Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

PERANCANGAN CATU DAYA DC BUCK BOOST KONVERTER


TEREGULASI DARI ENERGI SOLAR CELL MENGGUNAKAN
MIKROPROSESOR ARDUINO UNO

Oleh :

FIKRI ACHMAD
NIM. 1607115977

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul “Perancangan Catu Daya DC Buck Boost


Konverter Teregulasi Dari Energi Solar Cell Menggunakan Mikroprosesor
Arduino Uno”

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

FIKRI ACHMAD
NIM. 1607115977

Program Studi Teknik Elektro S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Menyetujui,
Dosen Pembimbing ,

Suwitno, ST., MT
NIP.19661102 199903 1 002

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Elektro S1
Fakultas Teknik Universitas Riau

Yusnita Rahayu, ST., M.Eng ., Ph.D


NIP. 19751104 200501 2 001

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................v
OUTLINE PROPOSAL..............................................................................................1
A. Judul Penelitian ............................................................................................1
B. Bidang Ilmu....................................................................................................1
C. Latar Belakang..............................................................................................1
D. Perumusan Masalah......................................................................................3
E. Batasan Masalah............................................................................................3
F. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
G. Luaran yang Diharapkan.............................................................................4
H. Kegunaan Penelitian.....................................................................................4
I. Tinjauan Pustaka...........................................................................................4
I.1 Penelitian Terkait........................................................................................4
I.2 Teori Dasar..................................................................................................6
J. Metode Penelitian........................................................................................25
K. Analisa Sementara.......................................................................................26
L. Flowchart Penelitian....................................................................................30
M. Jadwal Penelitian.........................................................................................31
N. Rencana Biaya.............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkiraan Jadwal Penelitian.....................................................................30


Tabel 2. Rencana Biaya.........................................................................................30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Modul Surya...........................................................................................7


Gambar 2. Kurva Karakteristik I-V Sel Surya.........................................................8
Gambar 3. Kurva Karakteristik Pengaruh Intensitas Matahari Terhadap
Kurva I-V ............................................................................................9
Gambar 4. Kurva Karakteristik Pengaruh Intensitas Temperatur Terhadap
Kurva I-V............................................................................................10
Gambar 5. Diagram Blok Sistem Konverter DC ke DC Buck Boost Teregulasi...11
Gambar 6. Rangkaian Buck Boost Konverter........................................................12
Gambar 7. Rangkaian Buck-boost Konverter Saklar Tertutup
Gambar 8. Rangkaian Buck-boost Konverter Saklar Terbuka
Gambar 9. (a) Arus induktor, (b) Tegangan induktor, (c) Arus dioda,
(d) Arus Kapasitor
Gambar 10. (a) MOSFET with body diode, (b) Karakteristik MOSFET,
(c) Idealized MOSFET characteristics.
Gambar 11. Kondisi Cut Off
Gambar 12. Kondisi Saturasi
Gambar 13. Rangkaian Driver MOSFET IR2112
Gambar 14. Susunan dan Simbol Dioda
Gambar 15. Pulse Width Modulation
Gambar 16. Sensor Tegangan
Gambar 17. Sensor Arus ACS712
Gambar 18. Pin out ACS712
Gambar 19. Model Perancangan Alat
Gambar 20. Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter
Gambar 21. Flowchart Penelitian

v
OUTLINE PROPOSAL

A. Judul Penelitian : Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter


Teregulasi Dari Energi Solar Cell Menggunakan Mikroprosesor Arduino Uno

B. Bidang Ilmu : Sistem Tenaga Listrik

C. Latar Belakang
Pada era ini, dunia menghadapi dua krisis yaitu sumber bahan bakar fosil yang
semakin menipis dan kenaikan iklim secara global (Global Warming). Disisi lain
kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan seiring adanya
peningkatan teknologi. Dengan adanya kenaikan kebutuhan energi listrik didaerah
perkotaan, daerah terpencil di Indonesialah yang menjadi korban karena belum juga
teraliri listrik oleh negara. Hal ini juga didukung karena daerah terpencil yang susah
dijangkau (biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan listrik tidak seimbang dengan
harga listrik) (Hasanah dkk., 2018).
Semakin bertambahnya konsumsi energi listrik di Indonesia maka penggunaan
dari bahan bakar fosil seperti gas alam, minyak bumi dan batu bara akan semakin
sedikit atau semakin langka. Terbatasnya sumber energi fosil sebagai bahan bakar
sebagai penghasil energi listrik mendorong untuk menggunakan energi alternatif
sebagai solusi agar penggunaan dan ketergantungan pemakaian energi fosil dapat
berkurang. Energi alternatif merupakan energi yang di dapat dari hasil sumber daya
alam yang dapat diperbarui atau tidak terbatas ketersediaannya (Suharyadi., 2019).
Keterbatasan energi fosil sebagai penghasil energi listrik mendorong untuk
menggunakan energi pengganti atau energi alternatif, salah satunya adalah
menggunakan energi matahari. Matahari merupakan salah satu dari beberapa energi
yang tidak terbatas jumlahnya, bahkan matahari merupakan sumber energi yang dapat

