Oleh :
FIKRI ACHMAD
NIM. 1607115977
i
HALAMAN PENGESAHAN
FIKRI ACHMAD
NIM. 1607115977
Menyetujui,
Dosen Pembimbing ,
Suwitno, ST., MT
NIP.19661102 199903 1 002
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Elektro S1
Fakultas Teknik Universitas Riau
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................v
OUTLINE PROPOSAL..............................................................................................1
A. Judul Penelitian ............................................................................................1
B. Bidang Ilmu....................................................................................................1
C. Latar Belakang..............................................................................................1
D. Perumusan Masalah......................................................................................3
E. Batasan Masalah............................................................................................3
F. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
G. Luaran yang Diharapkan.............................................................................4
H. Kegunaan Penelitian.....................................................................................4
I. Tinjauan Pustaka...........................................................................................4
I.1 Penelitian Terkait........................................................................................4
I.2 Teori Dasar..................................................................................................6
J. Metode Penelitian........................................................................................25
K. Analisa Sementara.......................................................................................26
L. Flowchart Penelitian....................................................................................30
M. Jadwal Penelitian.........................................................................................31
N. Rencana Biaya.............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
OUTLINE PROPOSAL
C. Latar Belakang
Pada era ini, dunia menghadapi dua krisis yaitu sumber bahan bakar fosil yang
semakin menipis dan kenaikan iklim secara global (Global Warming). Disisi lain
kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan seiring adanya
peningkatan teknologi. Dengan adanya kenaikan kebutuhan energi listrik didaerah
perkotaan, daerah terpencil di Indonesialah yang menjadi korban karena belum juga
teraliri listrik oleh negara. Hal ini juga didukung karena daerah terpencil yang susah
dijangkau (biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan listrik tidak seimbang dengan
harga listrik) (Hasanah dkk., 2018).
Semakin bertambahnya konsumsi energi listrik di Indonesia maka penggunaan
dari bahan bakar fosil seperti gas alam, minyak bumi dan batu bara akan semakin
sedikit atau semakin langka. Terbatasnya sumber energi fosil sebagai bahan bakar
sebagai penghasil energi listrik mendorong untuk menggunakan energi alternatif
sebagai solusi agar penggunaan dan ketergantungan pemakaian energi fosil dapat
berkurang. Energi alternatif merupakan energi yang di dapat dari hasil sumber daya
alam yang dapat diperbarui atau tidak terbatas ketersediaannya (Suharyadi., 2019).
Keterbatasan energi fosil sebagai penghasil energi listrik mendorong untuk
menggunakan energi pengganti atau energi alternatif, salah satunya adalah
menggunakan energi matahari. Matahari merupakan salah satu dari beberapa energi
yang tidak terbatas jumlahnya, bahkan matahari merupakan sumber energi yang dapat
1
diperbarui. Di Indonesia energi matahari memiliki potensi yang cukup besar yaitu
dengan insolasi harian rata – rata 4,8 kWH / m2 / hari setiap tahunnya (Suharyadi.,
2019).
Dalam pemanfaatannya sebagai energi listrik, energi matahari dikonversikan
menjadi energi listrik dengan memanfaatkan sel surya. Sel surya merupakan suatu
perangkat yang dapat merubah energi matahari menjadi energi listrik dengan
mengikuti prinsip fotovoltaik. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya masih
sangat sedikit jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Panel surya
sendiri mempunyai efisiensi yang relatif kecil yaitu kurang dari 40 % hail ini
dikarenakan tidak semua energi matahari dikonversikan menjadi energi listrik. Selain
itu juga kelemahan yang terdapat pada pembangkit tenaga surya ini yaitu tentang
bagaimana kondisi lingkungan dimana PLTS di pasang, masalah – masalah tersebut
meliputi kondisi cuaca dan kondisi suhu disekitarnya. Masalah – masalah tersebut
menyebabkan tidak stabilnya energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya, akhirnya
terjadi variasi tegangan yang berbeda beda berdasarkan kondisi lingkungan dan cuaca
yang berubah – ubah (Suharyadi., 2019).
