Anda di halaman 1dari 12

INNOVATIVE COMPETITION 2021

INOVASI SMART BUILDING GUNA REVITALISASI


GEDUNG KOSONG PADA LOKASI PADAT PENDUDUK DI
INDONESIA
Implementasi Teknologi dalam Bidang Lingkungan

Ditulis Oleh:
Nama : Tsamarah Nabilah Salsabili
NIM : 19/441099/SV/16451
Angkatan : 2019

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA
2021

i
ii
iii
INOVASI SMART BUILDING GUNA REVITALISASI GEDUNG
KOSONG PADA LOKASI PADAT PENDUDUK DI INDONESIA
Tsamarah Nabilah Salsabili
Universitas Gadjah Mada
tsamarahnabilah5@mail.ugm.ac.id

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia,
dimana menempati posisi keempat setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.
Jumlah penduduk di Indonesia yaitu sebanyak 271.349.889 jiwa atau sekitar 3.47%
dari total penduduk dunia (Badan Pusat Statistik, 2021). Daerah dengan kepadatan
penduduk tertinggi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, dimana telah mencapai angka
16.704 jiwa per kilometer persegi. Seiring dengan kepadatan penduduk yang
semakin meningkat kian tahun, lahan terbuka hijau pun semakin jarang ditemukan.
Banyak orang berlomba-lomba membangun gedung guna mendirikan toko, kios,
perumahan, dan lain-lain. Tidak jarang dalam suatu wilayah padat penduduk,
terdapat gedung-gedung kosong yang tidak terurus. Padahal gedung tersebut dapat
menjadi peluang atau komoditas menguntungkan untuk masyarakat sekitar, jika
pemerintah bisa mengelolanya.
Di sisi lain, hilangnya lahan terbuka hijau membuat daerah resapan air
menjadi bermasalah dan berpotensi munculnya banjir, seperti halnya wilayah
Jakarta. Sejumlah pakar dan lembaga riset dalam beberapa tahun terakhir
memberikan prediksi bahwa Jakarta akan tenggelam dalam beberapa puluh tahun
mendatang. Laporan terbaru yang dirilis oleh Fitch Solutions Country Risk &
Industry Research, misalnya, menyebut tahun 2050 sebagai tahun di mana Jakarta
akan tenggelam sebagai akibat dari sejumlah persoalan yang dihadapi saat ini.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, munculah ide dan gagasan saya
seputar inovasi untuk revitalisasi gedung - gedung kosong yang ada di wilayah
padat penduduk dengan membangun Smart Building yang mengintegrasikan
metode pemanen air hujan (rain water harvesting) dan photovoltaic system (sistem
panel surya). Sistem pemanen air hujan diaplikasikan untuk membantu masalah
ketersediaan air bersih yang ada di Indonesia serta menanggulangi masalah banjir

1
saat musim penghujan datang sekaligus mencegah kekeringan saat musim panas.
Sedangkan photovoltaic system sendiri diaplikasikan guna pemanfaatan energi
sinar matahari menjadi energi listrik. Kelebihan dari pemanfaatan photovoltaic
system yaitu ramah lingkungan karena hanya memanfaatkan sinar matahari menjadi
energi listrik dibandingkan energi konvesional (batu bara). Sehingga, energi air dan
energi listrik yang didapatkan dari pengelolaan hujan dan energi matahari dapat
disalurkan ke rumah-rumah sekitar. Dengan inovasi ini, diharapkan mewujudkan
salah satu point no 11 dari Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu “kota dan
komunitas yang berkelanjutan”.

PEMBAHASAN
a. Smart Building
Smart Building merupakan sistem integrasi teknologi dengan instalasi
bangunan yang memungkinkan seluruh perangkat dalam fasilitas bangunan dapat
dirancang dan diprogram sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan kontrol otomatis
yang tersentral atau IBMS (Integrated Building Management System) (Borer &
Reynolds, 1994). Konsep Smart Building dapat memangkas penggunaan energi
antara 20% hingga 50% pada sebuah bangunan. Penerapan Smart Building juga
dipercaya semakin mempermudah penerapan green & eco building (Hidayat,
2011). Pada inovasi ini, gedung-gedung yang kosong direvitalisasi (penghidupan
kembali) menjadi sebuah bangunan pintar yang mengintegrasikan sistem rain water
harvesting(pemanen air hujan) dan photovoltaic system (sistem panel surya) guna
pemanfaatan bagi masyarakat sekitar yang berkelanjutan.
b. Rain Water Harvesting
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang hanya mengalami dua
musim saja, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau biasanya
berlangsung April hingga September. Namun, pergantian kedua musim itu saat ini
menjadi tidak menentu akibat perubahan iklim global yang berubah-ubah serta
beberapa faktor yang mempengaruhi pergantian musim di Indonesia. Musim
kemarau adalah ketika curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami
penurunan. Selain itu, tingkat kelembaban udara juga menurun. Kondisi ini sering
memicu kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia. Kondisi kekeringan

