Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PROKSIMAT POTENSI BRIKET BIOARANG SEBAGAI

ENERGI ALTERNATIF DI DESA KUSU, MALUKU UTARA

Muhammad Hidayat Jaya Miharja1

1
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Khairun, Ternate

Koresponden Penulis : jayashi27@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan analisis proksimat potensi briket bioarang di Desa Kusu Maluku Utara. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui baku mutu dan standar dari briket bioarang yang dihasilkan agar sesuai
dengan standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI 01-6235-2000. Penelitian dilakukan dengan cara
mengambil sampel uji briket bioarang yang dihancurkan sampai diperoleh partikel halus dan homogen
berukuran 150 mesh. Partikel tersebut selanjutnya dianalisis proksimat enam parameter dengan standar
analisis ASTM D–3302 dan ASTM D–5142, yaitu parameter kadar air (inherent moisture), kadar air
total (total moisture), kadar abu (ash), kadar zat volatil (volatile matter), kandungan energi (calorific
value), dan kadar karbon (fixed carbon). Hasil penelitian menunjukan bahwa semua parameter
memenuhi standar SNI, terkecuali parameter kadar zat volatil yang melebihi 1-1,5% dari standar yang
ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum, briket bioarang Desa Kusu memenuhi
standar briket dan ekspor serta membutuhkan perbaikan dan evaluasi pada kadar zat volatil.

Kata kunci : Briket bioarang, kadar zat volatil

Abstract

It has been performed the proximate analyses of biochar briquette at Desa Kusu, North Maluku.
The main objective was to standardize the biochar briquette based on Indonesian National Standard
(SNI) No. SNI 01-6235-2000. The biochar samples were crushed into fine and homogeneus powdered
of 150 mesh. Those powdered then analyzed for six parameters of proximate analyses in accordance of
ASTM D–3302 and ASTM D–5142; inherent moisture, total moisture, ash, volatile matter, calorific
value, and fixed carbon. The result of analysis showed that all parameter fit into SNI standard range,
except volatil matter which exceed 1-1.5% of maximum upper level standard. Generally, It can be
inferred that biochar briquette of Desa Kusu were suitable of standardized briquette and export
product, revision only for volatile matter.

Keywords : Biochar briquette, Volatile matter

Jurnal Techno Vol. 05 No. 1 April 2016 15


Muhammad Hidayat Jaya Miharja

LATAR BELAKANG Indonesia sejak tahun 2003 telah melebihi


kemampuan produksi dalam negeri. Cadangan
Dewasa ini, aktivitas manusia tidak terbukti minyak bumi Indonesia sejak tahun
dapat dipisahkan dari energi. Secara ilmiah, 2000 tercatat 5,12 milyar barrel dan mengalami
energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, penurunan menjadi 4,03 milyar barrel pada
tetapi dapat mengalami perubahan/transfer tahun 2011. Hal ini menjadikan Indonesia
menjadi bentuk energi lainnya. Whitesides and berada pada posisi 27 diantara Negara penghasil
Crabtree (2007) menyatakan bahwa hampir minyak. Bandingkan dengan Arab Saudi dengan
85% kebutuhan energi dunia bertumpu pada 264,6 milyar barrel. Jika hal ini terus
energi fosil yang tidak dapat diperbaharui dan berlangsung, sampai dengan tahun 2035,
jumlahnya tertentu serta mengalami cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan
pengurangan yang signifikan dari waktu ke akan habis seiring dengan meningkatnya
waktu. Untuk mengantisipasi hal tersebut, konsumsi BBM (Kementerian ESDM, 2012).
penelitian diarahkan kepada sumber energi non Perkiraan ini terbukti dengan seringnya terjadi
fosil sebagai sumber energi alternatif seperti kelangkaan BBM di beberapa daerah di
panas bumi, tenaga air, mikrohidro, biomasssa, Indonesia dan selalu terjadinya penyesuaian
biogas, laut, tenaga surya, tenaga angin, dan harga BBM ketika terjadi kenaikan harga
uranium. Hal ini dilakukan untuk menjaga minyak dunia. Isu kenaikan harga BBM
pasokan dan ketahanan energi di masa depan. (minyak tanah) dan beralihnya penggunaan
Bioarang merupakan salah satu jenis bahan bakar gas (gas elpiji) melalui program
bahan bakar alternatif berupa arang yang dibuat konversi gas Pemerintah menyadarkan kita
dari aneka macam bahan hayati atau biomassa bahwa konsumsi energi yang semakin
seperti kayu, ranting, daun–daunan, rumput, meningkat dari tahun ke tahun tidak seimbang
jerami, maupun limbah pertanian lainnya yang dengan ketersediaan sumber energi tersebut.
dapat dikarbonisasi (Schlogl, 2013). Bioarang Kelangkaan dan kenaikan harga minyak akan
ini dapat digunakan melalui proses pengolahan terus terjadi karena sifatnya yang tidak dapat
menjadi produk briket bioarang. Briket adalah diperbarui (nonrenewable) (Mohan, dkk.,
gumpalan yang terbuat dari bahan lunak yang 2006). Hal ini harus segera diimbangi dengan
dikeraskan. Briket bioarang memiliki penyediaan sumber energi alternatif yang dapat
kandungan/nilai energi yang setara atau bahkan diperbarui (renewable), melimpah jumlahnya,
melebihi batubara (Lumandue, dkk., 2012). dan murah harganya sehingga terjangkau oleh
Briket bioarang dapat menggantikan masyarakat luas.
penggunaan minyak tanah yang semakin Disamping untuk mendapatkan sumber
meningkat konsumsinya dan diikuti energi baru, usaha yang terus menerus
keterbatasan ketersediaannya. Konsumsi energi dilakukan dalam rangka mengurangi emisi gas
terutama bahan bakar minyak (BBM) di CO2 untuk mencegah terjadinya pemanasan

