i
KATA PENGANTAR
PEND
AHUL
UAN
1.1Latar Belakang
1
bila kita berasumsi 21 miliar ton dihitung semua sebagai cadangan
yang mineable jumlahnya tidak sampai 2,5 persen. Potensi mineral
dan batubara tersebar di berbagai kepulauan di Indonesia. Karena
memiliki potensi ekonomi yang cukup besar maka sejak lama sumber
daya mineral dan batubara telah menjadi andalan pembangunan
ekonomi.
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan
pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan
baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun
sekarang tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun
2
lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu
stabilitas ekosistem. Perlu dilakukan usaha-usaha yang dilakukan dari
sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari
sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan
alam akan terjaga.
Pertanyaannya, sejauh mana manfaat dari bahan galian
batubara ini bisa dioptimalkan sebagai modal pembangunan? Hal ini
merupakan isu sentral terkait dengan pengembangan mineral dan
batubara Indonesia saat ini. Pertanyaan ini adalah sebuah hal yang
wajar, mengingat di dalam konteks pengembangannya terdapat
sejumlah paradoks. Pertama, di satu sisi jumlah sumber daya dan
cadangan mineral dan batubara ini sebagai sumber daya yang tidak
bisa terbaharui tentunya terbatas jumlahnya, namun produksinya dari
tahun ke tahun terus meningkat tanpa bisa ditahan. Kedua, kebutuhan
domestik meningkat tapi ekspor juga meningkat lebih cepat lagi.
Ketiga, Indonesia masih menjual barang mentah termasuk sebagian
besar produksi mineral dan batubara dan menjadi pasar barang jadi.
Banyak kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi
seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya
pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5
sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini
memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian
nasional maupun daerah. Dampak ekonomi dari keberadaan industri
pertambangan antar lain penciptaan output, penciptaan
tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan kontribusi
fiskal.
Untungnya di dalam UU No.4/2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (UU Minerba) terdapat pesan yang jelas bahwa
kekayaan sumber daya alam ini harus dioptimalkan demi kepentingan
sebesar-besar kemakmuran rakyat, sejalan dengan substansi Pasal 33
UUD 1945. Maka yang diperlukan disini adalah bagaimana jalannya
untuk menempuh hal tersebut. Ini menjadi sebuah tantangan kedepan
yang perlu dijawab dan dibenahi dengan kerjasama lintas sektor dan
pusat-daerah.
Salah satu bentuk pengoptimalan pemanfaatan batu bara
adalah mengubah batu bara menjadi sebuah gas. Teknologi gasifikasi
batubara (konversi batubara
menjadi gas) kini sudah berkembang dengan baik dan dapat
memproduksi gas yang dapat memenuhi persyaratan untuk digunakan
sebagai bahan bakar mesin pembakaran internal (internal combustion
engine) seperti motor bakar atau mesin diesel. Penggunaan gas alam
maupun gas hasil gasifikasi biomasa untuk mesin pembakaran internal
sudah sejak lama diterapkan. Gas tersebut digunakan bersamaan
dengan solar (dual fuel) untuk menghasilkan proses pembakaran di
ruang bakar.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kemenprin (2017)
memaparkan bahwa batubaru dengan kualitas rendah dapat
dikembangkan untuk memproduksi gas dimetil eter (DME) yang bisa
menggantikan liquefied petroleum gas (LPG) melalui proses gasifikasi
batubara. Selain itu, Proses gasifikasi memiliki potensi yang cukup
besar untuk membantu cadangan devisa negara, yang mana DME dan
methanol dapat mengurangi impor dan mensubstitusi BBM, BBG dan
bahan industri kimia dasar. Dibandingkan dengan China yang telah
lebih dahulu menggunakan teknologi gasifikasi, di Indonesia
gasifikasi baru dimulai dikarenakan harga bahan bakar minyak yang
semakin mahal akibat pembatasan subsidi (Sasongko et., al , 2011).