Konverter dc – dc ini banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan
tegangan yang lebih tinggi dari sumbernya. DC – DC boost converter merupakan
konverter yang digunakan untuk memberikan tegangan keluaran yang lebih tinggi
dari tegangan masukkan yang lebih rendah dengan dikendalikan oleh sinyal kontrol
berupa sinyal PWM (Pulse Width Modulation) (Buntulayuk dkk., 2017).
Oleh karena itu, maka pada skripsi ini penulis melakukan penelitian mengenai
“Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter Teregulasi Dari Energi Solar
Cell Menggunakan Mikroprosesor Arduino Uno” adalah untuk meningkatkan
tegangan output dari solar cell yang teregulasi dan menjaga suatu keluaran tegangan
dc agar tetap stabil, meskipun beban berubah – ubah.
Tegangan keluaran arus searah yang teregulasi, dilakukan agar dapat
menjalankan rangkaian atau sistem dengan sebaiknya. Catu daya teregulasi, jenis ini
2
menggunakan suatu mekanisme lolos balik untuk menstabilkan tegangan keluaran,
bebas dari variasi tegangan masukan dan beban keluaran.
D. Perumusan Masalah
Pada penelitian kali ini terdapat beberapa masalah yang akan dirumuskan,
diantaranya :
1. Bagaimana cara perancangan dan membuat keluaran tegangan dc buck boost
konverter dapat teregulasi dari energi solar cell menggunakan mikroprosesor
Arduino Uno?
2. Bagaimana cara melakukan pengujian alat sistem kerja catu daya dc buck
boost konverter teregulasi dari energi solar cell menggunakan mikroprosesor
Arduino Uno?
3. Bagaimana efisiensi dari alat catu daya dc buck boost konverter teregulasi
dari energi solar cell menggunakan mikroprosesor Arduino Uno?
E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi alat disesuaikan dengan komponen – komponen yang tersedia.
2. Pengujian alat menggunakan sumber dari energi solar cell.
3. Semua analisis dilakukan dan perhitungan dilakukan dalam kondisi ideal dan
keadaan steady state.
F. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan suatu alat perancangan catu daya dc buck boost konverter
teregulasi dari energi solar cell.
2. Membuktikan efisiensi dari alat perancangan catu daya dc buck boost
konverter teregulasi dari energi solar cell.
3
G. Luaran yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan menghasilkan keluaran berupa prototipe konverter buck
– boost teregulasi catu daya dc dari energi solar cell, untuk meningkatkan tegangan
output dari solar cell yang teregulasi dan menjaga suatu keluaran tegangan dc agar
tetap stabil.
H. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan tegangan output
dari solar cell yang teregulasi dan menjaga suatu keluaran tegangan dc agar tetap
stabil dan sesuai dengan kebutuhan beban.
I. Tinjauan Pustaka
4
luaran 1258 Volt dari tegangan masukan 12 Volt, dengan menggunakan 8 pentahapan
yang diberikan beban tahanan dan kapasitor. Pengontrolan PWM yakni pengaturan
duty cycle pada sisi masukan, dapat mempengaruhi tegangan luaran yang dihasilkan,
yakni semakin besar nilai duty cycle nya makan semakin besar tegangan luaran yang
dihasilkan. Pemberian beban induktansi pada rangkaian dapat menurunkan nilai
tegangan luaran, untuk mencegahnya dapat diberikan beban kapasitansi (Buntulayuk
dkk., 2017).
Menurut Yeheskiel Rante Payung pada jurnal yang berjudul “Rancang Bangun
Buck-Boost Converter Pada Sistem Charging Baterai dengan Sumber Solar Cell
Menggunakan Kontrol PI pada Uninterruptible Power Supply (UPS) Offline untuk
Aplikasi Beban rumah Tangga”, akibat dari pemadaman listrik yang tidak menentu
maka digunakan pemasok cadangan yang dapat bekerja ketika sumber daya utama
tidak aktif atau disebut UPS (Uninterruptible Power Supply). UPS dapat menjadi
energi cadangan listrik sementara pada saat terjadi pemadaman listrik rumah tangga.