16 Jurnal Techno Vol. 05 No. 1 April 2016


Muhammad Hidayat Jaya Miharja

global (global warming), telah mendorong Minyak tanah jarang digunakan karena
penggunaan energi biomassa sebagai pengganti harga minyak tanah yang mahal dan tidak
energi bahan bakar fosil seperti minyak bumi terjangkau oleh masyarakat dengan tingkat
dan batubara (Titirici, dkk., 2007). Bahan bakar ekonomi rendah. Masyarakat tidak sadar bahwa
biomassa merupakan energi paling awal yang pemakaian kayu bakar sebagai bahan bakar
dimanfaatkan manusia dan dewasa ini dapat mengancam kelestarian hutan.
menempati urutan ke empat sebagai sumber Untuk menanggulangi menipisnya bahan
energi yang menyediakan sekitar 14% bakar dan mengurangi penggunaan minyak
kebutuhan energi dunia (Gavrilescu, 2008). tanah di Maluku Utara, terdapat beberapa energi
Saat ini, sumber energi yang sudah siap alternatif yang potensial dan dapat digunakan
dan mudah didapat adalah berasal dari dengan aman, efektif, dan efisien. Salah satunya
sampah/limbah pertanian. Biomassa yang adalah dengan pemakaian briket bioarang yang
berasal dari sampah/limbah hasil pertanian dan sumber bahan bakunya melimpah di daerah ini.
kehutanan merupakan bahan yang tidak Di Desa Kusu, Maluku Utara terdapat sampah
berguna, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi pembuatan kopra, yaitu sabut dan tempurung
sumber energi atau bahan bakar alternatif, yaitu kelapa. Limbah tersebut sering ditemukan
dengan mengubahnya menjadi bioarang yang dibuang begitu saja tanpa adanya pemanfaatan
memiliki nilai kalor lebih tinggi dari pada lebih lanjut. Menilik pada potensi ketersediaan
biomassa melalui proses pirolisis (pemanasan bahan baku, keunggulan briket bioarang dan
dan pembakaran pada temperatur tinggi) keadaan masyarakat Maluku Utara sebagai
(Acharjee, dkk., 2011). Bioarang yang konsumen, produksi, dan pemasaran briket
dihasilkan tersebut dapat digunakan sebagai bioarang yang mempunyai potensi
bahan bakar alternatif, yaitu pada skala rumah keuntungan/profit yang menjanjikan.
tangga ataupun industri. Pengembangan usaha briket bioarang dapat
Ketersediaan minyak tanah sebagai terus dilakukan setiap saat sehingga
bahan bakar utama di Maluku Utara terasa ketersediaan energi masyarakat Desa Kusu,
semakin menipis, terutama dengan adanya Maluku Utara tercapai dan disaat yang sama
keputusan kenaikan harga BBM oleh mengurangi adanya penumpukan
Pemerintah. Program pemerintah untuk limbah/sampah dan biomassa terutama sampah
mengkonversi minyak tanah ke jalur bahan organik. Bidang usaha briket bioarang dapat
bakar gas (gas elpiji) untuk masyarakat di menjadi rintisan (pionir) di Maluku Utara dan
Maluku Utara sepertinya tidak terlalu mendapat pilot project bagi usaha kecil dan menengah
respon yang positif dari masyarakat. Untuk (UKM) masyarakat yang mendatangkan
masyarakat di pedesaan, pemakaian bahan keuntungan yang berlimpah. Tantangan yang
bakar yang paling seringdigunakan adalah kayu dihadapi adalah bagaimana meyakinkan
bakar.

