Anda di halaman 1dari 15

Lanjut ke konten

Budidaya Kreatif

MENU DAN WIDGET

10 Sistem Teknologi Budidaya Kreatif

Seiring berkembangnya kebutuhan industri budidaya ikan atau udang yang dituntut ramah lingkungan,
beragam teknologi yang dapat digunakan untuk meminimalisir limbah budidaya mulai bermunculan.
Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan atau udang untuk meminimalisir limbah sisa
pakan atau mengolahnya.

Teknologi Sistem Resirkulasi

Sistem ini memanfaatkan proses nitrifikasi dari bakteri. Dengan sistem ini limbah dari sisa pakan
maupun hasil metabolisme berupa Amoniun dikonversi menjadi komponen yang lebih dapat ditoleransi
oleh ikan yaitu nitrat. Selanjutnya nitrat dapat digunakan untuk bahan pupuk.

Sistem tersebut sudah dikembangkan untuk pembesaran ikan lele di STP Jakarta. Tidak hanya
meminimalisir limbah namun mampu meningkatkan produksi lele mencapai 400 kg/m3 air atau sekitar 4
kali lipat dari hasil rata-rata yang biasa dicapai.

Menurut Jangkaru (2004) sistem resirkulasi adalah suatu metode pemeliharaan ikan dalam wadah
terkontrol dalam menggunakan kembali air bekas setelah proses penyaringan secara fisik dan biologi.
Lesmana (2004) menyatakan bahwa sirkulasi (perputaran) air dalam pemeliharaan ikan sangat berfungsi
untuk membantu keseimbangan biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, mambantu distribusi
oksigen serta manjaga akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau daya
racun dapat ditekan.

Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan,
karena kondisi air yang digunakan dapat terkontrol dengan baik sedangkan kelemahan dari sistem ini
adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan karena kondisi yang teratur agar dapat berjalan dengan
baik (Lasordo, 1998). Sirkulasi (perputaran) air dalam pemeliharaan ikan akan memberikan beberapa
keuntungan antara lain :

membantu menjaga keseimbangan biologi air.

mencegah berkumpulnya ikan atau pakan pada suatu tempat.

membantu distribusi oksigen kesegala arah.

menjaga hasil metabolit mengumpul sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.

keuntungan lain menggunakan sistem resirkulasi yaitu mampu mengurangi kontiniutas penyiponan pada
wadah yang tujuannya membersihkan sisa pakan dan sisa metabolisme ikan (Silitonga, 2006).

Menurut Spotte dalam Stickney (1993) suksesnya sistem resirkulasi terutama bergantung kepada
efektivitas sistem dalam menangani atau mengolah limbah budidaya terutama berupa limbah
metabolik. Suatu unit sistem resirkulasi yang umum biasanya terdiri atas beberapa bagian yaitu satu
atau lebih wadah untuk pemeliharaan ikan, tempat untuk pengendapan, filter biologis, sistem aerasi dan
setidaknya satu pompa air untuk mengalirkan air kedalam sistem atau wadah pemeliharaan.

IMG_20171110_095415

Teknologi Busmetik atau Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik

Model budidaya ini diterapkan dengan memperkecil petakan tambaknya dari ukuran biasanya (1/5
hingga 1/4 dari ukuran tampak pada umumnya). Dengan memperkecil petakan, maka pengontrolan
lebih mudah dan efisiensi penggunaan pakan menjadi lebih maksimal.

Teknologi ini sudah diselaraskan dengan penanaman vegetasi mangrove yang sangat berguna untuk
mendukung tambak itu sendiri. Air dari tambak tidak dibuang ke perairan bebas namun diarahkan ke
vegetasi mangrove, yang kemudian dimanfaatkan untuk budidaya bandeng atau kepiting.

Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Kampus Serang berhasil membuat teknologi terbaru dalam budidaya
udang yang dinamakan Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik).

