Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara agraris, sehingga perubahan di bidang pertanian merupakan salah
satu program utama yang terus-menerus ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia mengingat
sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian. Peningkatan perubahan di bidang
pertanian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi seiring dengan meningkatnya
produksi pertanian (padi) timbul masalah baru, yaitu berlimpahnya limbah pertanian yang belum
dimanfaatkan secara maksimal seperti sekam padi.
Sekam padi merupakan salah satu produk samping dari proses penggilingan padi. Selama ini sekam
padi hanya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sekam padi lebih sering
digunakan sebagai bahan pembakar bata merah, alas ternak, atau dibuang begitu saja. Padahal dari
beberapa penelitian (Shofiatun,2000) yang telah dilakukan menunjukkan bahwa abu sekam padi
mengandung SiO2 (silika) sekitar 95,52 % (Syafriadin,1998).
Abu sekam padi yang mengandung SiO2 (silika) tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
untuk pembuatan gel metasilikat. Gel metasilikat yang sudah dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai
media penumbuhan kristal tunggal. Kristal tunggal adalah suatu padatan yang atom-atom dalam
molekulnya diatur dalam suatu keterulangan. Sebagian padatan kristal tersusun dari jutaan kristal
tunggal yang kecil yang disebut grain (Miligan,1979). Menurut Patel (1997), gel metasilikat adalah
metode yang paling tepat dan sederhana untuk penumbuhan kristal tunggal greenokcite (CdS).
Kristal tunggal greenokcite (CdS) dalam jangka panjang dapat dihunakan sebagai semikonduktor.
Teknologi konversi energi matahari menjadi energi listrik secara langsung dengan menggunakan sel
surya telah dikembangkan sejak tiga dekade yang lalu dan mengalami perkembangan pesat dalam
tahun terakhir ini. Sel surya menggunakan semikonduktor sebagai komponen utama dalam proses
konversi energi matahari menjadi energi listrik. Energi matahari merupakan sumber energi yang
paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya yang sangat
besar. Saat ini permasalahan energi menjadi semakin kompleks. Hal ini mengingat kebutuhan energi
yang meningkat tetapi persediaan cadangan energi menjadi semakin sedikit. Sehingga, matahari
merupakan sumber energi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan kebutuhan energi masa
depan (Yuliarto,2011).
Dari informasi di atas, maka abu sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai sumber SiO2 (silika) yang
berguna untuk pembuatan gel metasilikat yang selanjutnya gel metasilikat tersebut dapat digunakan
sebagai media penumbuhan kristal tunggal greenokcite (CdS). Kristal tunggal greenokcite (CdS)
merupakan bahan semikonduktor sel surya yang dapat digunakan sebagai sumber energi masa
depan.

Tujuan
Dari uraian pada latar belakang, tujuan dari penulisan gagasan ini adalah untuk mengetahui proses
penumbuhan kristal tunggal greenokcite (CdS) yang menggunakan bahan dasar abu sekam padi dan
dalam jangka panjang digunakan sebagai semikonduktor sel surya.
Manfaat
Gagasan ini diharapkan dapat memberikan solusi pemanfaatan limbah sekam padi sebagai sumber
silika untuk sintesis gel metasilikat yang digunakan sebagai media penumbuhan kristal
tunggalgreenokcite (CdS) yang pemanfaatannya dalam jangka panjang sebagai bahan alternatif
semikonduktor sel surya.
Keuntungan :
- Penjernihan air sekam padi dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah
tangga.
- Pengarangan sekam padi mudah dikerjakan oleh masyarakat pedesaan sendiri.
- Relatif murah, Mudah diperoleh, hasil penjernihan memenuhi syarat kesehatan,
-
Kerugiannya :
Terdapat pada pembakaran yang tidak sempurna (kekurangan oksigen). Hal ini mengakibatkan
arang sekam padi dan abu akan bercampur.