Jurnal Techno Vol. 05 No. 1 April 2016 17


Muhammad Hidayat Jaya Miharja

masyarakat sebagai konsumen produk briket Prosedur penelitian dilakukan dengan


bioarang untuk beralih dari penggunaan bahan cara mengambil 3 sampel uji yang dihancurkan
bakar atau sumber energi konvensional seperti dengan mortar grinder sampai halus dan
minyak tanah. Untuk mengatasi hal tersebut, homogen yang kemudian diayak dengan
peran promosi dan sosialisasi briket biorang pengayak berukuran 150 mesh. Partikel halus
sangat penting dalam rangka menjelaskan dan homogen tersebut selanjutnya dianalisis
keunggulan dan keuntungan produk briket proksimat 6 parameter dengan standar analisis
bioarang sekaligus strategi pemasaran yang baik ASTM D–3302 dan ASTM D–5142, yaitu
bagi konsumen. parameter kadar air (inherent moisture, IM),
Sebagai perencanaan dan kadar air total (total moisture, TM), kadar abu
pengembangan ke depan, briket bioarang yang (ash), kadar zat volatil (volatile matter, VM),
diproduksi tersebut sangat memungkinkan kandungan energi (calorific value, CV), dan
untuk dimanfaatkan sebagai energi bersih (clean kadar karbon (fixed carbon, FC).
energy) dan ramah lingkungan serta ekonomis
(ecoenviromental based energy) dalam aktivitas HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kehidupan sehari–hari (Brown, 2011).
Peluang ini tidak diperoleh di setiap Negara Analisis Kadar Air (Inherent Moisture, IM)
karena dibatasi oleh faktor ketersediaan lahan
Dilakukan pengukuran terhadap 3 sampel
serta produksi pertanian beserta limbah/sampah
briket bioarang. Dari hasil pengukuran untuk
dan biomassa yang dihasilkannya. Di Maluku
sampel I, II, dan III berturut–turut diperoleh
Utara, kedua faktor tersebut terpenuhi ditambah
hasil 2,29%wt, 2,08%wt, dan 2,23%wt adb. Ini
faktor alam berupa musim panas dengan
membuktikan bahwa kadar air briket bioarang
temperatur udara yang cukup tinggi dan stabil
sangat rendah jika dibandingkan batubara.
sehingga mendorong mudahnya untuk
Parameter kadar air ini penting karena
memproduksi briket bioarang.
mempengaruhi kualitas briket secara langsung
terkait penyimpanan briket. Briket bioarang
METODOLOGI PENELITIAN
memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi
molekul air dari udara secara langsung dalam
Bahan yang dianalisis adalah briket pori–pori di permukaannya secara fisiosorpsi.
bioarang yang merupakan sampel yang Sebagai akibat fisiosorpsi atau penyerapan
diperoleh dari Desa Kusu, Maluku Utara yang molekul air secara fisika dan adsorpsinya
merupakan biomassa tempurung kelapa. Alat bersifat lemah, maka penentuan kadar air
yang digunakan adalah mortar grinder, cawan dilakukan pada suhu 105–110 oC selama 1 jam.
keramik, ayakan 150 mesh, furnace temperatur Kadar IM lebih ke sifat higroskopis dari bahan
tinggi, peralatan gelas, dan timbangan analitik. briket itu sendiri, yaitu partikel material arang

