Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI PEMBANGKIT LISTRIK HYBRID SOLAR CELL


DIKONFIGURASI DENGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE
SAVONIUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro

Oleh
VIKTOR SWANDI HUTABARAT
NIM. 150402058

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
SEMINAR PROPOSAL

“IMPLEMENTASI PEMBANGKIT LISTRIK HYBRID SOLAR CELL

DIKONFIGURASI DENGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE


SAVONIUS”

Disusun Oleh:
VIKTOR SWANDI HUTABARAT
NIM : 150402058

Disetujui Oleh :
Pembimbing Tugas Akhir

Drs. Hasdari Helmi Rangkuti, MT


NIP : 195911301987011001

Diketahui Oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

Dr. Fahmi,S.T.,M.Sc.,IPM.
NIP : 197912092006041015

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
PROPOSAL SKRIPSI
1. Judul Skripsi

Skripsi ini berjudul :


“IMPLEMENTASI PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA SOLAR CELL
DIKONFIGURASI DENGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS”

2. Latar Belakang

Energi Listrik pada masa ini telah menjadi kebutuhan yang utama dan tak dapat lagi

dipisahkan dari kehidupan manusia.Konsumsi akan energi listrik dari masa ke masa akan selalu

mengalami kenaikan,Oleh sebab itu perlu adanya pengembangan pembangkit untuk mencukupi

kebutuhan energi listrik. Hal inilah yang mendorong banyak negara untuk memanfaatkan segala

bentuk energi¸Tak terkecuali Indonesia.

Secara garis besar Energi dibagi menjadi dua macam yaitu energi Konvensional dan energi
Alternatif.Namun,untuk saat ini energi listrik yang dihasilkan masih berasal dari energi
konvensional seperti Batu-bara,Solar,dan berbagai macam lainnya.Keterbatasan sumber energi
konvensional menjadi sebab untuk memanfaatkan energi Alternatif di Indonesia.Pembangkit
konvensional tak terlepas dari berbagi kelemahan seperti menghasilkan limbah dan merusak
lingkungan ditambah lagi dengan perawatan peralatan yang membutuhkan biaya besar.Masalah
lingkungan dan masalah ekonomi menjadi salah satu faktor alasan pemanfaatan energi
Terbarukan.
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki iklim tropis.Hal ini menjadi
keuntungan tersendiri untuk mengembangkan pembangkit yang bersumber dari alam.Energi
Angin dan Energi Matahari menjadi jawaban dari masalah yang muncul saat ini mengenai krisis
energi listrik.Kedua energi tersebut dapat dikombinasikan menjadi sebuah pembangkit energi
Hybrid.Pembangkit energi hybrid ini merupakan sebuah energi alternatif pembangkit yang tepat
diaplikasikan di daerah terpencil sekalipun.Penelitian ini digunakan guna menciptakan suatu
pembangkit yang handal dalam mensuplai energi listrik dan bersifat ramah lingkungan.Jalan raya
menjadi salah suatu tempat untuk menyediakan kedua energi tersebut.Penambahan kecepatan
angin dari kendaraan yang melaju dan paparan langsung sinar matahari menjadi tempat yang
tepat untuk pengujian alat yang akan dibuat. Dibuatnya pembangkit dari 2 sumber energi yang
dikombinasi ini diharapkan dapat menyediakan catu daya yang kontinyu,efisien,handal dan
ramah lingkungan.Pembangkit ini nantinya diharapkan dapat dikembangkan lebih optimal di
Indonesia untuk menekan agar peningkatan kebutuhan energi listrik setiap tahunnya menurun
dan tidak hanya bergantung pada pembangkit konvensional saja.
Penelitian ini dikembangkan dengan membuat model pembangkit hybrid skala mikro dari
energi angin dan energi matahari.Dengan membuat model,Penelitian ini harus memperkirakan
peralatan dan bahan yang digunakan untuk menciptakan model tersebut.sehingga sangat
menarik untuk dilakukan investigasi pemilihan alat dan bahan dan penggabungannya hingga
menjadi sebuah model pembangkit.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Merancang pembangkit listrik Hybrid tenaga angin dan sel surya


2. Mengaplikasi pembangkit yang telah dirancang pada jalan raya
3. Mengukur Besar daya yang dibangkitkan oleh Pembangkit Listrik Hybrid Tenaga Angin dan
sel surya

4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tugas akhir ini yaitu membuat rancang bangun pembangkit listrik
Hybrid tenaga angin dan sel surya dengan memanfaatkan bahan untuk komponen pembangkit
yang tersedia di pasaran serta mengetahui seberapa besar pembangkitan daya yang dihasilkan
oleh pembangkit yang dirancang.

5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menghasilkan pembangkit listrik hybrid tenaga angin dan sel surya dan ramah lingkungan.
2. Menambah pengetahuan dibidang teknik elektro khususnya pembangkit listrik tenaga
Hybrid.
3. Sebagai refrensi pembangkit listrik untuk daerah terpencil.

6. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Aspek yang dikaji pada penelitian ini adalah Aspek Teknis yang mencakup komponen
penyusun pembangkit listrik hybrid tenaga angin dan sel surya dan proes perakitan
pembangkit.
2. Tidak membahas lebih dalam performa generator yang digunakan untuk pembangkitan enegri
listrik.
3. Penelitian ini hanya dilakukan dilakukan di jalan raya untuk pengujian alat.

7. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Studi literatur
Dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir yang terdiri dari
buku referensi, jurnal penelitian, layanan internet dan diskusi dengan dosen pembimbing.
2. Pemilihan Komponen
Melakukan pemilihan Komponen yang akan dirancang menjadi pembangkit listrik hybrid
tenaga angin dan sel surya yang tersedia di pasaran.
3. Perancangan Alat
Melakukan perancangan seperti skema rangkaian sesuai komponen yang sudah dipilih
dan penentuan lokasi penempatan alat.
4.Pembuatan Alat
Melakukan pembuatan alat seperti pembuatan turbin jenis savonius pembuatan transmisi
dari turbin ke generator, pembuatanbodipembangkitdan pemasangan generator ke alat yang
dibuat,pembuatan penyangga solar cell,dan lain sebagainya.
5.Percobaan alat dan pengambilan data
Melakukan percobaan terhadap pembangkit listrik hybrid tenaga angin dan sell surya
yang sudah dibuat dengan melakukan proses pembangkitan energi listrik dan mengambil data
pada satu waktu sebagai penanda alat bekerja dengan baik.
8. Sistematika Penulisan
Penulisan pada penelitian ini terdiri atas lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai
berikut.
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan referensi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini mendeskripsikan metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini serta
bagan alur penelitian.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini menguraikan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Departemen
Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh dan saran-saran untuk penelitianyang
dilakukan.

9.TINJAUAN PUSTAKA
9.1 Energi Surya
Matahari adalah bintang yang mempunyai massa yang sangat besar. Karena gravitasinya,
matahari menjadi pusat tata surya. Meskipun bukan merupakan bintang terbesar, namun matahari
menjadi bintang paling besar bagi manusia di bumi karena jaraknya paling dekat dengan bumi.
Jarak matahari dari bumi yaitu sekitar 150 juta km. Jarak itulah yang disebut dengan satu satuan
astronom. Diameter matahari diperkirakan mencapai 1.390.000 km. Matahari tersusun atas 71%
hidrogen, 27% helium, dan sisanya unsur-unsur berat [4]. Matahari memiliki suhu permukaan
efektif 5778 K [5].
Sumber energi utama bagi kehidupan di bumi yaitu matahari. Energi yang dihasilkan oleh
matahari berupa energi panas dan energi cahaya yang dipergunakan makhluk hidup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Intensitas radiasi matahari yang diterima bumi pada atmosfer
terluar cukup besar. Namun ketika menembus atmosfir maka kurang lebih 30% dari total radiasi
terefleksi kembali ke ruang angkasa, dimana 70% sisanya terserap oleh awan, lautan, dan juga
daratan. Hubungan antara radiasi matahari dengan bumi ditunjukkan pada Gambar 9.1

Gambar 9.1 Hubungan matahari dengan bumi

Energi surya terpancar hingga ke bumi berupa paket-paket energi yang disebut foton. Untuk
setiap tahunnya ada sekitar 3,9×1024 Joule atau sekitar 1,08×1018KWh dari energi matahari yang
mencapai permukaan bumi. Jumlah ini sekitar 10000 kali lebih banyak dari permintaan energi
primer secara global tiap tahunnya dan lebih banyak dari cadangan ketersediaan keseluruhan
energi yang ada di bumi [6]. Dengan memanfaatkan energi matahari secara optimal, dapat
mencukupi seluruh kebutuhan energi di masa yang akan datang.
Energi surya yang dipancarkan ke luar angkasa yaitu sekitar 2 K. Bumi menerima sebagian
kecil dari jumlah energi itu. Misalkan sebuah planet yang tidak memiliki atmosfer, planet itu
memiliki radius sebesar R dan menerima radiasi surya dari matahari. Bilamana S merupakan
padat radiasi surya, suatu jumlah energi E1 diterima oleh planet dan sebesar E2 diserap dapat
ditentukan pada persamaan 9.1.

E2 = πR2S (1- α)………………………………………………………...(9.1)


Keterangan :
E1 = energi yang diterima oleh planet dari matahari.
E2 = energi yang diserap oleh planet.
R = radius, atau jari-jari planet.
S = padat radiasi surya.
α = angka refleksi, atau albedo, permukaan planet.

Energi E2 yang diserap akan menyebabkan suhu T dari planet akan naik.Pada gilirannya,
planet yang hangat atau panas ini juga akan memancarkan sebagian energinya, yaitu sebesar E3
ke angkasa luas. Dengan demikian maka dapat ditulis seperti pada persamaan 9.2.

E1= E2 + E3………………………………………………………………(9.2)
Keterangan :
E1 = energi yang diterima oleh planet dari matahari.
E2 = energi yang diserap oleh planet.
E3 = energi yang dipancarkan oleh planet.

9.1.1 Pemanfaatan Energi Surya


Energi surya banyak dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Gambar 9.2 memperlihatkan
secara skematis energi yang berasal dari radiasi surya yang mencapai bumi dan yang melalui
berbagai proses, baik alamiah maupun buatan manusia yang diubah bentuknya menjadi energi
yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Pada Proses I sinar matahari ditangkap oleh daun
tumbuhan, yang dikumpulkan dalam bentuk kayu atau biomassa. Sebagai kayu atau biomassa,
energi yang terkumpul itu dapat dimanfaatkan oleh manusia sehingga terjadi perpindahan udara
berupa angin dan arus pancar. Pada Proses III lautan dipanaskan [7]. Pada proses ini terjadi dua
hal. Pertama, air naik sebagai uap menjadi awan dan turun lagi ke bumi dalam bentuk hujan.
Hujan yang turun di gunung dan air mengalir di sungai merupakan potensi tenaga air. Kedua,
lautan dipanaskan. Lapisan laut sebelah atas lebih panas dari lapisan bawah. Panas ini
merupakan potensi energi yang dapat dimafaatkan dengan cara Konversi Energi Panas Lautan
(KEPL), atau yang biasa disebut Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) [8]. Pemanfaatan
energi surya ditunjukkan pada Gambar 9.2.
Gambar 9.2 Pemanfaatan energi surya

Pada Proses IV panas matahari dimanfaatkan secara langsung, misalnya terjadi pada
menjemur pakaian, menjemur ikan kering, atau membuat garam di pantai yang telah sejak lama
dilakukan manusia. Pada proses V, VI, dan VII pemanfaatan panas matahari dilakukan dengan
kolektor yakni suatu alat Penangkap dan Pengumpul sinar matahari. Pada proses I, daun
merupakan kolektor, sedangkan kayu merupakan penyimpan energi. Pada proses II dan III,
atmosfer dan lautan merupakan kolektor maupun penyimpan energi. Sedangkan pada proses IV
benda yang terjemur langsung merupakan kolektor dan benda yang menerima energi surya. Pada
proses V energi yang dikumpulkan oleh kolektor biasanya dimanfaatkan untuk memanaskan air.
Air yang panas tersebut dapat dimanfaatkan langsung melalui proses uap maupun dengan cara
lain dijadikan tenaga listrik. Pada proses VI sinar surya melalui prinsip photovoltaik diubah
langsung menjadi tenaga listrik [7].
Pada proses VI, yang kini masih dalam tahap penelitian yang lebih dalam, energi surya
dipergunakan sebuah satelit surya yang beredar dalam suatu orbit diatas bumi untuk menangkap
sinar matahari dan mengubahnya menjadi pancaran gelombang mikro yang dikirim ke suatu
stasium di bumi. Stasiun bumi mengubah pancaran gelombang mikro ini menjadi tenaga listrik,
yang selanjutnya ditransmisikan dan didistribusikan secara konvensional kepada konsumen.
9.1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembangkit Listrik Tenaga Surya merupakan jenis pembangkit yang memanfaatkan energi
surya untuk menghasilkan energi listrik. Pada dasarnya, Sel Surya merupakan Dioda Foto
(Photodiode) yang memiliki permukaan yang luas. Permukaan luas Sel Surya tersebut
menjadikan perangkat Sel Surya ini lebih sensitif terhadap cahaya yang masuk dan menghasilkan
Tegangan dan Arus yang lebih kuat dari Dioda Foto pada umumnya [10].
Sinar matahari terdiri dari partikel sangat kecil yang disebut dengan Foton. Ketika
terkena sinar matahari, Foton yang merupakan partikel sinar matahari tersebut menghantam atom
semikonduktor silikon Sel Surya sehingga menimbulkan energi yang cukup besar untuk
memisahkan elektron dari struktur atomnya. Elektron yang terpisah dan bermuatan Negatif (-)
tersebut akan bebas bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor. Atom yang
kehilangan Elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada strukturnya, kekosongan tersebut
dinamakan dengan “hole” dengan muatan Positif (+) [9].
Daerah Semikonduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif dan bertindak sebagai
Pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut dengan Semikonduktor tipe N (N-type).
Sedangkan daerah semikonduktor dengan Hole bersifat Positif dan bertindak sebagai Penerima
(Acceptor) elektron yang dinamakan dengan Semikonduktor tipe P (P-type). Di persimpangan
daerah Positif dan Negatif (PN Junction), akan menimbulkan energi yang mendorong elektron
dan hole untuk bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah
Negatif sedangkan hole akan bergerak menjauhi daerah Positif. Ketika diberikan sebuah beban
berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan Negatif (PN
Junction) ini maka akan menimbulkan Arus Listrik [10]. Prinsip kerja sel surya ditunjukkan pada
Gambar 9.3.
Gambar 9.3 Prinsip kerja solar cell

