Anda di halaman 1dari 12

PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

STUDI EKSTRAKSI SILIKON DARI PASIR SILIKA INDONESIA DENGAN METODE


METALOTERMIK

Lulu Intan Fatmawati*, Abdul Latif, Fahrizal Surya Nanda

Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Teknologi Bandung, (FTTM-ITB)
*E-mail: luluintan_fatmawati@students.itb.ac.id

ABSTRAK

Pembangkit listrik di Indonesia mayoritas masih menggunakan bahan bakar fosil sehingga
menghasilkan gas buang dalam jumlah besar terutama gas CO2. Gas tersebut merupakan gas rumah
kaca sehingga dibutuhkan sebuah solusi untuk menangani hal ini. Salah satu solusi tersebut yakni
pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Diantara pemanfaatan EBT tersebut, Indonesia
memiliki peluang yang besar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena negara ini
terletak di garis khatulistiwa. Saat ini, material yang umum digunakan untuk PLTS adalah silikon.
Pada tahun 2019, produksi silikon dunia mencapai 7 juta ton. Menurut data BPS, Indonesia hingga
saat ini belum memproduksi produk tambang silikon seperti paduan silikon maupun silikon murni
padahal memiliki potensi bahan baku berupa silika sekitar 17 miliar ton yang tersebar hampir di
seluruh indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besar perolehan ekstraksi silikon dari
pasir silika Indonesia dengan metode metalotermik. Komposisi pasir silika yang digunakan berasal
dari beberapa daerah di Indonesia yang memiliki kadar silika tinggi. Simulasi proses dilakukan
dengan menggunakan aplikasi FactSage dengan 3 reduktor berbeda yaitu magnesium, kalsium, dan
aluminium pada temperatur operasi 700-1200°C dengan tahapan 50°C. Spontanitas reaksi dapat
dilihat dari nilai Energi Bebas Gibbs yang diperoleh dari FactSage. Dari hasil simulasi, diperoleh
hasil berupa perolehan silikon tertinggi berasal dari reduksi pasir silika Sukabumi menggunakan
aluminium sebesar 99,94%. Dari hasil simulasi diketahui bahwa perolehan silikon tidak dapat
mencapai 100%. Hal ini disebabkan oleh pembentukan beberapa senyawa intermetalik seperti CaSi2,
Mg2Si, FeSi2, dll. Silikon yang dihasilkan dilakukan proses pemurnian menjadi Silicon Metallurgical
Grade (Si-MG) yang menjadi bahan baku untuk memproduksi Silicon Solar Grade (Si-SoG) berupa
silicon wafer yang digunakan pada aplikasi photovoltaic. Dengan melihat potensi ini, diharapkan
Indonesia dapat memproduksi silicon wafer untuk mengurangi ketergantungan impornya.

Kata kunci: Silikon, Pasir Silika, Metalotermik, Reduksi.

ABSTRACT

In general, power plants in Indonesia have been utilizing fossil fuels that produce large amounts of
exhaust gases, especially CO2. CO2 is one of greenhouse gas, therefore a solution is needed to deal
with this problem. One of the solution is the utilisation of green energy. Among the uses of green
energy, Indonesia has a great opportunity for a solar power plant because of this country is located
on the equator. Currently, the material commonly used for solar harvesting is silicon. According to
BPS data, Indonesia has yet to produce silicon mining products such as silicon alloys or pure silicon.
However, Indonesia has the potential for raw material in the form of silica around 17 billion tons
which is spread almost all over Indonesia. This research aims to determine the highest yield of silicon
extraction from Indonesian silica sand using the metallothermic method. The composition of the
silica sand used comes from several areas in Indonesia. The simulation is carried out using FactSage
with three different reducing agents, i.e. magnesium, calcium, and aluminum with an operating
temperature of 700-1200°C with 50°C step temperature. The reaction spontaneity can be seen from
the Gibbs Free Energy value obtained using the FactSage. The results show that the highest silicon
yield comes from the reduction of Sukabumi silica sand using aluminum with a 99.94% yield. It is
found that the recovery of silicon cannot reach 100%, due to the formation of intermetallic
compounds such as CaSi2, Mg2Si, FeSi2, etc. The silicon produced is refined into Silicon

665
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Metallurgical Grade (Si-MG) which is the raw material for manufacturing Silicon Solar Grade (Si-
SoG) in the form of silicon wafers using for photovoltaic. By seeing this potential, it is expected that
Indonesia can produce silicon wafers to reduce Indonesia's dependence on imports.