Berdasarkan data hasil simulasi dapat membuktikan bahwa kontrol PI dengan metode
trial-error pada saat nilai Kp = 2,836265 dan nilai Ki = 1000,5331 mampu
memberikan respon output tegangan charging lebih baik dengan respon waktu untuk
mencapai steady state 0,399967 detik sebesar dibandingkan metode analitik dengan
respon waktu untuk mencapai steady state 1,13828 detik. Proses charging baterai
sistem dapat mempertahankan nilai tegangan output (Vo) charging antara 54 V –
56,5 V DC dan sistem mampu menyuplai beban sesuai perencanaan sebesar 50 W
walaupun terjadi selisih drop tegangan sebesar 19 V AC (Payung dkk., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Fiko Senrianokxi (2020) dalam jurnalnya yang
berjudul “Rancang Bangun Modul Converter DC-DC Menggunakan Mikrokontroler
Arduino Berbasis IoT Untuk Penelitian MPPT (Maximum Power Point Tracking)
Pada Panel Surya”, pada pengujian buck converter dengan menggunakan input
sumber power supply DC dengan mengubah nilai PWM 10 – 99 % semakin tinggi
nilai PWM yang digunakan maka nilai output akan semakin besar. Pada pengujian
tiap modul MPPT : P&O dan INC, pada MPPT P&O mampu mencari nilai titik
5
maksimal hingga 50,59 W pada beban sekian 3 Ω dan Step PWM = 30. Pada MPPT
INC dapat mencari daya maksimal hingga 43,33 W pada beban 3 Ω dan Step PWM =
30 (Senrianokxi dkk., 2020).
Maka pada skripsi ini penulis melakukan penelitian mengenai perancangan alat
sistem pengontrolan konverter dc – dc terkendali untuk energi solar cell dengan
menggunakan buck boost converter yang bertujuan untuk meningkatkan tegangan
output dari solar cell agar sesuai dengan kebutuhan beban serta dapat
mengoptimalkan sistem solar cell.
6
Gambar 1. Modul Surya (Aswar., 2018)
Panel surya atau modul surya adalah kumpulan sel-sel surya yang dirangkai seri
atau parallel sesuai dengan keperluan. Generator surya (array) adalah sekumpulan
beberapa panel surya yang dirangkai seri atau paralel sesuai dengan kebutuhan.
Dalam banyak penggunaan, terutama untuk keperluan umum, panel surya diproduksi
dengan daya ± 50 Wp pada penyinaran 1000 W/m 2 dengan tegangan 16,8 V yang
memungkinkan dihubungkan dengan baterai 12 V (Aswar., 2018).
Untuk kerja dari photovoltaic cell sangat tergantung kepada sinar matahari yang
diterimanya. Kondisi iklim (misal awan dan kabut) mempunyai efek yang signifikan
terhadap jumlah energi matahari yang diterima sehingga akan mempengaruhi unjuk
kerjanya (Aswar., 2018).
7
variabel bernilai tak terhingga (open circuit) maka arus bernilai minimum (nol) dan
tegangan pada sel berada pada nilai maksimum, yang dikenal sebagai tegangan open
circuit (Voc). Pada keadaan yang lain, ketika tahanan variabel bernilai nol (short
circuit) maka arus bernilai maksimum, yang dikenal sebagai arus short circuit (Isc).
Jika tahanan variabel memiliki nilai yang bervariasi antara nol dan tak hingga maka
arus (I) dan tegangan (V) akan diperoleh nilai yang bervariasi seperti ditunjukkan
pada gambar 2, dikenal sebagai kurva karakteristik I-V pada sel surya (Aswar., 2018).