1
diperbarui. Di Indonesia energi matahari memiliki potensi yang cukup besar yaitu
dengan insolasi harian rata – rata 4,8 kWH / m2 / hari setiap tahunnya (Suharyadi.,
2019).
Dalam pemanfaatannya sebagai energi listrik, energi matahari dikonversikan
menjadi energi listrik dengan memanfaatkan sel surya. Sel surya merupakan suatu
perangkat yang dapat merubah energi matahari menjadi energi listrik dengan
mengikuti prinsip fotovoltaik. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya masih
sangat sedikit jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Panel surya
sendiri mempunyai efisiensi yang relatif kecil yaitu kurang dari 40 % hail ini
dikarenakan tidak semua energi matahari dikonversikan menjadi energi listrik. Selain
itu juga kelemahan yang terdapat pada pembangkit tenaga surya ini yaitu tentang
bagaimana kondisi lingkungan dimana PLTS di pasang, masalah – masalah tersebut
meliputi kondisi cuaca dan kondisi suhu disekitarnya. Masalah – masalah tersebut
menyebabkan tidak stabilnya energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya, akhirnya
terjadi variasi tegangan yang berbeda beda berdasarkan kondisi lingkungan dan cuaca
yang berubah – ubah (Suharyadi., 2019).
Konverter dc – dc ini banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan
tegangan yang lebih tinggi dari sumbernya. DC – DC boost converter merupakan
konverter yang digunakan untuk memberikan tegangan keluaran yang lebih tinggi
dari tegangan masukkan yang lebih rendah dengan dikendalikan oleh sinyal kontrol
berupa sinyal PWM (Pulse Width Modulation) (Buntulayuk dkk., 2017).
Oleh karena itu, maka pada skripsi ini penulis melakukan penelitian mengenai
“Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter Teregulasi Dari Energi Solar
Cell Menggunakan Mikroprosesor Arduino Uno” adalah untuk meningkatkan
tegangan output dari solar cell yang teregulasi dan menjaga suatu keluaran tegangan
dc agar tetap stabil, meskipun beban berubah – ubah.
Tegangan keluaran arus searah yang teregulasi, dilakukan agar dapat
menjalankan rangkaian atau sistem dengan sebaiknya. Catu daya teregulasi, jenis ini

2
menggunakan suatu mekanisme lolos balik untuk menstabilkan tegangan keluaran,
bebas dari variasi tegangan masukan dan beban keluaran.

D. Perumusan Masalah
Pada penelitian kali ini terdapat beberapa masalah yang akan dirumuskan,
diantaranya :
1. Bagaimana cara perancangan dan membuat keluaran tegangan dc buck boost
konverter dapat teregulasi dari energi solar cell menggunakan mikroprosesor
Arduino Uno?
2. Bagaimana cara melakukan pengujian alat sistem kerja catu daya dc buck
boost konverter teregulasi dari energi solar cell menggunakan mikroprosesor
Arduino Uno?
3. Bagaimana efisiensi dari alat catu daya dc buck boost konverter teregulasi
dari energi solar cell menggunakan mikroprosesor Arduino Uno?

E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi alat disesuaikan dengan komponen – komponen yang tersedia.
2. Pengujian alat menggunakan sumber dari energi solar cell.
3. Semua analisis dilakukan dan perhitungan dilakukan dalam kondisi ideal dan
keadaan steady state.

F. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan suatu alat perancangan catu daya dc buck boost konverter
teregulasi dari energi solar cell.
2. Membuktikan efisiensi dari alat perancangan catu daya dc buck boost
konverter teregulasi dari energi solar cell.

3
G. Luaran yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan menghasilkan keluaran berupa prototipe konverter buck
– boost teregulasi catu daya dc dari energi solar cell, untuk meningkatkan tegangan
output dari solar cell yang teregulasi dan menjaga suatu keluaran tegangan dc agar
tetap stabil.

H. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan tegangan output
dari solar cell yang teregulasi dan menjaga suatu keluaran tegangan dc agar tetap
stabil dan sesuai dengan kebutuhan beban.

I. Tinjauan Pustaka

I.1 Penelitian Terkait


Pada penelitian ini penulis mencari acuan dari beberapa penelitian sebelumnya
untuk membuat skripsi ini :
Suwitno (2017) pada jurnal yang berjudul “Perancangan Konverter DC ke DC
untuk Menstabilkan Tegangan Panel Solar Cell Menggunakan Teknologi Boost
Converter”, perancangan konverter dc ke dc untuk menstabilkan tegangan keluaran
solar cell menggunakan teknologi boost converter telah diuji kinerjanya melalui
tegangan keluaran dari panel solar cell 100 WP yang nilai bervariasi dari 13,5 volt
sampai 20,8 volt sebagai masukan boost converter dan menghasilkan tegangan
keluaran teregulasi 24 volt. Berdasarkan hasil pengujian prototype konverter dc ke dc
menggunakan teknologi boost converter yang telah dirancang untuk menghasilkan
tegangan teregulasi 24 volt arus searah dinyatakan valid. Maksud valid disini karena
tegangan keluaran masih dirange 24 volt ± 10% (Suwitno dkk., 2017).
Herman Buntulayuk (2017) pada jurnal yang berjudul “Rancangan DC – DC
Converter untuk Penguatan Tegangan”, simulasi DC – DC Boost Converter dengan
menggunakan Metode Dickson pada aplikasi PSpice dapat diperoleh nilai tegangan