Keywords: Silicon, Silica Sand, Metallothermic, Reduction

A. PENDAHULUAN

Dalam era industri seperti saat ini, energi merupakan salah satu kebutuhan yang esensial. Salah satu
bentuk energi yang sangat krusial untuk kehidupan adalah energi listrik. Hingga Triwulan ke-3 tahun
2019, Rasio Elektrifikasi Indonesia telah mencapai 98,86%, dengan hanya tinggal 3 daerah lagi yang
Rasio Elektrifikasi nya dibawah rata-rata nasional, yaitu NTT (73%), Papua (94%), dan Kalimantan
Tengah (95%) (IESR, 2015). Walaupun begitu, Rasio Elektrifikasi ini masih belum mencapai target
tahun 2019, yaitu 99%. Berdasarkan dokumen Indonesia Energy Outlook 2019, sebesar 86%
pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil. Pembangkit Listrik ini
menghasilkan emisi berupa gas rumah kaca, salah satunya adalah gas CO2. Gas CO2 menjaga
temperatur bumi dengan menyerap radiasi inframerah. Namun, konsentrasi gas CO2 yang terlalu
tinggi akan menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi sedikit demi sedikit, sehingga dapat
merugikan lingkungan (NASA, 2011). Dilansir dari laman Climate.gov, pada tahun 2019, kadar CO2
di atmosfer mencapai 409,8 ppm. Hal ini merupakan kadar CO2 tertinggi di atmosfer selama 800
ribu tahun. Oleh karena itu, untuk memitigasi emisi gas rumah kaca yang berlebihan, maka pada
Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015 di Paris, Prancis disetujui Paris
Agreement.

Salah satu upaya Indonesia untuk meratifikasi Paris Agreement adalah pembuatan Rencana Umum
Energi Nasional atau RUEN. RUEN berisi rencana-rencana Indonesia dalam sektor energi, salah
satunya adalah pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) (ESDM, 2017). Berdasarkan
RUEN, Indonesia menargetkan penggunaan EBT sebagai bauran energi primer sebesar 23% pada
tahun 2025, dan 31% pada tahun 2050 (ESDM, 2017). Indonesia memiliki potensi EBT sebesar 442
GW yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi ini tersebar pada berbagai sumber energi terbarukan,
seperti Air (94.3 GW), Angin (60.6 GW), Bioenergi (32.6 GW), dan Surya (207.8 GWp) (IESR,
2015). Pada tanggal 4 September 2020, Indonesia telah melakukan penandatanganan akta
kesepakatan pengembangan energi hijau dengan perusahaan asal Australia, Fortescue Metals Group
(FMG). Kerja sama ini dimaksudkan untuk pengembangan ekonomi hijau di Indonesia dimana pihak
FMG akan menginvestasikan sejumlah dana untuk percepatan pengembangan EBT di Indonesia
dengan rencana pembangunan 60 GW PLTA dan 25 GW PLT-Panas Bumi (antaranews.com).
Penggunaan EBT di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya yang didasarkan pada fakta
bahwa terjadi peningkatan kapasitas total dari EBT dimana instalansi terpasang sebesar 9.861 MW
pada tahun 2019 dibandingkan dengan jumlah terpasang pada tahun 2018 sebesar 9.485 MW
(IRENA, 2019). Diperkirakan tren penggunaan EBT di Indonesia akan semakin meningkat seiring
dengan adanya akta kesepakatan tersebut (antaranews.com).

Pemanfaatan EBT di Indonesia hingga saat ini baru mencapai 9,861 GW atau baru sekitar 2,23% dari
potensi EBT yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan melihat realita tersebut maka perlu dilakukan
pengembangan dan penelitian lebih lanjut sehingga dapat memanfaatkan potensi EBT yang ada.
Diantara pemanfaatan EBT tersebut, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menggunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Hal ini didasarkan pada posisi Indonesia yang berada pada
garis khatulistiwa yang memungkinkan sinar matahari dapat optimal diterima di hampir seluruh
wilayah Indonesia. Menurut Wilson Wenas, salah satu pakar sel surya menyatakan bahwa total
intensitas penyinaran matahari per hari di Indonesia mampu mencapai 4.500 watt-jam per meter
persegi, yang membuat Indonesia tergolong kaya akan sumber energi matahari ini (Brian, 2017).

