Anda di halaman 1dari 20

TUGAS AKHIR

PIEZOELECTRIC STAIR GENERATOR


INOVASI TANGGA PENGHASIL LISTRIK BERBASIS PIEZOELEKTRIK

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Elektro Pada Program Strata Satu(S-1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

NOOR PRATAMA APRIYANTO


(20140120158)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi saat ini amat pesat. Perkembangan meliputi
hampir seluruh sektor kehidupan masyarakat dunia seperti teknologi pangan,
teknologi kesehatan, teknologi komunikasi,dan teknologi transportasi. Dari
pesatnya perkembangan teknologi-teknologi tersebut, manusia dituntut
menyediakan sumber energi, khususnya energi listrik agar teknologi-teknologi
tadi dapat digunakan dengan baik. Energi listrik umumnya didapat melalui
pembangkit listrik. Pembangkit listrik memerlukan daya yang besar untuk bisa
menghasilkan listrik yang nantinya dapat didistribusikan dan digunakan
masyarakat luas. Oleh karena itu, pembangkit listrik memerlukan energi sebagai
bahan bakar untuk membangkitkan listrik. Saat ini energi yang digunakan sebagai
bahan bakar pembangkit listrik ialah bahan bakar fosil, panas bumi, angin, air, dll.
Dalam penerapannya khususnya di Indonesia, kebanyakan menggunakan
bahan bakar fosil karena pengelolaannya relatif mudah. Bahan bakar fosil itu
sendiri adalah bahan bakar yang terbentuk dari proses alam seperti dekomposisi
anaerobik dari sisa-sisa organisme termasuk fitoplankton dan zooplankton yang
mengendap ke bagian bawah laut (atau danau) dalam jumlah besar, selama jutaan
tahun. Bahan bakar fosil merupakan sumber daya tak terbarukan karena proses
pembentukannya memerlukan waktu jutaan tahun, sedangkan cadangan di alam
habis jauh lebih cepat daripada proses pembentukannya. Produksi dan
penggunaan bahan bakar fosil menimbulkan keprihatinan lingkungan. Pemakaian
energi fosil yang terus menerus akan mengakibatkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar
fosil seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam mengandung persentase karbon
yang tinggi. Gas karbon adalah gas tanpa warna yang merupakan senyawa karbon
dengan oksigen, tidak terbakar dan larut dalam air. Jika gas karbon tersebut
terlepas ke udara akan bersenyawa dengan oksigen dan membentuk gas karbon
dioksida. Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang meningkatkan
radiasi dan memberikan kontribusi pada pemanasan global, yang menyebabkan
rata-rata suhu permukaan bumi meningkat[1].
2

Sedangkan untuk pembangkit listrik yang menggunakan energi dari alam


seperti angin, air, dan cahaya matahari membutuhkan tempat khusus untuk
mengoptimalkan potensi energi-energi alam tersebut. Jika diambil contoh pada
pembangunan PLTA harus memenuhi standar seperti faktor ketersediaan air dan
ketinggian yang cukup untuk menggerakan turbin air[2], sedangkan untuk
pembangkit listrik tenaga angin berskala makro jika dibandingkan dengan skala
mikro, energi angin yang dapat diperoleh bisa ratusan atau ribuan kali lebih besar,
namun perlu perlakuan dan sistem kontrol tingkat lanjut. Mulai dari perencanaan
bentuk baling-baling, perlu ada simulasi dan percobaan akurat untuk
memproduksi bilah baling-baling dengan bentuk khusus yang dapat menangkap
energi angin. Selain itu, penghitungan arus dan kecepatan angin tiap hari hingga
tahunan juga diperlukan untuk memastikan posisi lintang dan bujur terbaik untuk
membangun kincir angin. Jarak kincir angin satu dengan yang lainnya juga mesti
diatur dan dihitung supaya tidak saling mengganggu aliran udara dan tidak
merusak pemandangan alam sekitar[3]. Sehingga membutuhkan dana yang tidak
sedikit serta lahan untuk pembangunannya.
Teknologi piezoelektrik adalah salah satu alternatif mengatasi masalah-
masalah tersebut. Tidak seperti pembangkit pada umumnya yang menuntut
adanya tempat khusus serta sterilisasi dari aktivitas manusia selain dari operator
atau tenaga kerja di pembangkit, teknologi piezoelektrik justru memerlukan
aktivitas dari manusia dalam operasionalnya baik itu orang awam maupun tenaga
profesional selaku pengembang. Seperti Jepang yang telah menggunakan konsep
teknologi piezoelektrik untuk menghasilkan listrik dengan pengaplikasian sebagai
pengganti keramik lantai yang dipasang pada loket pintu masuk. Perusahaan
kereta api Jepang sektor timur, The East Japan Railway Company, bekerja sama
dengan para peneliti Universitas Keio, Jepang, mengadakan riset untuk
mengembangkan stasiun kereta api yang ramah lingkungan di stasiun Shibuya.
Mereka memanfaatkan lalu lalang para penumpang di stasiun tersebut untuk
menghadirkan pembangkit listrik dari tenaga manusia. Melalui teknologi tersebut
penumpang akan bergerak melalui tenaga dari hasil pijakannya sendiri[4].
3