Kepala Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP Serang, Sinung Rahardjo, menjelaskan,
teknologi tersebut dinamakan Busmetik karena menggunakan plastik sebagai wadah di tambak udang.
Sehingga menurutnya, modal yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar.
Ia memaparkan, modal yang harus dikeluarkan untuk Busmetik tidak besar, hanya sekitar Rp 15 juta
hingga Rp 17 juta per siklus. Karena menurutnya, membuat Busmetik tidak memerlukan lahan yang
begitu besar, hanya sekitar 600 meter persegi hingga 1.000 meter persegi paling besar.

“Kalau seperti ini jadi mudah dilakukan oleh masyarakat luas, jadi bukan hanya orang-orang yang banyak
uang saja yang mampu membuat tambak udang tapi masyarakat kecil juga bisa mengaplikasikannya,”
paparnya saat ditemui dalam media visit di STP Serang, Jumat (27/3).

“Ini kan karena petambak di Indonesia kebanyakan the small capital, jadi modalnya terbatas sehingga
tidak mungkin dia upayakan lahan yang besar karena akan besar juga modalnya. Makanya kita upayakan
dengan membuat tambak-tambak yang kecil,” tambahnya.

Pemilihan udang dalam program Busmetik dilakukan karena saat ini komoditi udang sudah memiliki
pasar yang bagus. Bahkan menurutnya, komoditi udang dari Indonesia sudah banyak dieskpor ke luar
negeri.

“Udang ini punya permintaan yang stabil, sepanjang tahun pasti ada saja permintaannya, tidak pernah
lepas dan pasarnya sudah tersedia. Apalagi untuk ekspor, apalagi dengan pertumbuhan di China dan
terbukanya pasar Eropa jadi prospek yang sangat bagus,” ceritanya.

Program yang sudah dilakukan sejak tahun 2010 ini dapat menghasilkan udang setiap satu kali panen
(per 110 hari)sebanyak 2,5 ton hingga 3 ton per tambak berukuran 1.000 meter persegi. Sedangkan STP
Serang memiliki 4.000 meter persegi untuk tambak udang tersebut.

“Satu petak tambak per 110 hari menghasilkan 2,5 ton hingga 3 ton, jadi totalnya dikalikan empat petak
tambak jadi total 12 ton per 4.000 meter persegi,” jelasnya.

Lebih lanjut Sinung mengungkapkan bahwa udang yang dihasilkan dari Busmetik mempunyai ukuran
yang besar-besar. Ia mengatakan, satu kilogramnya menghasilkan 45 ekor udang di dalamnya dengan
harga jual Rp 61.000 per kilogram.

“Tapi kalau pakai sistem biasa, palingan satu kali siklus kurang lebih 110 hari dapat udangnya tidak
begitu besar, paling 60 ekor untuk satu kilogramnya,” paparnya.

budidaya-udang-skala-mini-empang-plastik-busmetik

Teknologi Probiotik

Teknologi ini diyakini mampu membantu meminimalisir limbah (terutama pada budidaya udang).
Bakteri dari genus Bacillus, banyak membantu dalam proses perbaikan mutu air tambak karena mampu
menkonversi bahan organik menjadi komponen terurai lainnya yang lebih ramah.
Probiotik ini merupakan salah satu upaya budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan karena
probiotik bertugas mengurai H2S, amoniak, nitrit, dan nitrat yang terdapat pada limbah.

Ada dua cara penggunaan probiotik yang bisa dimanfaatkan petani Lele untuk mendongkrak hasil
kolamnya. Pertama, probiotik untuk menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air.
Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu
sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami.

Yang kedua, probiotik untuk memacu pertumbuhan ikan sendiri sekaligus membentengi dari
kemungkinan terkena penyakit atau stres. Probiotik itu harus dicampurkan ke pakan, pakan pelet
ataupun daun-daunan .