666
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Saat ini, material yang umum digunakan pada PLTS adalah silikon. Pada tahun 2019, produksi
silikon dunia mencapai 7 juta ton. Hingga saat ini, produksi silikon diekstrak dari pasir silika. Data
dari ESDM menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasir silika sekitar 17 miliar ton yang
tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia (BPPT, 2013). Namun dari data BPS, hingga saat ini
pasir silika Indonesia masih belum diolah menjadi produk Silikon seperti silikon murni ataupun FeSi.
Dengan melihat potensi dari pasir silika ini, maka dapat dilakukan proses ektraksi silikon dari pasir
silika Indonesia. Proses reduksi silika menjadi silikon dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis akan melakukan proses simulasi reduksi pasir silika
Indonesia menggunakan metode metalotermik dengan menggunakan 3 agen pereduksi, yaitu
Aluminium, Kalsium, dan Magnesium.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi termodinamika dari proses reduksi silika menjadi
silikon. Dari simulasi yang dilakukan tersebut, maka akan didapatkan data nisbah perolehan silikon
untuk setiap agen pereduksi yang digunakan. Silikon yang dihasilkan dari proses simulasi ini
selanjutnya dilakukan permurnian dengan jalur hidrometalurgi untuk memperoleh Silicon
Metallurgical Grade (Si-MG). Selanjutnya dapat dilakukan proses pemurnian lebih lanjut untuk
memproduksi Silicon Solar Grade (Si-SoG) yang menjadi komponen utama dari PLTS yaitu Silicon
Wafer.

Makalah ini memberikan alternatif pengolahan pasir Silika dengan menggunakan metode
metalotermik dikarenakan metode yang telah komersial untuk produksi silikon yaitu metode
karbotermik membutuhkan energi listrik yang tinggi. Konsumsi energi listrik yang tinggi ini
disebabkan oleh suhu operasi untuk reduksi pasir silika menjadi silikon berada pada rentang 1700
hingga 1900°C. Selain itu, metode karbotermik ini juga menghasilkan emisi gas buang yaitu CO dan
CO2 dalam jumlah besar. Dengan alternatif proses reduksi metode metalotermik, diharapkan dapat
mengurangi jumlah emisi gas buang khususnya CO2 sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur
global yang semakin signifikan.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini, dilakukan simulasi reduksi pasir silika Indonesia. Digunakan beberapa data
kandungan pasir silika dari berbagai wilayah Indonesia. Data kandungan pasir silika dari berbagai
daerah ini didapat dari beberapa literatur. Data kandungan pasir silika dari beberapa wilayah di
Indonesia ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Kandungan Pasir Silika dari beberapa daerah di Indonesia


Nama Daerah SiO2 TiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O P2O5 Total
0.030
Bangka Belitung 99.24 0.0747 0.143 0.107 2 0 0 0 0 99.5949
Kalimantan 0.040
Selatan 95.4 0.172 2.65 0.74 3 0 0 0 0 99.0023
0.010
Kalimantan Barat 99.55 0.0501 0.0513 0.0352 7 0 0 0 0 99.6973
Desa Tanjung
Gundul 1 97.7 0.0448 0.523 1.04 0.113 0 0 0 0 99.4208
Desa Tanjung
Gundul 2 96.89 0.0546 0.789 1.22 0.301 0 0 0 0 99.2546
Desa Pasir 0.039
Panjang 1 98.65 0.0584 0.0905 0.747 2 0 0 0 0 99.5851
Desa Pasir
Panjang 2 87.95 0.0766 4.06 5.01 0.297 0 0 0 0 97.3936
Sanggau 89.87 0.133 3.8 3.07 0.369 0 0 0 0 97.242
Sekadau 85.62 0.118 7.83 2.05 0.843 0 0 0 0 96.461
BA 98.42 0.19 0.55 0.38 0.18 0.1 0.05 0.22 0.01 100.1
Tap 97.89 0.09 0.69 0.35 0.2 0.1 0.65 0.32 0.01 100.3
TRh 97.45 0.09 0.85 0.36 0.21 0.1 0.19 0.48 0.01 99.74
Sukabumi 96.8 0.04 0.67 0.65 0.75 0.13 0.03 0.08 0 99.15

667
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

BA = Beting Aceh; Tap = Tanjung Api; Trh = Teluk Rhu

Selanjutnya dilakukan simulasi proses reduksi pasir silika dari setiap daerah tersebut menggunakan
aplikasi FactSage. Proses reduksi ini dilakukan dengan metode metalotermik menggunakan 3 agen
pereduksi, yaitu Aluminium, Kalsium, dan Magnesium pada temperatur operasi dari 700°C hingga
1200°C dengan menggunakan tahapan sebesar 50°C. Nilai kespontanan dari reaksi antara pasir silika
dan agen pereduksi dapat dilihat dari nilai Energi Bebas Gibbs yang nilainya diperoleh dari FactSage.
Dari proses simulasi akan didapatkan nilai nisbah perolehan silikon dari setiap agen pereduksi untuk
pasir silika dari tiap daerah tersebut. Kemudian, data nisbah perolehan tersebut akan dibandingkan
antara tiap agen pereduksi yang digunakan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

