?
Marianne Klute dari Watch Indonesia yang juga ahli di bidang kimia di Berlin , Jerman
menjelaskan bahwa Biochar adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan arang
(biasanya arang berserbuk halus) yang ditambahkan pada tanah. Biochar dihasilkan
melalui proses yang disebut pirolisis biomasa. Ini dilakukan dengan memaparkan
biomasa pada temperatur tinggi tanpa adanya oksigen. Proses ini menghasilkan dua
jenis bahan bakar (syngas atau gas sintetik dan bio-oil atau minyak nabati) dan juga
arang sebagai produk sampingan.
Produksi arang secara besar-besaran seperti ini akan memerlukan ratusan juta hektar
lahan untuk menghasilkan biomas (kemungkinan besar terutama perkebunan pohon). Ini
adalah usaha untuk memanipulasi biosfer dan penggunaan lahan secara besar-besaran
untuk mengubah iklim global, yang membuatnya menjadi semacam geo-engineering.
Seperti yang tampak jelas dari bahaya agrofuel yang terungkap, konversi tanah yang
sedemikian besar itu merupakan ancaman besar bagi keanekaragaman hayati dan
ekosistem yang memainkan peran penting dalam menstabilkan dan mengatur iklim dan
diperlukan untuk memastikan ketahanan pangan dan air. Ini mengancam penghidupan
banyak orang, termasuk masyarakat adat. Biochar dan agrofuel terkait erat. Arang
adalah produk sampingan dari suatu jenis produksi bioenergi yang dapat juga digunakan
untuk membuat agrofuel generasi kedua, yaitu agrofuel cair dari kayu, jerami, ampas
tebu kering (bagas), ampas inti sawit dan jenis biomasa padat lainnya.
Sebelas pemerintah negara di Afrika telah menyerukan dimasukkannya tanah pertanian
secara umum dan Biochar secara khusus dalam perdagangan karbon. Hal ini
menandakan bahwa mereka berusaha meningkatkan pendanaan sektor swasta (dan
sebagai implikasinya kendali perusahaan) atas daerah pedesaan di Selatan, dan untuk
mengaitkannya dengan proposal dimasukkannya hutan dalam perdagangan karbon
(yaitu mekanisme bagi pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi atau REDD
yang tengah dinegosiasikan sekarang ini). Proposal REDD itu mendapat tantangan
karena usulan itu mengkomersialkan ekosistem hutan dengan implikasi besar terhadap
masyarakat adat dan keanekaragaman hayati. Dimasukkannya tanah dalam mekanisme
itu nantinya akan menimbulkan dampak serius.
Terkait dengan isu Biochar ini, Marianne Klute menegaskan bahwa pihaknya dari Watch
Indonesia! bersama jaringan pemerhati lingkungan dan hak indigenous people
(masyarakat adat) di German telah menyerukan kepada seluruh pihak di dunia terutama
masyarakat adat di negara-negara berkembang yang masih memiliki cukup banyak
luasan hutan tropis supaya mewaspadai investasi apapapun yang kiranya mengandung
unsur misi Biochar. Karena menurutnya, Biochar adalah ancaman baru yang sangat
berbahaya bagi manusia, tanah dan ekosistemnya. Jauhkan Biochar dan tanah dari
perdagangan karbon. Waspadai usulan penggunaan arang dalam tanah secara besarbesaran untuk mitigasi perubahan iklim dan reklamasi tanah.
Biochar Membahayakan Ekosistem
Mengenai isu baru di bidang lingkungan yang membahayakan kehidupan manusia dan
lingkungan hidup ini, Pietsau Amafnini dari JUBI mewawancarai Marianne Klute dari
Watch Indonesia di Berlin, Germany Senin pekan kemarin.
Berikut ini petikannya.
Kalau dibandingkan dengan isu REDD, apa yang berbeda dari isu Biochar?