Rangsang Nafsu Makan

Pakar dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung Hardaningsih menguraikan, dari berbagai riset, probiotik
memang terbukti bagus untuk pemeliharaan air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan.

Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat dan ikan juga lebih kuat terhadap
stres dan penyakit. Yang pasti, pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang
nafsu makan.

’’Saya kira probiotik akan menjadi andalan para petani ikan di masa depan karena manfaatnya sangat
besar pada pertumbuhan ikan sehingga cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’ tandasnya.

Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak dini. Begitu bibit mau masuk kolam,
tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur probiotik lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan
tumbuh banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air cukup dua minggu
sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.
’’Jadi semacam imunisasi, jika diberikan lebih awal akan lebih bagus efeknya. Jangan menunggu kondisi
kolam jelek dan ikan stres atau terserang penyakit. Pemberian secara teratur akan menghasilkan ikan
lebih bagus,’’ imbuh Himawan.

Pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan. Saat melihat di kolamnya banyak Lele stres
dan mengambang bahkan beberapa mati, dia secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik segenggam
gula pasir ke kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih dan semua Lele sehat kembali.

Waktu budidaya akan lebih singkat 10 – 15 hari, ketimbang budidaya lele intensif tanpa probiotik:
sekitar 60 – 70 hari. Cara memanfaatkan probiotik relatif mudah. dengan memberikan setengah gelas
per hari probiotik cair untuk 1.500 lele yang dipelihara di kolam terpal berukuran 3 m x 4 m .

Memberikan probiotik melalui pakan. Mula-mula ia merendam pelet apung selama 10 – 20 detik dalam
larutan probiotik. Setelah ditiriskan beberapa saat, ia memberikannya kepada lele. Dengan tambahan
probiotik seperti itu, pertumbuhan lele lebih cepat. Selain itu pemberian probiotik membuat konversi
pakan atau FCR turun menjadi sekitar 0,8 dari biasanya FCR 1,1. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging
ia hanya perlu 0,8 kg pakan. Tak hanya itu tingkat kelulusan hidup (SR) meningkat hingga 95%.

Sejatinya probiotik adalah larutan berisi mikroba hidup yang menguntungkan bagi inang – dalam hal ini
ikan budidaya. Mikroba itu antara lain bakteri asam laktat seperti Lactobacillus, Carnobacterium,
beberapa kelompok Bacillus, dan Pseudomonas. Seabrek keunggulan memang terdapat pada probiotik.
Pada budidaya akuakultur, pemberian probiotik menekan perkembangan bakteri patogen di lingkungan
perairan yang menurunkan produktivitas. Hasil riset di Thailand dan Jepang sejak 10 tahun silam
membuktikan hal itu. Pemakaian probiotik pada budidaya nila Tilapia nilotica menurunkan angka
kematian ikan sebesar 5,2%. Hal itu diimbangi pula dengan peningkatan bobot tubuh sebesar 46,3% dari
sebelumnya 9,6% pada budidaya intensif. Jadi wajar bila Agnes dan Heru Catur memanen lebih cepat.

IMG_20171112_074653_546

Teknologi Bioflok

Teknologi yang menerapkan keseimbangan unsur organik dalam air ini ini sudah banyak diterapkan, baik
pada ikan air tawar maupun pada udang di tambak. Teknologi ini dapat menekan konversi pakan ikan
atau udang sehingga akan mengurangi buangan ke lingkungan.
Bioflok, sesuai namanya yang merupakan gabungan dari kata “bios” (kehidupan) dan “flock” (gumpalan),
adalah kumpulan dari berbagai organisme seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya,
yang tergabung dalam gumpalan.

