Anda di halaman 1dari 25

RESUME MATERI PEMBANGKIT BIO ENERGI

DAN CONTOH KASUS

ANDITYA TANITO

(1924152032)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1
Potensi Biomassa di Indonesia

Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) mencatat potensi sumber daya pembangkit dari Biomassa
mencapai sebesar 32,6 Giga Watt. Saat ini yang masuk ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(RUPTL) 2021 - 2030, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) baru mencapai 5,5 GW.
Potensi bahan bakar biomassa itu tersebar di sejumlah wilayah dari Aceh, Sumatera, Kalimantan hingga
Indonesia Timur. "Potensi yang ada untuk biomassa di Indonesia ini bisa menghasilkan pembangkit listrik hingga
32 Giga Watt.
Energi biomassa (biomass energy) sendiri adalah jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengkonversi
bahan-bahan biologis seperti tanaman dan produk-produk pertanian/perkebunan. Untuk mengubah menjadi bahan
bakar, energi biomassa umumnya menggunakan teknologi gasifikasi (gasifikasi fluidized bed), yaitu suatu proses
pengubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas (cair). Biomassa bisa diubah menjadi listrik atau
panas dengan proses teknologi yang sudah mapan. Selain biomassa seperti kayu, dari kegiatan industri
pengolahan. Hutan, pertanian dan perkebunan, limbah biomassa yang sangat besar jumlahnya pada saat ini juga
belum dimanfaatkan dengan baik.

Indonesia memiliki potensi besar bioenergi, seperti berbagai jenis tanaman untuk pengembangan
biofuel, potensi besar kotoran ternak, limbah pertanian dan biogas limbah industri dan biomassa kota dan
limbah pertanian (EBTKE, 2012). Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah mempunyai potensi
untuk menjadi lumbung bioenergi dunia. Potensi yang benar-benar tidak dapat diabaikan adalah tersedianya
lahan yang luas untuk membudidayakan tanaman-tanaman yang potensial sebagai sumber bahan baku
bioenergi. Di sini yang dimaksud bioenergi sudah termasuk pemanfaatan biomassa, biodiesel, bioetanol, dan
biogas sebagai sumber energi alternatif. Biomassa merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sebagai
sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Terkadang kita tidak tahu bahwa banyak hal yang bisa
dimanfaatkan dari sisa-sisa makanan atau barang yang kita anggap sebagai sampah. Biomassa tersebut dapat
diolah menjadi bioarang, yang merupakan bahan bakar dengan nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, saat ini sedang digencarkan pemanfaatan sampah sebagai
bahan baku dalam teknologi biomassa untuk diolah sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Salah
satu contoh adalah batok kelapa dalam dan cangkang sawit yang dijadikan briket, kemudian saat ini
pengembangannya mulai dilirik oleh para peneliti. Pulau Sulawesi merupakan salah satu wilayah yang kaya
akan potensi biomassa untuk dijadikan energi alternatif. Potensi yang dikaji dalam kegiatan ini difokuskan pada
tanaman kelapa dalam dan kelapa sawit yang ada di Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi dan
2
turunannya, namun juga belum banyak yang memanfaatkan untuk diteliti lebih lanjut. Dari informasi diatas
maka perlu dilakukan studi mengenai potensi limbah kelapa dalam dan kelapa sawit yang ada di Sulawesi untuk
dijadikan energi alternatif yaitu pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga biomassa. Tujuan dari studi ini
adalah diperoleh informasi banyaknya potensi limbah biomassa terutama kelapa dalam dan kelapa sawit di
Sulawesi, sehingga dapat dibangunkan sebuah pembangkit untuk menghasilkan listrik dari bahan bakar
biomassa.

Prinsip Dasar

Tanaman memperoleh energi dari sinar matahari melalui proses fotosintesis. Proses tersebut didukung
oleh air, unsur hara dalam tanah, dan CO2 dari atmosfer. Dari proses fotosentesis, maka tanaman akan tumbuh
dan menghasilkan bahan organik pada dan membentuk daun, bunga dan buah. Ketika biomassa diolah menjadi
energi, maka akan melepaskan CO2 ke atmosfer. Siklus tersebut merupakan bagian dari siklus karbon yang
lebih pendek dibanding proses CO2 yang dihasilkan oleh minyak bumi atau gas alam. Oleh karena itu, CO2
yang berasal dari biomassa tidak memiliki dampak bagi kesetimbangan CO2 di atmosfer. Hal inilah yang
dimanfaatkan sebagai upaya terciptanya energi berkelanjutan.

Berdasarkan jenis penyusunnya, energi elternatif ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

• Energi Biomassa Kering, berasal dari limbah kayu, jerami, daun kering, danlainnya.

• Energi Biomassa Basah, berasal dari kotoran ternak dan sampah-sampahorganik rumah tangga.

Keunggulan dan Kelemahan Biomassa

a. Keunggulan Biomassa

Keberadaan energi biomassa jelas membawa keuntungan maupun kelebihan yang dapat dirasakan oleh
banyak orang. Berikut ini adalah poin-poin keunggulannya:

▪ Biomassa adalah salah satu sumber energi alternatif yang bersumber dari tanaman yang dapat tumbuh
kembali apabila dikelola pada jenis lahan yang sama.

▪ Biomassa bermanfaat dalam mengurangi impor bahan bakar fosil dan secara langsung membantu
meningkatkan kemandirian energi.

▪ Pemanfaatan biomassa yang berasal dari limbah dapat membantu untuk mengurangi tingkat polusi.

3
▪ Pemanfaatan biomassa dari limbah juga bermanfaat mengubah sampah menjadi sumber energi yang
bermanfaat.

▪ Penggunaan biomassa merupakan langkah yang lebih ramah terhadap lingkungan daripada
menggunakan bahan bakar fosil.

▪ Menggunakan biomassa membantu mengurangi emisi rumah kaca, terutama jika tanaman tidak secara
langsung dibakar.

▪ Termasuk salah satu sumber energi yang bisa memberikan hasil instan dibanding

▪ Sumber energi sangat mudah untuk ditemukan di berbagai wilayah.

▪ Pemanfaatan biomassa menjadi energi yang berguna dapat dilakukan dengan adanya teknologi
pendukung

b. Kelemahan Biomassa

Meski berstatus sebagai energi terbarukan, bukan berarti tidak memiliki kelemahan. Berikut ini adalah
kelemahan dari energi alternatif ini:

▪ Sumber biomassa berupa kayu yang digunakan untuk kayu bakar dapat menimbulkan efek perubahan
iklim yang lebih buruk dibanding energi fosil. Oleh karena itu, penggunaan kayu sebagai sumber energi
sebaiknya berasal dari kayu limbah pabrik dan bukan dari kayu hasil penebangan hutan.

▪ Penanaman kayu memerlukan lahan yang luas untuk memenuhi kebutuhan energi biomassa. Akibatnya
lahan untuk tanaman pangan akan digantikan oleh tanaman pohon, sehingga timbul ancaman kelaparan.

