Anda di halaman 1dari 5

Photovoltaic atau PV merupakan perangkat untuk mengkonversi energi cahaya

matahari menjadi energi listrik yang dapat digunakan di kehidupan sehari-hari. Energi dari
matahari merupakan salah satu bentuk energi terbarukan. Intensitas radiasi matahari di
Indonesia mempunyai nilai rata-rata sebesar 4,85 kWh/m2 per hari dengan kata lain dapat
menghasilkan listrik hingga 208 GWp [1]. Indonesia sendiri baru memanfaatkan energi surya
kurang lebih 10 MWp dari total potensinya [2]. Pada tahun 2019, kapasitas terpasang PLTS
(Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Indonesia adalah 145,81 MW, angka tersebut
merupakan yang terbesar kedua diantara 7 Pembangkit EBT yang ada di Indonesia [3]. Sel
surya dapat menjadi pilihan sebagai pembangkit listrik di Indonesia yang mempunyai potensi
sebagai penyedia energi di masa mendatang.[4]

Pendayagunaan energi foton dari sinar matahari semakin meningkat dan sangat luas
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sel surya, dalam
perkembangannya efisiensi sel surya meningkat secara signifikan [5]. Indonesia merupakan
negara yang dilalui garis khatulistiwa dan mendapatkan pancaran cahaya matahari berlebih,
memiliki kapasitas tinggi untuk memanfaatkan PLTS sebagai pengganti pembangkit
berbahan bakar konvensional yang lebih bersahabat pada era saat ini dan kesediaannya tidak
terbatas[6].

Panel surya berfungsi dengan cara mengumpulkan sinar matahari dengan sel
semikonduktor untuk dikonversikan menjadi listrik. Maka dari itu, lingkungan disekitar PV
dapat mempengaruhi sel-sel semikonduktor tersebut dalam menangkap sinar matahari [7].

Perkembangan pemanfaatan energi surya di Indonesia memiliki beberapa tantangan


sebagai berikut [8] :

1. Regulasi yang kurang mendukung dan tarif yang kurang menarik.


2. Kondisi jaringan dan izin pengadaan tanah dari pemangku kepentingan.
3. Infrastruktur di pedesaan dan area terpencil yang kurang menunjang kinerja.
4. Kurangnya sumber daya manusia yang paham betul akan teknologi surya.
5. PLN yang tidak mau mengambil resiko atas penggunaan teknologi panel
surya yang disebabkan oleh pengalaman teknis yang belum memadai.

Pada pagi hari karena suhu bumi yang masih rendah dan menuju lebih tinggi, partikel-
partikel dari polusi di udara masih ada di dekat permukaan bumi, sehingga cahaya matahari
yang masuk ke bumi masih memiliki waktu lebih lama untuk dihamburkan. Sedangkan, pada
siang hari menyusul temperatur bumi yang semakin menaik, partikel-partikel akibat polusi
tersebut akan segera menuju atau mendekati atmosfer, sehingga cahaya matahari memiliki
waktu yang lebih singkat untuk dihamburkan karena tetutup oleh partikel-partikel polusi.[9]

Cara kerja untuk perubahan energi surya menjadi listrik ringkasnya terdapat elektron
bebas yang mengalir menuju panel surya. Secara efektif panel surya mengalirkan arus listrik
secara baik dengan bahan semi konduktor. Dapat diartikan panel surya bersifat konduktif
dengan dapat menghantarkan elektron dari materil yang memiliki elektron valensi
melimpah.[10] Terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pengkonversian energi
surya sebagai PLTS. Faktor yang mempengaruhi kerja dari panel surya antara lain : tinggi
rendahnya temperatur beserta cuaca yang sedang terjadi, kemiringan dari panel untuk
pengaruh sudut penangkapan elektron dari cahaya matahari. Adanya benda asing yang
menghalangi permukaan panel surya, maka akan menghambat proses penangkapan elektron
dari cahaya matahari oleh panel. Apabila terhambat, maka akan berdampak langsung dengan
proses pengkonversian energi surya.[4]

Dalam proses pengkonversian energi listrik pada PV terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja PV, sehingga energi listrik yang disimpan atau disalurkan juga
mengalami gangguan.

