HEMAT ENERGI
OLEH :
CAHAYA NINGRUM
190160074
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
BAB III ................................................................................................................................ 13
PENUTUP ........................................................................................................................... 13
Kesimpulan.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14
i
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi pada saat ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Selama ini penyangga utama kebutuhan energi masih mengandalkan
minyak bumi .Sementara itu tidak dapat dihindarkan bahwa minyak bumi semakin
langka dan mahal harganya. Dengan keadaan semakin menipisnya sumber energi
fosil tersebut, di dunia sekarang ini terjadi pergeseran dari penggunaan sumber
energi tak terbaharui menuju sumber energi terbaharui.
1
2
melalui proses aliran-aliran elektron negatif dan positif didalam cell modul tersebut
karena perbedaan electron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik
DC yang dapat langsung dimanfatkan untuk mengisi battery / aki sesuai tegangan
dan ampere yang diperlukan. Rata-rata produk modul solar cell yang ada dipasaran
menghasilkan tegangan 12-18 VDC dan ampere antara 0.5-7 Ampere. Modul juga
memiliki kapasitas beraneka ragam mulai kapsitas 10 Watt Peak sampai dengan
200 Watt Peak juga memiliki type cell monocrystal dan polycrystal.
saat ini, karena semakin panjang persoalan yang harus dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan rancangan. Hasil rancangan tidak lagi sekedar indah dalam
bentukannya dan fungsional dalam penggunaannya. Tetapi harus pula
memperhatikan tingkat keefisienan dalam penggunaan energi yang dalam hal ini
adalah mengurangi tingkat pemakaian listrik tanpa mengabaikan keindahan,
fungsionalitas dan kenyamanannya
Oleh karena itu, arsitek, ahli teknik dan konsultan memiliki tanggung jawab
sebagai perancang gedung untuk memotivasi, mendorong dan meyakinkan pemilik
dan pengembang bangunan gedung untuk mengutamakan penghematan energi
dalam bangunan gedung, dan/atau mengganti persediaan energi konvensional
dengan sumber energi yang terbarukan. Pendekatan konsep gedung hemat energi
dapat meningkatkan biaya pembangunan di awal, namun dengan mendorong
pemilik dan pengembang bangunan gedung untuk menggunakan analisis biaya
siklus, mereka dapat melihat keuntungan dari gedung hemat energi dalam jangka
panjang, baik secara biaya operasional maupun biaya pemeliharaan.
Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
A. Photovoltaic cell
Sinar matahari yang menyinari di bumi dapat diubah menjadi energi
listrik melalui sebuah proses yang dinamakan photovoltaic (PV). Photo
merujuk kepada cahaya dan voltaic mengacu kepada tegangan.
Terminologi ini digunakan untuk menjelaskan sel elektronik yang
memproduksi energi listrik arus searah dari energi radian matahari.
Photovoltaic cell dibuat dari material semikonduktor terutama silikon
yang dilapisi oleh bahan tambahan khusus. Jika cahaya matahari
mencapai cell maka electron akan terlepas dari atom silikon dan
mengalir membentuk sirkuit listrik sehingga energi listrik dapat
dibangkitkan. Sel surya selalu didesain untuk mengubah cahaya menjadi
energi listrik sebanyakbanyaknya dan dapat digabung menjadi seri atau
parallel untuk menghasilkan tegangan dan arus yang diinginkan seperti
yang dinyatakan oleh Chenni et. al.(2007). Cara kerja dari photovoltaic
cell sangat tergantung kepada sinar matahari yang diterimanya. Kondisi
iklim (missal awan tebal dan kabut) mempunyai efek yang sangat
6
Photovoltaic cell selalu dilapisi oleh penutup yang berasal dari gelas,
maka optical input dari photovoltaic cell juga sangat dipengaruhi oleh
orientasinya terhadap matahari karena variasi sudut dari pantulan gelas.
G. Teknik pemasangan panel surya
Panel surya dapat diinstal di atas atap, di atas bangunan, di tanah, dan
berdiri sendiri menggunakan tiang. Tapi, di daerah pemukiman yang
keterbatasan ruang menjadi kendala besar, atap rumah umumnya lebih
disukai. Umumnya panel surya dipasang secara tetap (fixed) pada
dudukannya. Untuk Negara-negara 4 musim teknik yang diadopsi
umumnya dalah dengan menghadapkan panel tersebut kearah selatan (
Negara-negara di belahan bumi utara) atau ke arah utara (Negara-
negaraa di belahan bumi selatan) seperti yang telah di teliti oleh Tackle
and Shaw (2007). Panel surya diposisikan tegak lurus terhadap arah
datangnya matahari tepat di siang hari. Panel surya paling efektif ketika
kontak langsung dengan sinar matahari sehingga mereka dapat
menangkap sebagian besar sinar matahari yang mengarah ke mereka.
Panel surya harus diposisikan sehingga mereka mendapatkan paparan
sinar matahari yang baik di sekitar tengah hari ketika energi matahari
bisa ditangkap secara maksimum. Paparan sinar matahari dapat
bervariasi tergantung musim dan posisi matahari terhadap bumi, panel
8
Beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk penghematan energi dalam
bangunan yaitu:
sebagai ruang antara guna mencegah aliran panas menuju ruang utama
misalnya ruang kantor. Ruang-ruang antara ini dapat berupa ruang tangga,
gudang, toilet, pantry, dan sebagainya.
4. Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau barat
Seandainya pada sisi timur dan barat bangunan tanpa dapat dihindari harus
diletakkan ruang-ruang utama, maka untuk menghindari pemanasan pada
ruang tersebut dinding-dinding ruang perlu diberi penghalang terhadap sinar
matahari langsung. Atau dinding dibuat rangkap di mana di antara kedua
dinding tersebut diberi ruang antara yang diberi lubang-lubang ventilasi.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perilaku termis ruang utama di
dalamnya, di mana suhu udara ruang akan lebih rendah secara mencolok
dibanding hanya menggunakan dinding tunggal.
5. Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras
Karena permukaan keras (aspal, beton, dsb) cenderung merupakan material
yang menyerap panas (kemudian dipancarkan kembali ke udara), maka suhu
udara di atas permukaan keras yang terkena radiasi matahari cenderung
lebih tinggi di banding dengan di atas rumput atau perdu misalnya .
Penggunaan material keras sebagai penutup halaman, jalan, tempat parkir,
dsb. akan menaikan suhu udara di sekitar bangunan seandainya permukaan
tersebut dibiarkan terbuka terhadap radiasi langsung matahari. Untuk itu
permukaan dengan material padat/keras sebaiknya dilindungi (dipayungi)
dari jatuhnya radiasi langsung matahari agar suhu udara sekitar bangunan
tetap rendah.
6. Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah
Dalam rangka penghematan energi dalam bangunan potensi ini dapat
dimanfaatkan dengan cara mengalirkan angin yang bersuhu rendah tersebut
melalui dinding (yang dibuat rangkap-berongga) serta lantai (berongga,
dengan raised floor). Tujuan dari pengaliran udara ini adalah menurunkan
suhu massa bangunan (building fabric) serendah mungkin mendekati atau
sama dengan suhu udara minimum tersebut. Suatu ruang yang memiliki
lantai, dinding dan langit-langit dengan suhu rendah akan lebih mudah
12
mencapai kenyamanan meskipun suhu udara luar relatif tinggi, karena pada
kenyataan sensasi suhu (termis) tidak saja ditentukan oleh suhu udara,
namun juga oleh suhu radisi permukaan ruang (lantai, dinding dan langit-
langit). Beberapa percobaan model dengan simulasi komputer serta uji coba
pada bangunan-bangunan baru telah membuktikan keampuhan teknik
pendinginan malam hari ini dalam usaha menekan pengunaan energi dalam
bangunan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Dzulfikar, D., & Broto, W. (2016). Optimalisasi Pemanfaatan Energi Listrik Tenaga
Surya Skala Rumah Tangga. SNF2016-ERE-73-SNF2016-ERE-76.
https://doi.org/10.21009/0305020614.
14