2
mengancam ketersediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Para petani juga
banyak yang gagal panen akibat kurangnya pasokan air untuk irigasi ladang
pertanian mereka.
Di sisi lain, wilayah Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi, yaitu
2000-4000 mm/tahun. Namun permasalahannya, belum adanya pengelolaan air
hujan yang memadai, sehingga curah hujan yang cukup tinggi menjadi banjir pada
musim hujan, sedangkan pada musim kemarau tetap kekurangan air. Konteks
musim hujan dan musim kemarau pun berubah menjadi musim banjir dan musim
kekeringan. Cara penanganan dapat diatasi dengan mendayagunakan volume air
hujan yang berlebih untuk digunakan saat musim kemarau tiba, atau juga bisa
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar, sehingga ketika musim
hujan datang tidak ada lagi banjir, dan saat musim kemarau datang tidak ada lagi
kekeringan. Itulah dasar filosofi dari konsep rain water harvesting.
Pemanen air hujan (rain water harvesting) merupakan metode atau teknologi
yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan,
permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber suplai air bersih (UNEP, 2001; Abdulla et al., 2009). Air hujan yang
dipanen dapat digunakan untuk multi tujuan seperti menyiram tanaman, mencuci,
mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika kualitas air tersebut
memenuhi standar kesehatan.
c. Photovoltaic System
Solar cell atau panel surya adalah alat untuk mengkonversi tenaga matahari
menjadi energi listrik. Photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk
mengubah atau mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik secara
langsung. PV biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul. Dalam
sebuah modul surya terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun secara seri
maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen
semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atas
dasar efek fotovoltaik. Solar cell mulai popular akhir-akhir ini, selain karna mulai
menipisnya cadangan enegi fosil dan isu global warming, energi yang dihasilkan
juga sangat murah karena sumber energi (matahari) bisa didapatkan secara gratis.
Solar cell dapat dilihat pada gambar berikut.

3
Gambar Skema Solar Cell
Solar cell merupakan suatu perangkat semi konduktor yang dapat
menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses penghasilan
energi listrik terjadi jika pemutusan ikatan elektron pada atom-atom yang tersusun
dalam kristal semikonduktor ketika diberikan sejumlah energi. Salah satu bahan
semikonduktor yang biasa digunakan sebagai sel surya adalah kristal silicon (Ady
Iswanto, 2008)

Gambar Cara Kerja Photovoltaics

4
Sistem photovoltaic ini memiliki banyak sekali keunggulan karena
memanfaatkan energi panas matahari, yang mana merupakan sumber energi alami
yang sangat berlimpah di bumi ini. Selain itu, panel surya merupakan perangkat
listrik yang ramah lingkungan, sebab dalam prosesnya tidak menghasilkan efek
negatif seperti halnya gas rumah kaca maupun karbon dioksida yang dinilai cukup
berbahaya. Masa pakainya pun cukup lama. Penggunaan solar cell atau panel surya
memiliki waktu pakai hingga 20 tahun lamanya, yang tidak kehilangan banyak
efisiensi di dalam penggunaannya. Panel surya juga dianggap sebagai perangkat
listrik yang hemat energi, karena bisa digunakan dalam masa pakai kurang lebih 20
sampai 30 tahun ke depan.
d. Analisis Bangunan
Pada bagian analisis, saya mengacu pada thesis proposal yang terdapat pada
video youtube seorang mahasiswa luar negeri Department of Architecture of the
School of Engineering and Architecture Saint Louis University yang bernama
Samuel S. Venzon JR pada chanelnya Sam Jr. Venzon. Pada video ini
menampilkan sebuah desain arsitektur bangunan gedung modern yang
dimodelkan sesuai dengan konsep smart building.
Pada bagian atap, dibuat desain overhang dengan panjang tertentu sekitar
1600 cm dan dibuat sudut kemiringan tertentu sekitar 8,5°. Hal tersebut
difungsikan untuk memaksimalkan penerangan alami yang didapatkan dari sinar
matahari. Sehingga, pada bagian dalam gedung mendapat pencahayaan yang
optimal serta mengurangi penggunaan listrik yang berlebihan. Fungsi yang
lainnya dari desain ini yaitu untuk memaksimalkan potensi energi panel surya
yang akan diubah menjadi energi listrik. Dengan adanya sudut kemiringan
tertentu, maka berarti semakin memudahkan dalam penangkapan sinar matahari
sehingga akan lebih banyak yang terkumpul. Besaran ukuran derajat sudut
kemiringan dan panjang overhang harus disesuaikan dengan ukuran atap gedung
yang akan dibangun.

5
Gambar Desain Atap Smart Building

Pada bagian samping/ belakang bangunan, diintegrasikan dengan rain water


harvesting. Prinsip rain water harvesting yaitu dengan menampung air hujan yang
berlebih untuk digunakan saat musim kemarau tiba, atau juga bisa digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar, sehingga ketika musim hujan datang
tidak ada lagi banjir, dan saat musim kemarau datang tidak ada lagi kekeringan.
Adapun tahapan-tahapan dari sistem ini yaitu:
1. Air hujan akan mengalir melalui talang air dan melalui saringan kasar yang
terbuat dari kawat strimin, pada bagian ini akan menyaring kotoran-kotoran kasar
seperti daun, ranting, atau kotoran lainnya yang berasal dari atap bangunan.
2. Selanjutnya air yang sudah disaring akan diteruskan pada pipa pengendap debu
yang berisi bola apung. Sehingga ketika air masuk, bola tersebut akan terangkat ke
atas dan menutupi corong pipa. Dengan begitu, debu akan mengendap pada bagian
bawah dan air yang akan lewat sudah terpisahkan dengan debu.
3. Kemudian air akan diteruskan melalui pipa horizontal untuk menuju tandon/ bak
penampung air.
4. Sebelum masuk ke tandon/ bak penampung, air harus disaring lagi menggunakan
kain kassa yang dipasang pada tutup tandon sehingga debu-debu halus akan
tertahan.
5. Kemudian air akan tertampung dalam tandon atau bak penampung air, ketika
intensitas hujan deras, maka volume air yang berlebih akan dapat diarahkan untuk
disimpan pada sumur resapan sehingga ketika musim kemarau tiba, air hasil
pemanenan hujan dapat digunakan oleh masyarakat sekitar.

6
Untuk mendapatkan volume air dalam jumlah besar, perlu tempat
penampungan air dengan jumlah yang banyak dan ukuran besar. Selanjutnya, air
hujan yang telah ditampung dan melalui tahap filtrasi/penyaringan, kemudian dapat
dialirkan pada setiap rumah-rumah warga di daerah tersebut.

Gambar Desain Rain Water Harvesting/ Pemanen Air

7
KESIMPULAN
Pembangunan infrastruktur memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Tidak hanya dalam pembangunan saja, namun perbaikan
serta revitalisasi gedung di suatu wilayah juga sangat diperlukan. Hal tersebut dapat
memberikan dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Pada kota-kota
besar, khususnya daerah padat penduduk, banyak sekali gedung kosong yang
dibiarkan tidak terurus. Salah satu cara menghidupkan kembali gedung-gedung
kosong pada daerah padat penduduk yaitu inovasi revitalisasi dengan membangun
Smart Building yang mengintegrasikan metode pemanen air hujan (rain water
harvesting) dan photovoltaic system (sistem panel surya). Pemanfaatan teknologi
ini sangatlah potensial, sistem pemanen air hujan diaplikasikan untuk membantu
masalah ketersediaan air bersih yang ada di Indonesia serta menanggulangi masalah
banjir saat musim penghujan datang sekaligus mencegah kekeringan saat musim
panas. Sedangkan photovoltaic system sendiri diaplikasikan guna pemanfaatan
energi sinar matahari menjadi energi listrik. Dengan pemanfaatan teknologi ini,
dapat menjadi langkah guna mengoptimalkan fungsi bangunan gedung yang
sebelumnya terhenti menjadi berguna kembali sekaligus upaya dalam mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nugrohi, Dinan Nafindro., Nugroho, Rachmadi Nugroho., dan P, Dyah S. Pradnya.


2020. Penerapan Prinsip Performance-Based Smart Building Pada
Perencanaan Sekolah Tinggi Multimedia Surakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Arsitektur UNS. Vol. 3. No. 1. pp. 23-32. E-ISSN : 2621 – 2609.
Wibowo, Andi Prasetiyo. 2017. Kriteria Rumah Ramah Lingkungan (Eco-Friendly
House). Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan
Universitas Atma Jaya. Vol. No. 1. pp. 1-10. ISSN-L : 2579-6410.
Maryono, Agus. 2020. Memanen Air Hujan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada(UGM) PRESS.
Sam Jr. Venzon. 2013. A Proposed Low-Cost Eco-Housing Project. URL:
https://www.youtube.com/watch?v=9R6OpeQ3WWo. Diakses tanggal 23
Juli 2021
Pranata Printing. 2018. Pengertian Solar Panel dan Cara Kerjanya. URL:
https://www.pranataprinting.com/pengertian-solar-panel-dan-cara-kerjanya/.
Diakses tanggal 27 Juli 2021.
Politeknik Negeri Surabaya. 2019. Pengertian Sel Surya. URL:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl-efendiabdu-7401-
3-babii.pdf7. Diakses tanggal 27 Juli 2021.
Wikipedia. 2021. Daftar Negara Menurut Jumlah Penduduk. URL:
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk.
Diakses tanggal 25 Juli 2021.
Portal Statistik Sektoral DKI Jakarta. 2020. Berapa kepadatan penduduk DKI
Jakarta saat ini?. URL: https://statistik.jakarta.go.id/berapa-kepadatan-
penduduk-dki-jakarta-saat-ini/. Diakses tanggal 25 Juli 2021

Anda mungkin juga menyukai