Anda di halaman 1dari 20

Produk Bidang Konversi Energi Surya

Disusun oleh : XI IPA 1


Nama Anggota :
1. Fadhillah Rizky
2. Lely Yustikasari
3. Misyka Fajratul
4 . Putri Langun
5. Sherla Amanda
6. Ulil Abror ZH
SMAN 1 Kalianda TP 2019/2020 LAMPUNG,
LAMPUNG SELATAN
KATA PENGANTAR

Syukur lhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
membuat produk bidang konversi energy Biomassa.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran,dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dan pendidikan

Kalianda,04Februari2020

penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………....i
KATA PENGANTAR…..…………………………..…………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………..…………………………...iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………...………………………………1
1.1 Latar belakang…………………………………………………………...…….2
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..3
1.3 Tujuan……….………..…………..…………………………………….……..4

BAB2 LANDASAN TEORI…………………………………….……………….4


2.1 Pengertian Energi Surya…………….….………………………………….……..5
2.2 Sifat dan Karakteristik……………..……….……………………….………...6
2.3 Fungsi ……………………………………………………………...………....7

BAB 3 Pembahasan…………………………………..……….…………………..8
3.1 Alat dan Bahan…..………………………………..………..…………………9
3.2 Sumber...……………………………………..……………….………………10
3.3 Cara Pembuatan (Proses Bahan Bakar)…………………….………………...11
3.4 Teknologi Konversi Energi Surya………………………..………………………12
3.5 Fungsi dalam Kehidupan Sehari-hari………………….………..…………….13
3.6 Nilai Ekonomis dan Ergonomis……………………………………………....14
3.7 Keunggulan dan Kekurangan…………………………………………………15

BAB 4 PENUTUP………..………………………………………………………16
4.1 Kesimpulan…………………………………………….……………………..17
4.2 Saran…………………………………………………………………..………18
BAB 1
PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang.


Permintaan energi dunia terus meningkat sepanjang sejarah peradaban
umat manusia. Proyeksi permintaan energi pada tahun 2050 hampir
mencapai tiga kali lipat dari permintaan di tahun 2012[1]. Tampaknya
masalah energi akan tetap menjadi topik yang harus dicarikan solusinya
bersama. Usaha-usaha untuk mendapatkan energi alternatif telah lama
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya
minyak bumi. Pemanfaatan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam
waktu yang tidak lama jika pola pemakaian seperti sekarang ini yang
justru semakin meningkat dengan meningkatnya industri maupun
transportasi. Selain itu dari berbagai penelitian telah didapat gambaran
bahwa kualitas udara telah semakin mengkawatirkan akibat pembakaran
minyak bumi.

Dalam menanggapi krisis energi yang terjadi, pemerintah mengupayakan


berbagai cara untuk mengembangkan berbagai energi alternatif.
Sebagaimana kita ketahui, Indonesia berada pada daerah khatulistiwa dan
akan selalu disinari matahari selama 10 – 12 jam dalam sehari. Maka
potensi untuk mengembangkan energi surya sangatlah besar. Total
intensitas penyinaran rata-rata 4,5 kWh per meter persegi perhari,
matahari bersinar berkisar 2000 jam per tahun, sehingga tergolong kaya
sumber energi matahari. Data Ditjen Listrik dan Pengembangan Energi
pada tahun 1997, kapasitas terpasang listrik tenaga surya di Indonesia
mencapai 0,88 MW dari potensi yang tersedia 1,2 x 109 MW.[2] Dengan
potensi yang cukup besar tersebut diharapkan energi surya ini dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan energi bangsa ini dan juga
mengurangi ketergantungan kita terhadap pemakaian energi fosil.
3.2 Rumusan Masalah.
1. Bagaimana potensi energi surya sebagai energi alternatif?
2. Apa teknologi yang digunakan dalam konversi energi surya?
4. Manfaat/ keuntungan dari menggunakan energy surya?

3.3 Tujuan.
1. Mengetahui potensi energi surya sebagai energi terbarukan.
2. Mengetahui teknologi yang digunakan untuk membuat produk
konversi energi surya (panel surya).
3. Mengetaui manfaat / keuntungan dari menggunakan energi Surya.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Energi Surya sebagai Alternatif Masa Depan


Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi
diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber
energi yang berasal dari fosil, yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan
energi dunia diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya
sumber cadangan baru.

Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan
hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200
tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin
meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan
konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk
melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan
untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.

Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti
turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya,
tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel
merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh
permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai
energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar
biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan
2 x 1017 Watt.

Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh
dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi
dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk
menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.
2.2 Pemanfaatan Energi Surya

Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah
dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana
serta sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari
yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti di
negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada
pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta
mempunyai keandalan yang tinggi.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi
yang sudah diterapkan, yaitu:

• Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan untuk


memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari
pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6 MW.

• Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan
untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan,
perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air.(dunia
listrik.blogspot.2008)

2.3 Teknologi Energi Surya Fotovoltaik

Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan
secara masal pada saat ini adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang
diperkenalkan sebagai Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF) atau secara
umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS
Fotovoltaik). Sebutan SESF merupakan istilah yang telah dibakukan oleh
pemerintah yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu sistem pembangkit
energi yang memanfaatkan energi matahari dan menggunakan teknologi
fotovoltaik. Dibandingkan energi listrik konvensional pada umumnya, SESF
terkesan rumit, mahal dan sulit dioperasikan. Namun dari pengalaman lebih dari
15 tahun operasional di beberapa kawasan di Indonesia, SESF merupakan suatu
sistem yang mudah didalam pengoperasiannya, handal, serta memerlukan biaya
pemeliharaan dan operasi yang rendah menjadikan SESF mampu bersaing dengan
teknologi konvensional pada sebagian besar kondisi wilayah Indonesia yang
terdiri atas pulau – pulau kecil yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN dan
tergolong sebagai kawasan terpencil.

Selain itu SESF merupakan suatu teknologi yang bersih dan tidak mencemari
lingkungan. Beberapa kondisi yang sesuai untuk penggunaan SESF antara lain
pada pemukiman desa terpencil, lokasi transmigrasi, perkebunan, nelayan dan
lain sebagainya, baik untuk penerangan rumah maupun untuk fasilitas umum.
Akan tetapi sesuai dengan perkembangan jaman, pada saat ini di negara-negara
maju penerapan SESF telah banyak digunakan untuk suplai energi listrik di
gedung-gedung dan perumahan di kota-kota besar.

Pada umumnya modul fotovoltaik dipasarkan dengan kapasitas 50 Watt-peak


(Wp) dan kelipatannya. Unit satuan Watt-peak adalah satuan daya (Watt) yang
dapat dibangkitkan oleh modul fotovoltaik dalam keadaan standar uji (Standard
Test Condition – STC). Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan
modul fotovoltaik pada skala komersial saat ini adalah sekitar 14 – 15 %.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit listrik tenaga surya atau disingkat PLTS adalah pembangkit


listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkitan
listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung
menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan pemusatan
energi surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya
menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya
menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem
pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk
menggerakan mesin kalor.

3.2 Cara Pemusatan energi surya


Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power, CSP)
menggunakan lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan
energi matahari dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang
terkonsentrasikan lalu digunakan sebagai sumber panas untuk
pembangkitan listrik biasa yang memanfaatkan panas untuk
menggerakkan generator. Sistem cermin parabola, lensa reflektor Fresnel,
dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Fluida
kerja yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan generator
(turbin uap konvensional hingga mesin Stirling) atau menjadi media
penyimpan panas.

Ivanpah Solar Plant yang terleak di Gurun Mojave akan menjadi


pembangkit listrik tenaga surya tipe pemusatan energi surya terbesar
dengan daya mencapai 377 MegaWatt. Meski pembangunan didukung
oleh pendanaan Amerika Serikat atas visi Barrack Obama mengenai
program 10000 MW energi terbarukan, namun pembangunan ini menuai
kontroversi karena mengancam keberadaan satwa liar di sekitar gurun.