Biochar adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan arang (biasanya arang
berserbuk halus) yang ditambahkan pada tanah. Biochar dihasilkan melalui proses yang
disebut pirolisis biomasa. Ini dilakukan dengan memaparkan biomasa pada temperatur
tinggi tanpa adanya oksigen. Proses ini menghasilkan dua jenis bahan bakar (syngas
atau gas sintetik dan minyak nabati) dan juga arang sebagai produk sampingan. Kedua
jenis bahan bakar ini hanya merupakan ide gila dari para inisiator yang memproyekkan
Biochar sebagai alternatif solution untuk pengurangan emisi karbon dunia. Yang jelas
Energi Alternatif
Bio-char: Solusi untuk Krisis Energi dan Pangan
Oleh: Didiek Hadjar Goenadi
Jika krisis diartikan sebagai kesulitan yang berkepanjangan dan berpotensi menciptakan situasi yang
lebih buruk, maka kondisi penyediaan energi dan pangan di negeri ini sudah pantas dimasukkan ke
dalam situasi kritis.
Harga minyak bumi, yang menembus 112 dollar AS per barrel dan beras 25 persen pecah mencapai di
atas 717 dollar AS per ton, sudah menggambarkan tanda-tanda krisis energi dan pangan sudah di depan
kita.
Puncak krisis akan makin cepat dicapai jika tidak ditemukan upaya-upaya terobosan untuk mengatasi
berbagai hambatan. Situasi energi dan pangan beberapa waktu terakhir ini diperparah dengan isu
pemanasan global yang secara sendiri-sendiri maupun bersamaan akan mempercepat pencapaian
puncak krisis keduanya.
Untuk itu, teknologi alternatif, betapa pun tradisionalnya, perlu dipertimbangkan sebagai solusi
masalah ini. Salah satu di antaranya adalah teknologi bio-char.
Bio-char atau yang lebih kita kenal dengan sebutan arang telah memperoleh perhatian yang luar biasa
dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, sebuah kelompok bernama International Bio-Char
Initiative sudah dibentuk dengan dorongan para peneliti dari Universitas Cornell, Amerika Serikat.
Bio-char tidak saja diyakini mampu meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga untuk sumber energi
dan penyimpan karbon abadi. Proses produksi bio-char dapat dilakukan dalam skala kecil hingga
komersial. Kayu dan berbagai jenis limbah organik padat (LPO) dipanaskan tanpa oksigen dalam
proses yang disebut pirolisis bersuhu rendah (di bawah 1.000 derajat Celsius).
Selama proses pirolisis berlangsung, panas yang diberikan akan menghilangkan gas-gas dan cairan di
dalam LPO yang salah satunya dapat menghasilkan asap cair (liquid smoke) yang berguna untuk
penghilang bau busuk pengolahan karet remah dan/atau pengawet makanan pengganti boraks.
Sisanya berupa arang (bio-char) sekitar 50 persen dari berat awal LPO, bergantung pada jenis LPO
yang digunakan. Untuk sistem yang berkesinambungan, gas dan cairan yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai sumber energi pemanasan sehingga proses produksi bebas dari bahan bakar
tambahan.
Berbagai penelitian di AS, Jerman, dan Brasil telah menunjukkan bahwa tingginya produktivitas tanah
hitam Amazon diakibatkan oleh kandungan bahan organik yang berasal dari arang yang terakumulasi
sejak ribuan tahun yang lalu atau yang dikenal dengan nama terra preta.
Teknik pembukaan lahan di wilayah itu adalah slash-and- char, bukan slash-and-burn seperti di
wilayah Indonesia. Cara Indonesia membakar biomasa tanaman dengan api terbuka untuk mengurangi
volumenya menjadi abu, sedangkan cara Amazon membakar dalam tumpukan yang ditutup dengan
tanah dan jerami dan menghasilkan arang.
Aplikasi bio-char mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah karena adanya kisi- kisi mikro di
dalam struktur dan resin perekatnya.
Oleh karena bio-char pada dasarnya adalah senyawa karbon yang tahan terhadap dekomposisi,
keberadaannya mampu memacu aktivitas kehidupan mikrobiologi tanah, terutama yang berasosiasi
dengan akar tanaman.
