Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR-DASAR MESIN KONVERSI ENERGI

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD IQBAL SAPUTRA (200120061)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

ACEH UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah Swt Yang Maha Pengasih Lagi Maha Panyayang, Kami
Panjatkan Puja Dan Puji Syukur Atas Kehadirat-Nya, Yang Telah Melimpahkan Rahmat,
Hidayah, Dan Inayah-Nya Kepada Kami, Sehingga Kami Bisa Selesaikan Makalah tentang
mesin konversi energi
Makalah Mengenai tentang mesin konversi energi ini Sudah Selesai Kami Susun Dengan
semampu kami. Terlepas Dari Semua Itu, Kami Menyadari Seutuhnya Bahwa Masih Jauh Dari
Kata Sempurna Baik Dari Segi Susunan Kalimat Maupun Tata Bahasanya. Oleh Karena Itu,
Saya Terbuka Untuk Menerima Segala Masukan Dan Kritik Yang Bersifat Membangun Dari
Pembaca Sehingga Saya Bisa Melakukan Perbaikan terhadap makalah ini.
Akhir Kata Saya Meminta Semoga Makalah Ini dapat memberi manfaat bagi kita Dan
Manfaat bagi pembaca. Dan Bisa Memberi Mafaat Ataupun Inspirasi Pada Pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan energi dunia terus meningkat sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Proyeksi
permintaan energi pada tahun 2050 hampir mencapai tiga kali lipat dari permintaan di tahun 2012[1].
Tampaknya masalah energi akan tetap menjadi topik yang harus dicarikan solusinya bersama. Usaha-
usaha untuk mendapatkan energi alternatif telah lama dilakukan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap sumber daya minyak bumi. Pemanfaatan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam waktu
yang tidak lama jika pola pemakaian seperti sekarang ini yang justru semakin meningkat dengan
meningkatnya industri maupun transportasi. Selain itu dari berbagai penelitian telah didapat gambaran
bahwa kualitas udara telah semakin mengkawatirkan akibat pembakaran minyak bumi.

Dalam menanggapi krisis energi yang terjadi, pemerintah mengupayakan berbagai cara untuk
mengembangkan berbagai energi alternatif. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia berada pada daerah
khatulistiwa dan akan selalu disinari matahari selama 10 – 12 jam dalam sehari. Maka potensi untuk
mengembangkan energi surya sangatlah besar. Total intensitas penyinaran rata-rata 4,5 kWh per meter
persegi perhari, matahari bersinar berkisar 2000 jam per tahun, sehingga tergolong kaya sumber energi
matahari. Data Ditjen Listrik dan Pengembangan Energi pada tahun 1997, kapasitas terpasang listrik
tenaga surya di Indonesia mencapai 0,88 MW dari potensi yang tersedia 1,2 x 109 MW.[2] Dengan
potensi yang cukup besar tersebut diharapkan energi surya ini dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan energi bangsa ini dan juga mengurangi ketergantungan kita terhadap pemakaian energi fosil.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah :


1. Bagaimana potensi energi surya sebagai energi alternative di Indonesia?

2. Apa sajakah komponen penyusun panel surya?

3. Bagaimana perhitungan rancang bangun PLTS sederhana?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui potensi energi surya sebagai energi yang terbarukan

2. Mengetahui komponen penyusun suatu panel surya

3. Mampu membuat perhitungan sederhana rancang bangun PLTS

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Menerapkan sistem PLTS sederhana dalam kehidupkan sehari-hari

2. Menjadi referensi dalam pengerjaan Tugas Akhir (TA)


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Energi Surya Sebagai Alternatif Masa Depan

Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi diprediksikan akan
meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber energi yang berasal dari fosil,
yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan energi dunia diperkirakan akan mengalami
penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya sumber cadangan baru.

Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun
untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan
sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun
(pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk melindungi
bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan
teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.

Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti turbin angin, tenaga
air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan
bio-energi], tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar
69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima
oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini
setara dengan 2 x 1017 Watt.

Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan
kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki
efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.

2.2 Pemanfaatan Energi Surya

Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah dipindah, dekat dengan
pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta sebagai negara tropis, Indonesia
mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga
angin seperti di negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada pemeliharaan
yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta mempunyai keandalan yang tinggi.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang sudah
diterapkan, yaitu:

• Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan
listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6
MW.

• Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak
(kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan)
dan memanaskan air.(dunia listrik.blogspot.2008)

Gambar 1 Desain solar sistem pada lokasi parkir. (Foto: PV-tech)

Teknologi Energi Surya Fotovoltaik

Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan secara masal pada saat ini
adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang diperkenalkan sebagai Sistem Energi Surya Fotovoltaik
(SESF) atau secara umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS
Fotovoltaik). Sebutan SESF merupakan istilah yang telah dibakukan oleh pemerintah yang digunakan
untuk mengidentifikasikan suatu sistem pembangkit energi yang memanfaatkan energi matahari dan
menggunakan teknologi fotovoltaik. Dibandingkan energi listrik konvensional pada umumnya, SESF
terkesan rumit, mahal dan sulit dioperasikan. Namun dari pengalaman lebih dari 15 tahun operasional di
beberapa kawasan di Indonesia, SESF merupakan suatu sistem yang mudah didalam pengoperasiannya,
handal, serta memerlukan biaya pemeliharaan dan operasi yang rendah menjadikan SESF mampu
bersaing dengan teknologi konvensional pada sebagian besar kondisi wilayah Indonesia yang terdiri atas
pulau – pulau kecil yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN dan tergolong sebagai kawasan terpencil.

Selain itu SESF merupakan suatu teknologi yang bersih dan tidak mencemari lingkungan. Beberapa
kondisi yang sesuai untuk penggunaan SESF antara lain pada pemukiman desa terpencil, lokasi
transmigrasi, perkebunan, nelayan dan lain sebagainya, baik untuk penerangan rumah maupun untuk
fasilitas umum. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan jaman, pada saat ini di negara-negara maju
penerapan SESF telah banyak digunakan untuk suplai energi listrik di gedung-gedung dan perumahan di
kota-kota besar.

Pada umumnya modul fotovoltaik dipasarkan dengan kapasitas 50 Watt-peak (Wp) dan kelipatannya.
Unit satuan Watt-peak adalah satuan daya (Watt) yang dapat dibangkitkan oleh modul fotovoltaik dalam
keadaan standar uji (Standard Test Condition – STC). Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan
modul fotovoltaik pada skala komersial saat ini adalah sekitar 14 – 15 %.
A. Sel Surya dan Komponen Utamanya

Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah peralatan yang mampu mengkonversi langsung
cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan
potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun selain dipergunakan untuk
menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar
thermal. Sel surya dapat dianalogikan sebagai device dengan dua terminal atau sambungan, dimana saat
kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari
dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan
tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm2. Besar
tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya
disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan
total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul
surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus
outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.

B. Struktur Sel Surya

Sesuai dengan perkembangan sains & teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun berkembang dengan
berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau
bagian-bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi surya akan dibahas di tulisan “Sel
Surya : Jenis-jenis teknologi”). Dalam tulisan ini akan dibahas struktur dan cara kerja dari sel surya yang
umum berada dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis material silikon yang juga secara umum
mencakup struktur dan cara kerja sel surya generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin
film/lapisan tipis).

Gambar 3. Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor.
(Gambar:HowStuffWorks)

Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri dari :

1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat juga harus
mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel
surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum.
Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat
masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan
sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).

2. Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai tebal sampai
beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel
surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari.
Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang umum
diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang
umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe
(kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain
yang dalam sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).

Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material semikonduktor
yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll)
yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian
semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan dibahas dibagian “cara
kerja sel surya”.

3. Kontak metal / contact grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya dilapiskan
material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.

4.Lapisan antireflektif

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh semikonduktor.
Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah
lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang
menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang
dipantulkan kembali.

5.Enkapsulasi / cover glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau kotoran.

C. Cara Kerja Sel Surya


Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara semikonduktor
tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron
sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif)
sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya.
Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom
dopant. Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron,
sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi
dibawah menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Gambar 4. Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron).
(Gambar :eere.energy.gov)

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole) bisa
diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n
terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor
tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya
matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari
semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya
hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar
dibawah.

Gambar 5. Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-nrg.org)

D. Konsep Kerja Sistem PLTS

Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya matahari menjadi
energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber
daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi
melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas
langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar.
Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan sebuah
generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan
listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah kaca
(green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak ekosistem planet bumi kita. Sistem sel surya yang
digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge
controller),
dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, panel sel surya merupakan modul yang terdiri beberapa sel
surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang
diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu
menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar
matahari. Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistemsel surya itu merupakan rangkaian
elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam
selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler
akan mengisi aki dengan panelsurya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan
terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada
malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu
berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik.

Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk
dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran.
Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel
surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai.

Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan dengan bila
merakit sendiri. Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal
bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elip dengan matahari
berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari bergerak membentuk sudut selalu berubah,
maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal.
Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak
lurus pada permukaan panel surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel
surya itu masih harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah
permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa sehingga sinar mahatari
jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan
menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena terdiri dari bagian
perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum
termasuk kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh
tegak lurus.

Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel
surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi
kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana,
sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi.

Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel.
Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika
modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan
PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai
(frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar
banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya
dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik
yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan
dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi

Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan
dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan
energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan
relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter
sesuai dengan kebutuhannya.

Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang melindungi
bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya
dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semikonduktor P-type dan N-type (terbuat dari
campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (tebuat dari
logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik. Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik
dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh
bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh
perjalanan menuju bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-
gaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan
menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot
listrik.

E. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan
yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari:

 Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).

 Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal ini
memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.

 Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan
penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).

Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang lebih tinggi, dimana listrik
dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun instalasi generator listrik bensin ataupun solar. Misalnya
daerah terpencil: pertambangan, perkebunan, perikanan, desa terpencil, dll. Dari segi jangka panjang,
nilai ke-ekonomian juga tinggi, karena dengan perencanaan yang baik, pembangkit listrik tenaga surya
dengan panel surya memiliki daya tahan 20 – 25 tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan
daya tahan 3 – 5 tahun.
Gambar 6. Diagram Rancang Bangun PLTS Sederhana

Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas: beberapa solar panel di paralel untuk menghasilkan
arus yang lebih besar. Combiner pada gambar diatas menghubungkan kaki positif panel surya satu
dengan panel surya lainnya. Kaki/ kutub negatif panel satu dan lainnya juga dihubungkan. Ujung kaki
positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge controller, dan kaki negatif panel surya
dihubungkan ke kaki negatif charge controller. Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan
oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat AC (alternating
current) seperti Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai disupply oleh inverter.

Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan mengenai kebutuhan
daya:

 Jumlah pemakaian

 Jumlah solar panel

 Jumlah baterai

F. Contoh Perhitungan Sederhana Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Perhitungan keperluan daya adalah sebagai berikut :

Langkah Pertama : Menentukan jumlah total beban di rumah yang akan menggunakan tenaga dari solar
panel.

Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh (kilowatt per jam) setiap bulan.
Sehingga dari situ kita bisa identifikasikan berapa kWh yang dibutuhkan tiap hari, misalnya 200 watt.

Langkah Kedua : Menentukan lama beban yang totalnya 200 watt tersebut akan dihidupkan
dengan menggunakan sistem solar panel.

Boleh diasumsikan misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total konsumsi daya beban dalam sehari adalah
12 x 200 kWh = 2.400 watt.

Tentunya lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar panel dinyalakan pada malam hari.
Dengan begini, penggunaan baterai relatif tidak berat dan dimungkinkan jumlah baterai dapat pula
dikurangi jumlahnya, karena listrik yang disupply tidak hanya oleh baterai tetapi sinar matahari masih
turut memberikan supply.

Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul 18.00 s/d 06.00 (12 jam).
Langkah Ketiga : Menghitung berapa besar dan jumlah baterai yang dibutuhkan untuk mensupply beban
sejumlah total 2.400 watt:

Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah listrik yang digunakan oleh
perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai pengubah arus DC (searah) menjadi AC (bolak –
balik) (karena pada umumnya peralatan rumah tangga menggunakan arus AC), dan controller (sebagai
pengatur arus) yakni menutup arus ke baterai jika tegangan sudah berlebih di baterai dan
memberhentikan pengambilan arus dari baterai jika baterai sudah hampir kosong.

Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah 2.400 x (2.400 x 20%) = 2.880
watt.

Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki baterai) maka kuat arus yang
dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika kita menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah 12 V, maka
kita membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 watt).

Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, akan didapatkan jumlah panel yang dibutuhkan, termasuk
besarannya yakni sebagai berikut. Jika menggunakan ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka
dalam sehari panel ini kurang lebih menghasilkan supply sebesar 100wp x 5 (jam) = 500 watt.

Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari bersinar di negara tropis seperti
Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi semacam perhitungan rumus baku efektivitas sinar matahari
yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1 panel yang 100 wp mampu memberikan listrik sejumlah 500
watt, didapatkan total panel yang dibutuhkan adalah sejumlah 3.120 watt / 500 watt = 7 panel (baiknya
kita lebihkan).

Kesimpulan : Telah berhasil didapatkan kombinasi antara jumlah panel surya dan baterai untuk
mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12 jam sehari dimana beban yang
menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara pukul 18.00 s/d 06.00 yakni : 7 PANEL SURYA
YANG 100 WP DAN 4 BUAH BATERAI 65Ah 12 V.

Mengenai harga, 1 buah panel surya dengan daya 100 wp adalah sebesar Rp.2.100.000, sehingga total
uang yang harus dikeluarkan untuk pembelian panel surya adalah Rp.14.700.000,-
BAB III
KESIMPULAN

Energi surya merupakan energi alternatif yang memiliki potensi cukup besar di Indonesia. Energi
terbarukan ini telah dikembangkan dengan dua metode yaitu energi surya fotovoltaik yang secara
umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS Fotovoltaik). Pembangkit listrik
tenaga surya ini sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan yang baik sangat
diperlukan. Perencanaan terdiri dari: Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt),
berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal ini
memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang dan berapa unit baterai yang
diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari
(Ampere hour).
DAFTAR PUSTAKA

http://renewabledotenergydotconsultant.blogspot.com/, diakses tanggal 08-01-2014

http://www.greenradio.fm/technology/energy/solar-cell/, diakses 28-12-2013

http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/11/, diakses 29-12-2013

http://www.esdm.go.id/news-archives/, diakses tanggal 08-01-2014

http://www.litbang.esdm.go.id , diakses tanggal 08-01-2014

http://tenagasuryaku.com/2011/12/03/solar-sell/ diakses tanggal 20-12-2013

http://sentradaya.com/solar-cell/ diakses tanggal 20-12-2013

http://teknologisurya.wordpress.com/dasar-teknologi-sel-surya/prinsip-kerja-sel-surya/ diakses tanggal


20-12-2013

Anda mungkin juga menyukai