GAGASAN
Kondisi Kekinian
Sekam Padi
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras terbesar di wilayah ASEAN. Hal ini karena
negara Indonesia adalah negara agraris, sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia adalah
petani. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, produksi padi di Indonesia diperkirakan
mencapai 54 juta ton. Produksi padi di Indonesia yang cukup besar , memunculkan sebuah masalah
baru yaitu berlimpahnya limbah pertanian, salah satunya sekam padi. Sekam padi merupakan limbah
hasil penggilingan padi yang pemanfaatan sekam padi belum maksimal. Sekam padi di masyarakat
hanya dimanfaatkan sebagai bahan pembakaran bata merah dan alas pada kandang peternakan
(Harsono,2002).
Sejak tahun 2007, Institut Pertanian Bogor (IPB) sudah mengembangkan tungku sekam dengan
memanfaatkan limbah sekam padi sebagai bahan bakarnya. Setelah limbah sekam padi
dimanfaatkan sebagai alternatif sumber energi akan muncul limbah lainnya, diantaranya limbah abu
sekam padi. Pemanfaatan limbah abu sekam padi belum banyak digunakan secara optimal selain
sebagai pupuk atau media tanam (Yopi,2010).
Sel Surya
Jumlah energi yang begitu besar yang dihasilkan dari sinar matahari, membuat sel surya menjadi
alternatif sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan. sel surya juga memiliki kelebihan
menjadi sumber energi yang praktis mengingat tidak membutuhkan transmisi karena dapat dipasang
secara modular di setiap lokasi yang membutuhkan.
Sel surya tidak memiliki ekses suara seperti pada pembangkit tenaga angin serta dapat dipasang
pada hampir seluruh daerah karena hampir setiap lokasi di belahan dunia ini menerima sinar
matahari. Bandingkan dengan pembangkit air yang dapat dipasang hanya pada daerah-daerah
dengana aliran air tertentu. Dengan berbagai keunggulan ini maka tidak heran jika negara-negara
maju berlomba mengembangkan solar cell agar dapat dihasilkan teknologi pembuatan sel surya yang
berharga ekonomis.
Hingga saat ini total energi listrik yang dibangkitkan dengan sel surya di seluruh dunia baru mencapai
sekitar 12 GW (bandingkan dengan total penggunaan listrik dunia sebesar 10 TW). Dari 12 GW
tersebut Jerman merupakan negara terbesar yang telah menginstall sel surya yaitu sebesar hampir 5
GW. Meskipun begitu setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi sel surya pada tahun 2008 total
produksi sel surya di seluruh dunia telah mencapai angka 6,22 GW. Nilai produksi yang terus
meningkat ini juga terus diikuti dengan upaya untuk menurunkan harga sel surya. Berbagai teknologi
telah dikembangkan dalam proses pembuatan sel surya untuk menurunkan harga produksi agar
lebih ekonomis (Yuliarto,2011).