9.1.3 Komponen Utama PLTS


Diperlukan beberapa komponen untuk dapat mengubah cahaya matahari menjadi energi
listrik. Komponen-komponen ini sangat berbeda dengan yang digunakan untuk menghasilkan
energi listrik pada pembangkit tenaga listrik pada umumnya. Adapun komponen utama PLTS
ditunjukkan pada Gambar 9.4

Gambar 9.4 Komponen utama PLTS


Komponen listrik tenaga surya ini membentuk satu kesatuan yang masing-masing bekerja
sedemikian rupa sehingga dapat bekerja secara optimal. Jika salah satu komponen tersebut rusak
atau tidak dapat digunakan, proses perubahan energi cahaya menjadi energi listrik dapat
terganggu. Adapun komponen pembangunan PLTS adalah sebagai berikut.

a. Modul Panel Surya


Bagian terkecil dari fotovoltaik adalah sel surya yang pada dasarnya sebuah foto dioda yang
besar dan dapat menghasilkan daya listrik. Fotovoltaik terdiri dari dua jenis bahan berbeda yang
disambungkan melalui suatu bidang junction yang jika sinar jatuh pada permukaannya akan
diubah menjadi listrik arus searah.Kapasitas modul surya yang dinyatakan dalam Wp dan
tersedia dalam beberapa ukuran. Untuk penggunaan pembangkit, ukuran modul yang lazim
digunakan adalah 80 sampai 300 Wp permodul.
Umumnya terdapat 2 (dua) jenis modul surya yang biasa digunakan yaitu jenis crystalline
silicon dan thin film. Jenis crystalline silicon terbuat dari bahan silikon dan thin film sebagian
besar terbuat dari bahan kimia.
 Crystalline Silicon
Bahan silikon umum dijumpai pada solar panel. Jenis crystalline terdiri dari dua jenis
yaitu tipe monocrystalline dan polycrystalline.
- Monocrystalline Silicon Solar Cells
Solar cell yang terbuat dari monocrystalline silicon mudah dijumpai dari warna serta
bentuk panelnya yang menunjukkan tingkat purity silicon yang tinggi [10]. Modul panel
surya jenis monocrystalline silicon ditunjukkan pada Gambar 9.5.

Gambar 9.5 Solar sel monocrystalline silicon

Keunggulan dari monocrystalline silicon solar cells:


1. Memiliki efisiensi tertinggi dibanding jenis bahan yang lain.
2. Lebih efisien terhadap lahan yang digunakan, dikarenakan tingkat efisiensinya tinggi
sehingga lebih efisien dalam penggunaan lahan.
3. Memiliki durasi pemakaian yang lama hingga 25 tahun.
Kerugian dari monocrystalline silicon solar cells:
1. Memiliki harga yang relatif paling mahal diantara jenis solar sel yang lain.
2. Lebih efisien pada suhu yang hangat.

- Polycrystalline Silicon Solar Cells


Solar sel yang pertama kali diciptakan berbasis pada Polycrystalline Silicon yang
diperkenalkan pada tahun 1981. Pembuatan sel surya polycrystalline lebih sederhana
yaitu dengan memasukkan silikon cair ke dalam gips dan didinginkan dengan benih
kristal. Prosesnya yang relatif sederhana tersebut membuat struktur kristal yang dibentuk
akan menimbulkan cacat kristal pada pinggiran photocell. Hal inilah yangmengakibatkan
panel surya polycrystallinemenjadi kurang efisien dibandingkan panel surya jenis
monocrystalline karena ukuran butir polycrystallinemempengaruhi tingkat efisiensi dari
modul panel surya tersebut [10].Modul panel surya jenis polycrystalline silicon
ditunjukkan pada Gambar 9.6.
Gambar 9.6 Solar sel polycrystalline silicon

Keunggulan dari polycrystalline silicon solar cells:

1. Memiliki harga lebih murah dibanding monocrystalline.


2. Memiliki toleransi panas sedikit lebih rendah dibandingmonocrystalline.
Kerugian dari polycrystalline silicon solar cells:
1. Efisiensi dari polycrystalline lebih rendah dibandingkan dengan jenis lainnya.
2. Efisiensi penggunaan lahan lebih kecil.
 Thin-Film Solar Cells (TFSC)
Jenis sel surya ini memiliki kerapatan atom yang rendah, sehingga mudah dibuat dan
dikembangkan dengan berbagai macam ukuran dan potongan umum yang dapat dibuat
dengan bahan yang lebih murah. Sel surya ini dibuat dengan menambahkan satu atau
beberapa lapisan tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini sangat tipis sehingga ringan
dan fleksibel [10]. Modul panel surya jenis Thin-Film Solar Cells ditunjukkan pada Gambar
9.7.