3.3 Cara Fotovoltaik


Sel surya atau sel fotovoltaik adalah alat yang mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dibuat pertama kali
pada tahun 1880 oleh Charles Fritts.[3]

Pembangkit listrik tenaga surya tipe fotovoltaik adalah pembangkit listrik


yang menggunakan perbedaan tegangan akibat efek fotoelektrik untuk
menghasilkan listrik. Solar panel terdiri dari 3 lapisan, lapisan panel P di
bagian atas, lapisan pembatas di tengah, dan lapisan panel N di bagian
bawah. Efek fotoelektrik adalah di mana sinar matahari menyebabkan
elektron di lapisan panel P terlepas, sehingga hal ini menyebabkan proton
mengalir ke lapisan panel N di bagian bawah dan perpindahan arus proton
ini adalah arus listrik.

3.3.1 Sel Surya dan Komponen Utamanya


Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah peralatan yang
mampu mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya
bisa disebut sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat
besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun selain
dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa
dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar thermal. Sel surya
dapat dianalogikan sebagai device dengan dua terminal atau sambungan,
dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda,
dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan.
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan
dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala
milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk
berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara
seri membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36
sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi
penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan
secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus
outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.

3.3.2. Struktur Sel Surya

Sesuai dengan perkembangan sains & teknologi, jenis-jenis teknologi sel


surya pun berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel
surya generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-
bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi surya akan
dibahas di tulisan “Sel Surya : Jenis-jenis teknologi”). Dalam tulisan ini
akan dibahas struktur dan cara kerja dari sel surya yang umum berada
dipasaran saat ini yaitu sel surya berbasis material silikon yang juga secara
umum mencakup struktur dan cara kerja sel surya generasi pertama (sel
surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya.
Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik
karena juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga
umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau
molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya
organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya
sehingga material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga
transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide
(FTO).

2. Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya
generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan
tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari
sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan
adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik.
Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang
umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material
Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous
silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang
dalam sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS)
dan Cu2O (copper oxide).

Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua
material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang
disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n
junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya.
Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan
sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.

3. Kontak metal / contact grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material


semikonduktor biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif
transparan sebagai kontak negatif.

4.Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang
terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi
oleh lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis
material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan
udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor
sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.

5.Enkapsulasi / cover glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya


dari hujan atau kotoran.

3.3.3. Cara Kerja Sel Surya

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu


junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri
dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun
dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan
negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole
(muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan
hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant.
Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping
oleh atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n,
silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan
junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga
elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan
listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan
elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub
negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini
maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari
mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak
dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan
sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif
menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.

3.3.4.. Konsep Kerja Sistem PLTS

Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah


cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah
satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini
sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi
melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam
jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada
bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem
sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan
dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan
memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya
bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas
rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak
ekosistem planet bumi kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan
bumi terdiri dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge
controller),
dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, panel sel surya merupakan modul
yang terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan
paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering
digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu
menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan
panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian kontroler pengisian aki
dalam sistemsel surya itu merupakan rangkaian elektronik yang mengatur
proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam
selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai
10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panelsurya sebagai
sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila
berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu
terjadi pada malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi
listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama beberapa jam,
tegangan aki itu akan naik.

Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu
sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler
ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran. Memang harga kontroler
itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel
surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai.

Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah
dibandingkan dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu
letakkan dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal bumi itu
bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elip
dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari
bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel
surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal.
Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu harus
diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel surya. Jadi,
untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih
harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur
arah permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian
rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel
suryanya. Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan
menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena
terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Biasanya,
paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk kontroler untuk
menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh
tegak lurus.

Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan


unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul
fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin
film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif
sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi
tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan
secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel
surya yaitu sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa
diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya
pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di
Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian
membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan
pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini
karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan
poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang
digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan
penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan
dan instalasi

Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah,


bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan
kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya
fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang
dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas
baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.

Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive
transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan,
material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi
jumlah cahaya yang dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-type
(terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran
awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke
perabot listrik. Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan
piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya
dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron.
Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-
konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya
pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan
aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke
saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.

3.3.5. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar
matahari, maka perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan
terdiri dari:

Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).


Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour),
dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus
dipasang.
Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).
Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai
yang lebih tinggi, dimana listrik dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun
instalasi generator listrik bensin ataupun solar. Misalnya daerah terpencil:
pertambangan, perkebunan, perikanan, desa terpencil, dll. Dari segi jangka
panjang, nilai ke-ekonomian juga tinggi, karena dengan perencanaan yang
baik, pembangkit listrik tenaga surya dengan panel surya memiliki daya
tahan 20 – 25 tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan
daya tahan 3 – 5 tahun.
Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas: beberapa solar panel
di paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner pada
gambar diatas menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan panel
surya lainnya. Kaki/ kutub negatif panel satu dan lainnya juga dihubungkan.
Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge controller,
dan kaki negatif panel surya dihubungkan ke kaki negatif charge controller.
Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan oleh charge
controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat AC
(alternating current) seperti Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai
disupply oleh inverter.

Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan


perencanaan mengenai kebutuhan daya:

Jumlah pemakaian
Jumlah solar panel
Jumlah baterai

3.3.6.:Contoh Perhitungan Sederhana Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Perhitungan keperluan daya adalah sebagai berikut :

Langkah Pertama : Menentukan jumlah total beban di rumah yang akan


menggunakan tenaga dari solar panel.

Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh
(kilowatt per jam) setiap bulan. Sehingga dari situ kita bisa identifikasikan
berapa kWh yang dibutuhkan tiap hari, misalnya 200 watt.

Langkah Kedua : Menentukan lama beban yang totalnya 200 watt


tersebut akan dihidupkan dengan menggunakan sistem solar panel.

Boleh diasumsikan misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total konsumsi


daya beban dalam sehari adalah 12 x 200 kWh = 2.400 watt.

Tentunya lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar panel


dinyalakan pada malam hari. Dengan begini, penggunaan baterai relatif
tidak berat dan dimungkinkan jumlah baterai dapat pula dikurangi
jumlahnya, karena listrik yang disupply tidak hanya oleh baterai tetapi sinar
matahari masih turut memberikan supply.

Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul
18.00 s/d 06.00 (12 jam).

Langkah Ketiga : Menghitung berapa besar dan jumlah baterai yang


dibutuhkan untuk mensupply beban sejumlah total 2.400 watt:
Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah listrik
yang digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai
pengubah arus DC (searah) menjadi AC (bolak – balik) (karena pada
umumnya peralatan rumah tangga menggunakan arus AC), dan controller
(sebagai pengatur arus) yakni menutup arus ke baterai jika tegangan
sudah berlebih di baterai dan memberhentikan pengambilan arus dari
baterai jika baterai sudah hampir kosong.

Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah
2.400 x (2.400 x 20%) = 2.880 watt.

Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki
baterai) maka kuat arus yang dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika
kita menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah 12 V, maka kita
membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 watt).

Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, akan didapatkan jumlah panel yang
dibutuhkan, termasuk besarannya yakni sebagai berikut. Jika
menggunakan ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka dalam sehari
panel ini kurang lebih menghasilkan supply sebesar 100wp x 5 (jam) = 500
watt.

Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari


bersinar di negara tropis seperti Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi
semacam perhitungan rumus baku efektivitas sinar matahari yang diserap
oleh panel surya. Maka jika 1 panel yang 100 wp mampu memberikan
listrik sejumlah 500 watt, didapatkan total panel yang dibutuhkan adalah
sejumlah 3.120 watt / 500 watt = 7 panel (baiknya kita lebihkan).

Kesimpulan : Telah berhasil didapatkan kombinasi antara jumlah


panel surya dan baterai untuk mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt
yang dinyalakan selama 12 jam sehari dimana beban yang
menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara pukul 18.00 s/d
06.00 yakni : 7 PANEL SURYA YANG 100 WP DAN 4 BUAH BATERAI
65Ah 12 V.
Mengenai harga, 1 buah panel surya dengan daya 100 wp adalah sebesar
Rp.2.100.000, sehingga total uang yang harus dikeluarkan untuk
pembelian panel surya adalah Rp.14.700.000,-

3.4 Membuat Panel Surya Sederhana di Rumah Sendiri


Untuk membuat panel surya secara sederhana, Anda bisa menggunakan
bahan selain dari silikon. Misalnya cuprous oxide (wikipedia.org) yang
banyak dijual di toko besi. Bahan ini memiliki kegunaan yang sama dengan
material silikon, yaitu mampu memberikan efek photoelectric. Efek
photoelectric ini mampu merubah cahaya menjadi aliran listrik melalui satu
material.

Bahan-bahan yang harus disiapkan untuk membuat panel surya sederhana


di rumah antara lain.
– 1 lembar lembaran tembaga mengkilat
– 2 buah capit buaya
– 1 buah micro ammeter
– 1 buah kompor listrik
– 1 buah botol plastik bening
– 2 sdm garam meja
– 1 buah ampelas atau sikat kawat
– 1 buah gunting
– Air

3.4.1 Tutorial membuat panel surya yang sederhana di rumah


Jika Anda sudah menyiapkan bahan-bahan diatas dengan lengkap dan
tidak ada yang ketinggalan, kini saatnya Anda menerapkan langkah-
langkah yang akan kami jelaskan seperti berikut.

1. Cuci tangan Anda terlebih dahulu sebelum memegang bahan-bahan


pembuat panel surya. Hal ini dilakukan untuk membuat panel surya
sederhana agar tidak ada lemak atau minyak yang akan menempel di
tangan Anda.

2. Potong kawat tembaga dengan ukuran yang sama dengan ukuran panel
pemanas yang ada di dalam kompor listrik dengan menggunakan gunting.

3. Kawat tembaga yang sudah dipotong kemudian dibersihkan dengan


menggunakan ampelas atau sikat kawat, sehingga tidak ada kotoran yang
dapat menghambat proses penyerapan energi matahari.

4. Setelah kawat tembaga dibersihkan, letakkan kawat tembaga di atas


kompor listrik dan bakar bakar dengan voltase tertinggi.

5. Anda dapat melakukan proses pembakaran ini selama 30 menit hingga


lapisan tembaga berubah warna menjadi hitam.

6. Saat proses pembakaran selesai, diamkan terlebih dahulu lapisan


tembaga tadi hingga dingin alami kurang lebih 20 menit. Setelah dingin,
lapisan tembaga tersebut akan berkerut, hal itu mendandakan bahwa
lapisan oksida menyusut.

7. Cara membuat panel surya sederhana yang selanjutnya adalah dengan


mencuci dan menggosok tembaga secara perlahan di bawah air yang
mengalir. Dalam proses ini, usahakan untuk tidak meregangkan lapisan
tembaga karena dapat merusak lapisan oksida corpus yang dibutuhkan
untuk membuah panel surya sederhana.
8. Langkah selanjutnya untuk membuat panel surya sederhana adalah
memotong lembaran tembaga yang ukurannya disesuaikan dengan
tembaga pertama. Setelah itu, tekuk kedua lembaran tembaga, tembaga
pertama dan kedua lalu masukkan kedalam botol plastik. Usahakan kedua
tembaga tidak bersinggungan satu sama lain.

9. Pasang capit buaya pada lembaran tembaga pertama dan pada


lembaran tembaga kedua, kemudian pasangkan kabel dari tembaga kedua
ke terminal positif dan kabel dari tembaga pertama yaitu yang telah dibakar
ke terminal negatif dari ammeter.

10. Selanjutnya, masukkan air garam yang telah dipanaskan kedalam botol
dengan hati-hati dan usahakan jangan sampai membasahi capit buaya.
Perlu diperhatikan bahwa ukuran air garam tidak boleh menenggelamkan
seluruh plat tembaga.

11. Uji panel surya sederhana yang telah berhasil Anda buat dengan
meletakkan di bawah sinar matahari.

Bab IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Energi surya merupakan energi alternatif yang memiliki potensi cukup besar di Indonesia.
Energi terbarukan ini telah dikembangkan dengan dua metode yaitu energi surya fotovoltaik
yang secara umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS
Fotovoltaik). Pembangkit listrik tenaga surya ini sangat tergantung kepada sinar matahari,
maka perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari: Jumlah daya yang
dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt), berapa besar arus yang dihasilkan solar
cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel
surya yang harus dipasang dan berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang
diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari (Ampere hour).

Anda mungkin juga menyukai