4
luaran 1258 Volt dari tegangan masukan 12 Volt, dengan menggunakan 8 pentahapan
yang diberikan beban tahanan dan kapasitor. Pengontrolan PWM yakni pengaturan
duty cycle pada sisi masukan, dapat mempengaruhi tegangan luaran yang dihasilkan,
yakni semakin besar nilai duty cycle nya makan semakin besar tegangan luaran yang
dihasilkan. Pemberian beban induktansi pada rangkaian dapat menurunkan nilai
tegangan luaran, untuk mencegahnya dapat diberikan beban kapasitansi (Buntulayuk
dkk., 2017).
Menurut Yeheskiel Rante Payung pada jurnal yang berjudul “Rancang Bangun
Buck-Boost Converter Pada Sistem Charging Baterai dengan Sumber Solar Cell
Menggunakan Kontrol PI pada Uninterruptible Power Supply (UPS) Offline untuk
Aplikasi Beban rumah Tangga”, akibat dari pemadaman listrik yang tidak menentu
maka digunakan pemasok cadangan yang dapat bekerja ketika sumber daya utama
tidak aktif atau disebut UPS (Uninterruptible Power Supply). UPS dapat menjadi
energi cadangan listrik sementara pada saat terjadi pemadaman listrik rumah tangga.
Berdasarkan data hasil simulasi dapat membuktikan bahwa kontrol PI dengan metode
trial-error pada saat nilai Kp = 2,836265 dan nilai Ki = 1000,5331 mampu
memberikan respon output tegangan charging lebih baik dengan respon waktu untuk
mencapai steady state 0,399967 detik sebesar dibandingkan metode analitik dengan
respon waktu untuk mencapai steady state 1,13828 detik. Proses charging baterai
sistem dapat mempertahankan nilai tegangan output (Vo) charging antara 54 V –
56,5 V DC dan sistem mampu menyuplai beban sesuai perencanaan sebesar 50 W
walaupun terjadi selisih drop tegangan sebesar 19 V AC (Payung dkk., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Fiko Senrianokxi (2020) dalam jurnalnya yang
berjudul “Rancang Bangun Modul Converter DC-DC Menggunakan Mikrokontroler
Arduino Berbasis IoT Untuk Penelitian MPPT (Maximum Power Point Tracking)
Pada Panel Surya”, pada pengujian buck converter dengan menggunakan input
sumber power supply DC dengan mengubah nilai PWM 10 – 99 % semakin tinggi
nilai PWM yang digunakan maka nilai output akan semakin besar. Pada pengujian
tiap modul MPPT : P&O dan INC, pada MPPT P&O mampu mencari nilai titik

5
maksimal hingga 50,59 W pada beban sekian 3 Ω dan Step PWM = 30. Pada MPPT
INC dapat mencari daya maksimal hingga 43,33 W pada beban 3 Ω dan Step PWM =
30 (Senrianokxi dkk., 2020).
Maka pada skripsi ini penulis melakukan penelitian mengenai perancangan alat
sistem pengontrolan konverter dc – dc terkendali untuk energi solar cell dengan
menggunakan buck boost converter yang bertujuan untuk meningkatkan tegangan
output dari solar cell agar sesuai dengan kebutuhan beban serta dapat
mengoptimalkan sistem solar cell.

I.2 Teori Dasar


I.2.1 Panel Surya
Energi surya berupa radiasi elektromagnetik yang dipancarkan ke bumi berupa
cahaya matahari yang terdiri atas foton atau partikel energi surya yang dikonversikan
menjadi energi listrik. Energi surya yang sampai pada permukaan bumi disebut
sebagai radiasi surya global yang diukur dengan kepadatan daya pada permukaan
daerah penerima. Energi surya yang dikonversi menjadi energi listrik disebut juga
dengan energi photovoltaic. Pada awalnya teknologi ini digunakan sebagai
pembangkit listrik di daerah pedesaan terpencil kemudian berkembang menjadi
lampu penerangan jalan berenergi surya, penyediaan listrik di tempat umum seperti
rumah peribadatan, pelayanan kesehatan, instansi-instansi pemerintah (Aswar., 2018).
Photovoltaic atau disebut modul surya merupakan bahan semikonduktor yang
berfungsi untuk mengubah sinar matahari secara langsung menjadi energi listrik
(Kurniasih., 2015). Perubahan sinar matahari menjadi energi listrik ini disebut efek
photovoltaic. Kinerja photovoltaic sendiri sangat bergantung pada intensitas cahaya
matahari karena semakin tinggi intensitas cahaya mataharinya maka semakin besar
energi listrik yang dihasilkan oleh photovoltaic (Prayogi., 2018).

6
Gambar 1. Modul Surya (Aswar., 2018)

Panel surya atau modul surya adalah kumpulan sel-sel surya yang dirangkai seri
atau parallel sesuai dengan keperluan. Generator surya (array) adalah sekumpulan
beberapa panel surya yang dirangkai seri atau paralel sesuai dengan kebutuhan.
Dalam banyak penggunaan, terutama untuk keperluan umum, panel surya diproduksi
dengan daya ± 50 Wp pada penyinaran 1000 W/m 2 dengan tegangan 16,8 V yang
memungkinkan dihubungkan dengan baterai 12 V (Aswar., 2018).
Untuk kerja dari photovoltaic cell sangat tergantung kepada sinar matahari yang
diterimanya. Kondisi iklim (misal awan dan kabut) mempunyai efek yang signifikan
terhadap jumlah energi matahari yang diterima sehingga akan mempengaruhi unjuk
kerjanya (Aswar., 2018).

I.2.2 Karakteristik Energi Panel Surya (Photovoltaic)


Kapasitas daya dari sel atau modul surya dilambangkan dalam watt peak (Wp)
dan diukur berdasarkan standar pengujian internasional yaitu Standard Test
Condition. Standart ini mengacu pada intensitas radiasi sinar matahari sebesar 1000
W/m2 yang tegak lurus sel surya pada suhu 25 oC. Modul photovoltaic memiliki
hubungan antara arus dan tegangan yang diwakili dalam kurva I-V. Pada saat tahanan

7
variabel bernilai tak terhingga (open circuit) maka arus bernilai minimum (nol) dan
tegangan pada sel berada pada nilai maksimum, yang dikenal sebagai tegangan open
circuit (Voc). Pada keadaan yang lain, ketika tahanan variabel bernilai nol (short
circuit) maka arus bernilai maksimum, yang dikenal sebagai arus short circuit (Isc).
Jika tahanan variabel memiliki nilai yang bervariasi antara nol dan tak hingga maka
arus (I) dan tegangan (V) akan diperoleh nilai yang bervariasi seperti ditunjukkan
pada gambar 2, dikenal sebagai kurva karakteristik I-V pada sel surya (Aswar., 2018).