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana merancang, membuat, dan menguji pembangkit listrik
sederhana dengan piezoelektrik?
b. Bagaimana cara kerja ELSTOR sehingga dapat difungsikan sebagai
alternatif pembangkit listrik?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Penulis menggunakan elemen piezoelektrik yang berdiameter 50mm.
b. Penulis melakukan implementasi teknologi piezoelektrik serta
pengambilan data pada tangga di sekitar gedung F1-F4 dan Laboratorium
Teknik Elektro gedung G5 Lantai 2 Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

1.4 Tujuan
a. Merancang, membuat dan menguji pembangkit listrik sederhana dengan
piezoelektrik.
b. Cara kerja alat tersebut sehingga dapat digunakan untuk alternatif
pembangkit listrik.

1.5 Manfaat
a. Solusi bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi krisis energi
dengan inovasi pembangkit listrik yang murah dan ramah lingkungan.
b. Sebagai inovasi pemanfaatan teknologi untuk memenuhi kebutuhan
energi listrik di masyarakat
4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelitian Deddy Susilo, Eka Firmansyah, dan Litasari pada


jurnal yang berjudul Sistem Pemanen Energi dengan Tranduser Piezoelektrik
untuk Perangkat Daya Rendah yang terbit pada bulan Maret 2014 menyatakan
bahwa, Sistem pemanen energi dengan sumber vibrasi yang diuji secara empiris
terdiri dari tranduser piezoelektrik, diode penyearah dan penyimpan energi dengan
super kapasitor. Studi empiris ini menghasilkan bahwa sistem penyearah yang
tepat untuk mengambil energi skala ratusan miliVolt adalah diode schottky. Diode
schottky mempunyai efisiensi 85% untuk sumber masukan di atas 1V. Waktu
pengisian superkapasitor dengan sumber arus AC tidak terpengaruh frekuensi,
tetapi dari besar amplitudonya. Efisiensi tranduser piezoelektrik paling tinggi pada
frekuensi 10kHz dan 133kHz yakni 3,6% dan 22%. Resistansi keluaran tranduser
menurun seiring dengan meningkatnya frekuensi. Pada pengujian perangkat
mikrokontroler, sensor suhu dan RF transceiver dengan frekuensi pengiriman data
1, 5 dan 10 Hz diperoleh data bahwa pada frekuensi 1 Hz membutuhkan energi
paling kecil.
Teknik pengambilan energi yang umum adalah dengan menggunakan
rectifier, kapasitor dan baterai sebagai penyimpan. Teknik Bias-Flip Rectifier and
Shared Inductor memungkinkan potensi daya yang dapat dihasilkan sekitar 10
hingga 100 W dari daya yang tersedia di lingkungan. Sistem pemanen energinya
adalah sebuah penyearah gelombang penuh dan sebuah perata tegangan yakni
kapasitor dan penyimpan energi berupa baterai. Setiap volume 1 cm3 baterai tipe
litium mempunyai kapasitas penyimpanan energi sekitar 2800 Joule, yang berarti
dapat mensuplai beban elektrik rata-rata sekitar 100W dalam waktu mendekati
setahun atau tepatnya sekitar 324 hari. Karakteristik yang unik dari generator
piezoelektrik ini adalah tegangan keluaran yang relatif rendah.
Sistem pemanen energi dengan piezoelektrik untuk perangkat elektronika
daya rendah meliputi sistem penyearah untuk mengubah arus bolak-balik dari
tranduser piezoelektrik yang paling cocok dan tinggi efisiensinya lebih dari 85%
pada ratusan mVolt hingga Volt adalah diode schottky. Schottky yang digunakan
adalah 1N5822. Super kapasitor yang digunakan berkapasitas 1 Farad/5,5V cocok
untuk menyimpan energi untuk sistem pemanen energi tanpa baterai khususnya
untuk perangkat elektronika daya. Lama waktu pengisian kapasitor tidak
tergantung frekuensi sumber arus bolak-balik yang diberikan tetapi dari besarnya
arus[5].
5