Kurva ini menunjukan bahwa pada saat arus dan tegangan berada pada titik
kerja maksimal (Maximum Power Point) maka akan menghasilkan daya keluaran
maksimum (Pmpp). Tegangan di Maximum Power Point (Mpp) Vmpp, lebih kecil
dari tegangan rangkaian terbuka (Voc) dan arus saat MPP Impp, adalah lebih rendah
dari arus short circuit (Isc) (Aswar., 2018).
Apabila jumlah energi cahaya matahari yang diterima sel surya berkurang atau
intensitas cahayanya melemah, maka besar tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
juga akan menurun. Penurunan tegangan relatif lebih kecil dibandingkan penurunan
arus listriknya (Aswar., 2018).
8
Gambar 3. Kurva Karakteristik Pengaruh Intensitas Matahari Terhadap
Kurva I-V (Aswar., 2018)
Pada kurva di atas, dapat terlihat bahwa keluaran daya berbanding lurus
dengan radiasi matahari. Isc lebih terpengaruh oleh perubahan irradiance dari pada
Voc. Hal ini sesuai dengan penjelasan cahaya sebagai paket-paket foton. Pada saat
irradiance tinggi, yaitu pada saat jumlah foton banyak, arus yang dihasilkan juga
besar. Demikian pula sebaliknya, sehingga arus yang dihasilkan berbanding lurus
terhadap jumlah foton (Aswar., 2018).
Perubahan temperatur yang terjadi pada photovoltaic tidak semuanya
dikonversi menjadi listrik, hal ini dikarenakan pada photovoltaic akan menimbulkan
panas, maka tegangan keluaran mengecil seperti pada gambar berikut :
9
Gambar 4. Kurva Karakteristik Pengaruh Intensitas Temperatur Terhadap
Kurva I-V (Aswar., 2018)
I.2.3 Konverter DC ke DC
DC ke DC Converter merupakan rangkaian elektronika power untuk mengubah
suatu masukan tegangan dc menjadi tegangan dc keluaran dengan nilai yang lebih
besar atau kecil dari tegangan masukan. Tegangan dc masukkan dari proses konverter
dc – dc tersebut adalah berasal dari sumber tegangan dc yang biasanya memiliki
tegangan masukkan yang tetap (Pasaribu., 2017).
Jenis konverter dc ke dc terdiri dari konverter Step Up (Boost Converter),
konverter Step Down (Buck Converter) dan konverter Step Up dan Step Down (Buck
– Boost Converter). Dalam proses menghasilkan tegangan keluaran sumber energi
tenaga hidrogen yang bervariasi menjadi konstan, maka diusulkan perancangan dan
10
pembuatan prototipe yang masukan tegangannya bervariasi menjadi tegangan
keluaran yang tetap 24 volt dc, maka dibuatlah konverter dc ke dc buck boost seperti
ditunjukkan pada gambar 5 dibawah ini :
11
V¿
ADC= x 1023 (1)
V ref
12
Gambar 7. Rangkaian Buck-boost Konverter Saklar Tertutup
Pada saat kondisi switch off seperti pada gambar 8, tegangan input terputus
dan dioda mengalami forward bias menyebabkan arus mengalir dari induktor menuju
kapasitor. Pada saat kondisi ini kapasitor dalam keadaan mengisi (charge). Beban
mendapatkan aliran energi dari induktor sehingga terjadi penurunan arus pada
induktor hingga switch di ON kan kembali.
13
Gambar 8. Rangkaian Buck-boost Konverter Saklar Terbuka
Sehingga didapatkan persamaan berikut :
di L
V L=V o=L (6)
dt
di L V o
= (7)
dt L
Δ iL ΔiL Vo
= =
Δt ( 1−D ) T L
(8)
V o ( 1−D ) T
(Δ¿¿ iL)open = ¿ (9)
L
14
Bentuk sinyal arus komponen pada Konverter Buck-Boost ditunjuk pada
gambar 9. Sinyal komponen yang terdapat pada Konverter Buck-Boost ini yaitu :
induktor, kapasitor, dioda dan saklar.