▪ Teknologi untuk mengubah bahan baku energi menjadi energi biomassa saat ini masih belum cukup
efisien serta membutuhkan biaya yang besar.

▪ Energi biomassa pada tanaman yang langsung dibakar akan menjadi penyebab polusi dengan tingkatan
yang sama dengan bahan bakar fosil.

▪ Tingkat ketergantungan biomassa pada kayu masih cukup tinggi dibandingkanmenggunakan sumber
energi lainnya.

Konversi Biomassa

Penggunaan biomassa untuk menghasilkan panas secara sederhana sebenarnya telah dilakukan oleh
nenek moyang kita beberapa abad yang lalu. Penerapannya masih sangat sederhana, biomassa langsung dibakar
dan menghasilkan panas. Di zaman modern sekarang ini panas hasil pembakaran akan dikonversi menjadi
4
energi listrik melali turbin dan generator. Panas hasil pembakaran biomassa akan menghasilkan uap dalam
boiler. Uap akan ditransfer kedalam turbin sehingga akan menghasilkan putaran dan menggerakan generator.
Putaran dari turbin dikonversi menjadi energi listrik melalui magnet magnet dalam generator.
Pembakaran langsung terhadap biomassa memiliki kelemahan, sehingga pada penerapan saat ini mulai
menerapkan beberapa teknologi untuk meningkatkanmanfaat biomassa sebagai bahan bakar. Beberapa
penerapan teknologi konversi yaitu :

• Densifikasi

Praktek yang mudah untuk meningkatkan manfaat biomassa adalah membentuk menjadi briket
atau pellet. Briket atau pellet akan memudahkan dalam penanganan biomassa. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan densitas dan memudahkan penyimpanan dan pengangkutan. Secara umum densifikasi
(pembentukan briket atau pellet) mempunyai beberapa keuntungan (bhattacharya dkk, 1996) yaitu :
menaikan nilai kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut, mempunyai ukuran dan kualitas
yang seragam.

• Karbonisasi

Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan orgranik menjadi arang . pada
proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid,
methana, formik dan acetil acid serta zat yang tidak terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-
gas yang dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.

• Pirolisis

Pirolisis atau bisa di sebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan
pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Proses ini sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu roses
untukmemperoleh karbon atau aran, tetapi sebagian menyebut pada proses pirolisis merupakan high
temperature carbonization (HTC), lebih dari 500 oC. Proses pirolisis menghasilkan produk berupa
bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lainn
adalah gas berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki kandungan
kecil.

• Anaerobic digestion

5
Proses anaerobic igestion yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran
oksigen dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses ini bisa
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion kering dan basah. Perbedaan dari kedua
proses anaerobik ini adalah kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik kering memiliki
kandungan biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan biomassa kurang dari
15 % (Sing dan Misra, 2005).

• Gasifikasi

Gasifikasi adalah suatu proses konversi untuk merubah material baik cair maupun pada menjadi
bahan bakar cair dengan menggunakan temperatur tinggi. Proses gasifikasi menghasilkan produk bahan
bakar cair yang bersih dan efisien daripada pembkaran secara langsung, yaitu hidrogen dan karbon
monoksida. Gas hasil dapat di bakar secara langsung pada internal combustionengine atau eaktor
pembakaran. Melalui proses Fische-Tropsch gas hasil gasifikasi dapat di ekstak menjadi metanol.

Sebagian besar bentuk dari biomassa adalah kayu. Berbagai macam industri manufakturing yang
menghasilkan produk kayu dan kertas selalu menggunakan sampah kayu untuk memproduksi steam dan
listrik dengan cara gasifikasi. Ini dapat menjadi penghematan. Selain itu gasifikasi dapat menggunakan
bahan baku dari sampah hasil perkebunan seperti sekam padi, tongkol jagung dll.

• Biofuel – ethanol dan biodiesel

"Biofuels" adalah bahan bakar transportasi seperti ethanol dan biodiesel yang dibuat dari
biomassa. Bahan bakar ini biasanya diblending dengan bahan bakarfosil seperti gasoline dan minyak
diesel. Ethanol dan biodiesel lebih mahal dari bahan bakar fosil, karena dapat menghasilkan pembakaran
yang bersihdan sedikit polusi.

Biodiesel bahan bakar yang dibuat dari minyak dari biji-bijian, lemak atau jelantah dengan
proses esterifikasi. Bahan bakar biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa harus mengubah
struktur mesin.

• Bioethanol

Diperkirakan 75 persen berat kering biomassa (massa total organisme hidup) dedaunan dan kayu
terdiri dari karbohidrat (gula, pati, hemiselulosa, dan selulosa). Ada beberapa proses untuk
mengonversikan karbohidrat menjadi bahan bakar, yaitu:

6
pembuatan minyak bio melalui pirolisis biomassa,

produksi alkana atau metanol melalui proses sintesis Fischer-Tropsch dari campuran gas CO
dan H2O yang diturunkan dari biomassa, dan konversi gula dan metanol menjadi hidrokarbon aromatik
dengan bantuan zeolit. Konversi glukosa menjadi etanol adalah proses yang secara luas telah dilakukan
untuk memproduksi bahan bakar cair biomassa. Namun, efisiensi energi yang dihasilkan pada proses
itu masih belum ekonomis, karena nilai efisiensi energi (perbandingan antara nilai kalor etanol dan
energi yang diperlukan untuk memfermentasi etanol), misalnya dari produksi etanol dari jagung adalah
1,1. Sekira 67 persen dari energi yang diperlukan untuk produksi etanol itu dikonsumsi untuk proses
fermentasi/distilasi, yang separuhnya dipakai hanya untuk mendistilasi etanol dari air.

• Biogas

Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri
methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang
banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila
dibakar dapat menghasilkan energi panas. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar memasak.

• Briket

Briket yaitu bahan bakar dari biomassa (limbah kayu, ampas jarak dll) berbentuk padatan.
Pembuatan briket dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana bahan baku diarangkan
terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicapur perekat, dicetak (kempa dingin) dengan sistem hidroulik
manual selanjutnya dikeringkan. Briket biomassa umumnya digunakan di rumah makan, hotel dan di
rumah tangga sebagai bahan bakar terutama untuk aroma khas seperti, untuk barbeque, sate, dan lain-
lain ini biasanya untuk memasak

7
Pemanfaatan Pemanfaatan saat ini Promosi sebagai
berbagai jenis sumber energi

biomassa dan
limbah biomassa
Jenis biomassa /
limbah biomassa

CPO Bahan baku industri pangan & kosmetik Bio-diesel

Serat sawit Bahan bakar boiler (co-gen system) Bhn bakar boiler

Cangkang sawit Arang aktif, asap cair, pengeras jalan kebun, bhn Bhn umpan gasifikasi
bakar boiler (gas mampu bakar)

Tandan kosong Kompos/ pupuk, mulsa Bhn bakar boiler (co-

(FEB) gen), kompos

Lumpur sawit Pakan ternak sapi Briket

Limbah cair pabrik ---- Pembangkit gas methan

CPO

Bagasse Bhn bakar boiler, pupuk Bhn bakar boiler, briket

Tetes tebu Bhn baku industri ethanol dan bumbu masak Bio-ethanol

Jagung Bahan makanan, pakan ternak Bio-ethanol

Benggol Jagung Bahan bakar tungku Bhn bakar tungku, briket

Cangkang jarak --- Bahan bakar tungku

Ampas jarak --- Briket

Getah (Gum) --- Bahan bakar

8
9
POTENSI SUMBER ENERGI BIOMASSA

Tabel 8 Urutan Potensi Biomassa sebagai sumber energi di Sulawesi Selatan tahun 2006:

No. Jenis Biomassa Jumlah Energi

(Kcal)

1. Sekam padi 3.274.453.734.384

2. Bonggol jagung 1.760.316.201.144

3. Ubi kayu 1.006.809.102.824

4. Kelapa sawit 91.993.607.091


5. Bagas 38.063.697.628

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan maka potensi biomassa terbesar di Sulawesi Selatan pada
tahun 2006 dengan jenis biomassa sekam padi dengan jumlah energi 3,274,453,734,384 Kcal. Sedangkan
potensi biomassa sekam padi terbesarpada daerah Bone. Sedangkan urutan kedua diduduki oleh bonggol jagung
dengan jumlah energi 1.760.316.201.144 Kcal.

KEBIJAKAN BIOFUEL

Kajian ini menganalisis regulasi terkait pengembangan kebijakan BBN dan pemberdayaan perkebunan
sawit rakyat di Indonesia. Di mana regulasi yang menjadi unit analisis dari kajian ini adalah Perpres No. 18
Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020-2024, spesifiknya mengenai kebijakan pengembangan BBN berbasis
minyak sawit yang bahan bakunya dipenuhi melalui pemberdayaan perkebunan sawit rakyat. Kebijakan ini,
oleh pemerintah telah dimasukkan menjadi PSN. Secara konsep, kajian ini dimulai dari analisis kebijakan
pengembangan BBN di Indonesia, yang dimulai sejak 2006 lewat program pencampuran biodiesel dengan
solar. Secara bertahap, pemerintah terus meningkatkan pencampuran biodiesel mencapai 30% (B30) hingga
2020. Kebijakan ini sangat penting bagi pengembangan sektor energi nasional, sehingga pemerintah
memasukkannya ke dalam PSN. Kajian ini melakukan analisis terkait perkembangan regulasi dan kebijakan
BBN tersebut sebagai proses awal untuk memahami kerangka regulasi dan kebijakan pengembangan BBN di
Indonesia. Selanjutnya, kajian ini menganalisis kebijakan pemerintah dalam Perpres No. 18 Tahun 2020, yang
mengatur tentang kebijakan pengembangan BBN berbasis minyak sawit yang bahan bakunya dipenuhi melalui
pemberdayaan perkebunan sawit rakyat. Pada bagian ini, pendekatan RIA digunakan untuk menganalisis
peluang dan tantangan serta strategi implementasi dari kebijakan tersebut. Pada tahap pertama, analisis RIA

10
digunakan untuk meninjau Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020-
2024, spesifik mengenai kebijakan pengembangan BBN berbasis minyak sawit yang bahan bakunya dipenuhi
melalui pemberdayaan perkebunan sawit rakyat. Pada tahap ini juga dilakukan penjabaran atas 10 pertanyaan
dasar yang merupakan standar baku yang ditetapkan oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) terhadap metode analisis RIA (OECD, 2008; OECD, 2009). Pada tahap kedua,
dilakukan analisis dampak pada kebijakan pengembangan BBN berbasis minyak sawit yang bahan bakunya
dipenuhi melalui pemberdayaan perkebunan sawit rakyat melalui penjabaran konsep RIA yang dikembangkan
oleh OECD. Analisisnya meliputi: merumuskan masalah, mengidentifikasi tujuan, menyusun dan memilih
alternatif kebijakan yang terbaik, dan merumuskan strategi dalam mengimplementasikan kebijakan (OECD,
2008; OECD 2009).

KERANGKA REGULASI KEBIJAKAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR


NABATI DI INDONESIA

Penggunaan biodiesel sebagai salah satu sumber energi terbarukan di Indonesia dilakukan melalui program
pencampuran antara biodiesel dan solar menjadi biosolar. Program pencampuran tersebut sudah dimulai sejak
2008, setelah pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2006 tentang Percepatan
Penyediaan dan Penggunaan Bahan Bakar Nabati. Pada 2008, pemerintah menetapkan pencampuran 1%

11
biodiesel ke dalam solar (B1). Inisiatif pengembangan biodiesel ini sebenarnya merespons kondisi kenaikan
harga minyak mentah dunia pada 2004-2006. Saat itu, Indonesia sangat tergantung dengan impor bahan bakar
minyak (BBM), yang sebagian besar harganya disubsidi oleh pemerintah. Akibat dari kenaikan harga minyak
mentah tersebut, terjadi kenaikan jumlah subsidi BBM dalam anggaran pemerintah (Chelminski, 2018). Karena
beban fiskal yang berat, pemerintah menaikkan harga BBM (Mouroungane, 2010). Kebijakan ini menimbulkan
gejolak ekonomi dan menaikkan angka kemiskinan (Dartanto, 2012).