C.1. Reaksi Reduksi Silika


Diagram Ellingham menunjukkan plot hubungan antara temperatur dan kestabilan suatu senyawa
oksida yang dapat dilihat dari nilai energi bebas gibbs senyawa tersebut. Energi bebas gibbs (ΔG)
adalah suatu parameter termodinamika yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu reaksi.
Nilai ΔG yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa reaksi tersebut dapat berlangsung secara
spontan. Posisi garis untuk setiap reaksi pada diagram ellingham menggambarkan kestabilan dari
oksida sebagai fungsi temperatur, dimana untuk reaksi yang posisinya semakin bawah pada diagram
tersebut menunjukkan bahwa logam dari oksida tersebut bersifat lebih reaktif dan senyawanya
menjadi lebih sulit untuk direduksi (Gaskell, 2018).

Pada gambar 1, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa unsur yang dapat mereduksi silika. Dari
beberapa unsur tersebut, dipilih aluminium, kalsium, dan magnesium untuk menjadi agen pereduksi
karena memiliki nilai kelimpahan besar pada kerak bumi (Yaroshevsky, 2006). Selain itu, harga dari
logam-logam tersebut yang relatif murah, terutama logam aluminium yang sudah diproduksi di
Indonesia.

Gambar 1. Diagram Ellingham (Gaskell, 2018)

Adapun reaksi reduksi silika dengan agen pereduksi yang digunakan adalah sebagai berikut.

668
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

SiO! + 2Mg = Si + 2MgO ∆G° = −292.3 + 0.0341T kJ/mol (1)


SiO! + 2Ca = Si + 2CaO ∆G° = −359.480 + 0.0303T kJ/mol (2)
3SiO! + 4Al = 3Si + 2Al! O" ∆G° = −206.422 + 0.0265T kJ/mol (3)

Untuk setiap reaksi yang memiliki nilai energi bebas gibbs negatif, reaksi tersebut terjadi secara
spontan menurut termodinamika (Gaskell, 2018). Dari nilai energi bebas gibbs pada reaksi (1), (2),
dan (3) dapat ditarik kesimpulan bahwa reaksi akan berlangsung secara spontan bahkan pada suhu
kamar (20oC) namun hal ini tidak bisa terjadi begitu saja karena dibutuhkan energi aktivasi. Ilustrasi
dari energi aktivasi dari suatu reaksi agar dapat berlangsung terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi Energi Aktivasi (KhanAcademy)

Selain itu, meskipun suatu reaksi akan berlangsung secara spontan menurut termodinamika, terdapat
juga kemungkinan bahwa reaksi itu membutuhkan waktu yang sangat lama sehingga terlihat seperti
reaksi tersebut tidak berlangsung. Oleh karena itu, kinetika juga berperan sangat penting dalam
berlangsungnya suatu reaksi. Secara umum, suatu reaksi akan berlangsung lebih cepat jika
dioperasikan pada temperatur yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan persamaan arrhenius
(Persamaan 5), atau persamaan reaksi heterogen yang dimodelkan sebagai shrinking core model
(Levenspiel, 1999) sebagai berikut.

k = k # e$%/'( (5)

Keterangan :
K = Tetapan Laju Reaksi
k0 = Faktor frekuensi
E = Energi aktivasi reaksi
R = Tetapan Gas Ideal
T = Temperatur Reaksi

Gambar 3. Persamaan Shrinking Core Model (Levenspiel, 1999)

669
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Kendati demikian, perlu diperhatikan juga pembentukan atau transformasi fasa yang membutuhkan
energi yang dapat menurunkan kecepatan reaksi. Namun, pada penelitian ini penulis hanya berfokus
pada aspek termodinamika dari proses reduksi pasir silika menjadi silikon.

C.2. Data Hasil Simulasi

Tabel 2 hingga tabel 8 berikut menyajikan data nisbah perolehan silikon dari pasir silika beberapa
wilayah di Indonesia yang direduksi menggunakan aluminium, kalsium, dan magnesium. Suhu
operasi reduksi silika yang disimulasikan adalah 700 hingga 1200oC.
Persamaan untuk Nisbah perolehan tertera pada persamaan 6.