Gambar 2. Kurva Karakteristik I-V Sel Surya (Aswar., 2018)

Kurva ini menunjukan bahwa pada saat arus dan tegangan berada pada titik
kerja maksimal (Maximum Power Point) maka akan menghasilkan daya keluaran
maksimum (Pmpp). Tegangan di Maximum Power Point (Mpp) Vmpp, lebih kecil
dari tegangan rangkaian terbuka (Voc) dan arus saat MPP Impp, adalah lebih rendah
dari arus short circuit (Isc) (Aswar., 2018).
Apabila jumlah energi cahaya matahari yang diterima sel surya berkurang atau
intensitas cahayanya melemah, maka besar tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
juga akan menurun. Penurunan tegangan relatif lebih kecil dibandingkan penurunan
arus listriknya (Aswar., 2018).

8
Gambar 3. Kurva Karakteristik Pengaruh Intensitas Matahari Terhadap
Kurva I-V (Aswar., 2018)

Pada kurva di atas, dapat terlihat bahwa keluaran daya berbanding lurus
dengan radiasi matahari. Isc lebih terpengaruh oleh perubahan irradiance dari pada
Voc. Hal ini sesuai dengan penjelasan cahaya sebagai paket-paket foton. Pada saat
irradiance tinggi, yaitu pada saat jumlah foton banyak, arus yang dihasilkan juga
besar. Demikian pula sebaliknya, sehingga arus yang dihasilkan berbanding lurus
terhadap jumlah foton (Aswar., 2018).
Perubahan temperatur yang terjadi pada photovoltaic tidak semuanya
dikonversi menjadi listrik, hal ini dikarenakan pada photovoltaic akan menimbulkan
panas, maka tegangan keluaran mengecil seperti pada gambar berikut :

9
Gambar 4. Kurva Karakteristik Pengaruh Intensitas Temperatur Terhadap
Kurva I-V (Aswar., 2018)

Komponen semikonduktor seperti dioda sensitif terhadap perubahan suhu,


begitu pula dengan sel surya. Pada gambar 4 terlihat bahwa suhu berpengaruh banyak
pada Voc daripada terhadap Isc, berkebalikan dengan pengaruh intensitas matahari.
Kenaikan suhu mengurangi Voc sel surya. Hal ini disebabkan peningkatan suhu
menurunkan band gap semikonduktor (Aswar., 2018).

I.2.3 Konverter DC ke DC
DC ke DC Converter merupakan rangkaian elektronika power untuk mengubah
suatu masukan tegangan dc menjadi tegangan dc keluaran dengan nilai yang lebih
besar atau kecil dari tegangan masukan. Tegangan dc masukkan dari proses konverter
dc – dc tersebut adalah berasal dari sumber tegangan dc yang biasanya memiliki
tegangan masukkan yang tetap (Pasaribu., 2017).
Jenis konverter dc ke dc terdiri dari konverter Step Up (Boost Converter),
konverter Step Down (Buck Converter) dan konverter Step Up dan Step Down (Buck
– Boost Converter). Dalam proses menghasilkan tegangan keluaran sumber energi
tenaga hidrogen yang bervariasi menjadi konstan, maka diusulkan perancangan dan

10
pembuatan prototipe yang masukan tegangannya bervariasi menjadi tegangan
keluaran yang tetap 24 volt dc, maka dibuatlah konverter dc ke dc buck boost seperti
ditunjukkan pada gambar 5 dibawah ini :

Gambar 5. Diagram Blok Sistem Konverter DC ke DC


Buck Boost Teregulasi

Rangkaian konverter dc ke dc buck boost digunakan untuk menaikkan atau


menurunkan tegangan keluaran dc dari sumber pembangkit tenaga hidrogen menjadi
tegangan keluaran 24 volt teregulasi. Saklar pada konverter buck boost akan
dinyalakan dengan duty cycle yang berbeda – beda disesuaikan dengan tegangan yang
keluar dari sumber pembangkit tenaga hidrogen.
Pengontrolan tegangan keluar dari sumber pembangkit tenaga hidrogen yang
merupakan masukan dari konverter dc ke dc buck boost ini, setiap saat dibaca melalui
rangkaian sensor tegangan dc dan diproses oleh mikrokontroller Arduino Uno agar
konverter buck boost menghasilkan tegangan keluaran teregulasi 24 volt dc.
Rangkaian sensor tegangan dc disini fungsinya mengkondisikan sinyal tegangan
keluaran pada pembangkit tenaga hidrogen menjadi 0 – 5 volt, selanjutnya
dikonversikan terlebih dahulu melalui Analog Digital Converter (ADC), agar sinyal
hasil sensing tegangan keluaran dari pembangkit listrik tenaga hidrogen yang tersebut
dapat dibaca oleh mikrokontroller.