Inisiatif pengembangan biodiesel ini sebenarnya merespons kondisi kenaikan harga minyak mentah
dunia pada 2004-2006. Saat itu, Indonesia sangat tergantung dengan impor bahan bakar minyak (BBM), yang
sebagian besar harganya disubsidi oleh pemerintah. Akibat dari kenaikan harga minyak mentah tersebut, terjadi
kenaikan jumlah subsidi BBM dalam anggaran pemerintah (Chelminski, 2018). Karena beban fiskal yang berat,
pemerintah menaikkan harga BBM (Mouroungane, 2010). Kebijakan ini menimbulkan gejolak ekonomi dan
menaikkan angka kemiskinan (Dartanto, 2012). Kondisi tersebut membuat pemerintah untuk mencari strategi
untuk mengurangi penggunaan BBM. Maka salah satu terobosannya adalah lewat penggunaan biodiesel
(Kharina et al, 2016). Meski demikian, program ini mengalami banyak hambatan, karena persoalan harga yang
kurang kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar fosil pada waktu tersebut (Dharmawan et al, 2018). Selain
itu, bahan baku yang saat itu 11 bersumber dari tanaman Jarak Pagar dianggap kurang efisien untuk
menciptakan daya saing bagi industri biodiesel. Pada 2013, pemerintah menaikkan campuran biodiesel sebesar
10% (B10) dan mewajibkan transportasi publik untuk menggunakannya. Pemerintah memberikan dukungan
insentif kepada pelaku usaha atau produsen biodiesel untuk mendukung program tersebut (Arrumaisho &
Sunitiyoso, 2019). Program yang sebelumnya agak stagnan, mulai menggeliat dengan adanya dukungan insentif
dari pemerintah. Selain itu, penggunaan bahan baku minyak sawit untuk industri biodiesel lebih berdaya saing,
sehingga secara kelayakan bisnis lebih baik dibanding Jarak Pagar. Kebijakan penggunaan biodiesel ini
mendapatkan momentum dengan adanya kebijakan dari pemerintah untuk menggenjot penggunaan energi baru
terbarukan pada periode pertama Pemerintahan Jokowi. Pada 2015, pemerintah menaikkan program
pencampuran biodiesel dari 10% (B10) menjadi 15% (B15) dan secara agresif terus ditingkatkan
pencampurannya, sehingga pada tahun 2020 sudah mencapai 30% (B30). Program ini telah menyebabkan
orientasi pasar dari biodiesel di Indonesia berubah signifikan, dari awalnya berorientasi ekspor menjadi
orientasi pada pasar domestik (Pambudi et al, 2019). Berdasarkan data dari Kementerian ESDM (2019), dari
total produksi sebesar 8,39 juta kilo liter, sebanyak 76,1% diserap oleh pasar domestik dan 23,9% diserap oleh
pasar ekspor. Akselerasi ini adalah respons dari pemerintah untuk menekan impor BBM dan mengatasi defisit
neraca perdagangan yang terus tertekan pada periode tersebut. Selain itu program ini juga menjadi instrumen
stabilitas harga minyak sawit yang anjlok karena terjadi kelebihan produksi, yang kalau dibiarkan akan
berdampak terhadap perekonomian nasional (Nuva et al, 2019). Terbukti dengan adanya program B30 sejak
2018, pemerintah berhasil mengurangi impor solar sebesar USD 2,53 milyar dan harga CPO terus naik
12
mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah, yaitu USD 1.365 per ton (BPDPKS, 2021). Artinya, selain sebagai
upaya pemerintah meningkatkan bauran energi nasional, kebijakan ini juga merupakan respons pemerintah
terhadap perkembangan kondisi perekonomian nasional pada saat itu. Pada aspek insentif, pemerintah terus
memperkuat pemberian insentif. Tujuannya adalah meningkatkan daya saing industri dan mengontrol harga
biodiesel setara dengan harga solar. Jika sebelumnya insentif dianggarkan lewat Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), sejak 2015, insentif pengembangan biodiesel langsung dikelola lewat kebijakan
penghimpunan dana perkebunan sawit. Dana ini dihimpun dari pungutan ekspor komoditas sawit dan produk
turunannya dan dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) (KPK, 2016).
Dampak insentif pada daya saing dapat dilihat dari semakin banyaknya minat investor untuk berinvestasi di
industri biodiesel. Pada 2020, tercatat ada sekitar 19 perusahaan yang telah membangun 12 pabrik biodiesel di
Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 13,4 juta kiloliter dengan total investasi sebesar USD 1,54
milyar. Penggunaan dana perkebunan sawit untuk insentif pengembangan biodiesel sebenarnya mendapat kritik
dari beberapa pihak. Insentif tersebut kurang tepat dilakukan, karena berdasarkan Undangundang Nomor 39
Tahun 2014 tentang Perkebunan yang menjadi dasar hukum penghimpunan dana perkebunan, penggunaan dana
tidak diperuntukkan untuk insentif pengembangan biodiesel (KPK, 2016). Meski demikian, pemerintah tetap
menggunakan dana tersebut untuk insentif pengembangan biodiesel dengan argumen agar harga sawit tetap
stabil dan industrinya tetap berdaya saing. Selanjutnya, pada 2020, pemerintah mengeluarkan Undang- undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 merupakan undang-undang
yang mengubah beberapa undang-undang lain, termasuk Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan atau disebut dengan Omnibus Law. Pengaturan penggunaan dana perkebunan sawit yang ada pada
Pasal 93 Ayat 4 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014, yang di dalamnya tidak terdapat penggunaan dana
untuk insentif BBN (biodiesel), diubah oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 dengan memasukkan
insentif BBN dalam penggunaan dana perkebunan. Kebijakan insentif juga diikuti dengan kewajiban bagi
Badan Usaha Bahan Bakar Minyak (BUBBM) melakukan pencampuran biodiesel ini mendorong terjadinya
peningkatan produksi biodiesel. Jika pada 2009, ketika awal program pencampuran biodiesel dilakukan
pemerintah, produksi hanya sebesar 190 ribu kiloliter. Sebanyak 119 ribu kiloliter atau 62,6% adalah konsumsi
domestik. Pada 2019, produksi telah mencapai 6,9 juta kiloliter dengan konsumsi domestik mencapai 5,5 juta
kiloliter atau sebesar 79% dari total produksi (Kementerian ESDM, 2019). Keberhasilan kebijakan penggunaan
biodiesel ini memberikan harapan besar bagi pemenuhan target bauran energi. Pada periode 2009-2019,
pertumbuhan penggunaan Biodiesel mencapai 85% per tahun. Jika pertumbuhan tersebut terus terjaga dengan
baik, pemerintah Indonesia optimis target bauran energi pada 2025 dan 2050, yaitu sebesar 23% dan 31%, bisa

13
dicapai (Kementerian ESDM, 2019). Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan
penggunaan campuran biodiesel melebihi 30% (B30) pada periode berikutnya. Meski demikian, kebijakan ini
mendapat kritik dari berbagai pihak, terutama dari pekebun sawit rakyat. Pelaku usaha kecil di sektor
perkebunan sawit ini merasakan kebijakan ini sangat bias kepada pelaku usaha besar. Sebagai salah satu
pemasok minyak sawit, para pekebun belum mendapatkan manfaat besar dari kebijakan ini. Bahkan, menurut
pekebun sawit, kebijakan ini justru mengalihkan fungsi dana perkebunan sawit untuk pengembangan
perkebunan sawit rakyat ke pemberian insentif kepada perusahaan BBN.