Sedangkan berdasarkan penelitian Riza Maulana yang berjudul


Pemanfaatan Sensor Piezoelektrik Sebagai Penghasil Sumber Energi Pada
Sepatu, pembuatan dan perancangan pada prototipe dengan pemanfaatan sensor
piezoelektrik sebagai penghasil sumber energi terbagi dua, yaitu dengan
penyusunan secara seri dan paralel. Perancangan prototipe dengan menyusun
beberapa sensor piezoelektrik yang satu dengan yang lain untuk membentuk suatu
generator pembangkit yang akan memberikan tegangan dan arus dengan
menempelkannya pada gabus sebagai alas penompang agar sensor tidak rusak
ketika di beri beban. Pengujian dilakukan setelah rangkaian dianggap sesuai.
Pengujian dilakukan secara 3 tahap dengan beban yang berbeda-beda untuk
melihat apakah dengan pemberian yang berbeda. Data yang dihasilkan dari
penyusunan sensor piezoelektrik secara seri maupun paralel dilakukan
perbandingan untuk mengetahui keluaran daya yang maksimal.
Dari hasil percobaan, menunjukan bahwa sensor piezoelekrik yang
disusun secara paralel memiliki hasil daya keluaran yang lebih besar daripada
penyusunan sensor piezoelekrik secara seri. Bisa diambil contoh pada pengujian 1
dengan pemberian berat 55 kg, sensor piezoelektrik yg disusun secara paralel
memiliki hasil daya keluaran sebesar 17,5 W sedangkan daya hasil keluaran
sensor piezoelektrik secara seri hanya sebesar 4,4 W. Mengacu pada sistem
kerja piezoelektrik, untuk pemanfaatannya tidak selalu langkah manusia yang
digunakan untuk menghasilkan tekanan mekanik, muatan listrik dapat dipicu dari
sumber penghasil tekanan mekanik. Mengenai instalasi, instalasi sistem ini dapat
dilakukan pada jalan raya untuk penerangan jalan tersebut. Seperti contoh rel
kereta api, landasan pesawat dan jalan raya yang memiliki volume kendaraan
besar. Seberapa besar energi listrik yang dihasilkan bergantung pada massa
kendaraan, gerakan, vibrasi dan perubahan temperatur[6].
6

2.2 Landasan Teori


1. Piezoelektrik
a. Pengertian Piezoelektrik
Piezo berasal dari bahasa italia yang berarti tekanan. Bahan Piezoelektrik
dapat menghasilkan beda potensial listrik jika mendapat tekanan dan dapat
bekerja sebaliknnya[7]. Piezoelektrik didefenisikan sebagai suatu kemampuan
yang dimiliki sebagian kristal maupun bahan-bahan tertentu lainnya yang dapat
menghasilkan tegangan listrik jika mendapatkan perlakuan tekanan
atau regangan. Piezoelektrik adalah suatu efek yang reversibel, dimana terdapat
efek piezoelektrik langsung (direct piezoelectric effect) yaitu produksi potensial
listrik akibat adanya tekanan mekanik dan efek piezoelektrik balikan (converse
piezoelectric effect) yaitu produksi tekanan akibat pemberian tegangan listrik
yang menghasilkan perubahan dimensi[8].
Piezoelektrik adalah tumpukan muatan dalam materi padat (kristal atau
keramik) tertentu dalam menanggapi regangan mekanik yang dikenakan. Kata
piezoelektrik yang berarti memeras atau tekan, dan elektrik yang berarti listrik
atau electron. Kata yang piezoelektrik berarti listrik yang dihasilkan dari tekanan.
Sumber muatan listrik piezoelektrik merupakan akibat dari efek piezoelektrik.
Tekanan yang mengenai piezoelektrik kemudian menimbulkan medan
listrik. Pada saat medan listrik melewati material, molekul yang terpolarisasi akan
menyesuaikan dengan medan listrik, dihasilkan dipol yang terinduksi dengan
molekul atau struktur kristal materi. Penyesuaian molekul akan mengakibatkan
material berubah dimensi. Fenomena tersebut dikenal dengan piezoelectricitas
(efek piezoelektrik) [9].