Keterangan :
R : Hambatan (Ω)
Iin : Arus Keluaran (A)
15
Vout
Iout= (13)
R
Keterangan :
Iout : Arus Keluaran (A)
R : Hambatan (Ω)
Keterangan :
L : Induktansi (mH)
Fs : Frekuensi Switching (kHz)
4. Menentukan Nilai Kapasitor
Konverter Buck Boost terdapat satu buah kapasitor, yang ratingnya
ditentukan berdasarkan persamaan 15.
V out x D
C= (15)
R x Δ V o x Fs
I.2.5 Arduino
Arduino adalah platform pembuatan prototipe elektronik yang bersifat open-
source, fleksibel dan mudah digunakan. Arduino ditunjuk bagi para pengembang atau
kreator dalam menuangkan idenya untuk menciptakan objek atau lingkungan yang
interaktif. Platfrom Arduino terdiri dari bagian yaitu bagian hardware dan software
(Arifin et. Al, 2016).
16
Bagian hardware pada arduino merupakan papan sirkuit yang memiliki
beberapa input/output serta memiliki mikrokontroler didalamnya. Pada platfrom ini
memiliki keluaran sinyal PWM sehingga menunjang dalam pengendalian duty cycle
pada konverter (Ernadi, 2016). Sedangkan bagian software merupakan software
processing yang dapat menulis program ke Arduino. Bahasa yang digunakan sendiri
merupakan bahasa C++ yang merupakan bahasa tingkat menengah. Software tersebut
bernama IDE Arduino (Arifin et. Al, 2016).
I.2.6 MOSFET
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistro) adalah suatu
transistor dari bahan semikonduktor (silikon) dengan tingkat konsentrasi
ketidakmurnian tertentu. Tingkat dari ketidakmurnian ini akan menentukan jenis
transistor tersebut, yaitu transistor MOSFET tipe-N (NMOS) dan transistor MOSFET
tipe-P (PMOS). Bahan silikon digunakan sebagai landasan (substract) dari penguras
(drain), sumber (source) dan gerbang (gate). Selanjutnya transistor dibuat sedemikian
rupa agar antara substract dan gerbangnya dibatasi oleh oksida silikon yang sangat
tipis. Oksida ini diendapkan diatas sisi kiri dari kanal, sehingga transistor MOSFET
akan mempunyai kelebihan dibanding dengan transistor BJT (Bipolar Junction
Transistor), yaitu menghasilkan disipasi daya yang rendah.
Gambar 10. (a) MOSFET with body diode, (b) Karakteristik MOSFET,
(c) Idealized MOSFET characteristics.
17
Sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :
VGS = 0, ID = IDSS (16)
VDS = VDD – IDSS x RD (17)
I D =I DSS ¿ (18)
18
Gambar 11. Kondisi Cut Off
2. Kondisi Saturasi
Kebalikan dari kondisi Cut Off, pada kondisi saturasi kita akan menjadikan
mosfet bekerja secara penuh seperti saklar dalam keadaan tertutup. Kondisi ini dapat
dicapai dengan memberikan tegangan bias gate Vin sehingga tegangan Vgs >
Vambang. Pada keadaan ini maka tegangan Vds = 0 dan arus drain Id = max.
Dengan mengatur tegangan bias pada gate mosfet, maka bisa menjadikannya
berada dalam dua kondisi yang berbeda dengan karakteristik yang berbeda juga. Saat
berada dalam kondisi Cut Off, besar hambatan pada saluran konduktif drain – source
sangat tinggi hingga mencapai ribuan KΩ. Sehingga akan sulit untuk dilewati arus
listrik.
Sebaliknya ketika berada dalam kondisi On (Saturasi) secara penuh, saluran
konduktif drain – source mempunyai hambatan listrik yang sangat kecil kurang dari 1
Ω. Dengan hambatan yang kecil ini mengakibatkan arus mudah melewati mosfet.