Gambar 9.7 Solar sel Thin-Film Solar Cells

Keunggulan dari thin film solar cell:


1. Produksithin film solar cellyang lebih simpel.
2. Harganya relatif lebih murah.
3. Strukturnya fleksibel.
4. Temperatur tinggi dan bayangan(shading) dampaknya tidak terlalu besar pada
peforma solar sel.
Kerugian dari thin film solar cell:
1. Tidak terlalu berguna untuk beban residensial. Walaupun harganyalebih murah
namun tidak efisien dalam penggunaan lahan.
2. Umur penggunaan yang lebih kecil.
b. Inverter
Inverter adalah jantung dalam sistem suatu PLTS. Inverter berfungsi mengubah arus searah
(DC) yang dihasilkan oleh panel surya menjadi arus bolak-balik (AC) atau sebaliknya. Tegangan
DC dari panel surya cenderung tidak konstan sesuai dengan tingkat radiasi matahari. Tegangan
masukan DC yang tidak konstan ini akan diubah oleh inverter menjadi tegangan AC yang
konstan yang siap digunakan atau disambungkan pada sistem yang ada, misalnya jaringan PLN.
Parameter tegangan dan arus pada keluaran inverter pada umumnya sudah disesuaikan dengan
standar baku nasional/internasional [10]. Adapun tampilan inverter ditunjukkan pada Gambar
9.8.
Gambar 9.8 Inverter

Pemilihan jenis inverter dalam merencanakan PLTS disesuaikan dengan desain PLTS yang
akan dibuat. Jenis inverter untuk PLTS disesuaikan apakah PLTS On-Grid, Off-Grid atau
Hibrida. Inverter untuk sistem On-Grid (On Grid Inverter) harus memiliki kemampuan
melepaskan hubungan (islanding system) saat grid kehilangan tegangan. Inverter untuk sistem
PLTS hybrid harus mampu mengubah arus dari kedua arah yaitu dari DC ke AC dan sebaliknya
dari AC ke DC. Oleh karena itu, inverter pada sistem PLTS hybrid lebih populer disebut bi-
directional inverter.
c. Solar Charge Controller (SCC)
Charge controller berfungsi memastikan agar baterai tidak mengalami kelebihan pelepasan
muatan (over discharge) atau kelebihan pengisian muatan (over charge) yang dapat mengurangi
umur baterai. Charge controller mampu menjaga tegangan dan arus keluar masuk baterai sesuai
kondisi baterai [10]. Adapun tampilan dari Solar Charge Controllerditunjukkan pada Gambar
9.9.

Gambar 9.9 Solar Charge Controller


d. Baterai
Energi listrik yang dihasilkan PLTS sangat tergantung pada kecukupan energi matahari yang
diterima panel surya. Diperlukan media penyimpan energi sementara bila sewaktu-waktu panel
tidak mendapatkan cukup sinar matahari atau untuk penggunaan listrik malam hari. Baterai harus
ada pada sistem PLTS terutama tipe Off-Grid [10]. Adapun susunan baterai yang digunakan
sebagai penyimpan energi yang dihasilkan PLTS ditunjukkan pada Gambar 9.10.