Pemanfaatan energi surya tidak selamanya berjalan secara normal, selain beberapa
faktor yang telah disebutkan di atas terdapat pula kelebihan dan kelemahan dari PLTS
sendiri. Bekerjanya PLTS dapat berdampak pada lingkungan sekitarnya dari yang
menguntungkan beberapa pihak hingga merugikan [10].

Kelebihan yang didapat dari PLTS antara lain [10] :

1. ringkas dan berbobot rendah


2. kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
3. tanpa bahan bakar fosil
4. komponen yang digunakan aman, tidak merusak lingkungan, bahan bakar
yang digunakan tidak habis dan melimpah, usia operasi yang lama.

Kelemahan yang dapat dirasakan dari PLTS sebagai berikut [10] :

1. efisiensi pemanfaatan energinya kecil


2. masih berpegangan dengan intensitas cahaya dari matahari
3. perlunya tempat menyimpan energi tersebut.
4. biaya solar panel yang tinggi
5. untuk mendapatkan energi yang besar perlu memakan ruang yang cukup besar
6. harus adanya peralatan pengubah dari listrik arus searah ke arus listrik bolak-
balik.

Perhitungan daya luaran dari panel surya dipengaruhi oleh suhu, kelembaban,
intensitas sinar matahari dan letak geografis.

Perhitungan efisiensi panel surya memerlukan data berupa daya masukan (input) dan
keluaran (output). Rumus yang dapat dipergunakan, adalah [4]:

𝑃𝑚𝑎𝑥 = 𝐼𝑚 𝑥 𝑉𝑚 (1)

Dengan:

Pmax = daya maksimum keluaran panel (Watt)

𝑉𝑚 = tegangan kerja panel pada daya maksimum (Volt)

𝐼𝑚 = arus kerja panel pada daya maksimum (Ampere)

Daya maksimum dan daya puncak akan memiliki nilai yang sama apabila kondisi
penyinaran 1000 𝑊/𝑚2 dan pada suhu 25°C.

Perhitungan untuk daya inputnya digunakan rumus sebagai berikut[4]:

𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 = 𝑓 𝑥 𝐺𝑢 𝑥 𝐴 (2)

Dengan :

F = faktor kalibrasi pyranometer atau solarimeter (mV.m2/Watt)

Gu = intesitas matahari terukur (mV)

A = luas efektif dari modul fotovoltaik (m2)

Maka, dalam menghitung effisiensi maksimum panel surya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus [4]:

𝑃𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝐼 𝑥 𝑉𝑚
µ= = 𝑓𝑚 . (3)
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑥𝐺 𝑢 𝑥𝐴
DAFTAR PUSTAKA

[1] Direktorat Jendral Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (“Ditjen and
EBTKE”), “Statistik EBTKE 2016,” p. 16, 2016.

[2] “Kementerian ESDM RI - Media Center - Arsip Berita - Matahari Untuk PLTS di
Indonesia.” https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/matahari-untuk-plts-
di-indonesia (accessed Dec. 11, 2020).

[3] MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,


“PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2020,” p. 492, 2020.

[4] F. H. S. dan Y. Letsoin, “Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol . 1 No . 1 , April 2012
ISSN 2089-6697 ANALISA DAN ESTIMASI RADIASI KONSTAN ENERGI
MATAHARI MELALUI VARIASI SUDUT PANEL FOTOVOLTAIK SHS 50 WP,”
vol. 1, no. 1, 2012.

[5] N. R. E. L. (NREL), “Annual Report,” 2015.

[6] B. Yuliarto, Memanen Energi Matahari. 2017.

[7] Sungkar, “Energi Surya,” 2007.

[8] PwC Indonesia, “Power in Indonesia,” no. November, p. 191, 2017, [Online].
Available: https://www.pwc.com/id/en/energy-utilities-mining/assets/power/power-
guide-2017.pdf.

[9] Yushardi, “PENGARUH FAKTOR METEOROLOGI TERHADAP POLA


EFISIENSI TIAP JAM HARIAN PADA MODUL SEL SURYA,” vol. 702, p. 16,
2002.

[10] M. Firman, F. Herlina, and A. Sidiq, “ANALISA RADIASI PANEL SURYA


TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN UNTUK PENERANGAN BAGIAN
LUAR MESJID MIFTAHUL JANNAH DIDESA BENUA TENGAH KECAMATAN
TAKISUNG,” vol. 02, no. 02, pp. 98–102, 2017.

Anda mungkin juga menyukai