Jika pakan herbal yang sebelumnya disebutkan menambahkan tanam-tanaman, budidaya menggunakan
sistem bioflok ini menambahkan organisme hidup (probiotik) yang berperan tidak hanya sebagai pakan
tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga kualitas air sehingga ikan lebih sehat.

bioflok

menginisiasi tumbuhnya organisme tersebut, biasanya pada kolam ditambahkan kultur bakteri jenis
Bacillus sp (B. subtilis, B. licheniformis, B. megaterium, B. polymyxa) atau ragi (jenis Saccharomyces), dan
molase/tetes tebu sebagai nutrisi bagi bakteri. Mikroba ini kemudian akan berkembangbiak dan karena
media perairan budidaya sistem bioflok sudah dikondisikan, maka tumbuh pula protozoa, mikroalga,
ragi dan bakteri-bakteri menguntungkan lainnya.

PRINSIP BIOFLOK

Berdasarkan riset bioflok pada lele yang dilakukan DJPB KKP, keuntungan penerapan sistem bioflok ini
antara lain:

Sedikit pergantian air, karena flok harus terjaga agar tetap menjadi gumpalan.

Efisien pakan (FCR bisa mencapai 0,7)

Pada tebar bisa lebih tinggi (mencapai 3000 ekor/m3)

Produktivitas tinggi

Hal-hal yang patut diperhatikan pada sistem bioflok ini antara lain pentingnya aerasi untuk mengaduk
bahan organik agar terurai dengan baik. Selain itu juga aerasi berfungsi untuk menambah oksigen dan
menjaga kadar pH. Selain itu, manajemen pemberian pakan juga perlu diperhatikan. Setelah beih
ditebar ke dalam kolam, sebaiknya beih dipuasakan selama 2 hari untuk proses adaptasi dengan
lingkungan. Ada pula masanya ikan tidak diberi pakan pelet untuk memanfaatkan flok yang tersedia.
Periodenya adalah sehari dalam seminggu dimulai pada minggu kedua setelelah penebaran.

7202427_20141006090106

Teknologi Akuaponik

Teknologi ini juga mulai banyak dikembangkan, karena dinilai mampu meminimalisir limbah hasil
budidaya. Unsur hara (biasanya didominasi unsur Nitrogen) akan diserap oleh tanaman melalui akarnya.
Jenis tanaman yang digunakan diantaranya adalah tanaman air seperti kangkung.

Budidaya lele dengan sistem RAS (Resirculating Aquaculture System) aquaponic terbukti hemat lahan
dan air dengan produksi ganda berupa ikan dan sayuran. Secara teknis aquaponik mampu meningkatkan
produksi pembudidaya ikan. Hal ini dapat terjadi karena teknologi aquaponik merupakan gabungan
teknologi aquakultur dengan teknologi hidroponik (bercocok tanam tanpa tanah) untuk
mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai media pemeliharaan.

Sistem RAS aquaponik lele memang belum banyak yang menerapkannya. Sistem ini memadukan metode
budidaya ikan lele dengan memanfaatkan nutrisi yang diperoleh dari air kolam lele untuk disalurkan
menjadi media tanam bagi tanaman. Sistem RAS aquaponik lele ini sebenarnya yang paling sering
diterapkan pada model-model aquaponik, hal ini karena ikan lele menghasilkan kotoran dan sisa-sisa
makanan yang jumlahnya lebih banyak, sehingga bisa dimanfaatkan untuk nutrisi bagi tanaman.

aquaponic-tanks-for-sale-4

RAS aquaponik adalah salah satu sistim perikanan dan pertanian modern penggabungan dari
pemeliharaan ikan dan pemeliharaan tumbuhan yang cara kerjanya adalah dengan memanfaatkan
kotoran ikan dan sisa pakan ikan sebagai nutrisi tumbuhan. Dengan cara ini di nilai lebih memberikan
keuntungan yang lebih banyak yaitu jika di nilai dari segi efektif dan beberapa keuntungan lainnya.

Prinsip dasar RAS aquaponik adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang memperburuk kualitas air dan
menyebabkan kematian pada ikan, akan dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman. Pemanfaatan
tersebut melalui sistem resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media tanaman, yang secara mutualistis
juga menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke kolam menjadi “bersih” dari amonia dan
mempunyai kondisi yang lebih layak untuk budidaya ikan.

Selain itu, penurunan amoniak akan mengurangi bau busuk yang ditimbulkan akibat padat tebar.
“Beberapa keuntungan lain yang diperoleh dari budidaya lele system RAS aquaponik adalah: pH air stabil
berada di sekitar 7, air tidak berbau, selama masa budidaya air tak perlu diganti, meningkatkan produksi
ikan serta akan diperoleh sayuran organik.

PENERAPAN RAS AQUAPONIK LELE

Berikut adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan dalam penerapan RAS aquaponic lele:

Kolam atau fish tank sebagai tempat tumbuh kembang ikan. Kolam ini bisa bentuk bulat atau kotak.

Filter air. Sebelum air kolam di sirkulasi menuju ke tanaman perlu adanya filter sebagai tempat proses
nitrifikasi dan mineralisasi. Di dalam sistem RAS Aquaponik lele ada 3 jenis filter yg di gunakan :

Filter Mekanis, yaitu filter penampung kotoran padat

Filter Biologis, yaitu tempat tumbuhnya bakteri pengurai atau apterment bakteri

Filter Mineralisasi, yaitu rincian dari bahan organik ke unsur-unsur individu dilakukan oleh bakteri
heterotrof dalam kondisi anaerobik.

Sump tank (bak penampung air yg sudah difilterisasi).

Sistem penanaman dengan system hidroponik bercocok tanam tanpa ada beberapa sistem
penanamannya seperti Growbed pasang surut, DFT (deep flowing technique), Rakit apung dan Vertical
grow. System penanaman ini bisa menjadi filter ke 4 (empat)

Air yang keluar dari sistem output dari saluran aquaponik akan kembali masuk ke kolam ikan lele dan
memberikan percikan oksigen sehingga dapat meningkatkan kadar oksigen dalam kolam.

Aquaponics

Langkah selanjutnya dalam perawatan ikan lele dan saluran RAS aquaponik agar selalu terjaga dengan
sehat adalah bagaimana kita mampu secara konsisten untuk dapat memberikan pakan ikan berkualitas
untuk ikan lele. Gunakan pelet sebagai pakan ikan. Akan lebih bagus lagi pellet ikan di fermentasi dulu
selama tiga (3) hari dengan probiotik. Bisa juga mengunakan tanaman seperti kangkung, azolla dan duck
week. Tetapi hal yang perlu di perhatikan adalah memberikan pakan ikan dengan kadar protein tinggi
dapat mempercepat pertumbuhan ikan lele.

Teknologi Yumina (sayur dan ikan) dan Bumina (buah dan ikan)

Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan kelautan dan Perikanan. Prinsip
dasar dari teknologi tersebut hampir sama dengan teknologi akuaponik. Teknologi ini bahkan sudah
diadopsi oleh FAO sebagai teknologi rekomended untuk dikembangkan.

image-2-pusluh.kkp_.go_.id_.jpg

Yumina adalah teknik pemeliharaan tanaman sayur dengan ikan, sedangkan bumina adalah teknik
pemeliharaan tanaman buah dengan ikan. Jadi, yumina-bumina adalah teknik budidaya yang
menghasilkan ikan, sayur, dan buah dalam 1 unit pemeliharaan. Tentu saja ini menjadi solusi untuk
melipatgandakan fungsi lahan. Sistem pemeliharaannya yang mudah menjadi daya tarik tersendiri bagi
para petani kota, bahkan bisa diaplikasikan oleh ibu rumah tangga sebagai kegiatan sampingan

di rumah. Dari buku ini, Anda bisa mendapatkan beberapa keuntungan, di antaranya sebagai berikut.

1. Pengenalan teknik yumina-bumina.

2. Panen ikan, sayur, dan buah.

3. Berbagai sistem budidaya yumina-bumina.

4. Tutorial perakitan sistem yumina-bumina.

5. Analisis usaha yang membuat Anda yakin bahwa budidaya yumina-bumina lebih menguntungkan.

Teknologi 90% Satiation Feeding

Teknologi ini dikembangkan oleh ASA (American Soybean Association). Teknologi tersebut diambil dari
negeri Tiongkok. Logikanya adalah ikan tidak diberikan pakan kenyang setiap hari, namun hanya pada
level 90 % saja. Sehingga tidak ada makanan yang tersisa karena tidak dimakan, kemudian metabolisme
ikan lebih baik. Teknologi ini pernah dicoba di Indonesia sekitar 2004 – 2006 pada ikan yang dipelihara di
kolam arus deras dan karamba jaring apung (mas dan nila).
fishfeed.jpg

Pemberian pakan sekenyangnya (satiation) dikisaran 90% Pada sistem pemberian pakan seknyangnya
adalah suatu usaha para pembudidaya ikan untuk melakukan pemberian pakan pada ikan yang
dibudidayakan dalam jumlah yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan pada ikan budidaya yang benar-
benar sudah diketahui daya tampung lambungnya secara maksimal dalam setiap pemberian pakan,
sehingga pakan ikan yang diberikan semuanya dikonsumsi oleh ikan. Tetapi dalam kenyataannya sangat
sulit bagi para pembudidaya untuk menerapkan sistem pemberian pakan ini karena untuk menghindari
pakan yang terbuang itu sangat sulit. Oleh

karena itu dalam pemberian pakan secara maksimal akan mudah diterapkan jika ikan yang
dibudidayakan sudah terbiasa dengan jumlah pemberian pakan tersebut setiap hari berdasarkan
pengalaman di lapangan.

Teknologi Pakan Terapung

Dengan menggunakan pakan ikan terapung, maka dapat lebih mudah mengontrol jumlah pakan yang
diberikan kepada ikan. Hal ini karena pakannya terapung sehingga dapat dilihat dengan mata. Namun
teknologi ini hanya untuk ikan-ikan yang makan di permukaan saja, tidak cocok untuk tipe demersal
seperti udang. Namun hal ini juga harus mempertimbangkan kebiasaan makan dari jenis ikan yang
dibudidayakan.

pakan_ikan_aquafarm_batakgaul.png

Sejatinya proses pembuatan pakan terapung (flaoting), butuh pemasakan bertekanan tinggi agar terjadi
rongga udara didalam pakan. Rongga udara itu, pakan dapat terapung di air. Proses pemasakan itu
membuat bahan yang terkandung didalamnya lebih matang. Pakan terapung juga memudahkan
pembudidaya memberikan pakan. Sehingga menghindari pakan tersebut terbuang percuma. Pakan yang
terbuang menyebabkan kualitas air menurun dan memicu kehadiran penyakit yang dapat membuat ikan
lele/ikan dibudidayakan mati. Perlu dicermati juga saat pemberian pakan, hentikan ketika 80-90% ikan
tidak berkumpul untuk berebut pakan.

Kelebihan pakan terapung

Pemasakan sempurna, sehingga zat antinutrisi terdegradasi


Nilai FCR lebih baik karena pakan yang dimasak sempurna, mengoptimalkan pencernaan pada tubuh
ikan

Pakan tersebar sempurna, sehingga ukuran ikan saat panen lebih seragam, pemberian pakan juga dapat
terkontrol, karena sifat terapungnya pakan itu memudahkan pembudidaya melihat dan menghentikan
pemberian pakan, sehingga koefisiensi pemberiaan pakan dan pengurangan libah sisa pakan.

Teknologi Protein Sparring

Teknologi ini menggantikan sumber energi utama untuk pakan dengan menggunakan karbohidrat bukan
dari protein. Gagasan tersebut muncul karena adanya imbauan untuk menekan pengggunaan tepung
ikan sebagai bahan baku utama untuk pabrik pakan.

Protein sparing (asam amino hemat) adalah proses dimana tubuh memperoleh energi dari sumber selain
protein. Sumber seperti itu bisa termasuk jaringan lemak, lemak makanan dan karbohidrat. Hemat
protein melestarikan jaringan otot tubuh ikan hal ini juga berhubungan langsung dengan daging ikan
budidaya. Keseimbangan antara protein yang dapat dicerna (DP) dan energi yang dapat dicerna (DE)
dalam makanan merupakan faktor kunci. Penurunan rasio DP / DE diet menghasilkan peningkatan
konservasi protein. Asam amino tidak dikategulasi untuk energi, dan dilestarikan dalam tubuh dengan
rasio yang lebih besar.

protein skimer

Jumlah protein yang digunakan dalam tubuh dipengaruhi oleh persentase yang dapat dicerna oleh
tubuh, dan jumlah total protein yang diumpankan ke tubuh. Pemanfaatan dan konservasi asam amino
protein dalam tubuh. Menggunakan sumber energi alternatif mengurangi jumlah asam amino yang akan
dimetabolisme untuk energi. Peningkatan protein dalam makanan tidak menyebabkan efisiensi protein
yang lebih besar, lebih banyak protein akan hilang, namun sejumlah protein yang lebih banyak akan
dilestarikan di dalam tubuh melalui volume tipis, selangkah lebih maju dari metabolisasi asam amino
untuk energi.

Teknologi Bioremediasi

Teknologi ini digunakan untuk memperbaiki kualitas suatu lingkungan dengan menggunakan
mikroorganisme. Prinsipnya, ada banyak jenis dan jumlah mikroba di alam yang masing-masing memiliki
kemampuan adaptasi dan fungsi yang spesifik yang dapat kita manfaatkan untuk pemulihan lingkungan.
Seiring dengan semakin bertambahnya pencemaran yang terjadi di biosfer, maka kebutuhan untuk
mengaplikasikan teknologi bioremidiasi juga semakin bertambah. Teknologi Bioremidiasi merupakan
teknologi yang banyak digunakan dalam mengatasi permasalahan pencemaran yang terjadi di
lingkungan, terutama di lingkungan litosfer dan hidrosfer. Bioremidiasi adalah aplikasi dari proses
biologis untuk memulihkan suatu tempat yang tercemar dengan menggunakan mikroorganisme.
Teknologi ini memiliki banyak keuntungan , namun yang paling utama adalah sustainable. Selain itu,
teknologi ini juga memiliki kelemahan yaitu time-consuming jika teknologi ini digunakan untuk
mengeliminasi pencemar yang non-biodegradable

bioremediasi.png

Akuakultur saat ini menjadi kegiatan ekonomi yang penting dan saat ini menghadapi kendala yang
penting yang mampu menimbulkan kerugian ekonomis yang besar, permasalahan itu adalah penyakit
yang disebabkan bakteri pathogen. Di awal perkembangan akuakultur upaya yang dilakukan adalah
menggunakan antibiotik sebagai upaya kemoterapi untuk menghilangkan penyakit. Hal ini dipraktekkan
secara intensif di awal-awal perkembangan akuakultur bahkan penggunaannya berlebihan. Peningkatan
penggunaan antibiotik pada akuakultur malah diikuti oleh bertambahnya penyakit patogenik dan
seringkali hal ini sekarang dikaitkan dengan meningkatnya resistensi bakteri patogen terhadap bahan
kimia (antibiotik). Kekhawatiran pun muncul dari aplikasi antibiotik pada ikan konsumsi terhadap
manusia. Dari berbagai sumber ilmiah disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik (seperti Quinolone,
Tetracycline dll.) menyebabkan mutasi kromosom pathogen atau akuisisi plasmid.Berbagai solusi
diupayakan antara lain vaksinasi, teknologi budidaya yang lebih baik, code of practices, best
management practices dan lain sebagainya, tentunya membawa dampak positif pada perkembangan
akuakultur. Penggunaan probiotik yang bekerja melalui mekanisme tertentu untuk melawan pathogen,
saat ini dipandang sebagai langkah alternatif. Beberapa tahun terakhir probiotik yang sudah biasa
digunakan pada manusia dan binatang mulai diaplikasikan kepada bidang akuakultur (Gatesoupe, 1999;
Gomez-Gil et al., 2000; Verschuere et al., 2000; Irianto and Austin, 2002; Bache`re, 2003).