SIKLUS BIOFUEL

Biofuel secara umum adalah bahan bakar dari biomassa (materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan). Setiap
produk biofuel diproduksi secara berbeda. Misalnya ethanol diproduksi dengan cara fermentasi jagung atau
tebu, sedangkan biodiesel diproduksi dengan cara menghancurkan lemak hewani atau tumbuhan dengan adanya
methanol. Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) melalui proses transesterifikasi, dimana secara kimia
bereaksi dengan alkohol seperti methanol atau ethanol untuk memproduksi biodiesel. Bagaimana biofuel
dihasilkan? Ada dua jenis utama bahan baku biofuel: dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi. Produk
makanan manusia seperti gula, pati, atau minyak sayur dijadikan biofuel melalui metode konvensional yakni
transesterifikasi (seperti yang telah disebutkan di atas). Biofuel juga dapat dihasilkan dari tanaman non pangan,
limbah pertanian dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju seperti
hydrocracking. Pada proses ini bahan baku dipecah dengan adanya hidrogen dalam menghasilkan biofuel. Yang
menarik adalah bahan baku seperti minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk menghasilkan biofuel melalui

14
metode konvensional dan lanjutan tergantung dari keadaannya. Dimana biofuel dapat digunakan? Biofuel
sering menjadi alternatif untuk bahan bakar konvensional yang digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan
kita. Namun sebenarnya biofuel dapat dimanfaatkan untuk semua kebutuhan energi manusia. Penggunaan
biofuel meliputi:

Transportasi: Mobil, bus, sepeda motor, kereta api, pesawat terbang dan kendaraan air Pembangkit Listrik:
Peralatan listrik Pemanas: Kompor dan peralatan memasak lainnya

Biomassa sebagai sumber biofuel

Biomassa adalah material yang berasal dari organisma hidup yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan
produk sampingnya seperti sampah kebun, hasil panen dan sebagainya. Tidak seperti sumber-sumber alamiah
lain seperti petroleum, batubara dan bahan bakar nuklir, biomassa adalah sumber energi terbarukan yang
berbasis pada siklus karbon.Biomassa bisa digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan
bakar.

Bioetanol

Bioetanol saat ini merupakan biofuel yang paling banyak digunakan. Di USA pada tahun 2004 produksi etanol
(termasuk bioetanol) mencapai 3 sampai dengan 4 billion gallons dan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang prospektif karena beberapa alasan seperti tidak member kontribusi
pada pemanasan global, dapat dicampur dengan gasoline sampai 10% (E10) dapat dibuat dari bahan-bahan
alami (biomassa) yang dapat diperbaharui (renewable) seperti ubi kayu, jagung dan buah- buahan. Sebagai
pengganti MTBE (methyl tertiary butyl ether) yang potensial. MTBE adalah aditif bahan bakar (fuel additive)
yang bersifat toksik dan dewasa ini banyak digunakan di beberapa negara. Bioetanol pada prinsipnya adalah

15
etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi sehingga dinamakan bioetanol. Bioetanol dihasilkan dari
distilasi bir hasil fermentasi. Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang relatif mudah dan murah diproduksi
sehingga industri rumahan sederhana pun mampu membuatnya. Biasanya bioetanol dibuat dengan teknik
fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu dan dilanjutkan dengan destilasi. Bioetanol dapat
digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan bakar. Untuk bahan bakar kendaraan
bermotor terlebih dahulu bioetanol harus dicampur dengan premium dengan perbandingan tertentu. Hasil
pencampuran ini kemudian disebut dengan Gasohol (Gasoline Alcohol). Gasohol memiliki performa yang lebih
baik daripada premium karena angka oktan etanol lebih tinggi daripada premium. Selain itu gasohol juga lebih
ramah lingkungan daripada premium. Penguapan bioetanol dari cair ke gas juga tidak secepat bensin. Karena
itu pemakaian bioetanol murni pada kendaraan dapat menimbulkan masalah. Tetapi masalah dapat diatasi
dengan mengubah desain mesin dan reformulasi bahan bakar.

Biodiesel

Biodiesel atau alkil ester bersifat sama dengan solar, bahkan lebih baik nilai cetanenya. Riset tentang biodiesel
telah dilakukan di seluruh dunia khususnya di Austria, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat. Bahan baku
utamanya antara lain minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Di Hawaii biodiesel dibuat
dari minyak goreng bekas dan di Nagano, Jepang bahan baku dari restoran-restoran cepat saji telah dipakai
sebagai bahan baku biodiesel. Saat ini biodiesel telah merebut 5% pangsa pasar ADO (automotive diesel oil)
di Eropa. Pada tahun 2010 Uni-Eropa mentargetkan pencapaian sampai 12%.
Malaysia telah mengembangkan pilot plant biodiesel berbahan baku minyak sawit dengan kapasitas berkisar
3000 ton/hari yang telah siap memenuhi kebutuhan solar transportasi. Secara keseluruhan Saat ini di dunia telah
terdapat lebih dari 85 pabrik biodiesel berkapasitas 500 – 120.000 ton/tahun dan pada 7 tahun terakhir ini 28
negara telah menguji-coba biodiesel sebagai pengganti BBM, 21 di antaranya kemudian memproduksi.
Amerika dan beberapa negara Eropa bahkan telah menetapkan Standar Biodiesel yang kemudian diadopsi di
beberpa Negara berkembang. Di Indonesia biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit mentah
(Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD) dan
minyak ikan. Biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat dengan berbagai
metode. Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang paling popular dewasa ini karena
aman, murah dan mudah dilakukan. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena tidak memberi kontribusi
kepada pemanasan global, mudah didegradasi, mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat
dalam pembakaran dan dapat melumasi mesin. Keuntungan-keuntungan lain pada penggunaan biodiesel adalah
mudah dibuat sekalipun dalam sekala rumah tangga (home industry) dan menghemat sumber energi yang tidak
terbarukan (bahan bakar fosil) serta dapat mengurang biaya biaya kesehatan akibat pencemaran udara.
Pemanfaatan sumber-sumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil) baik minyak segar

16
maupun bekas (jelantah) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga merupakan keuntungan karena dapat
membuka peluang usaha bagi petani dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM).

Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk
diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik, sampah atau limbah biodegradable dalam kondisi
anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Metana yang terkandung di dalam biogas,
bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan
emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila
dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak negara maju mulai meningkatkan penggunaan biogas
yang dihasilkan baik dari limbah cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah. Komposisi
gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Rata-rata
biogas memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat
menghasilkan biogas dengan kadar metana berkisar dari 55-75%.

BIOETHANOL

Bioetanol pada dasarnya adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi
biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memilki
berbagai macam kadar. Bioetanol dengan kadar 90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang
diperoleh berkadar 94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis ini
dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar. Kadar
bioetanol tingkat ini sangat tinggi, minimal 99,5%. Dewan Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol. Saat ini ada dua jenis SNI bioetanol, yaitu SNI DT 27-
0001-2006 untuk bioetanol terdenaturasi dan SNI-06-3565-1994 untuk alkohol teknis yang terdiri dari Alkohol
Prima Super, Alkohol Prima I dan Alkohol Prima II. Alkohol Prima Super memiliki kadar maksimum
96,8 % dan minimum 96,3 %, sedangkan Prima I dan Prima II minimal 96,1 % dan 95,0
%. Semua diukur pada temperature 15oC.