18 Jurnal Techno Vol. 05 No. 1 April 2016


Muhammad Hidayat Jaya Miharja

karbon yang mampu menyerap air dari udara Analisis Kadar Abu (Ash)
sehingga faktor kelembaban udara dan
penyimpanan menjadi faktor yang diperhatikan Analisis kadar abu dilakukan pada suhu
dalam menyimpan briket. tinggi, yaitu 815 oC. Hasil pengukuran terhadap
sampel I, II, dan III berturut–turut menghasilkan
Analisis Kadar Air Total (Total Moisture, nilai 3,08%wt, 4,38%wt, dan 2,89%wt adb.
TM) Seperti hal nya kadar air total, syarat maksimal
Hasil pengukuran terhadap sampel I, II, kadar abu SNI adalah tidak melebihi 8%.
dan III berturut–turut menghasilkan nilai Perbandingan antara sampel dan standar
5,60%wt, 5,21%wt, dan 6,35%wt ar. Kadar air menunjukkan bahwa kadar abu briket sampel
total di dalamnya temasuk kadar air IM terukur sangat rendah yang berkisar antara 4-5% lebih
dan kadar air bebas yang berasal dari air hujan rendah daripada standar SNI sehingga dapat
atau air permukaan atau kadar air yang berasal dikategorikan dengan kualitas tinggi.
dari perekat (binder) kanji yang digunakan. Kadar abu menunjukkan mineral
Kadar air mempengaruhi nilai kalor, titik nyala anorganik yang tidak dapat terbakar lagi setelah
briket, dan memperlambat proses pembakaran proses pembakaran sempurna atau karbon telah
sebagai akibat kalor yang ada digunakan dikonversi semua menjadi bentuk energi.
terlebih dahulu untuk menguapkan molekul air Adanya abu menyebabkan penurunan nilai
yang terikat secara fisika. Rendahnya nilai kadar kalor sehingga mempengaruhi kualitas briket.
air total menunjukkan bahwa kualitas briket Abu tersebut dapat berupa mineral oksida yang
baik yang disebabkan preparasi briket dilakukan memiliki titik leleh tinggi. Kandungan abu yang
dengan baik, terutama pada proses pengeringan rendah dari analisis briket ini memberikan
briket setelah dicetak. indikasi bahwa briket ini memiliki kualitas yang
Berdasarkan standar SNI, kadar air total lebih baik daripada batubara.
yang bisa diterima adalah 8% dan jika
dibandingkan dengan ketiga sampel, maka Analisis Zat Volatil (Volatile Matter, VM)
parameter tersebut memenuhi standar. Kadar air
Analisis terhadap parameter ini
total yang tinggi akan menurunkan nilai kalor
mempengaruhi faktor ignisi bakar briket, dan
dan laju pembakaran serta merusak stabilitas
intensitas nyala pembakaran. Hasil pengukuran
briket (mudah hancur) dan mudah ditumbuhi
terhadap sampel I, II, dan III berturut–turut
jamur. Dengan memenuhi standar parameter ini,
menghasilkan nilai 16,50%wt, 15,40%wt, dan
maka faktor negatif di atas dapat dihindari
16,10%wt adb. Standar SNI yang ditetapkan
sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
untuk parameter ini adalah maksimal 15%
pembuatan briket dengan binder yang
sehingga melebihi 1-1,5% dari standar. Hal ini
digunakan telah sesuai dengan mutu yang
menunjukkan bahwa proses pembakaran karbon
ditetapkan.
berjalan lebih lambat. Semakin kecil nilai VM,

