Anda di halaman 1dari 7

BAB IV ACUAN PERANCANGAN

BAB IV
ACUAN PERANCANGAN

4.1. PENGERTIAN ECO URBAN

memperluas partisipasi dalam perencanaan untuk keberlanjutan, menciptakan seni dan


perayaan yang bersifat komunal.
4.2. PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
1. Kesesuaian dengan iklim

Kota ekologis adalah satu pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas prinsip-

Strategi utama untuk bangunan:

prinsip ekologis. Pendekatan ini dipilih sebagai jawaban atas semakin memburuknya

a. Menghalangi radiasi sinar matahari langsung dengan louvers dan sun shading

kondisi lingkungan kota karena pendekatan pembangunan yang lebih berorientasi pada

(pembayang sinar matahari)


b. Isolasi radiasi panas dengan ruang udara (pada atap dan pemakaian bahan-bahan

kepentingan ekonomi jangka pendek. Kota Ekologis mempunyai kesamaan dengan


konsepsi kota yang berkelanjutan, yang menekankan pentingnya menyeimbangkan Antara

bersel dan berpori atau berongga)


c. Jarak bangunan dengan bangunan lain jauh untuk memperlancar aliran udara
d. Kenyamanan Thermis dicapai dengan aliran udara yang mengenai tubuh manusia.
e. Menghentikan/isolasi radiasi dengan reflektor kurang sesuai karena akan

kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam pembangunan kota. Kota Ekologis
juga mempunyai pandangan jauh ke depan, bahwa Pembangunan kota harus
mempertimbangkan keberlanjutan atau masa depan kota.

menambah panas lingkungan dan mengurangi penerapan kelembaban dan


penguapan.
f. Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya mempunyai BJ kecil (ringan), time lag
rendah, kapasitas panas kecil, dimensi kecil, berat sendiri kecil, dapat mengikuti
2.

kadar kelembaban udara sekitar dan konduktivitas panas rendah.


Efisiensi sumberdaya
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
a. Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas,
angin dan hujan.
b. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat
pembangunan harus seminal mungkin.
c. Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan

Kota Ekologis di beberapa kota diwujudkan dalam bentuk program-program yang

bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan


d. Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya

bertujuan untuk mencapai kota hijau. Program kota hijau merupakan program yang

serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di

menyatakan perlunya kualitas hidup yang lebih baik serta kehidupan yang harmonis

dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa

dengan lingkungannya bagi masyarakat kota. Program-program kota hijau di antaranya


tidak hanya terbatas untuk mengupayakan penghijauan saja akan tetapi lebih luas untuk
mengupayakan konversi energi yang dapat diperbaharui, membangun transportasi yang

menghemat banyak energi.


3. Efisiensi energi.
a. Alat panel surya

berkelanjutan, memperluas proses daur ulang, memberdayakan masyarakat, mendukung

Seluas 1200m2 bidang miring pada bagian atas gedung federal edith green-wendell

usaha kecil dan kerjasama sebagai tanggung jawab sosial, memugar tempat tinggal liar,

wyatt merupakan panel surya 180kW yang mampu menyediakan sekitar 5%dari
kebutuhan energi bangunan. Panel surya disini merupakan modul photovoltaicyang
PERECANAAN KOTA & PERMUKIMAN
KECAMATAN KAMBU
KELURAHAN LALOLARA RW 01 & RW 02

BAB IV ACUAN PERANCANGAN


menggunakan sel-sel surya untuk mengkonversi sinar matahari menjadi listrik.

yaitu susunan tabung alumunium, yang kemudian menyelubungi bangunan

Dalam mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik sendiri, panel sury

menutupi seluruh sisi barat, selatan dan timur. Tidak cukup mengolah secondary

amemiliki tiga proses konversi. Pertama ketika froton dari sinar matahari mengenai

skin, pada bagian dalam cangkang alumunium pun, bukaan dipertimbangkan

sel-sel photovoltaic, sebagian akan diserap dan energinya akan ditransfer kepada

matang dengan perhitungan pantulan panasdan cahaya matahari. Shading strategi

semi konduktor. Lalu elektron-elektron yang terkena froton tersebut akan terlepas

bangunan tampak pada skema sistem berikut.

dari atom kemudian mengalir menciptakan arus listrik. Dan yang terakhir,
penghubung logam pada bagian atas dan bawah sel surya akan menyalurkan keluar
arus listrik searah untuk digunakan sesuai kebutuhan.
b.