17
Untuk mengkonversi biomassa menjadi bioetanol diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (Gan Thay
Kong, 2010)

1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada langkah ini pati atau karbohidrat dihancurkan oleh enzim
atau asam mineral menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Jika bahan baku yang digunakan
buahbuahan mengandung gula tidak perlu dilakukan hidrolisis

2. Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol dan CO 2. Jumlah dan kadar bioetanol yang
dihasilkan sangat tergantung pada proses ini, oleh karena itu proses ini harus dikontrol sehingga dapat
dihasilkan bioetanol dalam jumlah banyak dan berkadar tinggi.

3. Proses distilasi untuk memisahkan bioetanol dari air sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 95-
96%. Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol, maka kedua komponen tersebut dapat dipisahkan
melalui teknik distilasi.

4. Proses dehidrasi untuk mengeringkan atau menghilangkan sisa air di dalam bioetanol sehingga tercapai
bioetanol dengan kadar lebih dari 99,5% (Fuel Grade Ethanol (FGE))

Bahan baku pembuatan bioetanol (bioetanol generasi pertama) yang banyak terdapat di Indonesia antara lain
singkong atau ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Semuanya merupakan biomassa yang kaya karbohidrat dan
berasal dari tanaman penghasil karbohidrat atau pati.

BIOFUEL DARI LIPID

PENGERTIAN BIOFUEL LIPID

Biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik.
Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri,
komersial, domestik atau pertanian. Biofuel adalah nama lain dari bahan bakar hayati atau bahan bakar nabati.
Biofuel adalah bahan bakar hasil pengolahan bahan-bahan organik biomassa. Kata “bio” di ambil dari sifat
produksinya yang berbahan dasar dari senyawa-senyawa dalam makhluk hidup seperti tanaman dan hewan.
Biofuel tentu berbeda dengan kebanyakan bahan bakar yang berbahan dasar minyak bumi atau batubara.
Biofuel menggunakan Sumber Daya Alam dapat diperbarui sebagai bahan dasarnya. Sehingga, biofuel menjadi
harapan besar saat ini untuk menciptakan sustainabilitas lingkungan untuk masa depan. Dalam proses
pembuatan serta pengolahanya, bahan bakar nabati umumnya melibatkan fiksasi karbon kontemporer, seperti
yang terjadi pada tumbuhan atau mikroalga melalui proses fotosintesis.

PENGERTIAN TANAMAN BIJI MINYAK

18
1) Kapas (Cotton)

Komposisi dan Manfaat Komposisi kimia dari minyak biji kapas ini didominasi oleh komponen asam
lemak tak jenuhyang sebagian besar terdiri dari asam linoleat. Asam linoleat ini sangat baik untuk
dikonsumsi karena dapat menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat serta
meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik. Hal ini dapat meningkatkan
tekanan darah dan mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke. Selain asam lemak tak jenuh, salah
satu kandungan yang sangat bermanfaat pada minyak biji kapas adalah tokoferol, yaitu antioksidan
alami yang dapat mencegah autooksidasi minyak tersebut. Adanya tokoferol ini dapat meningkatkan
fungsi vitamin E serta dapat mencegah ketengikan sehingga meningkatkan masa simpan minyak
tersebut. Selain itu, ternyata minyak biji kapas memiliki manfaat untuk kesehatan, kulit dan
pertumbuhan rambut. Minyak biji kapas dapat menekan sel kanker serta mencegah pertumbuhan tumor.
Kandungan vitamin E yang cukup tinggi di dalam minyak biji kapas yang merupakan sumber
antioksidan alami dapat membantu kulit dalam memerangi radikal bebas. Minyak biji kapas juga kaya
akan asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh kulit. Asam lemakbanyak ditemukan dalam kandungan
skincare alami dan kosmetik, karena sangat dibutuhkan untuk melembabkan kulit, dan meningkatkan
permeabilitas kulit. Sama halnya dengan minyak zaitun, minyak biji kapas juga dapat meningkatkan
kesehatan rambut dan berperan untuk melembabkan rambut, mencegah kehilangan protein dan
melindungi dari kerusakan lingkungan.

2) Kacang (Peanut)

Minyak Kacang adalah bahan organik minyak yang berasal dari kacang tanah Arachis hypogea, tercatat
memiliki aroma dan rasa dari induknya kacang-kacangan. Minyak ini sering digunakan dalam Cina,
Asia Selatan dan Asia Tenggara masakan sebanyak minyak zaitun digunakan dalam Mediterania.
Minyak kacang dihargai karena tinggi titik asap relatif terhadap banyak minyak goreng lainnya.
Komponen utamanya dalah asam lemak, asam oleat (46,8% sebagai olein), asam linoleat (33,4%
sebagai linolein), dan asam palmitat (10,0% sebagai palmitin). Minyak juga berisi beberapa asam
stearat, asam arakidonat, asam behenat, asam lignoserat dan asam lemak lainnya.

3) Mustar (Mustard)

19
Minyak mustard adalah hasil olahan dari biji tanaman mustard (sesawi). Minyak ini memiliki rasa kuat
dan aroma tajam yang memberi ciri khas pada hidangan. Tidak hanya menambah cita rasa, berbagai zat
dalam minyak mustard juga diyakini memberikan manfaat bagi kesehatan. Ada dua jenis minyak
mustard yang dijual di pasaran. Minyak yang dibuat langsung dari biji tanaman mustard adalah minyak
mustard murni. Minyak ini tidak boleh digunakan untuk memasak karena mengandung asam erucic
yang berbahaya bagi jantung.

4) Kastor (Castor)

Jarak kepyar (Ricinus Communis) adalah tanaman sumber minyak nabati dari famili Euphorbiaceae
yang dapat tumbuh dan berkembang, baik pada lahan kering dan marginal. Saat ini jarak kepyar sangat
populer karena tuntutan pemenuhan kebutuhan bahan bakar. Selain sebagai penghasil biodiesel, minyak
jarak kepyar (castor oil) juga merupakan sumber bahan kimia industri terbarukan (Santoso, 2014).
Castor memiliki nama lain jarak keliki. Jarak keliki memiliki nama ilmiah Ricinus
Communis. Jarak keliki/castor ini berasal dari Afrika dan dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis.
Minyak castor dihasilkan dari bijinya. Biji castor mengandung sekitar 46% minyak (Budiman dkk,
2014) Minyak castor memiliki warna kuning pucat hingga tidak berwarna, sedangkan sifat fisik minyak
jarak (castor). Kandungan Minyak Jarak Pagar Minyak jarak pagar yang digunakan berasal dari kampus
C Universitas Internasional SemenIndonesia (UISI). Minyak jarak pagar dihasilkandari proses ekstraksi
biji jarak pagar (Jatrophacurcas L.)