b. Bahan Piezoelektrik

Gambar 1 Elemen Piezoelektrik


(Sumber : http://indonesian.alibaba.com/product-detail/professional-customize-20mm-
piezoelectrical-bender-film-60147763930.html)
7

Bahan piezoelektrik ditemukan pertama kali pada tahun 1880-an oleh


Jacques dan Pierre Curie. Bahan piezoelektrik adalah material yang memproduksi
medan listrik ketika dikenai regangan atau tekanan mekanis. Tekanan ini akan
mengakibatkan penyesuaian molekul sehingga material mengalami perubahan
dimensi. Bahan piezoelektrik alami diantaranya: Kuarsa (Quartz, SiO2), Berlinite,
Turmalin dan Garam rossel. Bahan piezoelektrik buatan diantaranya: Barium
titanate (BaTiO3), Lead zirconiumtitanate (PZT), Lead titanate (PbTiO3), dsb
[10]. Jacques dan Pierre Curie mengombinasikan pengetahuan akan
piroelektrisitas (kemampuan bahanbahan tertentu untuk menghasilkan sebuah
potensial listrik saat bahanbahan itu dipanaskan atau didinginkan) dengan
pemahaman akan struktur dan perilaku sebuah kristal pada kristal turmalin,
kuarsa, ratna cempaka, dan garam rossel. Dari uji coba tersebut diketahui bahwa
kristal kuarsa dan garam rossel memperlihatkan kemampuan piezoelektrisitas
paling besar saat itu [11].
Barium titanate dan zirconate titanate merupakan material piezoelektrik
buatan manusia. Di alam ada banyak material alami yang dapat memberikan efek
piezoelektrik, seperti berlinite, kuarsa, turmalin, dan garam rossel. Material jenis
ini antara lain yaitu lapisan tipis rhombohedral lead zirconium titanate (PZT)
sebagai actuator untuk MEMS, lapisan tipis aluminium nitride (AIN) sebagai
filterfr atau resonantor (orde GHZ) berbasis efek surface acoustic wave (SAW),
komposit piezoelektrik seperti serbuk keramik PTCa yang didispersikan dalam
epoxy digunakan sebagai actuator pembalik (listrik menjadi energy mekanik).
Bahan piezoelektrik adalah material yang memproduksi medan listrik ketika
dikenai regangan atau tekanan mekanis. Sebaliknya,jika medan listrik diterapkan
maka material tersebut akan mengalami regangan atau tekanan mekanis[8].

c. Prinsip Kerja Teknologi Piezoelektrik

Efek piezoelektrik adalah suatu efek yang reversible, dimana terdapat efek
piezoelektrik langsung (direct piezoelectric effect) dan efek piezoelektrik balikan
(converse piezoelectric effect). Efek piezoelektrik langsung adalah produksi
potensial listrik akibat adanya tekanan mekanik. Sedangkan efek piezoelektrik
balikan adalah produksi tekanan akibat pemberian tegangan listrik, contohnya
adalah kristal lead zirconate titanate yang akan mengalami perubahan dimensi
sampai maksimal 0.1 % jika diberi tegangan listrik. Pada sebuah kristal
piezoelektrik, muatan listrik positif dan muatan listrik negatif adalah terpisah,
namun tersebar secara simetris. Sehingga secara keseluruhan kristal bersifat
netral.
8

Gambar 2 Efek Reversibel Material Piezoelektrik


(Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/27/material-piezoelektrik-
555283.html)

Masing-masing sisi membentuk kutub listrik, sehingga ketika suatu


tekanan mekanik diterima oleh kristal piezoelektrik bentuk simetris dari tiap-tiap
muatan listrik tersebut berubah menjadi tidak simetris yang akan menghasilkan
tegangan listrik. Berdasarkan teknologi piezoelektrik beberapa besaran fisika
dapat diukur, yang paling umum adalah tekanan dan kecepatan. Spesifikasi
Piezoelektrisitas adalah efek gabungan dari sifat elektris bahan yaitu Fluks listrik,
Permitivitas listrik, Medan listrik, dan Hukum Hooke [12].