Elevator penghasil energi

d.

Pencahayaan hemat energi


Sebanyak hingga 40% dari energi untuk pencahayaan buatan pada gedungfederal
edith green-wendell wyatt ini, bisa direduksi dengan pengaplikasian sistemlampu
optik beserta sensor cahaya yang secara otomatis menyesuaikan penerangandengan

Alat transportasi vertical berupa elevator biasanya membutuhkan pasokan energi

intensitas cahaya ruang. Misalnya pada siang hari ketika sensor cahayamenangkap

besar dalam pengoperasiannya. Namun pada gedung ini, elevator yang digunakan

terang, kekuatan cahaya lampu hanya menggunakan daya 10ohm. Danketika

menerapkan teknologi baru yang membuat mesin elevator mampu menghasilkan

malam hari dan sensor photocell menangkap cahaya minim, sistem membuatlampu

energi ketika bergerak turun.Sebenarnya inovasi ini bukan benar-benar hal baru,

menggunakan dayanya hingga ratusan ohm.Dengan begitu lampu tidak terus

hanya pengaplikasian salah satu komponen elevator yang di akali. Pada sistem

mengeluarkan daya yang sama pada siangdan malam hari. Hal ini meningkatkan

mesin penggerak elevator terdapat fitur bernama regenerative converter, dimana

efisiensi penggunaan penerangan buatandengan sangat baik jika didukung dengan

motor lift dapat menyeraptenaga ketika pergerakan lift dalam keadaan yang

rancangan bangunan yang memperhatikanorientasi ruang terkait arah datangnya

menguntungkan, atau turun. Motorlift akan menyerap energi kinetik yang

sinar matahari. Sesuai teori dasar desain hematenergi, yaitu pemanfaatan optimal

ditimbulkan oleh gesekan mesin ketika elevator bergerak turun dan mengubahnya

energi alami.

menjadi listrik. Kelebihan listrik tersebut kemudian dapat digunakan untuk


kebutuhan listrik bangunan
c. Sistem shading

e. Air conversing
Konservasi udara sendiri dimaksudkan guna mengurangi pencemaran udarayang
semakin parah dan untuk mencapai target penggunaan energi yang lebih

Suhu suatu ruang tinggi dengan angka yang cukup signifikan atas dampak dari

rendah,agar masih bisa dinikmati pada masa depan. Tim arsitek merasa harus

panas matahari diluar. Hal tersebut membuat tinggi pula energi yang dikeluarkan

mengubahmotor

pada sistem penghawaan buatan. Tim arsitek SERA, yang merenovasi kantor

terlaksananaya konservasi.Sistem pengkondisian udara yang digunakan tidak lagi

federal ini merencanakan sistem shading dengan vegetasi hidup pada dinding luar

katup udara variable(VAV)melainkan beralih ke radiant heating and cooling. Sistem

bangunan. Hal tersebut dimaksudkan agar tercipta iklim mikro yang lebih sejuk

radian ini menggunakan100% udara luar yang tentu lebih efisien juga sehat bagi

didalam ruangan.

pengguna bangunan

Namun pada enam bulan sebelum dimulainya konstruksi, terjadi keputusan


perubahan rancangan. Vegetasi dirasa terlalu lama untuk bisa efektif menjadi
penghalang panas. Butuh waktu hingga tiga tahun untuk mengembangkan shading
penuh. Tim proyek kemudian mengusulkan desain inovatif pengganti vegetasi,

dari

gedung

federal

edith

green-wendell

wyatt

untuk

f. Water harvesting
Penggunaan air yang berhasil mengalami penurunan hingga 60% terealisasimelalui
penggunaan perlengkapan aliran rendah dan penggunaan kembali air hujan.Dengan
sistem penampungan air pada panel surya, penangkapan air hujan gedung
PERECANAAN KOTA & PERMUKIMAN
KECAMATAN KAMBU
KELURAHAN LALOLARA RW 01 & RW 02