5) Biji Rami (Linseed)

Minyak rami adalah minyak yang diperoleh dengan menekan biji rami. Minyak rami yang dipres dingin
dan tidak dimurnikan berwarna gelap hingga bening berwarna hijau muda, dengan rasa pedas. Semakin
gelap warnanya, semakin bagus rasanya. Seharusnya tidak bingung dengan minyak hash, minyak yang
mengandung tetrahidrokanabinol yang terbuat dari bunga Kanabis. Minyak biji rami halus jernih dan
tidak berwarna, dengan sedikit rasa. Ini terutama digunakan dalam produk perawatan tubuh. Minyak
biji rami industri digunakan dalam pelumas, cat, tinta, bahan bakar, dan plastik.
Minyak biji rami digunakan dalam produksi sabun, sampo, dan deterjen.

6) Cardoon

Kardon liar itu gagah rumputan tanaman tahunan tumbuh setinggi 0,8 hingga 1,5 m (31 hingga 59 inci),
dengan lobus dalam dan duri tebal hingga hijau keabu-abuan tomentose (berbulu atau berbulu halus)
memiliki panjang daun hingga 50 cm (20 in), dengan duri kuning hingga 3,5 cm. Bunganya berwarna
ungu keunguan, diproduksi dalam jumlah besar, bundar, sangat tajam kapitulum hingga diameter 6 cm
(2 inci). Kardun digunakan sebagai sumber vegetarian enzim untuk produksi keju. Di Portugal,
20
koagulasi tradisional dadih bergantung sepenuhnya pada sayuran ini rennet. Ini menghasilkan keju
seperti Serra da Estrela dan Nisa.

7) Kacang Macan (Tigernut)

Senyawa selulosa yang terdapat pada kulit kacang mencapai 63,5% sehingga memiliki potensi yang
cukup besar untuk dijadikan bioetanol sebagai sumber energi alternatif.

BAHAN BAKAR BTL

PENGERTIAN BTL (BIOMASS TO LIQUID)


tumbuhan dan bahan organik lainnya dapat diubah menjadi bahan bakar cair maupun gas dengan
bantuan beberapa proses biologi dan proses kimia. Proses yang cocok untuk konversi ini tergantung
dari sifat bahan organik yang banyak mengandung air. Proses-proses kimia seperti pirolisa atau reduksi
katalitis lebih cocok untuk bahan yang kering dan tahan terhadap biodegrada.

Pembuatan Biomassa Cair dengan proses permentasi

Fermentasi alkoholik merupakan suatu proses yang lama dikenal dan banyak dipakai. Ethyl alkohol atau
etanol mudah dibuat dari berbagai hasil pertanian yang mengandung gula. Ragi merubah gula- gula
heksose menjadi ethanol dan dioksida karbon sesuai rumus dibawah ini:

Gula-gula yang difermentasikan dapat berupa glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, rafinosa, dan manosa.
Gula tetes, suatu hasil tambahan dari produksi gula tebu mengandung 55% gula-gula dan dapat secara
mudah dan murah difermentasikan menjadi ethanol.

Dalam proses demikian gula tetes diencerkan dengan air hingga mencapai kekentalan gula sebanyak
20%, kemudian dicampur dengan biakan ragi sebanyak 5% volume. Campuran ini difermentasikan
selama 2-3 hari hingga mencapai nilai alkohol setinggi 9-10%. Alkohol ini kemudian diambil dengan
proses destilasi. Satu liter alkohol dengan kemurnian 95% dapat diperoleh dari 2,5 liter gula tetes dengan
biaya yang rendah.

Tanaman yang memiliki nilai kanji (strach) yang tinggi seperti hasil biji-bijian harus mengalami proses
hidrolisa dengan enzim atau asam untuk menghasilkan gula sebelum difermentasi menjadi alkohol. Biji-
bijian dicampur dengan air, dan dipanaskan untuk menjadikan kanji itu menyerupai agaragar. Konversi

21
menjadi gula dilakukan dengan enzim dan campuran gandum gerst dan cendawan amalisa yang didapat
dari suatu jenis jamur tertentu (Aspergillus niger).

Kemudian dilakukan fermentasi dengan ragi. Selain alkohol, proses ini menghasilakan juga dua produk
tambahan, yaitu dioksida karbon yang sangat murni (99,8%) serta biji-bijian terpakai yang dapat
dimanfaatkan untuk makanan ternak. Selulosa adalah komponen utama semua tumbuh- tumbuhan, dan
merupakan sepertiga sampai seperdua bahan kering tanaman. Dengan demikian selulosa merupakan
sumber daya yang terbarukan yang terbanya di bumi. Sebagaimana halnya dengan kanji, selulosa harus
mengalami proses hidrolisa dulu menjadi gula sebelum dapat difermentasi menjadi alkohol. Akan tetapi
selulosa lebih sukar mengalami proses degradasi dari pada kanji. Selulosa melalui proses hidrolisa dapat
menjadi gula dengan bantuan asam-asam kuat seperti asam belerang dengan jumlah yang besar. Banyak
penelitian masih diperlukan untuk dapat dengan cara yang praktis membuat alkohol dari selulosa.
Proses Pirolisa

Pirolisa merupakan suatu proses destilasi destruktif daripada bahan organik. Destilasi ini dilaksanakan
dalam sebuah bejana tertutup dengan atmosfer tanpa oksigen, dan dipanaskan hingga suhu dari 500
sampai 900ºC. Proses pirolisa telah lama dimanfaaatkan dengan mempergunakan kayu untuk
memperoleh selain arang kayu, juga bahan-bahan kimia seperti metanol dan terpentin. Gas-gas yang
dihasilkan porolisa dari bahan organik pada umumnya merupakan campuran metan, monoksida karbon,
dioksida karbon, hidrogen dan hidrokarbon-hidrokarbon rendah. Selain itu dihasilkan cairan berupa
minyak-minyak hidrokarbon dan bahan-bahan padat serupa arang kayu.

Gambar 2. memperlihatkan suatu skema dari proses pirolisa yang mempergunakan limbah kota sebagai
bahan baku. Limbah kota dimasukkan di tempat A dan dipotong hingga mencapai ukuran kecil.

22
Kemudian bahan baku dibawa ke tempat B untuk dikeringkan. Di tempat C dilakukan pemisahan: semua
bahan organik seperti potongan-potongan logam dan gelas disisihkan sedangkan material lainnya yang
merupakan bahan organik dibawa ke tempat D untuk digiling halus. Bejana E merupakan reaktor
pirolisa. Di tempat F hasil-hasil pirolisa berupa gas, minyak dan arang dipisahkan.
Jika suhu dalam reaktor dinaikkan komponen gas akan menjadi lebih besar.

BIOFUEL DARI ALGAE

Algae Biofuel adalah kandidat yang sangat menjanjikan untuk menggantikan bahan bakar fosil.