d. Macam-Macam Aplikasi Teknologi Piezoelektrik

Dalam pengaplikasian teknologi piezoelektrik, sebagian besar yang


digunakan sekaligus dibedakan menjadi 3 jenis aplikasi yaitu:

1) Piezoelektrik Sensor

Sensor piezoelektrik adalah peralatan elektronik pasif berfase padat (solid-


state) yang dapat merespon perubahan temperature, tekanan, dan yang paling
penting merespon sifat fisik (physical properties) pada suatu interface antara
permukaan alat dan fluida atau padatan asing. Perubahan pada sifat fisik antara
lain seperti masa jenis, kelistrikan, viskositas, dan ketebalan lapisan. Sensor
piezoelektrik beroperasi dengan mengobservasi penyebaran dari suatu gelombang
akustik melalui solid-state device. Deteksi sensor dilakukan dengan meninjau
korelasi variasi penyebaran gelombang akustik ke sejumlah perekam analyte pada
9

permukaan dan kemudian ke konsentrasi analyte di dalam sampel yang tertangkap


sensor atau dikorelasikan dengan perubahan pada sifat fisik dari interfacial thin
films[13].

2) Piezoelektrik Transduser

Transduser adalah alat yang mengubah suatu bentuk energi kedalam


bentuk energi yang lain. Pada piezoelektrik transduser, bahan piezoelektrik
mengubah sinyal listrik menjadi getaran mekanik dan mengubah kembali getaran
mekanik menjadi energi listrik. Material piezoelektrik diposisikan sebagai elemen
aktif transduser. Elemen aktif adalah inti dari transduser yang mengubah energi
listrik menjadi energi suara dan sebaliknya[14].

3) Piezoelektrik Aktuator

Bahan keramik piezoelektrik yang digunakan dalam aktuator piezoelektrik


menghasilkan energi listrik ketika mendapat energi mekanis (efek piezoelektrik)
dan akan menghasilkan energi mekanik bila diberi energi listrik .

Gambar 3 Piezoelektrik Aktuator


(Sumber: https://faridsamsu.wordpress.com/2010/02/16/aplikasi-piezoelektrik-actuator/)

Aktuator piezoelektrik adalah devais yang menggunakan efek


piezoelektrik kebalikan. Contohnya ketika tegangan 1000 volt diberikan pada
keramik piezoelektrik dengan ketebalan 1 mm (1000 v/mm medan listrik), maka
akan terjadi peregangan sekitar 1 mikro m pada bahan keramik tersebut. Dalam
praktek peregangan ini terlalu kecil dengan tegangan yang terlampau tinggi.
Untuk memperbesar peregangan/pergeseran maka perlu dibuat struktur tertentu.
Untuk mengurangi tegangan penggerak aktuator piezoelektrik, dapat dilakukan
dengan mengurangi ketebalan bahan piezoelektrik tersebut. Dengan mengurangi
tebal keramik menjadi 0,5 mm akan membuat tegangan penggerak menurun
menjadi 500 volt saja [15].
10

2. Modul Charger Controller

Gambar 4 Modul Charger Controller


(Sumber: http://dayasurya.weebly.com/controller.html)

Charge Controller adalah rangkaian elektronik yang mengatur proses


pengisian aki atau rangkaian aki (Battery Bank). Tegangan DC yang dihasilkan
oleh panel sel surya atau sumber DC lain umumnya bervariasi 12 volt ke-atas.
Kontroler ini berfungsi sebagai alat pengatur tegangan aki agar tidak melampaui
batas toleransi dayanya. Disamping itu, alat pengontrol ini juga mencegah
pengaliran arus dari aki mengalir balik ke sumber DC ketika proses pengisian
sedang tidak berlangsung (misalnya pada malam hari) sehingga aki yang sudah
dicas tidak terkuras tenaganya. Apabila aki atau rangkaian aki sudah penuh terisi,
maka aliran DC dari sumber DC akan diputuskan agar aki itu tidak lagi menjalani
pnngisian sehingga pengerusakan terhadap baterai bisa dicegah dan usia aki bisa
diperpanjang. Pengendalian proses pengisian aki dengan membuka dan menutup
aliran arus DC dari sumber DC ke aki adalah fungsi yang paling dasar sebuah
charger controller[16].
11