BAB IV ACUAN PERANCANGAN


inimampu menyentuh angka 160.000 galon, yang dialirkan dan disimpan dalam

a. mekanisme aturan yang bertujuan membatasi tingkat polusi yang dihasilkan oleh

ruang bawah tanah pada lokasi bekas lapangan tembak. Air hujan tersebut

kendaraan,
b. mekanisme financial, melalui pajak-pajak energi, meliputi pajak pemakaian bahan

kemudiandigunakan kembali untuk kebutuhan bangunan seperti toilet, urinal,


menara pendingin, dan irigasi.
Ketiga prinsip tersebut mendasari semua komponen perancangan kota ekologi, yang saling
berintegrasi. komponen perancangan kota ekologi terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.

tata guna tanah,


bangunan,
transportasi,
infrastruktur,
lansekap kota.

Pada tata guna tanah, beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam perancangan kota
ekologi adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

tata guna tanah campuran,


pemakaian lahan dengan lebih kompak,
integrasi antara tata guna tanah dan intrastruktur,
pemakian lahan untuk kegiatan skala kecil dan,
lebih banyak disediakan ruang terbuka.

Pada komponen bangunan, rancangan bangunan harus dipikirkan secara menyeluruh. Dari
sudut pandang ini kita dapat mengkaji bagaimana tapak, bentuk, material dan struktur

baker dan pengeluaran emisi ke udara,


c. mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap kendaraan yang
efisien dalam pemakaian bahan baker, serta alternative teknologi transportasi,
d. adanya integrasi dalam perencanaan tata guna tanah dan transportasi, untuk
meminimalkan jarak capai, mendorong dipakainya transportasi umum, serta
meningkatkan kemudahan pencapaian terhadap fasilitas transportasi.
Komponen lansekap kota terdiri atas ruang terbuka, pemanfaatan tanaman, pertanian kota
dan hutan kota. Segala infrastruktur yang berkaitan dengan kota ekologi harus
diperhatikan dan dipertimbangkan dengan teliti dan akurat.
4.3. KOTA EKOLOGIS DAN KOTA BERKELANJUTAN
Kota berkelanjutan memiliki makna yang luas, namun sering kali pemahamannya dilihat
dari segi konteks dan substansi mengarah pada keberadaan kota yang memperhatikan
lingkungan. Walaupun konteks dan substansi ini berada dalam lingkup yang meletakkan
lingkungan sebagai aspek yang penting, akan tetapi juga memerlukan berbagai pendekatan
dengan melibatkan aspek-aspek lain yang komprehensif. Dengan kata lain, bidang-bidang
yang terkait tidak hanya berhubungan dengan lingkungan saja, namun secara bersamasama mengkaitkan pula bidang-bidang yang lain misalnya: perencanaan dan desain,

bangunan dapat dipakai untuk mengurangi konsumsi energi, tetapi tetap nyaman dipakai.

teknologi, ekonomi, sosial dan budaya, serta politik.


Kota berkelanjutan mendekati visi tentang kota yang dicita-citakan, dimana ia dihadapkan

Menurut Vale dan Vale (1992) beberapa upaya yang harus dilakukan untuk mencapai

pada berbagai permasalahan-permasalahan yang tidak mudah untuk menyelesaikannya.

bangunan hijau adalah:

Mengenai permasalahan ekonomi dan lingkungan menjadi hal yang perlu diperhatikan,

a.
b.
c.
d.
e.
f.

konservasi energi,
kesesuaian dengan iklim,
mengurangi pemakaian sumberdaya baru,
memperhatikan tapak,
memperhatikan pemakai,
dirancang secara menyeluruh.