Gambar 9.10 Baterai

9.2 energi angin


Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah
aliran udara dari tempat yang memiliki tekanan yang tinggi ke tempat yang bertekanan rendah
atau dari wilayah yang memiliki suhu/temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi.Angin
memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang banyak terkena paparan
sinar matahari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih
rendahsehingga menyebabkan terjadinya aliran udara.Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan suatu benda sehingga mendorong udara disekitarnya untuk ikut bergerak.Ada
berbagai jenis angin,diantaranya adalah:
1. Angin Laut dan Angin Darat
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut kearah daratan yang pada umumnya
terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 hingga pukul 16.00.Angin ini sangat bermanfaat bagi
para nelayan untuk pulang kedaratan setelah mencari ikan dilaut.Sedangkan Angin Darat adalah
angin yang bertiup dari arah daratan menuju kelaut dan berkisar antara pukul 20.00 hingga pukul
06.00.Angin ini dimanfaatkan oleh para nelayan untuk pergi mencari ikan dilaut menggunakan
perahu layar sederhana.
2. Angin Lembah dan Angin Gunung
Angin Lembah adalah jenis angin yang bertiup dari arah lembah ke puncak gunung dan
biasanya terjadi pada waktu siang hari,Sedangkan angin Gunung adalah angin yang bertiup dari
puncak gunung ke arah lembah gunung dan biasanya terjadi pada waktu malam hari.
3. Angin Muson Timur dan Angin Muson Barat
Angin Muson Timur adalah Jenis angin yang bergerak dari benua Australia (Musim
Dingin) ke Benua Asia (Musim Panas) sedikit curah hujan (kemarau) pada daerah di Indonesia
bagian timur karena angin melewati selah sempit dari berbagai Gurun ( Gibson,Australia
Besar,dan Victoria).Angin Muson ini menyebabkan Indonesia mengalami musim
Kemarau.Terjadi pada periode bulan Juni,Juli dan Agustus.
Angin Muson Barat adalah Jenis angin yang bergerak dari benua Asia (Musim Dingin) ke
Benua Australia (Musim Panas) dan mengandung curah hujan yang banyak pada daerah
indonesia bagian barat.Hal ini disebabkan karena angin bergerak melewati perairan yang luas
seperti laut cina selatan ( perairan Natuna) dan Samudra Hindia.Angin Muson ini menyebabkan
indonesia mengalami musim hujan.terjadi pada periode bulan Desember,Januari dan Februari.
9.2.1 pemanfaatan energi angin.
Energi angin adalah energi yang relatifbersih dan ramah lingkungan karena
tidakmenghasilkan karbon dioksida CO2 ataugas-gas lain yang berbahaya dalam pemanasan
global, sulphur dioksida dannitrogen oksida (jenis gas yangmenyebabkan hujan asam). Energi ini
tidak menghasilkan limbah yang berbahayabagi lingkungan ataupun manusia. Dengandemikian,
harap diingat bahwa sekecilapapun semua bentuk produksi energiselalu memiliki akibat bagi
lingkungan.Hanya saja efek turbin angin sangat rendah,bersifat lokal dan mudah dikelola [2].
Energi alternatif dan terbarukanmempunyai peran yang sangat pentingdalam memenuhi
kebutuhan energi. Hal inidisebabkan penggunaan bahan bakar untukpembangkit-pembangkit
listrikkonvensional dalam jangka waktu yangpanjang akan menguras sumber minyakbumi, gas
dan batu bara yang makinmenipis dan juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan [2].
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang sangat melimpah, salah
satunya adalah sumber energi angin.Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan salah satu
negarayang terletak di garis khatulistiwamerupakan faktor, bahwa Indonesiamemiliki potensi
energi angin yang melimpah [3]. Energi angin adalah energi yang relatifbaik karena merupakan
sumber energi bersihdan terbarukan. Sumber energi ini tidak begitupopuler di Indonesia dan
belum banyak diaplikasikan secara komersil [1].
Energi Kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Makin besar
kecepatan benda bergerak, maka makin besar energi kinetik yang dimilikinya. Energi kinetik
dapat ditentukan dengan Persamaan 9.1

1
E= m. v 2 (9.1)
2

Keterangan :
E : Energi Kinetik (J)
m : Massa udara (kg)
v : Kecepatan angin (m/s)
Daya adalah energi per satuan waktu. Daya angin berbanding lurus dengan kerapatan
udara, dan kubik kecepatan angin, seperti diungkapkan dengan Persamaan 9.2
1
P= ρA v 3 (9.2)
2
Keterangan :
P : Daya angin
ρ : Massa jenis angin(kg/m3)
A : Luas penampang aliran (m2)
V : Kecepatan angin (m/s)

9.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Pembangkit Listrik Tenaga Angin adalah suatu pembangkit dengan menggunakan angina
sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.Pembangkit ini dapat mengubah energi
angina menjadi energi listrik dengan menggunakan kincir angin atau turbin angin.pembangkit
listrik tenaga angin merupakan hasil dari penggabungan dari beberapa turbin angin sehingga
akhirnya dapat menghasilkan listrik.
Cara kerja dari pembangkitan listrik tenaga angin ini yaitu awalnya energi angin
memutar turbin angin. Turbin angin bekerja berkebalikan dengan kipas angin (bukan
menggunakan listrik untuk menghasilkan listrik, namun menggunakan angin untuk menghasilkan
listrik).  Kemudian angin akan memutar sudu-sudu turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor
pada generator letaknya di bagian belakang turbin angin. Generator mengubah energi putar rotor
menjadi energi listrik dengan prinsip hukum Faraday, yaitu bila terdapat penghantar didalam
suatu medan magnet, maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan dihasilkan beda
potensial.

9.2.3 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Ada beberapa komponen yang diperlukan untuk membuat pembangkit listrik tenaga
angin,yaitu:
A.Turbin Angin.
Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi dua jenis, yaitu turbin angin poros
horizontal dan turbin angin poros vertikal. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh
perhatian besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum sekarang sudah digunakan
adalah untuk memompa air dan pembangkit tenaga listrik. Turbin angin terdiri dari beberapa
komponen, diantaranya yaitu sudu. Jumlah, lebar dan diameter sudu akan berpengaruh terhadap
putaran suatu turbin. Diamater sudu pada suatu turbin dapat ditentukan dengan Persamaan 9.3.