Solusi yang Pernah Ditawarkan
Solusi Pemanfaatan Abu Sekam Padi
Selama ini pemanfaatan limbah sekam padi di indonesia sangat terbatas pada produk-produk yang
tidak berilai ekonomi tinggi, antara lain sebagai media tanaman hias, pembakaran bata merah, dan
alas pada petelur. Bahkan di tempat-tempat penggilingan padi pembuangan sekam kering seringkali
menjadi masalah. Cara yang biasa dipergunakan untuk membuang sekam adalah membakarnya di
tempat terbuka sepeti sawah. Hal ini akan mengakibatkan pencemaran lingkungan emisi gas hasil
pembakaran yang dihasilkan. Bila sekam padi dimasukkan ke dalam tanah sawah, tanah menjadi
chlorotic yang mengganggu pertumbuhan padi sehingga akan menurunkan produktivitas padi.
Pemanfaatan sekam selama ini dihadapkan pada beberapa kendala. Kendala tersebut diantaranya,
sifat sekam yang kamba (bulky), abrasif, dan sifat kandungan seratnya yang tidak dapat diolah
menjadi produk pakan maupun kertas.
Solusi Penurunan Harga Sel Surya
Selama ini, sel surya adalah identik dengan semikonduktor dioda. Dalam teknologi sel surya,
terdapat berbagai pilihan penggunaan material intinya. Kristal tunggal silikon sebagai pioner dari sel
surya memang masih menjadi pilihan sekarang karena teknologinya yang sudah mapan sehingga bisa
mencapai efisiensi. Sedangkan modul atau panel sel surya kristal silikon yang sudah diproduksi
berefisiensi sekitar 12. Namun demikian, penggunaan material masih digolongkan mahal dan juga
volume produksi lempeng silikon tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar bila terjadi penggunaan
sel surya ini secara massal. Sehingga untuk penggunaan secara besar-besaran harus dilakukan usaha
untuk mempertipis lapisan silikonnya dari ketebalan sekarang yang mencapai ratusan mikron.
Material yang berifisiensi tinggi lainnya adalah dari paduan golongan unsur III-V GaAs dan InP.
Walaupun secara teoritik efisiensinya bisa mencapai 35 tetapi sulitnya menumbuhkan kristal tunggal
berkualitas tinggi dari material-material di atas menyebabkan harganya tergolong sangat mahal
sehingga penggunaannya masih terbatas, terutama hanya untuk penggunaan di angkasa luar. Ini
ditunjang lagi oleh sifat material tersebut yang tahan terhadap radiasi-radiasi di angkasa luar.
Material golongan ini memang tidak dipertimbangkan untuk digunakan secara massal. Usaha yang
sedang diupayakan sekarang untuk menekan sedikit harga pembuatannya adalah menumbuhkan
lapisan GaAs di atas lempeng silikon. Namun, penggabungan dari dua material dengan struktur
berbeda ini menyebabkan timbulnya strain pada lapisan antarmukanya sehingga menurunkan
efisiensi.
.
Kondisi Kekinian Penumbuhan Kristal Tunggal Greenokcite (CdS) Dalam Gel Metasilikat Hasil Isolasi
Limbah Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Semikonduktor Sel Surya
Silika (SiO2) dapat ditemukan pada lumpur lapindo, abu vulkanik gunung merapi dan abu sekam
padi. Kandungan silika (SiO2) pada lumpur lapindo adalah 53,08% (Wirayasa, 2008), abu vulkanik
gunung merapi adalah 56% (Nuryanto, 2010) dan pada abu sekam padi kandungan silika (SiO2)
mencapai 95,25% (Syafriadin, 1998). Sehingga yang mungkin digunakan sebagai sumber silika (SiO2)