11
V¿
ADC= x 1023 (1)
V ref

I.2.4 DC – DC Buck Boost Converter


Buck – boost konverter merupakan suatu rangkaian DC to DC konverter yang
dapat menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi dari pada
sumbernya. Tegangan keluaran pada buck-boost konverter selalu bernilai negatif atau
berkebalikan dengan sumber tegangan masukan. Rangkaian Buck Boost konverter
dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Rangkaian Buck Boost Konverter

I.2.4.1 Analisa Switch ON dan OFF


Rangkaian buck-boost konverter bekerja pada 2 kondisi, yaitu pada saat
switch ON dan pada saat switch OFF.
Selama switch ON, dioda dalam keadaan reverse bias seperti pada gambar 7,
sehingga tidak adanya arus yang mengalir ke dioada, pada kondisi ini tegangan dioda
(VD) = - (VS + Vo). Dalam kondisi tertutup switch mendapatkan tegangan sebesar Vs,
sehingga induktor mendapat tegangan dari input dan arus mengalir melewati induktor
selama switch dalam keadaan ON dan secara bersamaan kapasitor dalam kondisi
discharge yang mengalirkan tegangan dan arus pada beban.

12
Gambar 7. Rangkaian Buck-boost Konverter Saklar Tertutup

Didapatkan persamaan ΔiL pada saat switch on adalah :


di L
V L=V S=L (2)
dt
di L V S
= (3)
dt L
Δ iL Δ iL V S
= = (4)
Δt DT L
V s DT
(Δ ¿¿ iL)closed = ¿ (5)
L

Pada saat kondisi switch off seperti pada gambar 8, tegangan input terputus
dan dioda mengalami forward bias menyebabkan arus mengalir dari induktor menuju
kapasitor. Pada saat kondisi ini kapasitor dalam keadaan mengisi (charge). Beban
mendapatkan aliran energi dari induktor sehingga terjadi penurunan arus pada
induktor hingga switch di ON kan kembali.

13
Gambar 8. Rangkaian Buck-boost Konverter Saklar Terbuka
Sehingga didapatkan persamaan berikut :
di L
V L=V o=L (6)
dt
di L V o
= (7)
dt L
Δ iL ΔiL Vo
= =
Δt ( 1−D ) T L
(8)
V o ( 1−D ) T
(Δ¿¿ iL)open = ¿ (9)
L

Untuk pengoperasian dalam keadaan steady-state, perubahan bersih pada arus


induktor harus nol dalam satu periode. Menggunakan persamaan (5) dan (9).
(ΔiL)closed + (ΔiL)open = 0
V S DT V o ( 1−D ) T
+ =0
L L
(10)
D
V O =−V S ( ) (11)
1−D

14
Bentuk sinyal arus komponen pada Konverter Buck-Boost ditunjuk pada
gambar 9. Sinyal komponen yang terdapat pada Konverter Buck-Boost ini yaitu :
induktor, kapasitor, dioda dan saklar.

Gambar 9. (a) Arus induktor, (b) Tegangan induktor,


(c) Arus dioda, (d) Arus Kapasitor
Mendesain Konverter Buck Boost digunakan beberapa persamaan yaitu :
1. Menghitung Nilai Resistansi Beban
Nilai resistansi konverter buck – boost dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 12.
V out
R= (12)
I out

Keterangan :
R : Hambatan (Ω)
Iin : Arus Keluaran (A)

2. Menghitung Nilai Arus Keluaran (Iout)


Arus keluaran Konverter Buck Boost dapat dihitung ratingnya dengan
menggunakan persamaan 13.

15
Vout
Iout= (13)
R

Keterangan :
Iout : Arus Keluaran (A)
R : Hambatan (Ω)

3. Menentukan Nilai Induktor


Konverter Buck Boost terdapat satu buah induktor, yang ratingnya
ditentukan berdasarkan persamaan 14.
V¿xD
L= (14)
ΔI x F s

Keterangan :
L : Induktansi (mH)
Fs : Frekuensi Switching (kHz)
4. Menentukan Nilai Kapasitor
Konverter Buck Boost terdapat satu buah kapasitor, yang ratingnya
ditentukan berdasarkan persamaan 15.

V out x D
C= (15)
R x Δ V o x Fs

I.2.5 Arduino
Arduino adalah platform pembuatan prototipe elektronik yang bersifat open-
source, fleksibel dan mudah digunakan. Arduino ditunjuk bagi para pengembang atau
kreator dalam menuangkan idenya untuk menciptakan objek atau lingkungan yang
interaktif. Platfrom Arduino terdiri dari bagian yaitu bagian hardware dan software
(Arifin et. Al, 2016).

16
Bagian hardware pada arduino merupakan papan sirkuit yang memiliki
beberapa input/output serta memiliki mikrokontroler didalamnya. Pada platfrom ini
memiliki keluaran sinyal PWM sehingga menunjang dalam pengendalian duty cycle
pada konverter (Ernadi, 2016). Sedangkan bagian software merupakan software
processing yang dapat menulis program ke Arduino. Bahasa yang digunakan sendiri
merupakan bahasa C++ yang merupakan bahasa tingkat menengah. Software tersebut
bernama IDE Arduino (Arifin et. Al, 2016).

I.2.6 MOSFET
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistro) adalah suatu
transistor dari bahan semikonduktor (silikon) dengan tingkat konsentrasi
ketidakmurnian tertentu. Tingkat dari ketidakmurnian ini akan menentukan jenis
transistor tersebut, yaitu transistor MOSFET tipe-N (NMOS) dan transistor MOSFET
tipe-P (PMOS). Bahan silikon digunakan sebagai landasan (substract) dari penguras
(drain), sumber (source) dan gerbang (gate). Selanjutnya transistor dibuat sedemikian
rupa agar antara substract dan gerbangnya dibatasi oleh oksida silikon yang sangat
tipis. Oksida ini diendapkan diatas sisi kiri dari kanal, sehingga transistor MOSFET
akan mempunyai kelebihan dibanding dengan transistor BJT (Bipolar Junction
Transistor), yaitu menghasilkan disipasi daya yang rendah.

Gambar 10. (a) MOSFET with body diode, (b) Karakteristik MOSFET,
(c) Idealized MOSFET characteristics.

