Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ARSITEKTUR LINGKUNGAN

Dosen Pembimbing : Dr.Naidah Naing, ST.,M.Si,IAI

JUDUL:
SUSTAINABLE DEVELOPMENT
“Bangunan Tropis dengan Konsep Rumah Panggung Modern”
Di Kelapa Gading - Jakarta

Nama Mahasiswa : Muh. Fadlullah Sultan


Stambuk : 03420200008
Kelas : A1

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pembangunan Berkelanjutan sangat penting bagi kelangsungan hidup mahluk hidup dimasa
sekarang dan tentunya dimasa yang akan datang, namun Langkah awal pembangunan tidak didasari
dengan pemahaman akan lingkungan yang baik, seperti membangun bangunan atau pemukiman dengan
menutup area hijau resapan air dengan beton, belum lagi dalam penggunaan energi yang terlalu besar
akibat dari posisi jarak antar bangunan Gedung dan perumahan saling berdekatan. Sehingga udara
maupun cahaya susah untuk masuk. Jika terus menerus begini maka dapat dipastikan beberapa tahun
kedepan akan lebih buruk, dikesempatan kali ini saya mengambil contoh permasalahan yang ada di Ibu
Kota Jakarta.
Banjir telah menjadi problem menahun Jakarta. Sejak era kolonial, penguasa Jakarta datang dan
pergi tapi banjir tetap ada. Tiap musim kampanye, calon gubernur berjanji mengatasi banjir tapi banjir
ternyata bertahan lebih lama dari pada periode kekuasaan. Dunia saat ini mengalami permasalahan
yang sama. Kota-kota besar ternyata tak mampu mengatasi persoalan dengan banyaknya limpahan air
hujan. Kawasan banijr semakin banyak di seluruh dunia. Malaysia dan Singapura masih kebanjiran.
Mereka sekarang mempersiapkan bagaimana rencana kota dan rencana kawasan yang terintegrasi
dengan air, yang ramah air. Belanda juga sekarang mulai beralih paradigmanya menjadi hidup bersama
air. Yang paling terlihat dari kota tak ramah air adalah ketidakmampuannya menjaga ruang terbuka
hijau. Saat ruang terbuka hijau semakin habis, resapan air semakin berkurang, dan akhirnya banjir.
Selain itu dari aspek penggunaan dan penghematan energi, Jakarta sangat tertinggal dari
kebanyakan ibukota di Asia, yang sudah mengembangkan bangunan bangunan yang menggunakan
energi alam, hal ini kemudian didukung dengan gaya hidup masyarakat kota yang menggunakan
banyak energi dengan bentuk bangunan yang sebagian besar tertutup tanpa bukaan dan komposisi
bangunan dengan ruang hijau yang tidak seimbang.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Sustainable Development dan seberapa penting?
2. Apa saja masalah kota Jakarta dalam hal Pembangunan Berkelanjutan?
3. Bagaimana Pembangunan Berkelanjutan dengan Konsep Rumah Panggung menjadi sebuah
solusi?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini, yaitu untuk menjelaskan pentingnya pembangunan
Berkelanjutan bagi masa sekarang dan di masa yang akan datang, melalui contoh penerapan pada
bangunan rumah di Kelapa Gading Jakarta.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Dalam Bahasa Indonesia yang berarti pembangunan Berkelanjutan yaitu pembangunan


yang memenuhi kebutuhan hidup masa sekarang dengan mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan hidup generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan sangat penting bagi
kelangsungan hidup mahluk hidup dan lingkungan alam, Prinsip utama dalam pembangunan
berkelanjutan ialah pertahanan kualitas hidup bagi seluruh manusia di masa sekarang dan di
masa depan secara berkelanjutan.

B. MASALAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI JAKARTA

Secara alami Jakarta adalah kota rawa dan hidup dengan air, selain menerima limpahan air
dari daerah hulu. Jakarta itu penuh dengan rawa. Buktinya banyak daerah di Jakarta bernama
rawa: Rawa Bebek, Rawa Belong, Rawa Bening, dan seterusnya. Jika melihat peta Batavia awal
Abad ke-20, banjir pun ternyata tak mampu diatasi. Kenapa? Karena tata kotanya melawan air.
Itulah awal mula masalah Jakarta dengan air.
Dari konsep pembangunan Berkelanjutan yang salah dari masa kolonial, Jakarta itu
melawan air. Misalnya, area Jakarta Utara yang tadinya mangrove dikeringkan, sehingga mulai
banyak banjir. Masalahnya adalah daya tampung aliran dan limpahan air yang tidak seimbang,
Misalnya, di daerah yang tadinya rawa-rawa lalu diuruk dan dibuat perumahan dengan menutup
area hijau dengan beton, Di lahan yang diuruk, air memang hilang tapi air berpindah ke tempat
lain, ke daerah yang lebih rendah, dan membuat banjir.

Dapat dilihat pada tahun 1986-1990 Kelapa Gading secara alami seluruhnya adalah air dan
mungkin ini adalah area tangkapan air terakhir diperkotaan Jakarta, namun pada tahun 2006 menjadi
kering, penuh dengan bangunan dan tidak ada lagi tempat untuk air, dan tiap tahunnya air akan tetap
ada dan mencari tempat untuk hadir, namun hal ini tidak didukung dengan area hijau dan resapan air
yang cukup di banding pada tahun sebelumnya.
Dan inilah pentingnya bagaimana kita memperbaiki dan merencanakan dasar awal pembangunan
berkelanjutan yang baik sehingga tidak merugikan dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang.

C. SOLUSI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DENGAN KONSEP SISTEM RUMAH


PANGGUNG DI KELAPA GADING - JAKARTA

Belajar dari rumah Betawi yang adalah panggung, kita tidak mengambil bentuknya Betawi,
tapi sistem pada bangunannya,
Sejatinya nenek moyang kita telah lebih dulu menemukan solusi dari berbagai macam
permasalahan dalam bangunan dan lingkungan, contohnya pada rumah Betawi, dengan konsep
rumah panggung, jika terjadi banjir tidak akan naik kerumah dan secara langsung
menyumbangkan lahannya untuk area resapan air, penggunaan ventilasi dan bukaan yang banyak
dengan celah celah antar kayu sehingga udara dan cayaha dapat masuk dengan mudah,

Terbukti pada tahun 2015 daerah kelapa gading Kembali mengalami banjir, ratusan rumah
terendam, dan rumah ini sudah menyumbangkan lahannya untuk mengembalikan kelapa gading
Kembali menjadi daerah tangkapan air, bayangkan jika seluruh bangunan dijakarta menggunakan
konsep yang sama, jalannya jalan layang mungkin banjir tidak akan bertambah parah atau tidak
akan ada lagi, atau bahkan banjir yang awalnya kita anggap musibah dapat menjadi berkah
dengan memanfaatkan dengan tambak ikan dan lain sebagainya.
Terkait masalah suhu pada siang hari bangunan ini mempunyai bukaan yang cukup, udara
dapat masuk melalui celah-celah bukaan dan ventilator pada bagian atap sehingga tidak perlu lagi
menggunakan pendingin ruangan,

begitupun dengan sistem pencahayaan menggunakan pencahayaan alami, cahaya masuk


melalui lubang ventilasi ataupun celah-celah bukaan lainnya. Sehingga tidak perlu menggunakan
banyak lampu.
Pada musim hujan kelebihan banyak air sedangkan pada musim kemarau malah
kekurangan air, masih banyak daerah perumahan yang kadang tidak mendapat air dan
menggunakan air PDAM juga mahal, untuk itu pada bagian bawah dimanfaatkan beberapa bagian
sebagai tempat penampungan air hujan, sehingga dapat menghemat penggunaan air sehari hari.
Selain itu penggunaan sistem struktur rumah panggung dari segi tanggap terhadap bencana,
konsep rumah panggung merupakan salah satu yang tahan gempa. Kolong yang ada di bawah
lantai, menciptakan ruang untuk melepas energi getaran dari dalam tanah sehingga hanya
sebagian kecil merambat ke fisik rumah.
Menurut Direktur Jendral Cipta Karya Kementrian PUPR Danis H Sumadilaga, Menilai,
gempa yang terjadi beberapa waktu yang lalu bukan menjadi penyebab utama banyaknya jumlah
korban meninggal dunia, “Gempa itu tidak membunuh, yang membunuh adalah bangunan
rubuh akibat dari gempa”. Sehingga untuk itu kita harus menjaga bangunan yang kita bangun
ini lebih baik dan juga tahan terhadap gempa.
BAB III
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sebagai generasi sekarang sepatutnya kita mulai sadar diri akan pentingnya menjaga lingkungan
dan menghemat energi agar generasi selanjutnya juga dapat merasakan apa yang kita rasakan, jika
sekarang masih banyak masalah terhadap lingkungan dan pembangunan, maka dari itu mulai dari
sekarang mulai memperbaiki Langkah awal dalam merencanakan pembangunan berkelanjutan.
Dan rumah yang berlokasi di Kelapa Gading Jakarta ini, bisa menjadi suatu ide solusi ataupun
dorongan inspirasi bagi masyarakat ataupun pemerintah dalam menghadapi berbagai macam masalah
terhadap lingkungan, pembangunan, dan penerapan dalam penghematan energi, dan tidak menutup
kemungkinan masyarakat kelak tidak berlomba lomba dalam membuat bangunan tinggi dan megah
namun dengan membangun rumah ataupun bangunan yang ramah terhadap lingkungan, dengan
memanfaatkan alam dan tanggap terhadap bencana.

DAFTAR PUSTAKA
Indopress. 2018, “Arsitek Yu Sing : Banjir Karena Jakarta Melawan Air”. Diakses pada 13 April 2021,
dari Arsitek Yu Sing: Banjir karena Jakarta Melawan Air - INDOPRESS

Prabowo, Dani, 2018 “Bukan Gempa Penyebab Banyaknya Korban Jiwa”


Diakses pada 13 April 2021, dari https://properti.kompas.com/read/2018/08/27/180000421/bukan-
gempa-penyebab-banyaknya-korban-jiwa.

Anda mungkin juga menyukai