Jurnal Techno Vol. 05 No. 1 April 2016 19


Muhammad Hidayat Jaya Miharja

maka ignisi pembakaran briket semakin besar Analisis Kadar Karbon (Fixed Carbon, FC)
dan semakin baik suatu briket.
Semakin kecil nilai VM, maka semakin Analisis kadar karbon dilakukan dengan
sedikit gas dan asap yang dihasilkan dari menghitung selisih antara jumlah karbon 100%
pembakaran briket bioarang. Hal ini dengan jumlah total kadar air IM, VM, dan kadar
berhubungan dengan gas CO,CO2, gas sulfur, abu. Hasil pengukuran terhadap sampel I, II, dan
dan nitrogen yang dilepaskan pada temperatur III berturut–turut menghasilkan nilai 78,13%wt,
tinggi. Tinggi rendahnya kadar zat volatil 78,14%wt, dan 78,78%wt adb. Semakin besar
dipengaruhi oleh sempurna tidaknya proses nilai karbon menunjukkan semakin banyak
karbonisasi selama proses pembentukan arang. energi yang dapat digunakan dalam pembakaran
melalui reaksi pembakaran bahan bakar. Pada
Kandungan Energi (Calorific Value, CV) reaksi pembakaran, semakin banyak kandungan
karbon dalam suatu bahan bakar, maka semakin
Analisis kandungan energi dilakukan besar konversi karbon menjadi karbon dioksida
menggunakan bom kalorimeter. Hasil yang disertai pelepasan dalam bentuk energi
pengukuran sampel I, II, dan III berturut-turut sehingga komposisi berat karbon
menghasilkan nilai 5480, 5520, dan 5942 kal/g. mempengaruhi secara langsung kualitas bahan
Nilai tersebut menunjukkan energi yang bakar dan energi yang dihasilkan dalam bentuk
dilepaskan dalam reaksi pembakaran briket kandungan energi (calorific value).
secara kuantitatif. Standar SNI minimal untuk Kadar karbon tersebut sekaligus
kandungan energi adalah 5000 kal/g. mengkonfirmasi nilai parameter kandungan
Berdasarkan hal tersebut, maka pada parameter energi di atas. Hubungan yang dapat dilihat
tersebut briket telah memenuhi standar dan adalah semakin besar kadar karbon, maka
mutu. semakin besar pula nilai kandungan energinya.
Nilai energi yang relatif tinggi tersebut Namun hal ini tetap memperhatikan konfigurasi
dapat menghasilkan api reduksi dalam proses dari parameter lainnya seperti IM, TM, VM, dan
pembakaran briket. Api reduksi dikenal Ash.
menghasilkan nyala biru dengan temperatur
yang lebih tinggi dan asap/gas rendah yang SIMPULAN
dihasilkan jika dibandingkan dengan api
oksidasi sebagai akibat komposisi yang ideal Hasil analisis proksimat briket bioarang di
antara bahan bakar dan oksigen yang digunakan. Desa Kusu pada enam parameter menunjukkan
Hal ini merujuk pada efisiensi penggunaan bahwa lima parameter memenuhi standar SNI
briket dan faktor energi bersih yang diutamakan yang ditetapkan, yaitu parameter kadar air
dalam sumber energi berbasis biomassa sebagai (inherent moisture), kadar air total (total
sumber energi baru yang dapat selalu moisture), kadar abu (ash), kandungan energi
diperbaharui. (calorific value), dan kadar karbon (fixed

20 Jurnal Techno Vol. 05 No. 1 April 2016


Muhammad Hidayat Jaya Miharja

carbon). Hanya parameter kadar zat volatil Titirici, M.M., Thomas, A., and Antonietti, M.,
(volatile matter) yang melebihi standar, yaitu 2007, Hydrothermal Carbonization of
Plant Material as An Efficient Chemical
berkisar antara 1-1,5%. Hal ini menunjukkan Process to Treat The CO2 Problem, New J.
bahwa briket hasil produksi tersebut sangat Chem., 31, 787–9
potensial untuk penggunaan domestik maupun
Whitesides, G.M., and Crabtree, G.W., 2007,
ekspor serta memiliki standar kandungan briket Don't Forget Long–Term Fundamental
yang baik dan berkualitas. Research in Energy Science, Science, 315,
796
DAFTAR PUSTAKA

Acharjee, T., Coronella, C.J., and Vasquez, V.R.,


2011, Effect of Thermal Pretreatment on
Equilibrium Moisture Content of
Lignocellulosic Biomass, Bioresour
Technol., 102, 4849–54

Brown, R.C., 2011, Thermochemical


Processing of Biomass Conversion into
Fuels, Chemicals, and Power, John Wiley
& Sons, Chichester, West Sussex, UK

Gavrilescu, D., 2008, Energy from Biomass in


Pulp and Paper Mills. Environ Eng
Manage J., 7(5):537–546

Kementerian ESDM, 2012, Pengendalian


Penggunaan Bahan Bakar Minyak,
Kementerian ESDM, Jakarta

Lumadue, M.R., Cannon, F.S., and Brown,


N.R., 2012, Lignin as both Fuel and
Fusing Binder in Briquetted Anthracite
Fines for Foundry Coke Substitute, Fuel,
97: 869–887

Mohan, D., Pittman, J., Charles, U., Steele, P.H.,


2006, Pyrolysis of Wood/Biomass for
Bio-Oil: A Critical Review. Energy Fuels,
20(3):848–889

Schlogl, R., 2013, Chemical Energy Storage,


Walter de Gruyter GmbH, Berlin/Boston

Jurnal Techno Vol. 05 No. 1 April 2016 21

Anda mungkin juga menyukai