17
Sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :
VGS = 0, ID = IDSS (16)
VDS = VDD – IDSS x RD (17)
I D =I DSS ¿ (18)

I.2.7 Karakteristik Kerja Mosfet


Agar dapat berfungsi sebagai saklar, mosfet harus bisa dikondisikan dalam dua
operasi kerja yang berbeda, kondisi saturasi dan kondisi Cut Off. Kedua kondisi ini
menjadikan mosfet layaknya sebuah saklar mekanis biasa yang dapat menyambung –
putuskan aliran arus listrik yang melewatinya.
Ketika berada dalam dua kondisi berbeda tersebut, mosfet akan mempunyai
karakter yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik dari mosfet tersebut terjadi
karena pengendalian terhadap pemberian bias tegangan pada terminal gate.

1. Kondisi Cut Off


Pada kondisi ini tegangan bias input gate Vin adalah 0, sehungga arus pada
drain Id juga 0 karena tidak terjadi aliran arus pada mosfet. Demikian juga tegangan
pada drain Vds akan sama dengan tegangan sumber Vdd. Kondisi ini akan membuat
mosfet menjadi Off atau tidak bekerja mengalirkan arus dari drain menuju source.

18
Gambar 11. Kondisi Cut Off

2. Kondisi Saturasi
Kebalikan dari kondisi Cut Off, pada kondisi saturasi kita akan menjadikan
mosfet bekerja secara penuh seperti saklar dalam keadaan tertutup. Kondisi ini dapat
dicapai dengan memberikan tegangan bias gate Vin sehingga tegangan Vgs >
Vambang. Pada keadaan ini maka tegangan Vds = 0 dan arus drain Id = max.

Gambar 12. Kondisi Saturasi

Dengan mengatur tegangan bias pada gate mosfet, maka bisa menjadikannya
berada dalam dua kondisi yang berbeda dengan karakteristik yang berbeda juga. Saat
berada dalam kondisi Cut Off, besar hambatan pada saluran konduktif drain – source
sangat tinggi hingga mencapai ribuan KΩ. Sehingga akan sulit untuk dilewati arus
listrik.
Sebaliknya ketika berada dalam kondisi On (Saturasi) secara penuh, saluran
konduktif drain – source mempunyai hambatan listrik yang sangat kecil kurang dari 1
Ω. Dengan hambatan yang kecil ini mengakibatkan arus mudah melewati mosfet.
Saat digunakan sebagai saklar, maka bisa mengendalikan mosfet agar lebih
cepat atau lebih lambat On. Bisa juga menentukan besar aliran arus yang bisa
mengalir pada terminal drain menuju source. Dengan karakteristik ini, mosfet akan

19
lebih efisien untuk menggantikan saklar mekanis biasa apalagi yang membutuhkan
proses swiching sangat cepat.

I.2.8 Driver Mosfet


Untuk menyalakan MOSFET biasanya tegangan pada kaki Gate MOSFET
lebih besar dari tegangan sumber, maka perlu sebuah driver MOSFET. Driver
MOSFET atau Driver Gate merupakan penguat daya yang mengubah daya rendah
yang berasal dari Arduino menjadi daya besar untuk gerbang transistor berdaya tinggi
seperti IGBT dan MOSFET. Driver Gate dapat berbentuk IC atau sebuah rangkaian
listrik. Pada penelitian ini, magnitude dari sinyal PWM yang dihasilkan board
Arduino bernilai maksimum 5 VDC, dimana tegangan ini tidak mampu
menggerakkan switch pada mosfet, untuk itu dibutuhkan rangkaian driver mosfet.
Dengan driver mosfet magnitude dari tegangan PWM akan mendekati nilai VCC
yang digunakan pada rangkaian driver tersebut. Rangkaian driver mosfet yang
digunakan yaitu driver mosfet IR2112. Rangkaian driver mosfet terlihat pada Gambar
13.

Gambar 13. Rangkaian Driver MOSFET IR2112

I.2.9 Dioda

20
Dioda atau diode adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai
penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anoda sedangan bahan tipe-n akan menjadi
katoda. Bergantung pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, dioda bisa
berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anoda mendapatkan tegangan
positif sedangan katodanya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagai
saklar terbuka (apabila bagian anoda mendapatkan tegangan negatif sedangan katoda
mendapatkan tegangan positif). Kondisi tersebut terjadi hanya pada dioda ideal-
konseptual. Pada dioda faktual (riil), perlu tegangan lebih besar dari 0,7 V (untuk
diada yang terbuat dari bahan silikon) pada anoda terhadap katoda agar dioda dapat
menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7 V ini disebut sebagai tegangan
halang (barrier voltage). Dioda yang terbuat dari bahan Germanium memiliki
tegangan halang kira – kira 0,3 V (Simanjuntak., 2019).

Gambar
14. Susunan dan Simbol Dioda

Cara kerja dioda, jika nilai tegangan A lebih besar dari nilai tegangan K maka
dioda akan on / bekerja.

I.2.10 Pulse Width Modulation (PWM)


Pulse Width Modulation (PWM) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kebanyakan sistem kontrol. Salah satu kegunaan dari PWM adalah sebagai
pengontrol daya pada rangkaian konverter DC – DC. Pada konverter DC – DC, PWM
digunakan sebagai pengontrol saklar dan memodulasi tegangan input DC menjadi
gelombang dengan frekuensi tinggi untuk kemudian dilewatkan melalui komponen
filter L – C untuk menghasilkan tegangan keluaran DC. Teknik konverter ini dikenal
sebagai teknik switching. Teknik switching banyak dimanfaatkan sebagai konversi

21
daya DC – DC dibandingkan teknik konvensional karena tingkat efisiensi yang
tinggi.
T on
D= x 100 % (19)
( T on +T off )
Keterangan :
Ton : Waktu pulsa high
Toff : Waktu pulsa low
D : Duty cycle

PWM merupakan metoda modulasi sinyal yang berfungsi untuk mengubah atau
mengatur perioda yang memiliki frekuensi tetap pada tegangan. Dapat dilihat pada
gambar 15.