Berat Si Murni pada Produk reduksi (6)


Nisbah = × 100%
Berat Si pada Pasir silika awal
Data nisbah perolehan silikon hasil simulasi ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 2. Nisbah Perolehan Silikon dari Pasir Silika BA dan Bangka Belitung
BA Bangka Belitung
Suhu/Daerah
Aluminium Kalsium Magnesium Aluminium Kalsium Magnesium
700 99.7082 89.3621 97.0296 99.8854 92.3136 96.6547
750 99.7082 89.6566 97.0800 99.8854 92.3136 96.6547
800 99.7082 89.6576 97.1705 99.8854 92.3136 96.6548
850 99.7082 89.6594 97.2608 99.8854 92.3136 96.6549
900 99.7082 89.6628 97.2625 99.8854 92.3136 96.6551
950 99.7082 0 97.2657 99.8854 0 96.6555
1000 99.7082 0 97.2350 99.8854 0 96.6478
1050 99.7082 0 97.2465 99.8854 0 96.6487
1100 99.7082 0 97.2683 99.8854 0 96.6499
1150 99.7082 0 97.3128 99.8854 0 96.6515
1200 99.7082 0 97.4243 99.8854 0 96.6538

Tabel 3. Nisbah Perolehan Silikon dari Desa Pasir Panjang 1 dan Desa Pasir Panjang 2
Desa Pasir Panjang 1 Desa Pasir Panjang 2
Suhu/Daerah
Aluminium Kalsium Magnesium Aluminium Kalsium Magnesium
700 99.9096 90.3387 95.3353 99.8676 40.1023 85.0917
750 99.9096 90.3387 95.3353 99.8676 40.1023 85.0917
800 99.9096 90.3387 95.3354 99.8676 40.1023 85.0918
850 99.9096 90.3387 95.3355 99.8676 40.1023 85.0919
900 99.9096 90.3387 95.3357 99.8676 40.1023 85.0922
950 99.9096 0 95.3361 99.8676 0 85.0925
1000 99.9096 0 95.1587 99.8676 0 84.2688
1050 99.9096 0 95.1595 99.8676 0 84.2696
1100 99.9096 0 95.1607 99.8676 0 84.2709
1150 99.9096 0 95.1624 99.8676 0 84.2727
1200 99.9096 0 95.1647 99.8676 0 84.2752

670
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Tabel 4. Nisbah Perolehan Silikon dari pasir silika Desa Tanjung Gundul 1 dan Desa Tanjung
Gundul 2
Desa Tanjung Gundul 1 Desa Tanjung Gundul 2
Suhu/Daerah
Aluminium Kalsium Magnesium Aluminium Kalsium Magnesium
700 99.9235 86.5601 95.4551 99.9139 83.2588 92.7896
750 99.9235 86.5601 95.4551 99.9139 83.2588 92.7896
800 99.9235 86.5601 95.4552 99.9139 83.2588 92.7897
850 99.9235 86.5601 95.4553 99.9139 83.2588 92.7898
900 99.9235 86.5601 95.4555 99.9139 83.2588 92.7900
950 99.9235 0 95.4559 99.9139 0 92.7904
1000 99.9235 0 95.2579 99.9139 0 92.5839
1050 99.9235 0 95.2587 99.9139 0 92.5847
1100 99.9235 0 95.2599 99.9139 0 92.5859
1150 99.9235 0 95.2616 99.9139 0 92.5876
1200 99.9235 0 95.2640 99.9139 0 92.5899

Tabel 5. Nisbah Perolehan Silikon dari Pasir Silika Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan
Suhu/Daerah
Aluminium Kalsium Magnesium Aluminium Kalsium Magnesium
700 99.9229 93.4916 96.9406 99.7274 76.5566 95.1496
750 99.9229 93.4916 96.9407 99.7274 76.5566 95.1496
800 99.9229 93.4916 96.9407 99.7274 76.5566 95.1497
850 99.9229 93.4916 96.9409 99.7274 76.5566 95.1498
900 99.9229 93.4916 96.9411 99.7274 76.5566 95.1500
950 99.9229 0 96.9414 99.7274 0 95.1504
1000 99.9229 0 96.9398 99.7274 0 95.1510
1050 99.9229 0 96.9407 99.7274 0 95.1518
1100 99.9229 0 96.9418 99.7274 0 95.1530
1150 99.9229 0 96.9435 99.7274 0 95.1548
1200 99.9229 0 96.9458 99.7274 0 95.1571

Tabel 6. Nisbah Perolehan Silikon dari Pasir Silika Sanggau dan Sekadau
Sanggau Sekadau
Suhu/Daerah
Aluminium Kalsium Magnesium Aluminium Kalsium Magnesium
700 99.7760 52.3868 88.9181 99.7913 29.2457 87.9252
750 99.7760 52.3868 88.9181 99.7913 29.2457 87.9252
800 99.7760 52.3868 88.9182 99.7913 29.2457 87.9253
850 99.7760 52.3868 88.9183 99.7913 29.2457 87.9254
900 99.7760 52.3868 88.9186 99.7913 29.2457 87.9257
950 99.7760 0 88.9189 99.7913 0 87.9261
1000 99.7760 0 88.6163 99.7913 0 87.9267
1050 99.7760 0 88.6172 99.7913 0 87.9276