• Pembudidayaan ganggang tidak harus bersaing dengan tanaman pangan


• Kemampuan alga untuk dibudidayakan di lahan yang tidak subur, menggunakan air asin, sangat
mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
• Menghasilkan lebih dari 20 kali produksi minyak tanaman pangan - satu hektar alga dapat
menghasilkan hampir 5.000 galon biodiesel.
• Produksi dapat mencapai 60 miliar galon/tahun yang dapat menggantikan semua solar di AS..
• Namun, iklim ekonomi saat ini membuat pengembangan program ganggang cukup mahal.
• Agar alga benar-benar kompetitif, ia harus menerima bagiannya sendiri dari subsidi yang saat ini
hanya dialokasikan untuk bahan baku.
• Cara yang sangat layak untuk melanjutkan pengembangan biofuel sambil tetap kompetitif secara
komersial adalah dengan memproduksi bahan bakar alga sebagai produk tambahan untuk produk
yang lebih menguntungkan seperti pakan ternak dan produk nutraceuticals.

BIOMETHANA

APA ITU BIOGAS DAN BIOMETAN?


Biogas adalah campuran metana, CO, dan sejumlah kecil gas lain yang dihasilkan oleh pencernaan anaerobik
bahan organik di lingkungan bebas oksigen.

Komposisi biogas yang tepat bergantung pada jenis bahan baku dan jalur produksinya; ini termasuk teknologi
utama berikut:

1. Biodigester:
Ini adalah sistem kedap udara (misalnya wadah atau tangki) di mana bahan organik, yang diencerkan dalam
air,diuraikan oleh mikroorganisme alami. Kontaminan dan kelembaban biasanya dihilangkan sebelum
penggunaan biogas.
2. Sistem pemulihan gas TPA:

23
Dekomposisi limbah padat kota (MSW) dalam kondisi anaerobik di lokasi TPA menghasilkan biogas. Ini
dapat ditangkap dengan menggunakan pipa dan sumur ekstraksi bersama dengan kompresor untuk
menginduksi aliran ke titik pengumpulan pusat.
3. Instalasi pengolahan air limbah:
Tanaman ini dapat dilengkapi untuk memulihkan bahan organik, padatan, dan nutrisi seperti nitrogen dan
fosfor dari lumpur limbah. Dengan pengolahan lebih lanjut, lumpur limbah dapat digunakan sebagai input
untuk menghasilkan biogas dalam digester anaerobik.

BIOMETAN
Biometana (juga dikenal sebagai "gas alam terbarukan") adalah sumber metana yang hampir murni yang
dihasilkan baik dengan "meningkatkan" biogas (suatu proses yang menghilangkan CO2, dan kontaminan lain
yang ada dalam biogas) atau melalui gasifikasi biomassa padat yang diikuti dengan metanasi, Meningkatkan
biogas.

MENINGKATKAN BIOGAS MENJADI BIOMETAN DAPAT MENJADI SUMBER UTAMA


PERTUMBUHAN MASA DEPAN

Hampir dua pertiga produksi biogas pada tahun 2018 digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas
(dengan pembagian yang kurang lebih sama antara fasilitas listrik saja dan fasilitas
co-generation). Sekitar 30% dikonsumsi di gedung-gedung, terutama di sektor perumahan untuk memasak dan
memanaskan, dengan sisanya ditingkatkan menjadi biometana dan dicampur ke dalam jaringan gas atau digunakan
sebagai bahan bakar transportasi. Saat ini terdapat sekitar 18 GW kapasitas pembangkit listrik terpasang yang
menggunakan biogas di seluruh dunia, sebagian besar di Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris. Kapasitas meningkat
ratarata sebesar 4% per tahun antara 2010 dan 2018. Dalam beberapa tahun terakhir, penyebaran di Amerika Serikat
dan beberapa negara Eropa telah melambat, terutama karena perubahan dukungan kebijakan, meskipun
pertumbuhan mulai meningkat di pasar lain seperti Cina dan Turki. Biaya yang diratakan untuk menghasilkan
listrik dari biogas bervariasi sesuai dengan bahan baku yang digunakan dan kecanggihan pembangkit, dan
berkisar dari USD 50 per megawatt-hour (MWh) hingga USD 190/MWh. Sebagian besar dari kisaran ini
terletak di atas biaya pembangkitan dari angin dan skala utilitas.

BIOMETHANA BERBASIS BIOFILM

Pengertian BioFilm
Biofilm adalah struktur mikrobioma yang rumit yang memiliki koloni bakteri yang bervariasi atau jenis sel
individu dalam kelompok, mengikuti permukaan.

Produksi BioHidrogen
Hidrogen adalah salah satu substrat terpenting dalam proses hidrogenotrofik metanogenesis. Biasanya
diproduksi dari sumber daya dalam negeri seperti bahan bakar fosil, tenaga nuklir, dll.

Injeksi Hidrogen untuk Peningkatan Hidrogenotropik Metanogenesis


Injeksi hidrogen adalah salah satu sistem yang dipelajari secara ekstensif untuk biogas promosi melalui
peningkatan metanogenesis hidrogenotropik. Metanogenesis hidrogenotropik adalah proses di mana CO2
berada teroksidasi menjadi metana dengan bantuan hidrogen dan mikroorganisme disebut sebagai metanogen.
Dalam pencernaan anaerobik, limbah organik kompleks menghadapi serangkaian biokimia proses seperti
hidrolisis, asidogenesis, dan asetogenesis seperti yang digambarkan : Limbah biokimia diubah menjadi asetat,
hidrogen (H2), dan karbon dioksida (CO2). Saat proses berlangsung, 4 mol H2 dan 1 mol CO2 dapat ditransfer
ke 1 mol metana.

24
Peran Biofilm dalam Produksi Biometana
Biofilm memainkan peran yang sangat signifikan dalam pengolahan air limbah karena mereka membentuk
tanah untuk beragam reaktor aerobik dan anaerobik. Mereka juga memungkinkan efisien dan degradasi substrat
organik yang stabil dan membantu dalam menghasilkan biogas atau hasil biometana.

(CONTOH KASUS)

Indonesia merupakan negera penghasil kelapa sawit terbesar dunia. Data 2016 menyebutkan bahwa
produksi minyak kelapa sawit Indonesia mencapai 36 juta ton metrik dari total dunia 58,8 juta ton metrik, atau
dengan kata lain produksi minyak sawit Indonesia menyumbang 61,2% dari keseluruhan dunia.
Namun, dalam hal pemanfaatan potensi ini sangat berbanding terbalik. Saat ini, Indonesia hanya mampu
memanfaatkan 25% olahan kelapa sawit dan sisanya di ekspor ke negara lain. Jumlah tersebut telah memenuhi
kebutuhan domestik dan dapat dikatakan Indonesia memiliki kelebihan kelapa sawit. Dari sumber kelapa sawit
inilah pengembangan bioenergi dapat dihasilkan.
Selain kelapa sawit, Indonesia memiliki berbagai biomassa yang dapat dijadikan bionergi, antara lain
singkong dan sorgum.

25

Anda mungkin juga menyukai