Gambar 15. Pulse Width Modulation

22
I.2.11 Sensor Tegangan
Komponen sensor tegangan adalah 2 buah resistor yang dipasangkan secara
seri. Sensor tegangan ini berupa pembagi tegangan keluaran konduktor. Tegangan
yang dihasilkan berada pada range 0 – 5 volt, agar dapat terbaca pada pin analog
microcontroller.

Gambar 16. Sensor Tegangan

Untuk mengukur tegangan keluaran pada rangkaian ini berlaku rumus pada
persamaan .
R2
V out = xV¿ (20)
R1 + R2
Keterangan :
Vout : Tegangan Keluaran (V)
Vin : Tegangan Masukan (V)
R1 : Resistor Pertama (Ω)
R2 : Resistor Kedua (Ω)

I.2.12 Sensor Arus ACS712


ACS712 adalah Hall Effect current sensor. Hall effect allegro ACS712
merupakan sensor yang presisi sebagai sensor arus AC atau DC dalam pembacaan
arus didalam dunia industri, otomotif, komersil dan sistem – sistem komunikasi. Pada
umumnya aplikasi sensor ini biasanya digunakan untuk mengontrol motor, deteksi

23
beban listrik, switched power supplies dan proteksi beban berlebih, bentuk fisik dari
sensor arus ACS712 dapat dilihat pada gambar 17 dibawah ini.

Gambar 17. Sensor Arus ACS712

Sensor ini memiliki pembacaan dengan ketepatan yang tinggi, karena


didalamnya terdapat rangkaian low-offset Hall dengan satu lintasan yang terbuat dari
tembaga. Cara kerja sensor ini adalah arus yang dibaca mengalir melalui kabel
tembaga yang terdapat didalamnya yang menghasilkan medan magnet yang di
tangkap oleh integrated Hall IC dan diubah menjadi tegangan proporsional.
Ketelitian dalam pembacaan sensor di optimalkan dengan cara pemasangan
komponen yang ada didalamnya antara penghantar yang menghasilkan medan magnet
dengan hall transduser secara berdekatan. Persisnya, tegangan proporsional yang
rendah akan menstabilkan Bi CMOS Hall IC yang didalamnya yang telah dibuat
untuk ketelitian yang tinggi oleh pabrik. Berikut terminal list dan gambar pin out
ACS712.

Gambar 18. Pin out ACS712

24
Sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :
Nilai adc = Nilai analog yang terbaca di pin current (arus)
Nilai adc
V adc = x 5000 (21)
1024
(V adc −V offset )
I= (22)
Sensitivitas

J. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Kajian Pustaka
Untuk mendapatkan pemahaman yang baik mengenai topik yang akan dibahas
pada penelitian ini, dilakukan kajian pustaka dengan membaca teori yang
relevan dari jurnal, buku, artikel dan layanan internet.
2. Studi Bimbingan
Penulis melakukan diskusi dengan dosen pembimbing mengenai masalah –
masalah yang timbul selama penelitian ini berlangsung sehingga penelitian
berjalan lancar dan terarah.
3. Membuat Alat Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter Teregulasi

25
Setelah mengetahui komponen yang digunakan maka dibuat alat Perancangan
Catu Daya DC Buck Boost Konverter Teregulasi dari Energi Solar Cell
Menggunakan Mikroprosesor Arduino Uno.
4. Pengambilan Data Percobaan
Tahap selanjutnya yaitu pengambilan data hasil percobaan dengan melihat
data yang dihasilkan pada keluaran alat.
5. Melakukan Kesimpulan dari Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian tersebut akan didapatkan kesimpulan mengenai
penelitian ini.
6. Melaksanakan Penyusunan Skripsi
Pada langkah ini akan dimulai dari Bab I hingga Bab V.

K. Analisa Sementara
Berikut ini adalah model perancangan alat dalam pengerjaan tugas akhir ini :

Gambar 19. Model Perancangan Alat

26
Dari gambar 19 dapat dilihat bahwa ketika solar cell bekerja maka arus akan
mengalir menuju ke buck boost converter. Ketika arus sampai di buck boost converter
maka buck boost converter akan menaikkan dan menurunkan tegangan masukkannya
menjadi tegangan keluaran 24 Vdc, tegangan keluaran 24 Vdc ini akan menuju ke
inverter.

1. Penentuan Nilai Duty Cycle


Agar buck – boost konverter dapat bekerja dengan baik, maka dilakukan
perhitungan.
Duty cylce yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan keluaan 24 Vdc
dengan tegangan masukan 12 Vdc dapat penggunakan persamaan 11.

V out D
=
V ¿ 1−D
24 D
=
12 1−D
24 (1 – D) = 12 D
24 – 24 D = 12 D
24 = 36 D
D
D= =0 ,67=67 %
1−D
Duty cycle yang dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan output 24 Vdc
adalah 67%.

2. Penentuan Nilai Komponen


Sebagai penaik dan penurun tegangan, buck – boost konverter berfungsi
menjaga tegangan tetap berada pada range tegangan yang diharapkan, namun tetap
pada titik daya puncak. Untuk menentukan arus keluaran, dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :

27
P
I out =
V out
450
I out =
24
Iout = 18,75 A

Maka dipilih jenis switching mosfet dengan nilai arus drain ID = 20 A dan
jenis mosfet yang dipakai adalah IRF6215 dan IRF250 dengan nilai VGS = ±20 V.