Komponen kota ekologi berikutnya adalah transportasi. Blowers (1993) menekankan


adanya empat prinsip mekanisme yang diperlukan untuk mencapai strategi transportasi
berkelanjutan yaitu:

dimana dengan hal tersebut menjadi semakin lebih sulit menggambarkan kota yang
memiliki arti yang luas pada kota-kota yang terpencil atau daerah-daerah pedalaman yang
kurang meng-kota. Hal ini jauh berbeda dari pemikiran baru tentang kota, dimana
karakteristik kota sebagai sistem yang terbuka, yaitu sistem-sistem kota menyatu dengan
sistem-sistem lingkungan dan ekonomi. Hal ini merupakan pemikiran yang telah lama
diterima oleh para ahli geografi dan lainnya (Perloff, 1969).
Fungsi kota ekologi menurut prinsip-prinsip tertentu, dimana jika dipahami oleh kita, dapat
mempengaruhi kota dalam petunjuk yang postif. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
a. Skala kecil dan sangat memenuhi syarat,
b. Akses menurut kedekatan,
PERECANAAN KOTA & PERMUKIMAN
KECAMATAN KAMBU
KELURAHAN LALOLARA RW 01 & RW 02

BAB IV ACUAN PERANCANGAN


c.
Pemusatan kembali dengan skala kecil,
d. Perbedaan adalah sesuatu yang baik,
Dalam implementasinya kota ekologis harus mampu mencerminkan sebagai kota yang
berkelanjutan. Kota ekologis direncanakan seharusnya memiliki tujuan dalam penggunaan

c.
d.
e.
f.
g.

Sumber daya energi


Sumber daya budaya
Sumber daya finansial
Studi tentang sampah
Studi tentang Sejarah

sumber daya yang seminimal mungkin serta memberikan dampak yang sekecil mungkin.
Kota harus mampu mendaur-ulang sumber-sumber daya tersebut. Dalam konteks ini, kota
ekologis memiliki prinsip yang berbeda dengan kota modern. Perbedaan tersebut terletak
pada penggunaan sumber-sumber daya dan dampak yang ditimbulkannya. Pergeseran
paradigma ini merupakan konsekuensi logis untuk mencapai tujuan sebagai kota ekologis.
Namun hal yang tersulit untuk membentuknya adalah proses dalam menangani sumber
daya tersebut, karena diperlukan upaya mendaur-ulang sumber daya tersebut. Berikut

2. Merehabilitasi pusat-pusat kota


Proses ini terdiri dari:
a. Melakukan preservasi pada bangunan yang bersejarah
b. Merehabilitasi bangunan untuk konservasi energi dan modifikasi lain yang
disyaratkan
c. Mengganti aset-aset yang tidak memberikan kontribusi pada kota
d. Meningkatkan transportasi untuk publik
e. Menambah kepadatan di kawasan sprawl

bagan yang menggambarkan pemanfaatan sumber daya dan dampak yang ditimbulkannya.
4.4. PEMBANGUNAN KOTA EKOLOGIS
Konsep kota masa depan dengan optimis menyatakan bahwa kota berupaya untuk menjaga

4.5. SYARAT-SYARAT PEMBANGUNAN KOTA EKOLOGIS


1. Jaminan yang ekologis meliputi udara yang bersih dan aman, penyediaan air yang

kondisi lingkungan dengan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan, kota harus

diandalkan makanan, perumahan dan tempat kerja yang sehat, pelayanan pemerintah

menjadi bagian dari solusi terhadap kondisi tersebut. Persyaratan pertama yang harus

kota, perlindungan bencana untuk semua orang


2. Sanitasi yang ekologis harus memenuhi aspek efisien, biaya yang efektif, cara yang

dipenuhi bahwa fungsi suatu kota harus memperhatikan terhadap keseimbangan


lingkungan. Persyaratan kedua, bahwa kota tidak hanya dipandang sebagai bentuk fisik
saja, namun secara psikologis dan sebagai sesuatu yang menarik (estetis), sebagai sesuatu
yang menyediakan kepuasan arti bagi suatu komunitas/masyarakat, dan kota merupakan
sesuatu yang berlanjut. Konsensus bagaimana membangun suatu kota mencakup beberapa
aspek:
1. Kehidupan dengan kepadatan yang tinggi
2. Komunitas yang spontan & kondisi kehidupan yang manusiawi
3. Mengurangi persyaratan perjalanan
4. Daya Manusia & transit publik
5. Bangunan hemat energi
6. Penggunaan lahan dengan fungsi mix-used
7. Sistem daur ulang yang baik
8. Ruang-ruang untuk publik
Langkah-langkah menuju Kota Ekologis menurut Christopher A. Haines:
1. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip lingkungan dimana transformasi kota harus terjadi.