dalam pembuatan gel metasilikat adalah abu sekam padi. Hal ini karena abu sekam padi mempunyai
kandungan silika (SiO2) yang lebih besar dibandingkan sumber silika (SiO2) lainnya. Kelebihan
lainnya menggunakan abu sekam padi sebagai sumber silika adalah abu sekam padi mudah didapat
karena mengingat negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
adalah petani.
Silicon yang didapatkan dari abu sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk
pembuatan gel metasilikat. Pemanfaatan gel metasilikat tersebut digunakan sebagai media
penumbuhan kristal tunggal greenokcite (CdS). Hal ini karena gel metasilikat mempunyai kelebihan
dari gel lainnya seperti gel gelatin dan agar-agar. Kelebihan gel meta
Kristal tunggal greenokcite (CdS) struktur kristal Zinc Blende dan Wurtzite. Senyawa II-IV yakni CdS
memiliki sifat optik dan listrik yang cocok untuk semikonduktor sel surya. Semikonduktor CdS yang
dihasilkan mempunyai kelebihan daripada semikonduktor. Kelebihan itu antara lain adalah lebih
sederhana peralatannya, mudah dalam pembuatannya dan juga menanganinya serta relatif murah
dalam biaya produksinya karena dibuat dengan metode yang lebih sederhana tanpa memerlukan
biaya tinggi seperti metode difusi.
Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan
Pihak-pihak yang dimungkinkan terkait dan dapat diajak kerja sama dan mampu menyukseskan
gagasan ini antara lain : petani, masyarakat, sektor industri, perusahaan penghasil sel surya dan
ilmuwan fisika.
Petani merupakan pihak yang menghasilkan limbah sekam padi, yang dapat menyuplai hasil samping
dari penggilingan padi yang berupa sekam padi kepada pihak terkait yang dapat mengambil silika
dalam sekam padi. Sehingga hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan limbah sekam padi
yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petani, dan diharapkan pula dapat
meningkatkan nilai ekonomis dari limbah sekam padi.
Masyarakat dan sektor industri adalah pihak yang terkena dampak dari krisis energi. Sehingga
diharapkan masyarakat dan sektor industri dapat memanfaatkan sel surya sebagai alat alternatif
sumber energi. Diharapkan pula dengan gagasan ini, masyarakat dan sektor industri dapat
mengatasi krisis energi di masa mendatang dengan menggunakan alternatif sel surya dalam
kehidupan sehari-hari harganya yang lebih terjangkau. Sehingga masyarakat dan sektor industri
dapat berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan dan tidak bergantung sepenuhnya dengan PLN.
Perusahaan penghasil sel surya salah satunya PT. SHARP yang merupakan produsen sel surya terbaik
di dunia dan telah memperjualbelikan sel surya yang dapat menghasilkan listrik dengan efisien
(Anonim, 2010). Oleh karena itu, diharapakan dapat diajak kerja sama dalam pembuatan sel surya
dengan harga yang lebih murah.
Ilmuwan fisika merupakan pihak yang diharapkan dapat melakukan penilitian lebih lanjut untuk
memfasilitasi hasil sintesis yang berupa kristal tunggal greenokcite (CdS) untuk dibuat manjadi
bentuk semikonduktor dalam bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan pembuatan sel
surya.

Langkah yang Harus Dilakukan untuk Mengimplementasikan Gagasan
Isolasi Silika Limbah Abu Sekam Padi.
Menurut beberapa penilitian (Houston,1972; Hara,1986; Shofiatun,2000) komponen utama abu
sekam padi adalah SiO2 (silika) . Sehingga abu sekam padi dapat digunakan sebagai sumber
SiO2 (silika). Proses isolasi SiO2 (silika) dari abu sekam padi dilakukan dengan cara membasahi abu
sekam padi dengan akuades panas dan ditambah dengan larutan asam klorida (HCl) pekat. Setelah
itu, abu sekam padi diuapkan di atas penangas sampai menjadi kering. Proses penguapan ini
bertujuan agar abu sekam padi terurai menjadi komponen-komponennya, yaitu beberapa logam
yang mengalami oksidasi menjadi asamnya.
Abu sekam padi kemudian dicuci ulang dengan asam klorida (HCl) yang bertujuan untuk melarutkan
beberapa komponen yang belum larut pada proses sebelumnya, sehingga komponen-komponen
tersebut dapat larut dalam asam klorida (HCl). Kemudian larutan hasil pencucian ulang dengan asam
klorida (HCl) disaring menggunakan kertas saring. Pada penyaringan ini endapan yang tertahan pada
kertas saring adalah SiO2 (silika)yang masih mengandung pengotor klorida, sehingga SiO2 (silika)
dalam kertas saring harus dibilas dengan akuades panas secukupnya. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan SiO2 (silika) dari pengotor klorida yang dimungkinkan masih ada, sehingga dihasilkan
SiO2 (silika) yang telah bebas dari pengotor (Houston, 1972).
SiO2 (silika) yang telah bebas dari pengotor perlu dipisahkan dari kertas saring, yaitu dengan cara
melakukan pengabuan pada suhu 300-600 0C. Selain itu pengabuan bertujuan untuk menghilangkan
kadar air dan untuk mendapatkan endapan SiO2 (silika) murni (Vogela,1979). Mengenai kadar
SiO2(silika)hasil isolasi abu sekam padi pernah diteliti oleh Syafriadin (1998) dan kadar SiO2 (silika)
yang didapatkan sebesar 95,25% atau sebesar 16,53 dari jumlah kering sekam padi.
Sintesis Natrium Metasilikat
SiO2 (silika) murni yang diperoleh dari isolasi abu sekam padi kemudian digunakan untuk
membuat larutan natrium metasilikat (Na2SiO3) yaitu dengan cara mereaksikan SiO2 (silika)dengan
larutan basa natrium (NaOH) seperti pada persamaan 1. Perbandingan mol antara SiO2(silika)dengan
NaOH adalah 1:2 dan reaksi dilakukan pada wadah krus nikel bertutup yang selanjutnya dileburkan
pada tanur dengan suhu 500 0C. Lewis (1993) menyatakan bahwa titik lebur NaOH adalah 318 0C,
sehingga peleburan yang dilakukan dalam tanur pada suhu 500 0C tersebut bertujuan untuk melebur
NaOH menjadi ion Na+ dan OH- yang kemudian berinteraksi dengan ikatan Si-O-Si pada molekul
SiO2 membentuk ikatan Si-O-Na+.
SiO2(s) + 2NaOH(aq) Na2SiO3(s) (1)
Agar terbentuk Na2SiO3 yang homogen, maka hasil peleburan yang dilakukan selama 60 menit
kemudian ditumbuk sampai ukuran partikelnya lolos 50 mesh yang selanjutnya dipanaskan kembali
pada 500 0C sampai masa leburan menjadi konstan. Mengenai hasil sintesis natrium metasilikat dari
abu sekam padi pernah diteliti oleh Syafriadin (1998) dan didapatkan natrium metasilikat sebesar
97,86 %.
Pembuatan Gel Metasilikat
Gel metasilkat adalah gel yang mempunyai sifat permeabel dan berfungsi sebagai media
penumbuhan kristal tunggal dengan metode difusi. Komposisi gel metasilikat itu sendiri terdiri dari
larutan natrium metasilikat (Na2SiO3), larutan asam asetat (CH3COOH) dan kadmium klorida
(CdCl2), kadmium klorida (CdCl2) adalah penyuplai ion Cd2+. Gel metasilikat dapat dibuat dengan
melarutkan natrium metasilikat (Na2SiO3) dalam air yang akan membentuk asam monosilikat
(H4SiO4) sesuai persamaan 2. Setelah itu, kadmium klorida (CdCl2) dimasukkan melalui dinding
wadah setetes demi setetes agar tidak terjadi kristal amrof. Agar gel metasilikat yang terbentuk
lebih stabil dan didapat pH yang diinginkan yaitu 3,5-5,5 maka perlu ditambahkan asam asetat
(CH3COOH), untuk reaksi penambahan asam asetat sesuai persamaan 3 (Henish,1988).
Na2SiO3(s) + 3H2O(aq) H4SiO4(aq) + 2NaOH(aq) (2)
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COON(aq) + H2O(l) (3)
Asam monosilikat yang dihasilkan akan membentuk polimer dengan cara reaksi polimerisasi yang
menghasilkan produk samping berupa air sesuai gambar 1. Air sebagai produk samping akan
menguap yang menyebabkan gel menyusut dan kemudian mengeras. Reaksi polimerisasi ini akan
terjadi secara terus-menerus sampai sistem tiga dimensi dengan rantai Si-O-Si terbentuk sesuai
gambar 1 (Henish,1988).










Gambar 1 Struktur unit gel metasilikat (Henish,1988)

Pembentukan gel metasilikat sangat dipengaruhi oleh pH, pada pH terlalu rendah gel sulit terbentuk,
sebaliknya pada pH terlalu tinggi gel akan langsung terbentuk. Sehingga kisaran pH yang digunakan
adalah antara 3,5-5,5. Hal ini karena pada pH kurang dari 3,5 gel yang terbentuk sangat lunak,
sedangkan pada pH lebih dari 5,5 gel yang terbentuk terlalu keras. Kedua kondisi di atas tidak
memungkinkan untuk dijadikan media penumbuhan kristal tunggal greenokcite (CdS) (Harini,2003).
Pada pH kurang dari 3,5 yang disebabkan oleh penambahan asam asetat secara berlebih
mengakibatkan semua gugus silanol terpotonasi sempurna membentuk ion silikonium dan dua
molekul air. Semakin banyak molekul air yang berada di dalam gel menyebabkan jarak antara unit-
unit gel semakin renggang, sehingga gel akan semakin lunak. Hal ini sesuai dengan reaksi pada
persamaan 4.
Si-OH + H3O+ Si+ + 2H2O (4)
Pada pH lebih dari 5,5 gel yang terbentuk akan relatif keras. Hal ini karena jumlah asam yang
ditambahkan sedikit. Kondisi ini menyebabkan semakin sedikit jumlah air yang dihasilkan sebagai
hasil samping dari pembentukan gugus silanol, seperti yang ditunjukan pada persamaan 5.
Si-O- + H3O+ Si-OH + H2O (5)

Reaksi Pembentukan Kristal Tunggal Greenokcite (CdS) Dalam Gel Metasilikat
Proses pembentukan kristal tunggal greenokcite (CdS) yang pertama dilakukan adalah
menambahkan air dalam permukaan gel, sehingga permukaan gel tidak pekat, dan menyebabkan
kristal tidak terbentuk dipermukaan. Langkah selanjutnya, yaitu memasukkan supernatan natrium
sulfida (Na2S) yang nantinya natrium sulfide (Na2S) akan terurai menjadi ion-ion sesuai pada
persamaan 7. Natrium sulfida (Na2S) masuk ke dalam rongga-rongga gel metasilikat dengan metode
difusi. Menurut Sarjoni (1996), metode difusi merupakan proses dimana molekul atau ion dari suatu
bahan larut yang bergerak bebas melalui pelarut sehingga larutan dapat tercampur dengan baik. Di
dalam gel metasilikat sudah terdapat ion-ion CdCl2 yang terjebak di dalam rongga-rongga gel
metasilikat sesuai pada persaman 6. Hal ini akan menyebabkan di dalam gel metasilikat terjadi reaksi
antara Cd2+(aq) dengan S2-(aq) yang akan membentuk kristal tunggal greenokcite (CdS) sesuai pada
persamaan 8. Ruang terjadinya reaksi dapat dilihat pada gambar 2.
CdCl2 (aq) (dalam gel) Cd2+(aq) + 2Cl-(aq) (6)
Na2S (aq) (supernatan) 2Na+(aq) + S2-(aq)
(7)
Cd2+(aq) (dalam gel) + S2-(aq) (supernatan) CdS(s) (dalam gel) (8)









Gambar 2 Ruang terbentuknya kristal tunggal greenokcite (CdS) (Henish,1988)

Kadmium Sulfida (CdS) merupakan senyawa golongan II-IV dengan struktur kristal Zinc
Blende danWurtzite. Bentuk struktur kristal tunggal greenokcite (CdS) dapat dilihat gambar 3.
Senyawa II-IV yakni CdS memiliki sifat optik dan listrik yang cocok untuk semikonduktor sel surya.
Semikonduktor CdS yang dihasilkan mempunyai kelebihan daripada semikonduktor. Kelebihan itu
antara lain adalah lebih sederhana peralatannya, mudah dalam pembuatannya dan juga
menanganinya serta relatif murah dalam biaya produksinya karena dibuat dengan metode yang
lebih sederhana tanpa memerlukan biaya tinggi seperti metode difusi.

Gambar 3 Struktur kristal greenokcite (CdS)

KESIMPULAN
Dalam mengatasi limbah sekam padi yang belum dimanfaatkan secara maksimal, salah satu
alternatif pemanfaatan abu sekam padi, yaitu sebagai sumber silika (SiO2) yang digunakan untuk
menyintesis gel metasilikat. Gel metasilikat itu sendiri berfungsi sebagai tempat penumbuhan kristal
tunggal greenokcite (CdS) yang dapat digunakan sebagai bahan semikonduktor pada sel surya.
Dalam mengimplementasikan gagasan, teknik yang dilakukan adalah membuat kristal
tunggalgreenokcite (CdS) dengan media gel metasilikat hasil isolasi silika (SiO2) limbah abu sekam
padi. Krisal tunggal greenokcite (CdS) yang diperoleh akan digunakan sebagai bahan semikonduktor
pada pembuatan sel surya.
Didapatkan kristal tunggal greenokcite (CdS) yang dapat dimanfaatkan sebagai semikonduktor sel
surya.

DAFTAR PUSTAKA
Almanda, Deni. 1997. Prospek PLTS di Indonesia. Majalah Elektro Indonesia. Edisi ke-10.
Anonim. 2010. Sharp akan Membangun Kompleks Pabrik pada Abad ke-21. http://sharp-
indonesia.com/new/info-pers/41-sharp-akan-membangun-kompleks-pabrik-untuk-abad-ke-21.html
Harini,Tety Dwi. 2003. Pengaruh pH Gel dan Kosentrasi Larutan Supernatan Kalium Iodida (KI) pada
Pembentukan Kristal Tunggal Timbal Iodida (PbI) dalam Gel Metasilikat. Skripsi-FMIPA Universitas
Brawijaya. Malang.
Harsono, Heru. 2002. Pembuatan Silika Amorf dari Limbah Sekam Padi. Jurnal Ilmu Dasar. 3:98.
Henisch, H.K. 1988. Crystal in Gel and Liesegang Rings. Cambridge University Press. Cambrige.
Lewis, R.J. 1993. Hawleys Condensed Chemical Dictionary. Van Mostrand Reinhold. New York.
1034.1061.
Miligan.1979. McGraw-Hill Concise Encyclopedia of Science and Technology. 2nd ed. Vol.6. McGraw-
Hill Publishing Co. New York. Pp. 839.
Mohsin,Yulianto. 2006. Kadmium.
http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/kadmium.com
Nuryanto. 2010. Abu Vulkanik Bisa Tersimpan di
Awanhttp://iptek.tvone.co.id/berita/view/45549/2010/11/12/abu_vulkanik_bisa_tersimpan_di_aw
an/ diakses 23 02 2011-02-23
Patel, AR, Rao, AV. 1982. Crystal Growth in Gel Media. Bull. Mater. Sci. Vol 4. No.5. Desember 1982.
Page. 527-548.
Sarjoni, B. 1996. Kamus Kimia. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Syafriadin, 1998. Sintesis dan Identifikasi Natrium Metasilikat dari Abu Sekam Padi. Jurusan Kimia.
FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.
Shofiyatun, S. 2000. Optimasi Sintesis Serbuk Keramik SiC dari Bahan Baku Silika Amorf. Skripsi-
FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Vogela.1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1. PT.Kalman
Media Pustaka. Jakarta. hal.260-261. 304. 308. 310.
Wiryasa, Ngk, dkk. 2007. Pemanfaatan Lumpur Lapindo Sebagai Pengganti Tanah Liat Pada Produksi
Genteng Keramik. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. 11 (2):132-141.
Yopi.2010. Silikon Murni dari Sekam Padi.
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/12/07/silikon-murni-dari-sekam-padi
diakses 23 02 2011-02-23
Yuliarto, Brian. 2011. Solar Cell, Sumber Energi Terbarukan Masa Depan.

Anda mungkin juga menyukai