3. Inverter DC to AC

Gambar 5 Inverter DC to AC
(Sumber : http://dc-ac-
phil.weebly.com/uploads/1/6/6/4/16643902/3219157_orig.png?1358477579)

Inverter adalah perangkat elektronika yang dipergunakan untuk mengubah


tegangan DC (Direct Current) menjadi tegangan AC (Alternating Curent). Output
suatu inverter dapat berupa tegangan AC dengan bentuk gelombang sinus (sine
wave), gelombang kotak (square wave) dan sinus modifikasi (sine wave
modified). Sumber tegangan input inverter dapat menggunakan battery, tenaga
surya, atau sumber tegangan DC yang lain. Inverter dalam proses konversi
tegangn DC menjadi tegangan AC membutuhkan suatu penaik tegangan berupa
step up transformer[17].
12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Pada penelitian yang dilakukan, digunakan alat dan bahan sebagai berikut:

1. Alat yang digunakan


a. Multimeter merek HELIX
b. Seperangkat Toolset (Obeng, Tang, dll)
c. Bor Listrik Merek BOSCH GBM 6
d. Solder Merek Dekko 40-85 Watt
e. Laptop ACER Intel Core i3-380M RAM 4 GB

2. Bahan yang digunakan


a. Elemen Piezoelektrik diameter 50mm
b. Charger kontroler 12v
c. Inverter 12VDC-220VAC
d. Akumulator 12v/10Ah
e. Box Panel Kontrol Listrik ukuran 60x40x20cm
f. Fitting Lampu
g. Bola Lampu
h. Papan Triplex
i. Karet alas sandal
j. Kabel NYA 1,5mm2
13

3.2 Jalannya Penelitian

Gambaran umum tentang pelaksanaan penelitian disajikan dalam


bentuk flowchart berikut :

Gambar 6 Diagram Alir (Flow Chart) Pelaksanaan Penelitian


14

1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan referensi mengenai
kondisi terkini mengenai isu yang sedang dibahas. Dalam penelitian ini
terkait isu penanggulangan krisis energi dengan inovasi menggunakan
teknologi piezoelektrik

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah


Pada tahap ini, berdasarkan dari studi pendahuluan yang telah dilakukan
sebelumnya dilakukan analisis identifikasi masalah kemudian dilakukan
perumusan masalah untuk dilakukan penelitian mengatasi masalah tersebut.
.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk mendapatkan referensi bagi penelitian yang
akan dilakukan terkait teknologi yang digunakan dan komponen apa saja
yang akan digunakan pada penelitian yang dilakukan serta rumus-rumus
perhitungannya apabila ada.

4. Perancangan Desain Alat


Melakukan perancangan desain alat yang akan dibuat serta diteliti hasil dari
studi pustaka yang telah dilakukan sebelumnya kemudian
diimplementasikan kedalam kondisi real. Perancangan yang dilakuan
menggunakan software Sketch Up. Pada perancangan desain alat juga
dilakukan penentuan spesifikasi komponen apa saja yang digunakan sesuai
dengan desain rancangan yang telah dibuat. Untuk desain alat secara umum
sebagai berikut:

Gambar 7 Desain Alat Tampak Depan


15

Gambar 8. Desain Alat Tampak Samping Tanpa Piezoelektrik (Kiri) dan Dilengkapi
Piezoelektrik (Kanan)

Gambar 9. Desain Alat Tampak Atas Tanpa Piezoelektrik (Kiri) dan Dilengkapi
Piezoelektrik (Kanan)
16

Charger Controler

Inverter DC-AC

Akumulator (AKI)

Gambar 10. Desain Alat Bagian Dalam Panel Kontrol

ELEMEN PIEZOELEKTRIK

Gambar 11. Desain Alat Bagian Panel Anak Tangga Portable

5. Persiapan Alat dan Bahan


Tahap persiapan alat dan bahan terbagi menjadi 2 bagian:
a. Pembelian peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
pembuatan alat penelitian.
b. Pengujian komponen yang telah dibeli untuk mengetahui kondisi
dari tiap komponen apakah masih layak digunakan.

6. Pembuatan Alat
Tahap pembuatan alat pada penelitian ini yaitu :
a. Memasang dan melakukan konfigurasi piezoelektrik pada papan triplex
yang akan digunakan sebagai anak tangga, sifat anak tangga dengan
17

piezoelektrik ini ada portable. Tujuan dibuat portable agar lebih mudah
dipindahkan untuk mendapatkan data-data di beberapa tempat
b. Membuat simulasi tangga, pembuatannya dari kerangka tangga berupa
besi.
c. Memasang anak tangga portable yang sudah dilengkapi piezoelektrik
d. Pemasangan komponen panel kontrol listrik dan penempatan komponen
lain seperti Akumulator (Aki), Charger kontroler, inverter DC-AC,
fitting lampu, bola lampu, voltmeter dan amperemeter
e. Merangkai rangkaian kelistrikan sesuai rancangan desain alat.

7. Pengambilan Data & Analisa


Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap alat yang dibuat, apabila alat
belum dapat digunakan seperti pada teori dan perencanaannua maka perlu
adanya perbaikan dalam perancangan desain alat yang dibuat. Jika telah
sesuai dengan kinerja yang diinginkan, dari pengujian yang telah dilakuan
diambil data-data hasil pengujian. Data hasil pengujian kemudian dianalisa
sesuai dengan teori-teori yang ada.

8. Penulisan Tugas Akhir


Penulisan tugas akhir adalah tahap akhir pelaksanaan penelitian. Tahap ini
dilakukan apabila penelitian telah selesai dan data-data yang diperlukan
untuk penelitian sudah tercapai. Isi dari penulisan tugas akhir ini berupa
hasil dari penelitian, baik data-data pengujian, analisa hasil pengujian dan
kesimpulan serta tindak lanjut dari penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] http://www.intisolar.com/news/dampak-pemakaian-energi-fosil.html [diakses


pada 1 November 2016]

[2] http://ekbis.sindonews.com/read/928245/34/ini-syarat-agar-bendungan-bisa-
jadi-plta-1416807889 [diakses pada 1 November 2016]

[3] http://www.danielnugroho.com/science/pembangkit-listrik-tenaga-angin/
[diakses pada 1 November 2016]

[4] http://news.kucari.com/berita/ditemukan-inovasi-baru-listrik-tenaga-
manusia.html [diakses pada 18 Oktober 2016]

[5] Susilo Deddy, Firmansyah Eka, Litasari. 2014. Sistem Pemanen Energi
dengan Tranduser Piezoelektrik untuk Perangkat Daya Rendah. Fakultas
Elektronika dan Komputer UKSW, Salatiga, Jawa Tengah

[6] Maulana, Riza. 2016. Pemanfaatan Sensor Piezoelektrik Sebagai Penghasil


Sumber Energi Pada Sepatu. Fakultas Teknik Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Jawa Tengah

[7] Abdullah, Mikrajuddin, 2006, IPA Fisika Jilid 3 SMP dan MTS untuk Kelas
IX, Jakarta: Erlangga.

[8] Triwahyuni, Dona, 2011, Sintesis dan Karakterisasi Bahan


Piezoelektrik Bi0,5Na0,5TiO3 (BNT) dengan Metoda Molten Salt.

[9] https://apiif.wordpress.com/2015/12/10/piezoelektrik/ [diakses 19 Oktober


2016]

[10] http://tf-holic.blogspot.com/2012/08/apsifest-2012-ajang-bergengsi-
untuk.html, [di akses pada 22 November 2014]

[11] Ramadhani, Gilang Riadi, 2011, Teknologi Sensor, Yogyakarta: Makalah


Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

[12] http://elreg-04.blogspot.com/2009_12_01_archive.html [diakses pada 22


November 2014]
[13]http://irmatrianjaswati-fst11.web.unair.ac.id/artikel_detail-84995-Sensor-
sensor%20getaran/vibrasi%20Piezoelektrik.html, [diakses pada 13
Desember 2014]

[14]http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/27/material-piezoelektrik-
555283.html [diakses pada 14 Desember 2014]
([15]https://faridsamsu.wordpress.com/2010/02/16/aplikasi-piezoelektrik-
actuator/,[diakses pada 14 Desember 2014]

[16] http://dayasurya.weebly.com/controller.html [diakses pada 24 Oktober 2016]

[17] http://elektronika-dasar.web.id/inverter-dc-ke-ac/[diakses pada 24 Oktober


2016

Anda mungkin juga menyukai