ramah lingkungan dalam mengolah dan mendaur ulang hasil metabolisme manusia,
limbah dan air kotor.Metabolisme industri yang ekologis dimana pelestarian sumber
daya dan pelindungan lingkungan termasuk pada transisi industri, menekankan pada
penggunaan kembali pada bahan yang digunakan, produksi yang berkelanjutan, energi
yang diperbaharui, transportasi yang efisien, dan kebutuhan hubungan antar manusia
3. Lanskap yang ekologis dimana meliputi kesatuan yang mengatur struktur-struktur
terbangun, ruang terbuka seperti taman dan plaza, penghubung seperti jalan dan
jembatan, komponen-komponen alami seperti sungai, bukit, memaksimalkan
aksesibilitas kota untuk seluruh warga kota disaat pelestarian energi dan sumber daya
serta usaha-usaha untuk mengurangi masalah kecelakaan kendaraan, polusi udara,
menurunnya kualitas air, efek panas dan pemanasan global sedang terjadi.
4. Kesadaran ekologis meliputi diantaranya membantu orang untuk mengerti bahwa
tempat mereka bagian dari alam, identitas budaya, sikap tanggung jawab terhadap

Prinsip-prinsip ini merupakan benchmark yang dapat digunakan untuk mengukur

lingkungan dan membantu mereka untuk merubah kebiasaan mengkonsumsi dan

perubahan. Prinsip-prinsip ini cukup sederhana namun sangat penting untuk

meningkatkan kemampuan mereka agar dapat memberikan kontribusi untuk merawat

diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:


a. Konservasi Sumber daya
b. Sumber daya material

ekosistem kota dengan kualitas yang tinggi.


4.6. KONSEP DAN VISI KOTA EKOLOGIS
4.6.1. KONSEP
PERECANAAN KOTA & PERMUKIMAN
KECAMATAN KAMBU
KELURAHAN LALOLARA RW 01 & RW 02

BAB IV ACUAN PERANCANGAN


Sumbangan pemikiran terhadap konsep kota yang berwawasan lingkungan

serta pertumbuhannya berdasarkan perkembangan organik pada tingkat distrik

memberikan pengertian yang luas. Pemahaman yang sinonim dengan konsep kota

dalam suatu kota.

yang berkelanjutan, melahirkan istilah kota ekologis serta istilah lain yang dikenal

Sejalan dengan pendapat Howard dan Geddes, Lewis Mumford (1961)

dengan kota hijau dan kota organik. Selanjutnya menurut Hill (1992) bahwa kota

menggabungkan konsep tersebut dengan menyertakan elemen ikatan sosial untuk

seharusnya didorong untuk mendukung kebutuhan manusia secara organik dan

menciptakan hubungan yang langsung antara kawasan ekologis dengan wilayah

pemenuhan diri secara terus menerus sampai mencapai tingkatan yang tertinggi,

perkembangan kota. Usulan Mumford melibatkan konsep baru tentang kota taman,

dimana lingkungan yang dibangun mendukung dan menegaskan secara positif

pembangunan kota yang desentralistik, dan lokasi yang terletak di kawasan lembah

mengenai pembangunan manusia dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

sungai (Hill, 1992). Lebih detail mengenai konsep kota ekologis, Ian

Melibatkan alam dalam membangun kota, seperti yang diusulkan Ebenezer Howard

McHarg(1969) menunjukkan tema desain dengan alam, sama halnya dengan

(1898) menjadi landmark dalam perencanaan kota, kemudian konsep tersebut

Geddes, ia mendukung adanya pengujian terhadap kondisi alam suatu kawasan

dikenal dengan konsep kota taman. Howard dengan konsepnya tersebut

sebelum mengajukan pembangunan suatu kota. Hal yang berbeda dengan Howard,

memandang bahwa kota dengan skala yang besar tidak akan memberikan tempat

Mumford dan Alexander adalah bahwa McHarg memiliki perhatian yang kecil pada

yang cocok untuk tinggal, dimana ia mengindikasikan kota yang besar sebagai

interaksi manusia, perkembangan distrik, hirarki wilayah dan prinsip umum tentang