Gasifikasi juga dapat digunakan sebagai salah satu energi alternatif
untuk menghasilkan nilai tambah yang besar bagi industri dalam
negeri, namun pada praktiknya peningkatan nilai tambah batubara di
Indonesia belum sepenuhnya mencapai tahap komersil. Sejauh ini,
coal upgrading dan pembuatan briket batubara lah yang masih menjadi
primadona dalam tahap komersil.
Pemanfaatan batubara sebagai energi utama nasional sudah
digalakan oleh pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden
No. 5 Mengenai Bauran Energi Nasional tercatat bahwa pada tahun
2025 penggunaan batubara sebesar 33%, penggunaan ini diutamakan
untuk listrik sedangkan untuk gas kota dan transportasi masih
mengutamakan gas dan minyak bumi. Penggunaan batubara saat ini
tidak hanya digunakan untuk listrik namun dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan seperti gas kota, briket untuk rumah tangga dan
industri menengah serta bahan bakar minyak sintetik yang dapat
digunakan untuk sumber energi bagi motor. Pemanfaatan batubara
dengan meningkatkan kadar atau nilai
pada batubara untuk berbagai keperluan sangat perlu dilakukan karena
mengingat kondisi cadangan batubara indonesia berdasarkan
kualitasnya 24% termasuk batubara peringkat rendah, 60% peringkat
sedang, dan 15% peringkat tinggi serta hanya 1% yang termasuk
peringkat sangat tinggi(Hasjim, 2010). Untuk peringkat rendah sampai
sedang akan menimbulkan masalah jika dibakar secara langsung untuk
pembangkit tenaga listrik maka kualitas rendah sampai sedang baik
untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi batubara cair, gas kota, dan
kokas. Sedangkan untuk batubara peringkat tinggi sampai sangat
tinggi sangat baik untuk pembakaran secara langsung untuk
pembangkit listrik serta industria baja dan semen.
1.3 Tujuan
STUDI KEPUSTAKAAN
Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, terhadap badan
usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi
administratif kepada penangung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam
pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.
BAB III
METODOLOGI
4.1. Gasifikasi
Batubara →char + tar + gases (CO2; CO; H2O; H2; CH4; C2H2)
Pyrolysis merupakan proses yang sifatnya endotermik. Panas yang
diperlukan untuk terjadinya proses ini diperoleh dari reaksi oksidasi karbon
dalam char dengan oksigen dari udara. Proses ini biasa juga disebut dengan
devolatilisasi.
C + O2 CO2
4.8. Reaksi uap air atau steam reaction ( Water – gas reaction)
yaitu rekasi reduksi antara karbon dalam char dengan uap air sesuai
dengan reaksi berikut :
C (char) + H2O + panas → CO(g) + H2(g)
Reaksi ini menghasilkan produk gas yang mampu bakar (syngas).
Secara stoikiometri karbon yang bereaksi dengan uap air akan menjadi gas
karbon monoksida dan gas hidrogen. Kedua gas ini merupakan komponen
utama dari hasil gasifikasi.
- Reaksi karbon dengan gas karbon dioksida (Boudouard reaction)
Pada tahap ini akan mengikuti reaksi berikut :
C (char) + CO2 + panas → 2CO
Reaksi ini menghasilkan produk gas yang mampu bakar yaitu gas
karbon monoksida. Karbon dalam char yang bereaksi dengan gas karbon
dioksida akan dikonversi menjadi gas mampu bakar karbon monoksida.
Reaksi ini biasa disebut sebagai Bounourard reaction.
- Reaksi Geser (Shift Reaction)
Uap air yang ditambahkan akan bereaksi dengan gas CO2
membentuk gas CO sesuai dengan reaksi berikut :
CO2(g) +H2O(uap) + panas →CO(g) + H2(g)
Kedua produk gas yang dihasilkan ini merupakan gas yang
memiliki nilai mampu bakar.
- Methanation
Merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi yang terjadi
pada methanation adalah:
C(char) + 2H2 → CH4
Pembentukan methan dipilih terutama ketika produk gasifikasi
akan ppdigunakan sebagai bahan baku indsutri kimia. Reaksi ini juga
dipilih pada aplikasi IGCC (Integrated Gasification Combined-Cycle)
yang mengacu pada nilai kalor methan yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA