Anda di halaman 1dari 20

KONTRIBUSI ITB UNTUK BANGSA

Tema:

TANTANGAN DAN PELUANG UNTUK


MENUJU INDONESIA EMAS
(Masukan ITB untuk Calon Presiden 2024)

Topik:
Energi, Carbon Capture, Pendidikan Tinggi,
AI dan ICT, Ketahanan Pangan

Diselenggarakan oleh:

FORUM GURU BESAR ITB

TANGGAL: 17 JANUARI 2023

BALAI PERTEMUAN ILMIAH ITB


JL. DIPATI UKUR NO. 4, BANDUNG

1
KATA PENGANTAR
Awal tahun 2024 ini merupakan momentum yang sangat pen4ng dan menentukan bagi bangsa
Indonesia untuk memilih pemimpin nasionalnya yang terbaik melalui Pemilu 2024. Kita sebagai
warga negara turut terpanggil untuk berpar4sipasi ak4f dalam menyukseskan Pemilu ini. Kita semua
sangat berharap bahwa Pemilu 2024 ini dapat berlangsung dengan baik, jujur dan adil serta
bermartabat dengan tetap menjaga keamanan serta persatuan bangsa. Hanya dengan Pemilu yang
bermartabat dan berkualitas, kita dapat menghasilkan pemimpin bangsa yang terbaik dan insyaAllah
amanah untuk membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.

Siapapun yang menjadi presiden RI 2024-2029 akan menghadapi tantangan yang 4dak mudah
dalam mengantarkan Indonesia menjadi negara yang maju, berdaulat, kuat, dan menjadi salah
satu negara yang berpendapatan 4nggi dengan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.

FGB ITB dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya merasa terpanggil untuk
memberikan sumbangsih pemikiran dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Berkenaan dengan hal itu, FGB ITB menyelenggarakan webinar Kontribusi ITB untuk Bangsa
(dalam dua seri: 17 dan 24 Januari 2024), dengan tema Tantangan dan Peluang untuk
Menuju Indonesia Emas, yang dimaksudkan untuk menyampaikan pemikiran FGB ITB kepada
Calon Presiden RI 2024. Webinar seri pertama (17 Januari 2024) memberikan fokus pada
bidang energi, carbon capture, pendidikan, teknologi informasi dan ketahanan pangan.
Sedangkan, pada seri kedua (24 Januari 2024), kita berikan fokus pembahasan pada bidang
teknologi kesehatan, teknologi transportasi, sistem transporasi publik dan SDM
(entrepreneurship).

Ringkasan Eksekutif ini merupakan hasil rekomendasi pemikiran FGB ITB yang disampaikan
dalam penyelenggaraan Seri Webinar Kontribusi ITB untuk Bangsa seri pertama, tanggal 17
Januari 2024. Bidang pembahasan meliputi: Energi, Carbon Capture, Pendidikan Tinggi, AI dan
ICT, dan Ketahanan Pangan. Adapun, rekaman video dari acara ini tersimpan dalam kanal
Youtube FGB ITB.

Kami berharap bahwa pemikiran dan sumbangsih FGB ITB ini dapat dijadikan pertimbangan
dalam menyusun program kerja Capres RI 2024.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Komisi III FGB ITB “Solusi Permasalahan
Bangsa” yang diketuai oleh Prof. Ir. Benyamin Sapiie, Ph.D atas terselenggaranya acara
webinar ini. Kami juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada para pembicara: Prof.
Irwandy Arif (Guru Besar Purnabakti FTTM ITB), Prof. Djoko Santoso (Guru Besar Emeritus
FTTM ITB), Prof. Akhmaloka (Guru Besar FMIPA ITB), Prof. Bambang Riyanto Trilaksono (Guru
Besar STEI ITB), dan Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha (Guru Besar SITH ITB) atas perkenannya
untuk berbagi ilmu dan pemikiran yang kami yakin akan banyak memberikan manfaat bagi
masyarakat dan bangsa.

Bandung, 17 Januari 2024

Ketua Forum Guru Besar ITB


Prof. Edy Tri Baskoro, MSc., Ph.D

2
KETAHANAN ENERGI BATUBARA DAN MINERAL DI INDONESIA

Oleh:
Prof. Irwandy Arif
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung (ITB)

17 Januari 2024

Penggunaan cadangan batubara Indonesia diperkirakan masih dapat berkembang hingga


tahun 2050, seiring dengan berkembangnya penggunaan energi baru terbarukan (EBT) di
Indonesia. Saat ini permintaan global akan Batubara masih 4nggi, terutama akibat
peningkatan permintaan dari India, China, dan negara Asia lainnya. Oleh karena itu, pasar
ekspor Batubara Indonesia juga diperkirakan masih dominan.

Indonesia sendiri memiliki sumberdaya dan cadangan batubara yang cukup besar, dengan
total sumberdaya batubara di Indonesia mencapai 99 miliar ton dan jumlah cadangan
batubara sekitar 35 miliar ton. Perkiraan umur cadangan batubara di Indonesia, jika
diasumsikan produksi batubara sebanyak 600 juta ton/tahun, sekitar 58 tahun.

Pemerintah telah menetapkan peta jalan transisi energi menuju netral karbon pada tahun
2060, melalui pengembangan energi baru dan terbarukan secara besar-besaran. Kenda4
demikian, industri batubara di Indonesia tetap dapat bertahan dengan catatan:

1. Mengingat dan memperha4kan 4ngginya konsentrasi PLTU di Asia


2. Penggunaan Clean Coal Technology dalam rangka menurunkan emisi karbon, seper4
Ultra Super Cri5cal (USC) dan Intergrated Gasifica5on Combined Style (IGCC).
3. Penggunaan Carbon Capture, U5liza5on, and Storage (CCUS)
4. Penerapan co-firing biomassa pada PLTU exis5ng
5. Pengembangan peningkatan nilai tambah batubara.

Ekosistem industri bateral dan kendaraan listrik saat ini sedang dikembangkan di Indonesia.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekosistem tersebut, diperlukan pengembangan
beberapa mineral kri4s dengan penuh keha4-ha4an seper4 nikel, kobalt, tembaga,
aluminium, dsb.

Beberapa rencana yang dapat diterapkan untuk mengop4malkan pengelolaan dan


penggunaan mineral kri4s di Indonesia, antara lain:

1. Menambah dan mengembangkan ak4vitas eksplorasi komoditas mineral kri4s di


Indonesia
2. Pemberian fasilitas fiskal untuk mendukung percepatan pengembangan industri
mineral kri4s
3. Pembangunan infrastruktur berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam
menunjang pengelolaan mineral kri4s di Indonesia

3
4. Memperkuat kerja sama internasional dan memanfaatkan kerja sama tersebut
untuk pengembangan industri mineral kri4s

Terkhusus untuk mineral kri4s nikel, sangat diperlukan penambahan jumlah sumberdaya dan
cadangan dengan meningkatkan kegiatan eksplorasi secara intensif.

4
MEMANFAATKAN TEKNOLOGI CCS/CCUS UNTUK MENUJU “NET
ZERO EMISSION” (NZE)
Oleh:
Prof. (Em ITB) Djoko Santoso
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung

17 Januari 2024

Sekarang ini, kita menghadapi masalah global yaitu kita harus dapat menyeimbangkan antara
kesejahteraan yang memanfaatkan sumberdaya bumi dan sustainabilitas lingkungan. Data
(IEA, 2023) menunjukkan bahwa Indonesai telah mencatat kemajuan yang luar biasa sejak
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 antara lain, (Data IEA, 2023) GDP kita naik 10
kali lipat, kemiskinan menurun hingga 10%, ekonomi masuk 7 besar, jumlah penduduk ke 4 di
dunia, pengekspor batubara terbesar, pengguna energi ke 12 terbesar, pengekpor batubara
terbesar di dunia, konsekuensinya ialah Indonesia menjadi negara ke 9 emider terbesar C02.
Indonesia masih sangat tergantung kepada energi fosil, sehingga emisi yang diasilkan
mencapai 600 Mt atau kira-kira 2 ton/kapita. Ini merupakan tantangan kita, karena sangat
berpengaruh kepada sustainabilitas leingkungan kita. Oleh karena itu Kementerian ESDM
melakukan transformasi menuju ekonomi maju 2045 yaitu:

- Melakukan Diversifikasi Ekonomi, Ekonomi yang didorong oleh pengetahuan,


teknologi dan inovasi, serta Pengembangan energi bersih, yaitu energi transisi
termasuk geothermal dan penggunaan energi fosil yang rendah karbon misal clean
coal technology, PPK/P3K (CCS/CCUS), co-firing biomass, diversifikasi industry
batubara di hilir).

Dalam kaitan dengan energi telah terjadi kenaikan tajam dalam konsumsi energi seiring
dengan kenaikan jumlah penduduk. Di Indonesia terlihat dari status konsumsi minyak telah
melampaui dan produksinya. Batubara kita juga dimanfaatkan secara luar biasa. Akibatnya
emisi gas CO2 semakin 4nggi. Fenomena ini merupakan hal umum di dunia dimana kenaikan
GDP berkorelasi dengan kenaikan konsumsi energi dan berkorelasi pula dengan emisi CO2.

Untuk merencanakan untuk mencapai NZE tahun 2060 namun kita masih sangat tergantung
energi fosil hingga 90%. CCS/CCUS merupakan teknologi untuk menurunkan CO2 dalam skala
besar dan dapat dimanfaatkan untuk reduksi CO2 pada sector industri, pembangkitan tenaga
listrik dan transportasi. Usaha yang dapat dilakukan misalnya elektrifikasi kendaraan
meskipun sering kita merasa sudah berhasil menurunkan emisi karbon, namun kenyataannya
listrik yang digunakan untuk mengisi badery masih menggunakan energi fosil. Oleh karena itu
harus diterapkan teknologi yang yang mampu menurunkan emisi dalam sekala besar
termasuk yaitu CCS/CCUS. Kita harus mereduksi karbon untuk berbagai produk karena
asesmen akan dilakukan secara menyeluruh, misalnya mobil listrik dapat menghasilkan emisi
karbon yang 4nggi ke4mbang mobil motor bakar, karena komponennya memilki jejak karbon
yang 4nggi.

5
Tantangan kita ke depan untuk pemenuhan sumberdaya energi, harus mengarah kepada NZE,
Dalam hal ini Indonesia (KESDM) telah menerapkan lima prinsip utama untuk mengurangi
jejak karbon (carbon footprint), yaitu:

- Peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan seper4 bioenergy, hidroenergi,


matahari, angin, dan geothermal.
- Pengurangan penggunaan energi fosil.
- Penggunaan kendaraan listrik untuk sector transportasi,
- Peningkatan penggunaan perangkat listrik untuk rumahtangga dan industry, dan
- Penggunaan teknologi CCS dan CCUS.

Sementara itu kita memiliki target Energy Mix (kini lebih popular dengan transisi energi), yaitu
pada tahun 2025 kita akan menggunakan energi 400MTOE, dimana EBT 23%, Minyak 25%,
Gas 22% dan Batubara 30%, sehingga pada tahun 2050 diproyeksikan menjadi EBT 31%,
Minyak 20%, Gas 24, Batubara 25%.

Dalam mereduksi karbon, negara-negara maju di dunia mengurangi emisi karbon yang dari
penggunaan energi fosil, dengan memanfaatkan teknologi CCS/CCUS. Teknologi CCS/CCUS
secara garis besar adalah menangkap emisi CO2 hasil dari berbagai kegiatan industri termasuk
industri migas, transportasi maupun pembangkitan tenaga listrik. Setelah ditangkap kemudian
diinjeksikan kebawah permukaan untuk disimpan. Lokasi untuk penyimpanan adalah reservoir
minyak atau gas bumi yang telah lanjut. Untuk Indonesia CCUS pada produksi migas di
Indonesia, dapat digunakan untuk pengingkatan produksi sebagai EOR atau EGR, karena masih
banyak minyak dan gas bumi yang tersimpan pada lapisan-lapisan reservoir kita.

Pembelajaran sangat berharga kita peroleh ke4ka ITB dan Kyoto University memenangkan
SATREP (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development) di tahun
2012 dengan nilai Yen 500 juta dengan proporsi 60% ITB dan 40% Kyoto University. Peneli4an
yang kita usulkan ialah awalnya studi CCS untuk Area Gundih yang terletak di sekitar Cepu,
melipu4 Lapangan Kedungtuban, Randublantung dan Kedunglusi. Diawalnya peneli4an
diarahkan untuk CCS melalui Sumur Japon 1. Namun setelah dilakukan peneli4an terkait
dengan intergitas sumur, maka karena desain sumur 4dak untuk injeksi CO2 hasilnya
meragukan karena kemungkinan akan terjadi kebocoran. Oleh karena itu peneli4an
dilanjutkan untu membuat sumur baru dengan tetap memanfaatkan CO2 yang berasal dari
Gundih CPP, yang pada saat ini menghasilkan 800 Tpd CO2. Dimasa yang akan datang akan
diinjeksikan ke Struktur Kedungtuban sejumlah 3 juta ton dalam 10 tahun. Dari hasil simulasi
akan menghasilkan kenaikan produksi 5,4% sebanyak 14 BSCF selama 10 tahun yang kira-kira
ekivalen dengan USD 60 juta. Sering beberapa fihak mempertanyakan tentang CCS/CCUS ini
dengan alasan biaya yang 4nggi. Biaya yang 4nggi ialah pada proses penangkapan CO2, oleh
karena itu pemecahannya melalui peran para ahli kita untuk melakukan pengembangan
teknologi, Kerjasama, ber4ndak sebagai CCS/CCUS Hub dan pemberian incen4ves.

Indonesia merupakan negeri batubara, sehingga pemanfaatan untuk sebagai sumber energi
untuk pembangkit tenaga rela4ve pen4ng. Namun demikian jika pada lokasi-lokasi
pembangkit tenaga tadi dilakukan CCS/CCUS, maka mes4nya bisa kompe44f. Khusus untuk

6
Indonesia, ada keberuntungan dimana biasanya lokasi pembangkit tenaga tersebut terletak
dengan lapangan-lapangan minyak atau gas kita.

Indonesia telah mendeklarasikan untuk memenuhi NDC dengan mengurangi GHG 29% pada
2030 dengan usaha mandiri atau hingga 41% dengan dukungan internasional termasuk
dengan teknologi CCS/CCUS.

Kemungkinan Indonesia untuk menjadi hub penyimpanan CO2 juga sangat menjanjikan.
Sebagai contoh hasil studi yang dilakukan oleh JOGMEC dan Halliburton. Kajian dilakukan
untuk wilayah Asia Tenggara. Ar4nya dalam kerangka pemanfaatan teknologi CCS, banyak
negara maju ingin menfaatkan lapangan lapangan migas yang ada di Asia Tenggara. Negara-
negara tersebut akan saling berkompe4si di masa depan. Untuk Indonesia kapasitas “storage”
sesuai kajian Lemigas (2023) sebesar 8.023 Mt., sedangkan “prospec4ve storage resources”
mencapai 590.76 GT.

Target Indonesia mengurangi emisi karbon dalam 20 tahun (2010-2030) sekitar 314-398 MT
CO2. Ada banyak sumber CO2 yang dapat dikurangi a.l. Lapangan Gundih, Tangguh, Jawa
Timur, Kalimantan Timur, Tanjung Enim dan pembangkit tenaga. Jika CCS/CCUS diterapkan,
maka akan dapat mengurangi hingga 40% dari sector energi.

Teknologi CCS/CCUS ini akan digunakan dalam jangka Panjang, bahkan dari scenario IEA, 2023,
pada tahun 2070 CCUS bereperan mereduksi CO2 hingga 19,61% dari total sebesar 35.12 GT
yang setara dengan penggunaan EBT lainnya diluar hydrogen, bioenergy, elektrifikasi dan
usahal peralihan lain. IEA 2023 juga memberikan gambaran nyata tentang peran CCS dan CCUS
hingga tahun 2070. Ar4nya untuk pemenuhan energi dunia, hingga tahun 2070 batubara
masih digunakan namun dengan catatan menggunakan menggunakan CCUS, jelas peran
insinyur geofisika diperlukannya. Skenario untuk penangkapan karbon dan pengurangan
Emisinya menurut IEA, 2023, untuk emisi C02 sebesar 33.7 GT yang berasal dari energi fosil,
CCS masih rela4ve kecil sebesar 0.04 GT, 2030 emisi energi fosil 26.9 GT, CCS 0.6 GT, 2050,
emisi total 9.4 emisi fosil 10.2, CCS 4.4 GT. Tahun 2070, emisi NZE, energi fosil 9.6 GT, CCS 6.6,
CCUS 0.3. Pada saat itu sekitar 3GT emisi dapat diatasi melalui berbagai tumbuhan maupun
hitungan emisi nega4ve.

Melalui penerapan teknologi CCS/CCUS pada era Pre Industrial, Era Batubara dan Era Migas,
kita hanya berfikir pemenuhan sumberdaya bumi energi, namun pada Era “Renewable”, kita
harus berfikir tentang sustainabilitas lingkungan dengan memanfaatkan teknologi CCS/CCUS,
karena mampu menurunkan emisi karbon dalam skala besar.

7
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI MENUJU INDONESIA EMAS:
SEBUAH PEMIKIRAN
Oleh:
Prof. Akhmaloka, Ph.D
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung (ITB)

17 Januari 2024

Indonesia Emas 2045 merupakan gagasan yang memposisikan Indonesia menjadi negara
maju, modern, dan sejajar dengan negara adidaya di dunia, sekaligus mewujudkan
kesejahteraan rakyat Indonesia yang lebih baik dan merata dengan kualitas manusia yang
lebih 4nggi, serta menjadi salah satu dari lima kekuatan ekonomi terbesar dunia. Melihat
kondisi Indonesia saat ini, jalan panjang menuju Indonesia Emas masih jauh dari gapaian.
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang direfleksikan oleh 4ngkat pendidikan
usia produk4f, sudah pas4 menyulitkan Indonesia untuk melakukan lompatan. Hanya 13% dari
angkatan kerja Indonesia saat ini telah mengenyam pendidikan 4nggi. Dalam hal ini,
pendidikan adalah tulang punggung untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh
guna mewujudkan Indonesia Emas 2045. Namun, pada kenyataannya, pendidikan yang
menjadi tulang punggung untuk menghasilkan sumber daya manusia tangguh di Indonesia
maju jauh dari cukup dari segi kualitas.

Kondisi pendidikan 4nggi Indonesia saat ini selain ditandai oleh sebaran perguruan 4nggi yang
jauh dari merata, juga terjadi disparitas kualitas perguruan 4nggi. Pada tahun 2023, jumlah
perguruan 4nggi di Indonesia sebanyak 4481 perguruan 4nggi dengan status akreditasi
perguruan 4nggi sebanyak 3,39% peringkat A/unggul, 34,24% peringkat B/baik sekali, dan
61,83% peringkat C/baik. Jumlah program studi saat ini berjumlah 29.831. Namun hanya
22,73% merupakan bidang teknik dan MIPA (Matema4ka dan Ilmu Pengerahuan Alam) dan
77,27% adalah program studi bidang pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi, pertanian,
agama, humaniora, dan seni. Sementara itu, 70% lapangan pekerjaan di Indonesia
membutuhkan lulusan bidang teknik dan MIPA. Selain itu, kinerja riset dosen dari perguruan
top Indonesia masih ter4nggal cukup jauh dari dosen sejumlah perguruan 4nggi di negara
tetangga, seper4 Malaysia, Thailand, apalagi Singapura. Perbedaan mencolok antara
Indonesia dengan negara tetangga adalah dalam hal investasi pada infrastuktur riset dan
kesejahteraan bagi para dosen. Regulasi dan kebijakan yang berubah terlalu cepat
mengakibatkan 4dak tercapainya tujuan pendidikan nasional, misalnya dalam aspek
pendanaan, sekaligus menimbulkan ke4dakpas4an hukum.

Untuk mendukung cita-cita Indonesia, pendidikan 4nggi harus dapat mempersiapkan SDM
untuk masa dapan. Selain perkembangan keilmuan, globalisasi juga cenderung
menghilangkan sekat geografis. Salah satu dampaknya adalah terbentuknya megacity di
Indonesia dengan berbagai tantangan dan permasalahannya. Perguruan 4nggi 4dak cukup
menghasilkan SDM yang tangguh dalam membangun bangsa saja, tetapi juga harus mampu
menjaga nilai moral dan e4ka dalam menjalankan profesi dan pekerjaannya masing-masing.
Penguatan pendidikan karakter semakin mendesak karena derasnya arus informasi yang 4dak

8
terbendung akibat perkembangan sains dan teknologi yang semakin pesat. Selain pendidikan
karakter, hal pen4ng yang perlu diperha4kan adalah upaya mengembangkan kompetensi
lifelong learning.

Berdasarkan analisa kondisi saat ini dan perkembangan di masa depan, rekomendasi arah
kebijakan pendidikan 4nggi untuk mendukung Indonesia Emas 2045 adalah melalui melalui
kebijakan mission differen5a5ons (universitas peneli4an, universitas pengajaran, pendidikan
vokasional, pendidikan profesi, dan pendidikan keguruan), pendirian ins4tut teknologi baru
dan penguatan perguruan 4nggi yang telah ada, dan didukung dengan regulasi dan alokasi
anggaran yang lebih adil dan efek4f, serta tata kelola dan kebijakan otonomi perguruan 4nggi,
sebagaimana rekomendasi berikut:

1. Differensiasi misi atau mandat perguruan tinggi yang meliputi:

a. Universitas penelitian (research university) untuk melakukan lompatan inovasi dan


meningkatkan reputasi global.
b. Universitas pendidikan (teaching university) merupakan kelompok perguruan tinggi
terbanyak untuk tujuan meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka menyiapkan
human capital (SDM) yang unggul.

c. Perguruan tinggi dengan pendidikan vokasi (Politeknik) secara khusus perlu diperkuat
untuk memperkuat industri nasional dalam memproduksi produk lokal. Pada tahap
awal industrialisasi, dukungan SDM yang mampu melaksanakan reverse engineering
sangat dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri nasional, untuk menghasilkan
produk dengan material lokal sesuai kebutuhan, guna mengurangi impor. Foreign
Direct Investment (FDI) dari mitra internasional juga akan terbantu dengan
tersedianya tenaga terampil untuk membangun bersama industri nasional.
d. Universitas dengan pendidikan profesi. Umumnya merupakan universitas penelitian
dan/atau universitas pendidikan yang melengkapi diri dengan Pendidikan Profesi
untuk menghasilkan tenaga kerja ahli profesional (kesehatan, insinyur, guru/dosen,
penegak hukum, akuntan publik, dan lainnya).
e. Universitas pendidikan keguruan. Perguruan tinggi dengan pengalaman dan
keunggulan dalam mendidik calon guru pendidikan dasar dan menengah - dahulu
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) - dapat kembali diberikan mandat khusus
untuk mengembangkan pendidikan calon guru dan program peningkatan mutu
pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia.

2. Pendirian institut teknologi baru termasuk pendidikan vokasi dan/atau penguatan


perguruan tinggi yang telah ada (melalui penugasan) yang menitikberatkan pada
penguatan program studi dan riset STEAM yang berkualitas, terutama di luar Jawa.
Pendirian institut teknologi baru dan penguatan perguruan tinggi yang telah ada
berorientasi untuk mempersiapkan SDM yang mampu mengolah sumber daya alam
kekhasan masing-masing daerah untuk mengembangkan bidang-bidang strategis.

9
3. Penataan regulasi dan alokasi anggaran pendidikan yang lebih efektif dan adil. Anggaran
pendidikan, secara efektif dan adil, dialokasikan untuk penyediaan bantuan pendidikan
dan beasiswa untuk jenjang pendidikan sarjana dan pascasarjana, baik yang bersumber
dari APBN maupun dari APBD. Distribusi alokasi anggaran untuk perguruan tinggi perlu
mempertimbangkan misi yang diemban perguruan tinggi (mission differentiation) dan
penugasan yang diberikan oleh pemerintah untuk menghasilkan tenaga terdidik yang
unggul dalam bidang STEAM. Anggaran pendidikan tinggi dapat dikelola secara lebih
proporsional di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Oleh karenanya, Kemdikbudristek dapat lebih efektif berperan dalam
mengatur kebijakan dan pengalokasian anggaran untuk pendidikan dan pendidikan tinggi.

4. Tata kelola dan kebijakan otonomi perguruan tinggi yang mendukung pengembangan dan
kemandirian pengelolaan yang berbasiskan kualitas output. Menanggapi isu PTN
Berbadan Hukum (PTNBH) dan Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (BLU) saat
ini, peran pemerintah menjadi kunci sebagai regulator yang profesional dalam
memberikan kebijakan otonomi dan kewenangan pada perguruan tinggi, terutama dalam
hal pendanaan yang berbasis kualitas output, serta menciptakan kepemimpinan
akademik yang good governance.

Demikian empat rekomendasi yang diusulkan sebagai penentu untuk pengembangan


pendidikan 4nggi menuju Indonesia Emas 2045.

10
11
MEMBANGUN KEMANDIRIAN TEKNOLOGI DIGITAL & AI DALAM
MENDUKUNG AKSELERASI TRANSFORMASI DIGITAL INDONESIA
Oleh:
Prof. Bambang Riyanto Trilaksono
Sekolah Teknik Elektro dan Informa4ka, ITB
Center for Ar4ficial Intelligence, ITB

17 Januari 2024

Tidak dapat dipungkiri teknologi digital memegang peran sentral dan kri4s dalam berbagai
aspek kehidupan manusia. Belakangan teknologi AI (Ar5ficial Intelligence) berkembang
dengan sangat pesat, khususnya setelah ChatGPT diluncurkan oleh OpenAI, dan telah
mendisrupsi banyak kegiatan manusia. Teknologi digital dan AI berperan sangat pen4ng dalam
mendukung akselerasi transformasi digital Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas pada
Tahun 2045.

Dalam konteks teknologi dan ekonomi digital, Indonesia memiliki kekuatan, kelemahan,
ancaman dan tantangan:

1) Kekuatan : a) startup digital tumbuh & berkembang maju di ASEAN, b) pasar ekonomi
digital sangat besar, c) ada potensi pertumbuhan GDP yang dipicu oleh teknologi &
ekonomi digital, d) Indonesia juga kaya akan masalah khas/lokal
2) Kelemahan : a) peringkat Indonesia dalam digital compe55veness & AI-readiness index
cukup rendah, b) kesenjangan digital, terutama daerah 3T, (terluar, terdepan,
ter4nggal), c) infrastruktur & kecepatan akses baik fixed broadband & mobile yang masih
tergolong rendah, d) kesenjangan talenta digital, e) industri digital belum cukup
berkembang, f) riset dan inovasi dalam teknologi digital & AI masih lemah, g) adopsi
teknologi digital di berbagai ins4tusi dan perusahaan masih rela4f rendah
3) Ancaman : a) banjir Produk ICT dari luar negeri di pasar domes4k, b) negara lain
memiliki visi dan strategi teknologi dan ekonomi digital yang telah dijalankan, c) negara
lain memiliki R&D dan inovasi 4nggi dalam teknologi digital & AI, d) negara lain memiliki
infrastruktur ICT yang maju (khususnya jaringan komunikasi data, fasilitas komputasi,
data center, cloud), e) adanya ancaman cybersecurity
4) Peluang : a) visi E-commerce, E-government, E-society, b) bonus demografi, c) pasar
ekonomi digital tumbuh pesat, d) perkembangan baru teknologi digital (IoT, Blockchain,
Digital Twin, VR/AR, AI, Quantum Informa5on, Robo5cs, dll) yang memberikan peluang
pengembangan dan adopsi

Dalam kerangka mencapai Indonesia Emas pada Tahun 2045, Indonesia sebenarnya telah
memiliki strategi nasional dalam ekonomi digital yang diluncurkan pada Tahun 2023. Dalam
bidang AI, Indonesia juga telah meluncurkan strategi nasional kecerdasan ar4fisial yang
diluncurkan pada Tahun 2020, dimana penulis terlibat sebagai salah satu anggota 4m
penyusun.

12
Namun demikian, kedua strategi nasional ini perlu direvisi atau perlu dilengkapi dengan
memper4mbangkan kemajuan dalam teknologi digital seper4 virtual reality, augmented
reality, cybersecurity dan block-chain, digital twin, genera5ve AI, robo4ka, internet of things,
quantum informa5on dan lain-lain. Di sisi lain, industri digital belum tumbuh atau memiliki
TKDN rendah. Sebagai contoh belum ada industri semikonduktor yang akan mendukung
teknologi dan ekonomi digital, demikian juga industri laptop dan hp masih memiliki TKDN
sangat rendah.

Suatu pendekatan diusulkan dalam penyusunan strategi nasional untuk menuju Indonesia
Digital. Pendekatan ini dimulai dengan mengiden4fikasi posisi Indonesia dalam perspek4f
digital valuechain dan archetypes. Dalam perspek4f digital value-chain perlu diiden4fikasi
kategori sebagai : 1) technology design & product development, 2) produc5on, 3) trade, 4)
consump5on. Dalam perspek4f archetypes perlu diiden4kasi kategori sebagai : 1) digital
innova5on hub, 2) digital efficient prosumer, 3) digital service powerhouse, 4) digital global
factory, 5) digital business hub, 6) digital patron, 7) digital novice, atau merupakan kombinasi
dari kategori ini, namun perlu menetapkan dominasi atau prioritasnya pada kategori tertentu.
Selanjutnya mengenali best-fit strategy, mengembangkan peta jalan kebijakan, dan akhirnya
menyusun langkah-langkah kedepan untuk transisi menuju Indonesia digital yang ingin
dicapai, secara lebih khusus misalnya transisi dari digital patron menjadi digital business hub
atau digital global factory. Pada tataran lebih teknis, perlu kiranya memahami bahwa pada
hampir semua teknologi digital dikenal dengan apa yang disebut sebagai technology stack.
Sebagai contoh dalam teknologi AI dikenal AI SW stack, AI HW stack, AI technology
components stack dan AI system on chip stack. Pemahaman terhadap digital technology stack
ini dipandang pen4ng untuk menetapkan strategi yang terkait dengan pengembangan
talenta, riset dan pengembangan, ekosistem inovasi, adopsi teknologi, industri digital,
kebijakan dan investasi teknologi digital.

Sambil meng-update strategi nasional ekonomi digital dan AI, beberapa rekomendasi terkait
pengembangan teknologi digital yang pen4ng disampaikan sebagai berikut:

a) Rekomendasi Umum
• Visi & Strategi Nasional.
o Visi & Strategi transformasi digital yang komprehensif, dinamis, terintegrasi, dan
berkelanjutan
o Penyusunan peta jalan membangun kemandirian dalam teknologi digital
berdasarkan iden4fikasi digital value chain & archetypes
o Kebijakan yang mendukung kemandirian dalam teknologi digital dan percepatan
transformasi digital
• Investasi Teknologi Digital.
o Investasi dalam infrastruktur digital (networks, super-computer cluster, cloud,
data center, edge compu5ng, perangkat lunak).
o Grand challenges
o Skema PPP (public private partnerships) dalam mendukung ekosistem inovasi
dan industri digital
• Riset dan Inovasi Teknologi Digital.
o Fasilitasi ekosistem inovasi dan kerjasama mul;ple helix (pemerintah, swasta,
akademisi, komunitas, media dll).

13
o Pemetaan dan pembangunan pusat unggulan yang bersinergi
o Pengembangan dan manfaatan technology stack
o Memprioritaskan Open Source (Open SW, Open HW, Open Firmware)
• Talenta Digital
o Pembelajaran ICT di sekolah
o PT dengan fokus teknologi digital
o Computa5onal thinking & AI mindset
o ICT litera5on/course/training/workshop di pemerintah & swasta
• Ekosistem Inovasi
o Penguatan ekosistem inovasi digital
o Penguatan riset dan pengembangan teknologi digital
• Industri Digital
o Menetapkan kebijakan pengembangan industri digital
o Menyusun pengembangan industri digital sesuai dengan technology stack
o Industri 4.0/5.0 di industri manufaktur prioritas (elektronika, makanan-minuman,
otomo4f, teks4l, kimia)
• Ekonomi Terdigitalisasi
o Menetapkan sektor prioritas (energi, smart agriculture, kesehatan, ketahanan
pangan, mari4m, transportasi, smart city, e-government)

b) Rekomendasi khusus

• Microelectronics
o Pembangunan microelectronics (electronics chip) design
o Pengembangan industri semikonduktor
• Quantum Informa4on
o Pengembangan kapasitas dan kapabilitas dalam quantum security, quantum
communica5on dan quantum compu5ng
• Ar4ficial Intelligence
o Pengembangan kapasitas dan kapabilitas dalam bidang AI : computer vision,
natural language processing, big data analy5cs, robo5cs & autonomous system,
genera5ve AI
o Pembangunan Infrastruktur, khususnya High Performance Compu4ng untuk
pengembangan model AI, pengelolaan data, talenta, riset & inovasi industri
o Pengembangan AI usecases dalam bidang energi, pangan, kesehatan, layanan
publik, smart city & mobility, industri prioritas, pendidikan dan riset,
kebencanaan, hankam
• Cybersecurity & Blockchain
o Perlu legal framework keamanan data
o Peningkatan kapasitas dan kapabilitas dalam mengiden4fikasi aspek dan risiko
kri4s dan memproteksi dan mendeteksi events/incidents keamanan
o Mencakup keamanan aplikasi, jaringan, komputer, H/W
o Pengembangan blockchain secara mandiri dan penerapannya di berbagai bidang
untuk transparansi transaksi
• Networks
o Peningkatan kecepatan jaringan (mobile & fixed broadband)

14
o Akses jaringan di daerah terpencil & 3T
• Industri HW, SW
o Percepatan industri HW/SW
o Penguatan ekosistem industry HW/SW
• Industri Laptop
o Akselerasi industri laptop dan gadget dengan TKDN 4nggi dan value chain-nya
o Local brand & local OEM (Original Equipment Manufacturer)
o Indonesia sebagai hub OEM & ODM (Original Design Manufacturer) Asean

ITB telah melakukan riset dan mengembangkan inovasi dalam bidang teknologi digital dan AI,
mencakup microelectronics, embedded system, pengembangan handphone dan laptop
dengan TKDN 4nggi, radar dan komunikasi data, alat-alat biomedika, virtual reality,
augmented reality, metaverse, robo4ka dan kendaraan otonom, AI computer vision, natural
language processing dan speech processing yang mendasarkan pada AI, big data analy5cs,
smart city, berbagai aplikasi perangkat lunak, smart grid, smart farming, dan berbagai aplikasi
teknologi digital pada beragam bidang. Sebagai perguruan 4nggi sains dan teknologi
terkemuka di Indonesia, ITB siap berkontribusi dalam pengembangan teknologi digital & AI
dalam mengakselerasi transformasi digital menuju Indonesia Emas 2045.

15
EFISIENSI PROGRAM PANGAN BERBASIS BIORENIK RAMAH
LINGKUNGAN

Oleh:
Prof. I Nyoman P. Aryantha
Bioteknologi Mikroba
Sekolah Ilmu dan Teknologi Haya4
Ins4tut Teknologi Bandung (ITB)

17 Januari 2024

ABSTRAK

Sunatullah kehidupan di planet bumi didominasi oleh keragaman spesies biorenik (mikroba).
Sewajarnya kita mengop4malkan peran mikroba dalam berbagai aspek kehidupan kita
termasuk dalam penyediaan pangan dari hulu sampai hilir. Terkait sumber bahan pangan
utama (karbohidrat), mikroba dapat dijadikan strategi dalam peningkatan produksi pangan
karbohidrat yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Demikian pula dalam pemenuhan
pangan protein, sebagai porsi kuan4tas kedua kebutuhan pangan, mikroba dapat menjadi
solusi alterna4f dalam penyediaan pangan protein yang lebih sehat, lebih efisien dan lebih
ramah lingkungan. Rantai pasok pangan berbasis agen mikroba pula dapat meningkatkan
kegiatan perekonomian di level UMKM yang sangat cocok bagi ketahanan ekonomi
kerakyatan. Konsep dasar dan sekaligus contoh kongkrit terkait program pangan berbasis
biorenik akan disajikan dan dibahas dalam sesi presentasi dan diskusi.

Kata kunci : Ketahanan pangan, karbohidrat, protein, mikroba, biorenik

KELEMBAGAAN PENUNJANG KETAHANAN PANGAN

Sebelum membahas tentang subyek pangan, aspek kelembagaan ketahanan pangan nasional
juga perlu dikri4si keberadaannya disamping aspek lain seper4 potensi sumber daya alam,
infrastruktur sarana-prasarana, sumber daya manusia dan program. Secara kelembagaan
sewajarnya masalah pangan dikoordinasikan oleh sebuah kementerian tersendiri
(kementerian pangan) seper4 halnya kementerian lain. Selama ini di Indonesia belum ada
kementerian khusus bidang pangan, padahal pangan merupakan kebutuhan paling sentral
dalam eksistensi kehidupan bangsa. Secara proses algor4ma sederhana dalam individu
manusia, jika diawali kondisi perut lapar maka rangkaian proses hilir berikutnya akan menjadi
masalah baik aspek fisik atau mental yang dapat menghambat ak4vitas tubuh secara normal.
Demikian juga halnya dalam tatanan hidup bernegara jika pangan kita bermasalah maka
seluruh aspek kehidupan lain dalam berbangsa akan menjadi masalah yang menjadikan
negara 4dak stabil. Kehebatan sis4m pertahanan alutsista modern berbasis robot AI, 4dak
dapat menjamin ketahanan nasional kita jika negara lain melakukan intervensi melalui
penyakit tanaman padi, yang dapat mengganggu ketersediaan pangan pokok beras.

16
Selama ini masalah pangan seolah-olah cukup ditangani oleh kementerian pertanian. Namun
seja4nya 4dak demikian, karena rantai pasok pangan 4dak bisa ditangani sepenuhnya oleh
kementerian pertanian. Kementerian pertanian baru menangani sebagian kecil dari rantai
proses pangan yakni hanya di level hulu, itupun hanya sebagian dari bahan baku proses
budidaya. Sebagian bahan baku pangan adalah berasal dari hasil tangkapan atau pengambilan
langsung dari alam. Demikian juga proses hilir produk pangan hampir sepenuhnya 4dak
ditangani oleh kementerian pertanian melainkan oleh kementerian lain. Secara kalkulasi
sederhana, peran kementerian pertanian 4dak melebihi 40% dari seluruh rantai proses
pangan mulai dari hulu sampai hilir menjadi makanan yang siap dikonsumsi. Masih ada
se4daknya 60% porsi dari rantai proses pangan yang ditangani di kementerian lain yang tentu
membutuhkan koordinasi lebih sulit dari sudut pandang rantai proses hulu-hilir pengadaan
pangan.

Sementara itu, kementerian yang semes4nya lebih beririsan dengan urusan pangan adalah
kementerian kesehatan yang cenderung lebih terkesan mengurusi masalah penyakit secara
kura4f ke4mbang membangun kesehatan masyarakat (prevensi penyakit). Semes4nya
masalah pangan dan kesehatan dipandang sebagai sekeping mata uang logam di satu sisi dan
sisi lain saling melengkapi. Pangan yang cukup dan memadai akan menghasilkan kesehatan
yang baik. Se4daknya jargon yang sangat terkenal “you are what you eat” pen4ng untuk
dijadikan landasan dalam membangunan ketahanan tubuh yang sehat. Pada dasarnya segala
permasalahan gangguan penyakit sesungguhnya disembuhkan oleh sistem imun di dalam
tubuh apabila kecukupan nutrisi (pangan) memadai secara kualitas dan kuan4tas. Adapun
obat dan segala intervensi perlakuan kesehatan yang diberikan dari luar adalah bersifat
memabantu kinerja utama sistem pertahanan dan recovery. OIeh karenanya, berdasarkan
pemikiran tersebut di atas, ada baiknya pemerintah ke depan mengkaji keberadaan
Kementerian Pangan atau se4daknya kementerian kesehatan diubah menjadi Kementerian
Pangan dan Kesehatan.

BIORENIK DALAM REGULASI KEHIDUPAN

Jenis (spesies) mahluk mikroskopis (mikroba) mondominasi seluruh keragaman kehidupan


haya4 di planet bumi. Berdasarkan 4njauan klasifikasi level kerajaan (kingdom) kehidupan
mikroskopis mikroba terbagi menjadi se4daknya 4 kerajaan yang hampir 2 kali kerajaan
mahluk mokroskopis. Cakupan mikroba melipu4 kehidupan sel tunggal 4dak berin4 sampai
yang berin4 sel seja4, ber sel tunggal sampai yang berfilamen mul4 seluler, kelompok
autotroph, litotrof, maupun heterotrof, anaerob obligat sampai aerob. Kehidupan mikroba
mencakup kelompok ekstrimis, parasi4s, antagonis, mutualis4s, baik secara independent
maupun simbiosis obligat. Kelompok eksrimis melipu4 diantaranya kondisi keasaman pH skala
1, temperatur di atas 100oC, paparan radiasi radioak4f lebih dari 1 kGy, dan kondisi kadar
garam di atas 20%.

Dari seluruh keragaman spesies mikroba masing-masing memainkan peran dalam berbagai
sendi kehidupan yang menjadi penopang bertahannya kehidupan di muka bumi. Secara hirarki
aliran masa dan energi bermula dari fondasi mikroba paling rendah ke 4ngkatan lebih 4nggi
sampai kehidupan makroskopis termasuk manusia sebagai puncak piramida. Sebagian dari
keragaman spesies ada yang merupakan obyek yang mengalami proses konversi sebagian ada

17
yang memainkan peran sebagai agen dan fasilitator dalam proses konversi masa dan energi
antar komponen ekosistem. Kinerja sistem kehidupan di alam terjadi secara harmonis dan
seimbang melalui proses adaptasi dan koeksistensi antar komponen ekosistem dalam kurun
waktu yang panjang. Namun demikian melalui rekayasa proses dan pengaturan kondisi
lingkungan dapat diperoleh luaran yang maksimal melebihi kondisi normal.

POTENSI BIORENIK DALAM EFISIENSI PROGRAM PANGAN

Pangan utama yang paling besar porsinya kita butuhkan berbasis unsur adalah karbon organik
berupa senyawa karbohidrat, disusul urutan kedua nitrogen organic dalam bentuk senyawa
protein. Kedua sumber pangan pokok tersebut adalah untuk pemenuhan kebutuhan unsur
makro C dan N sebagai sumber energi dalam ak4vitas biokimia maupun sebagai bahan baku
penyusunan building block senyawa molekul makro dalam proses pertumbuhan, regenerasi
dan pertahanan sel. Selain 2 pangan utama tersebut, juga dibutuhkan unsur mikro, mineral
dan vitamin yang umumnya tercakup sebagai pangan fungsional dan supplemen.

Atas dasar per4mbangan tersebut, pemerintah harus fokus mengelola penyediaan sumber
pangan utama yakni karbohidrat dan protein. Kedua pangan tersebut dibutuhkan dalam
kuan4tas besar bagi seluruh rakyat. Untuk sumber karbohidrat utama direkomendasikan
untuk difokuskan pada komoditas : padi, jagung, singkong, dan sagu sesuai kultur makanan
rakyat Indonesia mulai dari Nusa Tenggara Timur sampai Papua dan sesuai kondisi daya
dukung ekologis sis4m budidayanya. Sementara itu, untuk pemenuhan pangan protein,
disamping op4malisasi pangan protein hewani juga disarankan program penambahan
sumber pangan protein non hewani berbasis biomasa dan proses olahan pasca panen
mikroba. Sementara itu kebutuhan pangan fungsional menjadi fokus kedua program
pemerintah yang bisa digarap bersama masyarakat karena kebutuhannya secara kuan4ta4f
jauh lebih sedikit.

INOVASI BIORENIK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN KARBOHIDRAT

Salah satu inovasi yang diusulkan dalam program pengadaan pangan karbohidrat (sumber
padi) adalah melalui aplikasi mikroba dalam konversi jerami sebagai komponen penyuburan
tanah dan pola penanaman 4 siklus. Dengan strategi ini dapat mereduksi penggunaan pupuk
anorganik minimal 50%. Kandungan unsur kimia (N, P, K) dari jerami yang diproses secara
insitu dengan agen mikroba dapat memenuhi sebagian porsi dari kebutuhan pupuk anorganik.
Dari hasil konversi jerami per ton, mikroba berpotensi menyediakan tambahan unsur hara
yang setara pupuk Urea sebesar 14,4 kg, pupuk SP36 (11,1 kg) dan pupuk KCl (16,9 kg). Dari
data tersebut maka pemberian pupuk anorganik dalam budidaya padi per hektar 4dak lebih
dari 100 kg urea, 25 kg SP36 dan 25 KCl.

Dengan siklus 4 kali penanaman (panen) maka dengan kapasitas luas sawah irigasi yang ada
maka bisa meningkatkan produksi beras minimal 1,5 kali dari kapasitas sebelumnya.
Keberadaan lahan sawah irigasi yang diperkirakan seluas 7,94 juta hektar dengan produksi
rata-rata gabah kering giling 5,38 ton (BPS, 2020), maka produksi beras bisa diperkirakan per
tahun dapat mencapai sekitar 80-110 juta ton. Angka ini jauh di atas angka kebutuhan beras

18
Indonesia pada 2020 yang hanya sekitar 34,86 juta ton. Dari gambaran tersebut, strategi
penanaman 4 siklus berbasis mikroba dapat menjadi solusi peningkatan produksi pangan
karbohidrat (basis beras) dengan efisiensi biaya pupuk yang signifikan untuk penghematan
anggaran subsidi pemerintah.

Di sisi kebutuhan energi dalam pengadaan pupuk, juga memberikan nilai posi4f yang
signifikan dalam pengurangan energi fosil yang berar4 megurangi emisi gas rumah kaca sesuai
dengan program penanggulangan perubahan iklim. Aspek keberlanjutan sis4m pertanian pun
sangat klop dengan inovasi ini, sebagai solusi perbaikan atas degradasi kesuburan lahan
pertanian yang serius belakangan ini akibat praktek pembuangan serta pembakaran jerami.
Dengan menerapkan inovasi ini, maka upaya memelihara kesuburan tanah dapat dilakukan
secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.

INOVASI BIORENIK DALAM PENGAYAAN SUMBER PANGAN PROTEIN

Terkait pangan protein, ada 2 konsep pangan protein yang diusulkan sebagai basis pengayaan
ketahanan pangan yakni pangan protein berbasis biomasa mikroba dan pangan protein
berbasis proses konversi oleh agen mikroba. Sel mikroba terbuk4 mengandung protein yang
setara bahkan juga ada yang melebihi kandungan sel hewan tergantung spesiesnya. Disamping
itu, secara kualita4f kandungan asam amino esensial dari protein mikroba hampir sama
kualitasnya dengan protein hewani. Oleh karenanya, dalam rangka program ketahanan
pangan protein berbasis biomasa dan konversi mikroba dapat dijadikan pelengkap atau
pengaya sumber pangan protein hewani.

Protein biomasa mikroba juga memiliki kelebihan dari sisi kandungan asam lemak. Asam
lemak protein hewani didominasi dari varian asam lemak jenuh yang menjadi sumber
permasalahan penyakit kardio vaskuler (jantung dan stroke), penyebab 4ngkat kema4an
ter4nggi di dunia termasuk di Indonesia. Sis4m budidaya biomasa mikroba adalah termasuk
kegiatan yang ramah lingkungan, dengan nilai carbon foot print yang rendah. Sementara
budidaya biomasa hewan tergolong kegiatan yang 4dak ramah lingkungan karena
menghasilkan nilai carbon foot print yang 4nggi. Bahkan lebih dari itu, sis4m budidaya
kelompok mikroba autotroph termasuk dalam kategori program carbon capture and storage
(CCS) yang menjadi agenda startegis dalam program penanggulangan perubahan ikim.
Kelompok mikroba yang diusulkan dalam hal ini adalah dari jamur dan rumput laut.

Protein berbasis konversi mikroba merupakan strategi kedua yang diusulkan dalam
membangun ketahanan pangan protein nasional. Disamping atas dasar per4mbangan nilai
posi4f biomasa mikroba di atas, strategi ini memiliki nilai posi4f lain yakni dari sisi inovasi
subs4tusi bahan baku yang selama ini menjadi salah satu beban negara dari sisi produk impor.
Protein hasil konversi mikroba yang sudah terkenal di masyarakat, bahkan belakangan menjadi
komoditas pangan favorit di manca negara adalah tempe. Permasalahan nasional yang
dihadapi selama ini adalah ketergantungan bahan baku tempe yang bersumber dari kedele
impor. Fenomena ini menjadikan industri tempe sangat tergantung dari situasi percaturan
poli4k ekonomi global yang 4dak bisa menjamin kestabilan ekonomi dan ketahanan pangan
protein non hewani. Melalui kesempatan ini, ke depan diusulkan program pengembangan
protein hijau (green protein) berbasis bahan baku selain kedelai seper4 : buah nangka, sukun,

19
daun kelor, daun singkong dan lain-lain. Melalui program ini sekaligus akan menumbuhkan
ak4vitas UMKM dalam rantai pasok program green protein.

20

Anda mungkin juga menyukai