bentuk rencana yang tidak ideal, lingkungan yang tidak sehat sehingga kota

bentuk kota, dimana lingkungan alami dirubah berdasarkan produk rencana yang

tersebut akan mati. Kota taman yang dimaksudkan Howard, memiliki batasan-

disiapkan yaitu berupa blueprint.Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang

batasan dimana ia menyarankan jumlah penduduk sebanyak 32.000 jiwa dalam

disampaikan Howard, Geddes, Mumford dan McHarg, adalah menghindari

lahan seluas kurang lebih 405 ha (4.050.000 m) dan lahan tersebut dilingkupi oleh

pembangunan kawasan yang tidak terbangun. Secara khusus, hal ini menekankan

lingkungan hijau yang luas.

pada kebutuhan terhadap rencana pengembangan kota dan kota-kota baru yang

Sementara Pattrick Geddes (1915) percaya bahwa perencanaan kota didasarkan

memperhatikan kondisi ekologis lokal serta bertujuan untuk meminimalkan

pada pengetahuan tentang alam dan sumber daya suatu wilayah. Misalnya secara

dampak yang merugikan dari pengembangan kota. Selanjutnya juga memastikan

khusus ia memandang kawasan lembah sungai sebagai unit alami untuk menguji

pengembangan kota yang dengan sendirinya menciptakan aset alami lokal.

berbagai aktivitas yang berbeda terkait dengan kota. Dan juga Geddes sudah

Sinergi dengan pendekatan-pendekatan tersebut dimana substansinya secara jelas

meramalkan adanya pengaruh yang penting tentang perkembangan kota yang

menerangkan konsep kota alami untuk menuju kota yang berwawasan lingkungan

terdesak oleh teknologi dan mode transportasi. Ramalan tersebut ada benarnya,

(ekologis). Konsep-konsep tersebut tercermin dalam perumusan visi tentang kota

seperti halnya yang terjadi saat ini. Lebih lanjut menurutnya bahwa dengan adanya

ekologis dimana hal tersebut digambarkan dengan beberapa visi yang mendukung

perembetan kota tersebut maka menyebabkan penggunaan sumber daya dan enegi

eksistensi dan tujuan kota ekologis

menjadi tidak teratur dan menjauhkan diri manusia dari alam. Dengan demikian hal
ini akan sangat penting untuk membawa kembali alam ke dalam kota. Berbeda
dengan Howard yang kurang menerima kota dengan skala besar karena dianggap
tidak ideal, maka Alexander (1967, 1969) berpendapat bahwa kota besar bisa
ditentukan melalui pusat-pusat kota yang saling berhubungan dan mendukung kota

4.6.2. VISI
Visi tentang kota ekologis yang dimaksud adalah menciptakan kota yang selaras,
serasi dengan alam dan lingkungannya. Dimana pandangan-pandangan yang
berkembang sesuai dengan visi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan perumahan yang diadaptasikan dengan alam
mempertimbangkan faktor-faktor biologis
2. Keseimbangan ruang-ruang kota dan desa tanpa saling bertentangan
3. Perencanaan area bangunan dan perumahan yang selaras dengan iklim
PERECANAAN KOTA & PERMUKIMAN
KECAMATAN KAMBU
KELURAHAN LALOLARA RW 01 & RW 02

dan

BAB IV ACUAN PERANCANGAN


4. Upaya desentralisasi terhadap sistem penyediaan energi yang selaras dengan

masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk

sistem kehidupan
Pertanian yang tersebar mengikuti kontur alami dari lahan
Pola jalan-jalan yang menyesuaikan dengan kondisi lahan
Perlindungan suatu lahan untuk memelihara evolusi alami
Sungai penyangga yang menjaga kemampuan alami untuk recovery dan self-

dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan

regulation
9. Perlindungan permukaan lahan melalui rencana transportasi yang cocok
10. Desain yang menyatu dengan sejarah dan karakteristik lokal
11. Variasi desain yang fleksibel menyatu dengan pengalaman penghuni
12. Komunitas yang koopratif dan hubungan yang baik
13. Desain yang memelihara lansekap alami
14. Zoning dan gaya bangunan yang beradaptasi dengan iklim
15. Preservasi pusat kota
16. Desain ruang untuk pedestrian/jalan yang tidak menutup secara total dari

pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen pengembangan kota.
1. Pertama adalah Smart Green City Planning. Pendekatan ini terdiri atas 5 konsep utama

