Anda di halaman 1dari 3

Sistem jaringan distribusi primer yang digunakan untuk menyalurkan daya listrik pada setiap

beban disebut penyulang (feeder). Pada umumnya, setiap penyulang diberi nama sesuai dengan
daerah beban yang dilayani. Hal ini memiliki tujuan supaya memudahkan dalam segi
pengingatan dan penandaan jalur yang dilayani oleh penyulang tersebut. Pada sistem
penyaluran daya listrik sistem distribusi primer dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Menurut Suswanto (2009: 11) berdasarkan ukuran tegangan, jaringan distribusi tenaga listrik
dapat dibedakan pada 2 (dua) sistem, yaitu:

1. Sistem Jaringan Distribusi Primer

Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT)
ini terletak antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang memiliki tegangan sistem lebih
tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen. Standar tegangan untuk jaringan distribusi
primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN). Sedangkan di Amerika Serikat
standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV.
2. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder

Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi tegangan rendah
(JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari gardu-gardu
pembagi (gardu distribusi) ke pusat-pusat beban (konsumen tenaga listrik). Besarnya standar
tegangan untuk jaringan ditribusi sekunder ini adalah 127/220 V untuk sistem lama, dan
220/380 V untuk sistem baru, serta 440/550 V untuk keperluam industri. Besarnya tegangan
maksimum yang diizinkan adalah 3 sampai 4 % lebih besar dari tegangan nominalnya.
Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai tegangan jatuh (voltage drop) yang telah
ditetapkan berdasarkan PUIL 661 F.1, bahwa rugi-rugi daya pada
Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit tenaga listrik
(power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan yang
diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan unit
distribusi. Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.

Keandaalan suatu sistem dapat dilihat dari tingkat keberhasilan kinerja suatu sistem atau begian
dari sistem, untuk dapat memberikan hasil yang lebih baik pada periode waktu dan dalam
kondisi operasi tertentu. Pemutusan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sistem
distribusi berkaitan erat dengan keandalan pada sistem distribusi tersebut. Keandalan sistem
distribusi berbanding terbalik dengan tingkat pemutusan beban sistem. Tingkat keandalan akan
semakin berkurang apabila frekuensi pemutusan beban pada sistem semakin tinggi. Tingkatan
keandalan dalam pelayanan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) hal antara lain (SPLN 52-3, 1983:
5):
Tingkat 1: Dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk
mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena adanya gangguan.
Tingkat 2: Padam berjam-jam, yaitu wkatu yang diperlukan untuk mengirim
petugas ke lapangan, melokalisir gangguan dan melakukan manipulasi untuk dapat
menghidupkan sementara dari arah atau saluran yang lain.
Tingkat 3: Padam beberapa menit, menipulasi oleh petugas yang stand by di gardu
induk dan dilakukan deteksi/pengukuran serta pelaksanaan manipulasi jarak jauh.
Tingkat 4: Padam beberapa detik, pengamanan dan manipulasi secara otomatis.

Tingkat 5: Tanpa padam, dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan otomatis

Saluran transmisi merupakan saluran yang berfungsi untuk penyaluran daya yang besar dari
pusat pembangkit ke daerah beban. Untuk penyaluran dua atau lebih sistem disebut juga
sebagai saluran interkoneksi atau tie line (Syahputra, 2015: 48).

Anda mungkin juga menyukai