6 πR ( R/r )
C= (9.3)
9 λ2 B

Keterangan: C=Lebar sudu (m)


R=Jari-jari rotor (m)
r=Jari dari pusat rotasi (m)
λ=Tip speed ratio
B=Jumlah sudu

 Turbin Angin Poros Vertikal (VAWT)

Turbin angin Savonius merupakan suatu sistem konversi energi angin yang digolongkan
dalam jenis turbin angin berporos vertikal.Turbin ini ditemukan pertama kalinya di Finlandia
oleh sarjana Finlandia bernama Sigurd J. Savonius pada tahun 1922 dan berbentuk S apabila
dilihat dari atas. Turbin jenis ini secara umumnya bergerak lebih perlahan dibandingkan jenis
turbin angin sumbu horizontal, tetapi menghasilkan torsi yang besar.
Keunggulan VAWT (Vertikal Axis Wind Turbine) adalah tidak memerlukan mekanisme
orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah angin yang paling tinggi kecepatannya)
seperti pada turbin angin propeller, bentuk sudu yang sederhana, rendah noise, kerja pada aliran
turbulensi lebih baik, memiliki torsi tinggi sehingga dapat berputar pada kecepatan angin rendah,
dinamo dapat ditempatkan di bagian bawah turbin sehingga mempermudah perawatan, tidak
harus diubah posisinya jika arah angin berubah. Turbin tipe ini banyak digunakan untuk konversi
energi listrik skala kecil. Bentuk dari turbin yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar

B. Alternator
Alternator atau biasa disebut dengan dynamo ampere adalah peranti yang berfugsi sebagai
generator yang menghasilkan arus listrik alternating current (AC) dan sekaligus mengubahnya
menjadi arus direct current (DC). Komponen ini juga menjadi pembangkit energi listrik yang
diisikan ke accu / aki. Prinsipkerja dinamo sama dengan generator, yaitu memutar kumparan
didalam medan magnet atau memutar magnet di dalam kumparan. Arus listrik dibangkitkan
pada saat magnet diputarkan di dalam kumparan dan besarnya tergantung pada kecepatan
putaran magnet. Kumparan menghasilkan elektromagnet melalui proses induksi elektromagnet.
Semakin cepat kumparan memotong garis-garis gaya magnet semakin besar kumparan
membangkitkan gaya gerak listrik. Tegangan yang dihasilkan berubah-ubah tergantung pada
kecepatan putaran magnet.

C.Converter
AC-DC Converter
Dalam memanen energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin tahap pertama yang
dilakukan adalah penyearah AC-DC /Rectifier. Penyearah / rectifier adalah pengubah sebuah
tegangan arus listrik bolak-balik (AC) menjadi arus listrik searah (DC). Dalam mengubah
tegangan AC menjadi DC ini diperlukan suatu komponen dimana komponen tersebut hanya
memperbolehkan arus listrik mengalir hanya dari satu arah. Dan itu bisa diperoleh dari rangkaian
dioda semikonduktor. Jenis penyearah yang paling sederhana adalah penyearah gelombang
penuh . Agar tegangan penyearahan gelombang AC lebih rata dan menjadi tegangan DC maka di
pasang filter kapasitor pada bagian output rangkaian penyearah . Fungsi kapasitor pada
rangkaian ini untuk menekan riple yang terjadi dari proses penyearahan gelombang AC.
D.Baterai
Penyimpanan Listrik yang digunakan adalah baterai. Baterai adalah perangkat yang
mengandung sel listrik yang dapat menyimpan energi yang dapat dikonversi menjadi daya.
Baterai menghasilkan listrik melalui proses kimia. Baterai atau akumulator adalah sebuah sel
listrik dimana didalamnya berlangsung proses elektrokimia yang reversible (dapat berkebalikan )
dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan reaksi elektrokimia reversibel adalah
didalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses
pengosongan ) dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia ( proses pengisian )
dengan cara proses regenerasi dari elektroda - elektroda yang dipakai yaitu, dengan melewatkan
arus listrik dalam arah polaritas yang berlawanan didalam sel.
Baterai terdiri dari dua jenis yaitu, baterai primer dan baterai sekunder. Baterai primer
merupakan baterai yang hanya dapat dipergunakan sekali pemakaian saja dan tidak dapat diisi
ulang. Hal ini terjadi karena reaksi kimia material aktifnya tidak dapat dikembalikan. Sedangkan
baterai sekunder dapat diisi ulang, karena material aktifnya didalam dapat diputar kembali.
Kelebihan dari pada baterai sekunder adalah harganya lebih efisien untuk penggunaan jangka
waktu yang panjang.
9.3 Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid.
Pembangkit listrik hybrid merupakan gabungan sistem pembangkitan dengan
memanfaatkan sumber-sumber energi yang bermacam-macam seperti energi aliran air (hydro
power), energi angin (wind energy), energi matahari (solar energy), energi biogas (biogas
energy), dan energi panas bumi(geothermal energy).
Sumber energi terbarukan, pada prinsipnya, merupakan sumber daya alam non fossil
yang dapat diperbarui dan apabila dikelola dengan baik akan dapat menjadi sumber energi listrik
yang melimpah dan tidak akan habis dalam jangka waktu yang sangat lama. Beberapa sumber
energi yang dikategorikan sebagai sumber energi terbarukan adalah energi biomassa, energi
biogas, energi panas bumi, energi angin, energi surya, energi air, dan energi nuklir [Tim Peneliti,
Deptamben Sul-Sel, 2006]. Jika dibandingkan dengan pemanfaatan energi fosil sampai saat ini
maka pemberdayaan potensi energi terbarukan tergolong masih sangat kecil khususnya energi-
energi alternatif. Untuk itu perlu upaya peningkatan pemberdayaan energi terbarukan, terutama
untuk mendukung program pengembangan energi nasional salah satunya sebagai salah satu
sumber energi listrik yang sangat potensial di masa depan.

Di banyak negara maju pemanfaatan sumber energi terbarukan sebagai salah satu sumber
energi listrik alternatif telah meningkat secara pesat. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya nyata
mengurangi dampak-dampak negatifsistem pembangkit listrik yang bersumber dari sumber
energi dari fossil seperti bahan bakar minyak, batubara dan sumber-sumber pembangkit dengan
tingkat emisi gas karbon yang tinggi lainnya. Kebanyakan negara modern saat ini telah
mengerahkan segala usaha untuk terus meningkatkan penetrasi pemakaian sumber-sumber energi
terbarukan untuk pembangkitan listrik [F. Bouffard and F.D. Galiana, 2008] yang lebih murah,
aman dan ramah lingkungan terutama untuk mengurangi ”greenhouse effects”. Contoh sistem
pembangkit hybrid yang ada di Amerika Serikat diperlihatkan pada Gambar 9.12 diperlihatkan
gabungan sistem pembangkit tenaga surya dan angin. Dua model sistem pembangkitan listrik
yang berbeda ini akan saling mendukung satu sama lain untuk menyediakan suplai pasokan
listrik yang mencukupi untuk kebutuhan jaringan listrik lokal.
Gambar 9.12 contoh sistem pembangkit hybrid

10. Flowchart
Diagram alir penelitian adalah suatu alur dalam bentuk gambar dimana diagram alir ini
akan dijelaskan tahapan-tahapan proses penelitian yang akan digunakan. Diagram alir pada
penelitian ini ditunjukkan Gambar 10.1.
Gambar 3. Diagram alir Penelitian

Gambar 10.1 Diagram alir Penelitian

11. Jadwal Penelitian


Jadwal penelitian yang akan dilakukan untuk menyusun skripsi ini ditunjukkan pada Tabel
1 dibawah ini.
Tabel 1. Jadwal Penelitian

Bulan dan Minggu


No Kegiatan
Maret April Mei Juni

1 Studi Literatur dan Bimbingan

2 Proposal

3 Perancangan Alat

4 Analisis Hasil Penelitian

5 Penulisan Laporan
DAFTAR PUSTAKA

[1] M.YonggiPuriza, MeldaLatief, “PemilihanBahanSuduuntukPerancangan


danPembuatanPrototipeTurbinAnginSumbu Horizontal”, JurnalECOTIPE, Volume 5, No.2,
Oktober 2018.
[2] PratamaGuruhAirlangga, “PerancanganKincirAnginTipe Axial sebagai
PembangkitTenagaListrik”, UniversitasMuhammadiyah Surakarta, 2012.
[3] Wuryanduri Rehang, “Desain Generator Magnet PermanenSebagai
PembangkitListrikTenagaAnginPadadaerahKecepatanAnginRendah”,
UniversitasMuhammadiyah Surakarta, 2016.
[4] PUSDIKLAT, “Pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel,” PLN, 2002.
[5] S. D. Fitzgerald, A.E., Kingsley, charles Jr., Umas, Electric Machinery, vol. 319, no. 4.
2003.
[6] S. . Tarnekar, A text Book of “Electrical Technology” BL Theraja & AK Theraja Free
Download, Borrow, and Streaming Internet Archive. 2005.
[7] R. Sianipar, “Dasar Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya,” Jur. Tek. Elektro Univ.
Trisakti Jakarta Barat, vol. 11, no. 2, pp. 61–78, 2014.
[8] N. Kaniawati, “Manfaat Studi Kelayakan Proyek dan Analisa Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Proyek,” J. Akunt. dan Manaj. Sekol. Tinggi Ilmu Ekon. Bandung, vol. 3, no. 1, pp. 23–30,
2001.
[9] R. Sianipar, “Dasar Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya,” Jur. Tek. Elektro Univ.

Trisakti Jakarta Barat, vol. 11, no. 2, pp. 61–78, 2014.

Anda mungkin juga menyukai