Untuk mencari nilai dari induktor yang akan digunakan dengan menggunakan
persamaan 14.
V¿xD
L=
ΔI x F s
12 x 0 , 67
L=
0 , 01 x 20000
L = 0,0402 H
L = 40200 µH

Maka dipilih induktor dengan nilai 45 mH / 20 A.


Dan untuk mencari nilai dari kapasitor yang akan digunakan dengan
menggunakan persamaan 15.
V out x D
C=
R x Δ V o x Fs
24 x 0 , 67
C=
1, 28 x 0 ,01 x 20000
C = 0,0628125 F
C = 62812,5 µF
Maka dipilih kapasitor dengan nilai 65000 µF / 50 V.

Pemilihan dioda yang dipakai adalah 20 A / 50 V.

28
3. Simulasi Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter
Berikut ini adalah gambar rangkaian pada software Proteus 8 untuk simulasi
dari perancangan catu daya DC Buck Boost konverter dengan sumber solar cell.

Gambar 20. Perancangan Catu Daya DC Buck Boost Konverter

29
L. Flowchart Penelitian

Gambar 21. Flowchart Penelitian

30
M. Jadwal Penelitian
Tabel 1. Perkiraan Jadwal Penelitian
Minggu ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Kajian Pustaka

Diskusi dengan Dosen


Pembimbing
2.
mengenai topik
penelitian

Melakukan pembuatan
3.
perancangan alat

Analisa hasil
4.
pengujian

Analisa dan Evaluasi


5.
Data

Pembuatan Laporan
6.
Akhir

N. Rencana Biaya
Tabel 2. Rencana Biaya
Biaya
Jumlah
No Uraian Kegiatan Volume Satuan
(Rp)
(Rp)

1 Arduino 1 Buah 100.000 100.000

2 Mosfet 2 Buah 7.000 14.000

3 Resistor 1 Buah 2.000 2.000

4 Kapasitor 3 Buah 20.000 60.000

31
5 Induktor 2 Buah 5.000 10.000

6 Dioda 2 Buah 2.000 4.000

7 Sensor Tegangan 2 Buah 25.000 50.000

8 Sensor Arus 2 Buah 20.000 40.000

Jumlah Biaya (Rp) 280.000

32
DAFTAR PUSTAKA

Buntulayuk, Herman, Faizal Arya Samman dan Yusran. 2017. Rancangan DC –

DC Converter untuk Penguatan Tegangan. Jurnal JPE, Vol. 21, No. 02.

Hart, D. W. 2010. Power Electronics. New York: McGraw Hill.

Hasanah, Luthfi Mufidatul, Cornelius Satria Yudha, Soraya Ulfa Muzayanha dan

Inayati. 2018. Desain Sistem Fuel Cell Untuk Pembangkit Listrik Daerah

Terpencil. Seminar Nasional Teknik Kimia Ecosmart.

Kurniawan, Sigit, Setyawan P. Sakti dan Hari Arief Dharmawan. Desain High

Frequency PWM Menggunakan CPLD Dan Pemanfaatan Sistem Sebagai

Kontrol Pada DC-DC Flyback Up Converter. Jurusan Fisika FMIPA Univ.

Brawijaya

Ma’ruf, HM dan FA Widiharsa. 2016. Fuel Cell sebagai Sumber Energi Listrik

Alternatif Pengisi Baterai dengan Pengendali Panas. Transmisi, Vol – XII

Edisi – 1.

Muhammad, Agyl. 2018. Desain dan Implementasi Quasi – Z Source Boost DC – DC

Converter dengan Penguatan Tegangan Tinggi untuk Aplikasi Fuel Cell.

Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Payung, Yebeskiel Rante, Era Purwanto dan Farid Dwi Murdianto. 2020. Rancang

Bangun Buck-Boost Converter Pada Sistem Charging Baterai dengan

33
Sumber Solar Cell Menggunaka Kontrol PI pada Uninterruptible Power

Supply (UPS) Offline untuk Aplikasi Beban Rumah Tangga. PoliGrid Vol.1

No.2. ISSN 2723-4428 eISSN 2723-4436.

Rachman, Mu’ammar Chaidir. 2018. Rancang Bangun Konverter Buck Boost

Dengan Sistem Monitoring Berbasis Labview. Skripsi. Universitas Islam

Indonesia. Yogyakarta.

Ramadhan, Muhammad Nuraga Lazuardy. 2017. Sistem Air Independent Propulsion

Pada Wahana Benam. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Surabaya.

Senrianokxi, Fiko, Dr. Eng. Aryuanto Soetedjo, ST., MT dan Dr. Eng. I Komang

Somawirata. 2020. Rancang Bangun Modul Converter DC-DC

Menggunakan Mikrokontroller Arduino Berbasis IoT Untuk Penelitian

MPPT (Maximum Power Point Tracking) Pada Panel Surya. Seminar Hasil

Elektro S1 ITN Malang.

Suharyadi, Sandi. 2019. Rancang Bangun DC-DC Buck Converter Sebagai Solar

Charger Dengan Kontrol Self Tuning PID Fuzzy. Skripsi. Universitas

Jember.

Suwitno, Yusnita Rahayu, Rahyul Amri dan Eddy Hamdani. 2017. Perancangan

Konverter DC ke DC untuk Menstabilkan Tegangan Keluaran Panel Solar

34
Cell Menggunakan Teknologi Boost Converter. Journal of Electrical

Technology, Vol. 2, No. 3. ISSN : 2598 – 1099 (Online). ISSN : 2502 – 3624

(Cetak).

35

Anda mungkin juga menyukai