5.
6.
7.
8.

permukaan lahan
17. Ruang-ruang mix-used untuk tempat tinggal, bekerja dan kegiatan lainnya
18. Menciptakan ruang kehidupan untuk manusia, binatang dan tumbuhan
19. Kota sebagai ekosistem dari elemen-elemen yang menyatu
20. Kota merupakan gambaran kehidupan

semua pihak terkait (stakeholders).


Konsep ini sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang disampaikan Hill, Ebenezer
Howard, Pattrick Geddes, Alexander, Lewis Mumford, dan Ian McHarg. Terdapat beberapa

yaitu :
a. Konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan upaya
penyeimbangan air, CO2, dan energy
b. Pendekatan kedua adalah konsep desa ekologis yang terdiri atas penentuan letak
kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh penerapan antara lain:
kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk mengontrol klimat
mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum.
c. Ketiga, konsep kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing
complex), dengan strategi pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan
pembangunan ruang terbuka hijau, pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan

4.7. KONSEP PERENCANAAN


Pertumbuhan kota yang demikian tentu akan mengakibatkan degradasi lingkungan.
Persebaran lahan terbangun yang sangat luas mengakibatkan inefisiensi jaringan
transportasi yang berdampak pada meningkatnya polusi udara perkotaan, selain itu juga
menimbulkan costly dan pemborosan. Lihat saja Jakarta yang merupakan ibukota
Indonesia, kota tersebut sudah mengalami perkembangan yang terlalu besat sehingga
mengalami overload, menjadikan kota tersebut sebagai kota yang tidak layak untuk
ditinggali.

Bahkan

sempat

muncul

isu

tentang

pemindahan

ibukota

akibat

ketidaklayakannya. Belum lagi kota-kota besar lain yang mulai berkembang seperti
Surabaya, Bandung, dll. Berdasarkan keadaan itu, dalam melakukan perencanaan kota
dibutuhkan pendekatan konsep perencanaan yang berkelanjutan. Ada beberapa konsep
pengembangan kota yang berkelanjutan, salah satunya adalah konsep Green City yang
selaras dengan alam.
Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan
kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan
kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu
kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan

kota hijau
d. Keempat, konsep kawasan pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi
yang dilakukan adalah daur ulang air hujan untuk menjadi air baku.
e. Kelima, konsep taman tadah hujan (rain garden).
2. Pendekatan kedua adalah Konsep CPULS (Continous Productive Urban LandscapeS.
Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang menerus
dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive.
3. Pendekatan terakhir adalah Integrated Tropical City. Konsep ini cocok untuk kota yang
memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian
khusus pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota
dengan memperbanyak vegetasi untuk mengurangi Urban Heat Island. Bukan hal yang
tidak mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus
lainnya (Abu Dhabi dengan Urban Utopia nya atau Tianjin dengan Eco-city nya),
mengingat Indonesia yang beriklim tropis.
Kelebihan dari konsep Green City adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan
masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan
dan permasalahan lingkugan lainnya.

mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum


PERECANAAN KOTA & PERMUKIMAN
KECAMATAN KAMBU
KELURAHAN LALOLARA RW 01 & RW 02

BAB IV ACUAN PERANCANGAN


Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada
masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan
kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan
sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan
erosi, di pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk
menekan polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di
masing-masing kota memiliki fungsi ekologis yang berbeda.

PERECANAAN KOTA & PERMUKIMAN


KECAMATAN KAMBU
KELURAHAN LALOLARA RW 01 & RW 02

Anda mungkin juga menyukai