671
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

1100 99.7760 0 88.6185 99.7913 0 87.9289


1150 99.7760 0 88.6202 99.7913 0 87.9307
1200 99.7760 0 88.6227 99.7913 0 87.9332

Tabel 7. Nisbah Perolehan Silikon dari Pasir Silika Sukabumi dan Tap
Sukabumi Tap
Suhu/Daerah
Aluminium Kalsium Magnesium Aluminium Kalsium Magnesium
700 99.9365 82.4023 94.4411 99.8603 88.2618 96.5628
750 99.9365 82.5112 94.4597 99.8603 88.2634 96.5631
800 99.9365 82.5115 94.4932 99.8603 88.2662 96.5644
850 99.9365 82.5122 94.5820 99.8603 88.2731 96.5667
900 99.9365 82.5134 94.5828 99.8603 87.6838 97.5177
950 99.9365 0 94.5844 99.8603 0 97.5285
1000 99.9365 0 94.5096 99.8603 0 97.5613
1050 99.9365 0 94.5150 99.8603 0 97.6090
1100 99.9365 0 94.5251 99.8603 0 97.7013
1150 99.9365 0 94.5453 99.8603 0 97.8930
1200 99.9365 0 94.5947 99.8603 0 98.3807

Tabel 8. Nisbah Perolehan Silikon dari Pasir Silika TRh


TRh
Suhu/Daerah
Aluminium Kalsium Magnesium
700 99.8597 85.2940 96.0182
750 99.8597 85.5338 96.0922
800 99.8597 85.5356 96.2251
850 99.8597 85.5389 96.6762
900 99.8597 84.7800 96.6768
950 99.8597 0 96.7764
1000 99.8597 0 96.7886
1050 99.8597 0 96.8115
1100 99.8597 0 96.8553
1150 99.8597 0 96.9460
1200 99.8597 0 97.1751

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nisbah perolehan terbesar dapat diperoleh dengan
menggunakan aluminium sebagai agen pereduksi, diikuti oleh magnesium dan kalsium. Pada tabel 1
terdapat data senyawa selain silika yang terdapat pada beberapa pasir silika di Indonesia. Senyawa-
senyawa tersebut bereaksi satu sama lain, dengan silika, juga dengan agen pereduksi sehingga
menurunkan nisbah perolehan silikon. Meskipun nisbah perolehan dengan menggunakan reduktor
aluminium bernilai lebih dari 99%, perlu diingat bahwa seluruh produk pada pasir silika berada
dalam fasa padat sehingga dibutuhkan proses berikutnya untuk memisahkan silikon murni dari
senyawa intermetalik pada produk. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memurnikan
silikon hasil proses reduksi ini adalah menggunakan jalur hidrometalurgi, dimana produk hasil reaksi
dilakukan proses crushing dan grinding yang kemudian dilarutkan dengan menggunakan suatu
reagen kimia tertentu yang dapat melarutkan silikon sehingga dapat dihasilkan silikon dengan tingkat
kemurnian yang lebih tinggi, yaitu Silicon Metallurgical Grade (Si-MG). Si-MG ini kemudian

672
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

dimurnikan lebih lanjut menjadi Silicon Solar Grade (Si-SoG) yang akan digunakan sebagai Silicon
Wafer pada Solar Photovoltaic (Solar PV). Produk hasil reaksi reduksi memiliki kenampakan seperti
pada gambar 4 dan 5.

Gambar 4. SEM Produk Reduksi Gambar 5. SEM Produk Reduksi


dengan Aluminium (Nuruddin, 2020) dengan Magnesium (Darghouth, 2020)

Pada gambar di atas tidak diperlihatkan hasil reaksi reduksi dengan agen reduktor kalsium. Lai et al.
menyatakan bahwa dari hasil percobaan yang dilakukan dengan reduktor kalsium menunjukkan
bahwa tidak terbentuk silikon yang ditandai dengan tidak terdeteksi nya logam tersebut pada proses
karakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM, dan TEM. Hal ini disebabkan oleh ukuran dari atom
kalsium yang cukup besar sehingga proses difusi menjadi terhambat akibatnya proses reduksi tidak
berlangsung walaupun secara termodinamika proses reduksi pasir silika dengan silikon dapat terjadi
secara spontan.

C.3. Pembentukan Senyawa Intermetalik

Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan nisbah tersebut adalah adanya pembentukan
beberapa senyawa intermetalik pada semua silikon hasil reduksi dengan agen-agen pereduksi yang
digunakan. Terdapat beberapa senyawa intermetalik dalam jumlah yang cukup besar, terutama jika
reduksi dilakukan dengan reduktor kalsium.

Reduksi pasir silika menggunakan Magnesium, terbentuk senyawa intermetalik berupa Mg2Si, Si2Ti,
CaSi2, dan senyawa lain dengan jumlah kecil. Senyawa intermetalik yang paling banyak terbentuk
adalah Mg2Si (Magnesium Silicide). Terjadi reaksi antara magnesium berlebih dan silikon yang
dihasilkan dari proses reduksi, namun reaksi pembentukan senyawa intermetalik Mg2Si secara
termodinamika hanya terjadi apabila semua SiO2 telah habis bereaksi. Shi et al. menyatakan bahwa
apabila terjadi akumulasi panas yang akut maka akan dapat menyebabkan terjadinya reaksi
sampingan yaitu pembentukan Mg2SiO4 dari reaksi antara MgO dan SiO2. MgO ini merupakan
produk sampingan dari proses reduksi silikon. Pada percobaan ini, dari hasil simulasi FactSage
jumlah Mg2Si yang dihasilkan relatif stabil dan tidak terbentuk Mg2SiO4 pada semua rentang
temperatur operasi simulasi.

Senyawa Intermetalik yang muncul ketika pasir silika direduksi menggunakan kalsium antara lain,
CaSi2, Si2Ti, FeSi, dan FeSi2. CaSi2 merupakan senyawa intermetalik yang paling banyak terbentuk
pada proses reduksi silika dengan kalsium. Bahkan pada suhu diatas 950°C. Silika murni sudah tidak
terbentuk lagi dikarenakan silika murni bereaksi dengan kalsium sisa membentuk senyawa CaSi2.
Selain itu, SiO2 yang belum tereduksi akan bereaksi dengan CaO yang terbentuk pada proses reduksi
membentuk senyawa Ca2SiO4. Hal ini berdasarkan hasil simulasi dengan FactSage. Hipotesis reaksi
adalah sebagai berikut.

673
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

SiO! + 2Ca = Si + 2CaO (7)


SiO! + 2CaO = Ca! SiO) (8)
Ca + 2Si = CaSi! (9)

Gambar 6. Ilustrasi Reaksi Kalsium dengan Silikon

Gambar 7. Diagram Fasa Ti-Si (Roy, 2014)

Pada reduksi pasir silika dengan aluminium, hampir tidak terbentuk senyawa intermetalik yang
signifikan dengan Aluminium. Hanya Titanium yang terdeteksi membentuk senyawa intermetalik
dengan silikon berupa Si2Ti sesuai dengan diagram fasa Ti-Si pada Gambar 7. Hal ini yang
menyebabkan nisbah perolehan silikon dari proses reduksi pasir silika dengan aluminium menjadi
sangat tinggi.

D. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Nisbah Perolehan Silikon dari pasir silika tiap daerah untuk tiap agen pereduksi tertera pada
Tabel 2 sampai dengan Tabel 8.
2. Hasil simulasi menunjukkan bahwa aluminium merupakan agen pereduksi yang memberikan
nisbah perolehan silikon tertinggi, diikuti dengan magnesium dan kemudian kalsium untuk
semua daerah.

674
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

3. Pada simulasi ini semua fasa yang terbentuk berupa fasa solid, sehingga dibutuhkan proses
pemisahan lebih lanjut untuk memisahkan silikon murni dari senyawa intermetaliknya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Laboratorium
Pirometalurgi Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung yang telah mengizinkan penulis untuk
menggunakan aplikasi FactSage dan juga kepada PERHAPI karena telah menyelenggarakan TPT
XXIX PERHAPI 2020.

DAFTAR PUSTAKA

Climate Change: Atmospheric Carbon Dioxide, data diperoleh melalui situs internet:
https://www.climate.gov/news-features/understanding-climate/climate-change-atmospheric-
carbon-dioxide. Diunduh pada tanggal 10 September 2020.
Darghouth, A., Aouida, S., & Bessais, B. (2020): High Purity Porous Silicon Powder Synthesis by
Magnesiothermic Reduction of Tunisian Silica Sand. Silicon, 1 - 10.
Effect of Changing the Carbon Cylcle, data diperoleh melalui situs internet:
https://earthobservatory.nasa.gov/features/CarbonCycle/page5.php. Diunduh pada tanggal 30
Agustus 2020.
Entwistle, J., Rennie, A., & Patwardhan, S. (2018): A review of magnesiothermic reduction of silica
to porous silicon for lithium-ion battery applications and beyond. Journal of Materials
Chemistry A, 6(38), 18344 - 18356.
Gaskell, D. R., & Laughlin, D. E. (2018): Introduction to the thermodynamics of materials: 6th
Edition, CRC Press, Florida, 422.
Indonesia-Australia teken kesepakatan kembangkan energi terbarukan, data diperoleh melalui situs
internet:https://www.antaranews.com/berita/1706422/indonesia-australia-teken-kesepakatan-
kembangkan-energi-terbarukan. Diunduh pada tanggal 10 September 2020.
Indonesia Energy Outlook 2019, data diperoleh melalui situs internet:
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-outlook-energi-indonesia-2019-
bahasa-indonesia.pdf. Diunduh pada tanggal 10 September 2020.
Kebijakan Nasional Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, data diperoleh melalui situs
internet: http://iesr.or.id/wp-content/uploads/2019/11/191216-IESR-Clean-Energy-
Outlook.pdf. Diundurh pada tanggal 10 September 2020.
Lai, Y., Thompson, J. R., & Dasog, M. (2018): Metallothermic Reduction of Silica Nanoparticles to
Porous Silicon for Drug Delivery Using New and Existing Reductants. Chemistry - A
European Journal, 24(31), 7913 – 7920.
Levenspiel, O. (1999): Chemical Reaction Engineering: Third Edition, John Wiley & Sons, New
York, 570 - 582.
Nuruddin, A., Yuliarto, B., Saputro, A.G., Badruzaman, B., & Ramelan, A. (2020): Preparation of
Polycrystalline Silicon from Rice Husk by Thermal Decomposition and Aluminothermic
Reduction. Molekul, 15(1), 26 - 33.
Potensi Sumber Daya Silika dan Wacana Pembangunan Industri PV di Indonesia Mengacu Pada
Industri PV Global dan Perkembangan Material Maju di Indonesia, data diperoleh melalui
situs internet: https://ptm.bppt.go.id/kegiatan-dan-kerja-sama/berita/224-potensi-sumber-
daya-silika-dan-wacana-pembangunan-industri-pv-di-indonesia-mengacu-pada-industri-pv-
global-dan-perkembangan-material-maju-di-indonesia. Diunduh pada tanggal 30 Agustus
2020.
Peraturan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, data
diperoleh melalui situs internet: https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-
rencana-umum-energi-nasional-ruen.pdf \. Diunduh pada tanggal 10 September 2020.
Produksi Barang Tambang Mineral 2015-2018, data diperoleh melalui situs internet:
https://www.bps.go.id/indicator/10/508/1/produksi-barang-tambang-mineral.html. Diunduh
pada tanggal 30 Agustus 2020.

675
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020

Renewable Capacity Statistics 2020, data diperoleh melalui situs internet:


https://www.irena.org/publications/2020/Mar/Renewable-Capacity-Statistics-2020. Diunduh
pada tanggal 30 Agustus 2020.
Roy, S., Divinski, S.V., & Paul, A. (2014): Reactive diffusion in the Ti–Si system and the
significance of the parabolic growth constant. Philosophical Magazine, 94(7), 683 - 699.
Safarian, J., Tranell, G., & Tangstad, M. (2012): Processes for upgrading metallurgical grade silicon
to solar grade silicon. Energy Procedia, 20, 88 - 97.
Sarwono yakini kebijakan makro-energi segera beralih ke rendah emisi, data diperoleh melalui situs
internet: https://www.antaranews.com/berita/1703098/sarwono-yakini-kebijakan-makro-
energi-segera-beralih-ke-rendah-emisi. Diunduh pada tanggal 10 September 2020.
Shi, L., Wang, W., Wang, A., Yuan, K., & Yang, Y. (2016): Understanding the impact mechanism
of the thermal effect on the porous silicon anode material preparation via magnesiothermic
reduction. Journal of Alloys and Compounds, 661, 27-37.
Silicon Statistics and Information, data diperoleh melalui situs internet:
https://pubs.usgs.gov/periodicals/mcs2020/mcs2020-silicon.pdf. Diunduh pada tanggal 30
Agustus 2020.
Yaroshevsky, A.A. (2006): Abundances of chemical elements in the Earth’s crust. Geochemistry
International, 44(1), 48 - 55.
Yuliarto, B. (2017): Memanen Energi Matahari, ITB Press, Bandung, 11.

676

Anda mungkin juga menyukai