Saat digunakan sebagai saklar, maka bisa mengendalikan mosfet agar lebih
cepat atau lebih lambat On. Bisa juga menentukan besar aliran arus yang bisa
mengalir pada terminal drain menuju source. Dengan karakteristik ini, mosfet akan
19
lebih efisien untuk menggantikan saklar mekanis biasa apalagi yang membutuhkan
proses swiching sangat cepat.
I.2.9 Dioda
20
Dioda atau diode adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai
penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anoda sedangan bahan tipe-n akan menjadi
katoda. Bergantung pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, dioda bisa
berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anoda mendapatkan tegangan
positif sedangan katodanya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagai
saklar terbuka (apabila bagian anoda mendapatkan tegangan negatif sedangan katoda
mendapatkan tegangan positif). Kondisi tersebut terjadi hanya pada dioda ideal-
konseptual. Pada dioda faktual (riil), perlu tegangan lebih besar dari 0,7 V (untuk
diada yang terbuat dari bahan silikon) pada anoda terhadap katoda agar dioda dapat
menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7 V ini disebut sebagai tegangan
halang (barrier voltage). Dioda yang terbuat dari bahan Germanium memiliki
tegangan halang kira – kira 0,3 V (Simanjuntak., 2019).
Gambar
14. Susunan dan Simbol Dioda
Cara kerja dioda, jika nilai tegangan A lebih besar dari nilai tegangan K maka
dioda akan on / bekerja.
21
daya DC – DC dibandingkan teknik konvensional karena tingkat efisiensi yang
tinggi.
T on
D= x 100 % (19)
( T on +T off )
Keterangan :
Ton : Waktu pulsa high
Toff : Waktu pulsa low
D : Duty cycle
PWM merupakan metoda modulasi sinyal yang berfungsi untuk mengubah atau
mengatur perioda yang memiliki frekuensi tetap pada tegangan. Dapat dilihat pada
gambar 15.
22
I.2.11 Sensor Tegangan
Komponen sensor tegangan adalah 2 buah resistor yang dipasangkan secara
seri. Sensor tegangan ini berupa pembagi tegangan keluaran konduktor. Tegangan
yang dihasilkan berada pada range 0 – 5 volt, agar dapat terbaca pada pin analog
microcontroller.
Untuk mengukur tegangan keluaran pada rangkaian ini berlaku rumus pada
persamaan .
R2
V out = xV¿ (20)
R1 + R2
Keterangan :
Vout : Tegangan Keluaran (V)
Vin : Tegangan Masukan (V)
R1 : Resistor Pertama (Ω)
R2 : Resistor Kedua (Ω)
23
beban listrik, switched power supplies dan proteksi beban berlebih, bentuk fisik dari
sensor arus ACS712 dapat dilihat pada gambar 17 dibawah ini.
24
Sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :
Nilai adc = Nilai analog yang terbaca di pin current (arus)
Nilai adc
V adc = x 5000 (21)
1024
(V adc −V offset )
I= (22)
Sensitivitas
J. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Kajian Pustaka
Untuk mendapatkan pemahaman yang baik mengenai topik yang akan dibahas
pada penelitian ini, dilakukan kajian pustaka dengan membaca teori yang
relevan dari jurnal, buku, artikel dan layanan internet.
2. Studi Bimbingan
Penulis melakukan diskusi dengan dosen pembimbing mengenai masalah –
masalah yang timbul selama penelitian ini berlangsung sehingga penelitian
berjalan lancar dan terarah.
3. Membuat Alat Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter Teregulasi
25
Setelah mengetahui komponen yang digunakan maka dibuat alat Perancangan
Catu Daya DC Buck Boost Konverter Teregulasi dari Energi Solar Cell
Menggunakan Mikroprosesor Arduino Uno.
4. Pengambilan Data Percobaan
Tahap selanjutnya yaitu pengambilan data hasil percobaan dengan melihat
data yang dihasilkan pada keluaran alat.