Teknologi bioremidiasi secara sederhana merupakan usaha untuk mengoptimalkan kemampuan alami
mikroorganisme untuk mendegradasi/mendaur ulang dengan memberikan reaktan anorganik esensial
dan meminimumkan tekanan abiotik (Portier, 1991). Teknologi ini sangat berguna dan dapat digunakan
pada berbagai tahapan perlakuan. Terdapat tiga prinsip dalam teknologi bioremidiasi, yaitu pelepasan
langsung mikroba kelingkungan terkontaminasi, peningkatan kemampuan mikrobaindigenous (asli), dan
penggunaan mikroba dalam reaktor khusus (Portier, 1991).

Percampuran kultur bakteri ini dilakukan dengan perbandingan bakteri heterotrofik, bakteri nitrifikasi
dan denitrifikasi, serta bakteri fotosintetik anoksigenik sebesar 3 : 2 : 1.
Pemanfaatan mikrobiologi dalam akuakultur

1. Bakteri denitrifikasi dan nitrifikasi untuk mengendalikan nitrogen, amoniak, nitrat, dan nitrit yang ada
di tambak.

2. Bakteri fotosintetik anoksigenik untuk mengatur hidrogen sulfida (H2S) dan sebagai pakan tambahan
karena banyak mengandung karotenoid.

3. Bakteri heteroptrofik untuk mengontrol karbon dan senyawa organik dari sisa pakan.

4. Bakteri fermentasi untuk menghilangkan senyawa organik dengan cepat karena punya sifat
proteolitik.

– Bakteri nitrifikasi

Dari 13 isolat, berhasil diseleksi empat isolat yang potensial menghilangkan senyawa amoniak.

Masa inkubasi: 3-5 hari.

– Bakteri denitrifikasi

Dari 14 sampel sedimen tambak PT Indokor-Serang, Teluk Naga-Tangerang, dan Moramo-Kendari, telah
diisolasi 15 isolat bakteri. Hasil seleksi, tiga isolat potensial menghilangkan senyawa nitrit dan nitrat.
Masa inkubasi: 3-5 hari.

– Bakteri fotosintetik anoksigenik

Dari 10 isolat, hanya satu yang bagus untuk menghilangkan H2S dan satu lagi potensial menjadi sumber
karotenoid pakan tambahan. Masa inkubasi: 5-7 hari.

– Bakteri Heterotrofik
Dari lima isolat bakteri heterotrofik, yang potensial hanya satu. Masa inkubasi: 2-3 hari.

Blog ini di susun dalam rangka penyelesaikan tugas Aplikasi Komputer Semester III Prodi Teknologi
Akuakultur. Senin, 5 November 2017. Dosen pengampu : Heri Triono, A.Pi., M.Kom.

Disusun Oleh:

Rian Achmad Sanjaya

Yaka Tanda Putra

Mirna Adelia

BAGIKAN INI:

TwitterFacebook

Memuat...

Diposkan pada12 November 2017PenulisBudidaya KreatifTag#BudidayaKreatif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

KOMENTAR *

NAMA *

EMAIL *
SITUS WEB

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

Navigasi pos

SEBELUMNYA

Pos sebelumnya:

Pos blog pertama

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai