Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran,dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dan pendidikan
Kalianda,04Februari2020
penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………....i
KATA PENGANTAR…..…………………………..…………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………..…………………………...iii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………...………………………………1
1.1 Latar belakang…………………………………………………………...…….2
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..3
1.3 Tujuan……….………..…………..…………………………………….……..4
BAB 3 Pembahasan…………………………………..……….…………………..8
3.1 Alat dan Bahan…..………………………………..………..…………………9
3.2 Sumber...……………………………………..……………….………………10
3.3 Cara Pembuatan (Proses Bahan Bakar)…………………….………………...11
3.4 Teknologi Konversi Energi Surya………………………..………………………12
3.5 Fungsi dalam Kehidupan Sehari-hari………………….………..…………….13
3.6 Nilai Ekonomis dan Ergonomis……………………………………………....14
3.7 Keunggulan dan Kekurangan…………………………………………………15
BAB 4 PENUTUP………..………………………………………………………16
4.1 Kesimpulan…………………………………………….……………………..17
4.2 Saran…………………………………………………………………..………18
BAB 1
PENDAHULUAN
3.3 Tujuan.
1. Mengetahui potensi energi surya sebagai energi terbarukan.
2. Mengetahui teknologi yang digunakan untuk membuat produk
konversi energi surya (panel surya).
3. Mengetaui manfaat / keuntungan dari menggunakan energi Surya.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan
hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200
tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin
meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan
konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk
melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan
untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.
Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti
turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya,
tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel
merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.
Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh
permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai
energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar
biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan
2 x 1017 Watt.
Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh
dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi
dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk
menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.
2.2 Pemanfaatan Energi Surya
Karena sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah
dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana
serta sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari
yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti di
negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada
pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta
mempunyai keandalan yang tinggi.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi
yang sudah diterapkan, yaitu:
• Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan
untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan,
perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air.(dunia
listrik.blogspot.2008)
Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan
secara masal pada saat ini adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang
diperkenalkan sebagai Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF) atau secara
umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS
Fotovoltaik). Sebutan SESF merupakan istilah yang telah dibakukan oleh
pemerintah yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu sistem pembangkit
energi yang memanfaatkan energi matahari dan menggunakan teknologi
fotovoltaik. Dibandingkan energi listrik konvensional pada umumnya, SESF
terkesan rumit, mahal dan sulit dioperasikan. Namun dari pengalaman lebih dari
15 tahun operasional di beberapa kawasan di Indonesia, SESF merupakan suatu
sistem yang mudah didalam pengoperasiannya, handal, serta memerlukan biaya
pemeliharaan dan operasi yang rendah menjadikan SESF mampu bersaing dengan
teknologi konvensional pada sebagian besar kondisi wilayah Indonesia yang
terdiri atas pulau – pulau kecil yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN dan
tergolong sebagai kawasan terpencil.
Selain itu SESF merupakan suatu teknologi yang bersih dan tidak mencemari
lingkungan. Beberapa kondisi yang sesuai untuk penggunaan SESF antara lain
pada pemukiman desa terpencil, lokasi transmigrasi, perkebunan, nelayan dan
lain sebagainya, baik untuk penerangan rumah maupun untuk fasilitas umum.
Akan tetapi sesuai dengan perkembangan jaman, pada saat ini di negara-negara
maju penerapan SESF telah banyak digunakan untuk suplai energi listrik di
gedung-gedung dan perumahan di kota-kota besar.
BAB 3
PEMBAHASAN
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya
generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan
tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari
sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan
adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik.
Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang
umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material
Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous
silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang
dalam sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS)
dan Cu2O (copper oxide).
Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua
material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang
disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n
junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya.
Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan
sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.
4.Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang
terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi
oleh lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis
material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan
udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor
sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga
elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan
listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan
elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga
membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub
negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini
maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari
mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron bergerak
dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan
sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif
menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, panel sel surya merupakan modul
yang terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan
paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering
digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu
menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan
panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian kontroler pengisian aki
dalam sistemsel surya itu merupakan rangkaian elektronik yang mengatur
proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam
selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai
10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panelsurya sebagai
sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila
berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu
terjadi pada malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi
listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama beberapa jam,
tegangan aki itu akan naik.
Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu
sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler
ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran. Memang harga kontroler
itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel
surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai.
Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah
dibandingkan dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu
letakkan dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal bumi itu
bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elip
dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari
bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel
surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal.
Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu harus
diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel surya. Jadi,
untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih
harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur
arah permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian
rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel
suryanya. Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan
menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena
terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Biasanya,
paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk kontroler untuk
menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh
tegak lurus.
Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive
transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan,
material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi
jumlah cahaya yang dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-type
(terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran
awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke
perabot listrik. Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan
piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya
dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron.
Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-
konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya
pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan
aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke
saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.
Jumlah pemakaian
Jumlah solar panel
Jumlah baterai
Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh
(kilowatt per jam) setiap bulan. Sehingga dari situ kita bisa identifikasikan
berapa kWh yang dibutuhkan tiap hari, misalnya 200 watt.
Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul
18.00 s/d 06.00 (12 jam).
Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah
2.400 x (2.400 x 20%) = 2.880 watt.
Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki
baterai) maka kuat arus yang dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika
kita menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah 12 V, maka kita
membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 watt).
Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, akan didapatkan jumlah panel yang
dibutuhkan, termasuk besarannya yakni sebagai berikut. Jika
menggunakan ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka dalam sehari
panel ini kurang lebih menghasilkan supply sebesar 100wp x 5 (jam) = 500
watt.
2. Potong kawat tembaga dengan ukuran yang sama dengan ukuran panel
pemanas yang ada di dalam kompor listrik dengan menggunakan gunting.
10. Selanjutnya, masukkan air garam yang telah dipanaskan kedalam botol
dengan hati-hati dan usahakan jangan sampai membasahi capit buaya.
Perlu diperhatikan bahwa ukuran air garam tidak boleh menenggelamkan
seluruh plat tembaga.
11. Uji panel surya sederhana yang telah berhasil Anda buat dengan
meletakkan di bawah sinar matahari.
Bab IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Energi surya merupakan energi alternatif yang memiliki potensi cukup besar di Indonesia.
Energi terbarukan ini telah dikembangkan dengan dua metode yaitu energi surya fotovoltaik
yang secara umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS
Fotovoltaik). Pembangkit listrik tenaga surya ini sangat tergantung kepada sinar matahari,
maka perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari: Jumlah daya yang
dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt), berapa besar arus yang dihasilkan solar
cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel
surya yang harus dipasang dan berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang
diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari (Ampere hour).