5. Melakukan Kesimpulan dari Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian tersebut akan didapatkan kesimpulan mengenai
penelitian ini.
6. Melaksanakan Penyusunan Skripsi
Pada langkah ini akan dimulai dari Bab I hingga Bab V.
K. Analisa Sementara
Berikut ini adalah model perancangan alat dalam pengerjaan tugas akhir ini :
26
Dari gambar 19 dapat dilihat bahwa ketika solar cell bekerja maka arus akan
mengalir menuju ke buck boost converter. Ketika arus sampai di buck boost converter
maka buck boost converter akan menaikkan dan menurunkan tegangan masukkannya
menjadi tegangan keluaran 24 Vdc, tegangan keluaran 24 Vdc ini akan menuju ke
inverter.
V out D
=
V ¿ 1−D
24 D
=
12 1−D
24 (1 – D) = 12 D
24 – 24 D = 12 D
24 = 36 D
D
D= =0 ,67=67 %
1−D
Duty cycle yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan output 24 Vdc
adalah 67%.
27
P
I out =
V out
450
I out =
24
Iout = 18,75 A
Maka dipilih jenis switching mosfet dengan nilai arus drain ID = 20 A dan
jenis mosfet yang dipakai adalah IRF6215 dan IRF250 dengan nilai VGS = ±20 V.
Untuk mencari nilai dari induktor yang akan digunakan dengan menggunakan
persamaan 14.
V¿xD
L=
ΔI x F s
12 x 0 , 67
L=
0 , 01 x 20000
L = 0,0402 H
L = 40200 µH
28
3. Simulasi Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter
Berikut ini adalah gambar rangkaian pada software Proteus 8 untuk simulasi
dari perancangan catu daya DC Buck Boost konverter dengan sumber solar cell.
29
L. Flowchart Penelitian
30
M. Jadwal Penelitian
Tabel 1. Perkiraan Jadwal Penelitian
Minggu ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Kajian Pustaka
Melakukan pembuatan
3.
perancangan alat
Analisa hasil
4.
pengujian
Pembuatan Laporan
6.
Akhir
N. Rencana Biaya
Tabel 2. Rencana Biaya
Biaya
Jumlah
No Uraian Kegiatan Volume Satuan
(Rp)
(Rp)
31
5 Induktor 2 Buah 5.000 10.000
32
DAFTAR PUSTAKA
DC Converter untuk Penguatan Tegangan. Jurnal JPE, Vol. 21, No. 02.
Hasanah, Luthfi Mufidatul, Cornelius Satria Yudha, Soraya Ulfa Muzayanha dan
Inayati. 2018. Desain Sistem Fuel Cell Untuk Pembangkit Listrik Daerah
Kurniawan, Sigit, Setyawan P. Sakti dan Hari Arief Dharmawan. Desain High
Brawijaya
Ma’ruf, HM dan FA Widiharsa. 2016. Fuel Cell sebagai Sumber Energi Listrik
Edisi – 1.
Payung, Yebeskiel Rante, Era Purwanto dan Farid Dwi Murdianto. 2020. Rancang
33
Sumber Solar Cell Menggunaka Kontrol PI pada Uninterruptible Power
Supply (UPS) Offline untuk Aplikasi Beban Rumah Tangga. PoliGrid Vol.1
Indonesia. Yogyakarta.
Surabaya.
Senrianokxi, Fiko, Dr. Eng. Aryuanto Soetedjo, ST., MT dan Dr. Eng. I Komang
MPPT (Maximum Power Point Tracking) Pada Panel Surya. Seminar Hasil
Suharyadi, Sandi. 2019. Rancang Bangun DC-DC Buck Converter Sebagai Solar
Jember.
Suwitno, Yusnita Rahayu, Rahyul Amri dan Eddy Hamdani. 2017. Perancangan
34
Cell Menggunakan Teknologi Boost Converter. Journal of Electrical
Technology, Vol. 2, No. 3. ISSN : 2598 – 1099 (Online). ISSN : 2502 – 3624
(Cetak).
35