Selain itu, aplikasi bio-char mampu meningkatkan konservasi unsur hara mudah larut sehingga
pencucian hara menjadi minimal. Hasil uji coba di Universitas Cornell menunjukkan bahwa bio-char
mampu meningkatkan produksi kacang kapri dan padi hingga 38-45 persen.
Hasil ini memberikan bukti kuat tentang tingginya produktivitas tanah hitam Amazon walaupun sudah
berkali-kali ditanami tanpa pupuk.
Keekonomian bio-char
Satu ton bio-char bermutu baik memiliki nilai energi sekitar 28 gigajoule (GJ) per ton, sedikit lebih
rendah daripada batu bara dengan mutu terbaik. Karbon hitam murni memiliki nilai energi 32 GJ per
ton. Harga baku batu bara di Inggris adalah sekitar 1,8 dollar AS/GJ.
Jika sebuah stasiun pembangkit menggunakannya dengan harga setara batu bara, maka nilai bio-char
adalah sekitar 50 dollar AS per ton. Membakar satu ton bio-char menghasilkan 3,5 ton CO2,
sedangkan karbon murni menghasilkan sekitar 3,7 ton.
Harga CO2 saat ini di Skema Perdagangan Emisi Eropa adalah sekitar 19 dollar AS per ton sehingga
menahan 3,5 ton karbon berarti harus bernilai 65,5 dollar AS. Oleh karena nilai bio-char lebih kecil
daripada nilai CO2, maka secara logika ekonomi lebih murah menahan karbon di dalam tanah daripada
membakarnya sebagai pengganti batu bara.
Muhammad
Fakhruddin
13012015
A Handful of Carbon
Komentar:
Penggunaan arang yang diproduksi dengan membakar limbah biomassa hasil
pertanian mungkin merupakan salah satu dari revolusi lingkungan yang penting.
Metode yang sepertinya sederhana ini, memiliki potensi untuk membantu
mengurangi sebagian masalah dunia yang mengakar, seperti kelaparan,
kurangnya kesuburan tanah di daerah tropis, perusakan hutan hujan akibat
pertanian tebang-dan-bakar, dan bahkan perubahan iklim.
Biochar akan meningkatkan kesuburan tanah bermasalah dalam cara yang
nyata, cepat, dan jangka panjang. Ini penting bagi petani di Indonesia yang
sebagian besar merupakan petani kecil, karena mereka biasanya tidak mampu
membeli pupuk atau berinvestasi dalam teknik penanaman organik yang
membutuhkan waktu proses yang relatif lama. Biochar dapat diproduksi secara
lokal, dengan investasi sangat rendah, dan dengan proses yang sederhana, serta
mudah dipahami.
Biomasa terutama limbah biomasa ataupun limbah organik bisa langsung
diolah dilokasi tersebut untuk menghasilkan biochar. Perusahaan agroindustri
seperti pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah biomasa sangat besar setiap
harinya. Indonesia sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia,
memiliki pabrik sawit diperkirakan lebih dari 1.000 unit, sehingga limbah
biomasa yang tersedia sangat berlimpah.
Khusus pada indutri kelapa sawit, produk biochar akan memiliki peran yang
besar untuk meningkatkan kesuburan tanah termasuk mereduksi kebutuhan
pupuk pada perkebunan sawitnya, sehingga akan sangat menguntungkan.
Sejumlah upaya telah banyak dilakukan oleh perusahaan sawit untuk
meningkatkan efektifitasnya dalam pemupukan dan penyuburan tanah, dan
dengan biochar ini ibarat sekali merengkuh dayung dua tiga pula terlampaui,
masalah limbah padat sawit bisa diatasi, mendapat sumber energi dan perbaikan
kesuburan tanah. Biochar selain mampu menyuburkan tanah juga mampu
menangkap gas karbondioksida dari atmosfer sehingga merupakan mekanisme
carbon negative, sedangkan biooil dan syngas bisa diaplikasikan sebagai bahan
bakar carbon neutral karena berasal dari biomasa