Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN KUANTITAS PEMESANAN EKONOMIS BAHAN BAKAR

SOLAR TERHADAP PRODUKSI OVERBURDEN TAMBANG BATUBARA


Jonathan Dwirianda Ludong*, Rini Novrianti Sutardjo Tui*, Muhammad Ramli*
*) Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin

Abstrak: Persediaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi perusahaan industri
dalam melakukan produksi. Aspek persediaan pada perusahaan perlu diperhitungkan karena tanpa
persediaan proses produksi dapat terhenti. Kelebihan persediaan dapat menyebabkan persediaan
menjadi tidak berguna atau rusak, sementara kekurangan persediaan dapat menghambat proses
produksi. PT. Bumi Putra Indonesia, site Lahat merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan yang memiliki masalah dalam penanganan persediaan solar yang belum
maksimal sehingga
mengakibatkan sering terjadi kelebihan persediaan solar. Pengendalian
persediaan dapat dilakukan dengan menentukan jumlah kebutuhan solar pada periode berikutnya
melalui peramalan penggunan solar berdasarkan produksi yang direncanakan, menghitung jumlah
kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ), titik minimum untuk menunjukkan waktu pemesanan
kembali (ROP), dan biaya total persediaan (TIC) solar pada perusahaan. Perencanaan penggunaan
solar berdasarkan pengendalian persediaan menunjukan bahwa untuk total produksi sebesar
117.052 LCM dibutuhkan penggunaan solar sebesar 72.054 liter, dengan jumlah pemesanan paling
ekonomis (EOQ) yang dapat dilakukan adalah sebesar 24.735,89 liter untuk satu kali melakukan
pemesanan. Persediaan pengaman yang harus selalu berada dalam tangki penyimpanan adalah
sebesar 2.543 liter, dan pemesanan kembali dilakukan saat persediaan solar atau nilai (ROP) untuk
persediaan solar sebanyak 9.515 liter. Jumlah terbanyak persediaan yang dapat tercapai (Maximum
Inventory) untuk persediaan solar adalah 27.253,87 liter, dan untuk total biaya persediaan solar
adalah sebesar Rp 29.158.827,14.
Kata-kata kunci: peramalan, pengendalian persediaan, EOQ, ROP, TIC.

Abstract: Inventory is one aspect that is very important for production in industrial companies.
Company's inventory needs to be considered because without inventory, production process can be
stopped. Excess inventory may becomes useless or damaged, while the shortage of inventory supplies
may delay the production process. PT. Bumi Putra Indonesia, Lahat site is one of the companies
engaged in mining which has problems in handling inventory of diesel fuel, resulting often in excess
supply of fuel. Inventory control can be done by determining amount of solar requirement through
forecasting need of diesel fuel based on planned production, calculating economic order quantity
(EOQ), determining minimum point which indicates time of reorder point (ROP), and calculating total
inventory cost (TIC) for diesel fuel. Planning the use of diesel fuel based on inventory control showed
that for total production of 117,052 LCM required 72,054 liters of diesel fuel, therefore the most
economical number of ordering (EOQ) is 24,735.89 liters for each order. Safety stock is equal to 2,543
liters, and reordering point is when inventory diesel fuel reaches 9,515 liters. The largest inventory
(Maximum Inventory) for diesel fuel is 27,253.87 liter, and diesel fuel total inventory cost is Rp
29,158,827.14.
Key words: forecasting, inventory control, EOQ, ROP, TIC.

1.

PENDAHULUAN

PT. Bumi Putra Indonesia, site Lahat


merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang pertambangan batubara yang
saat ini beroperasi di berbagai daerah, antara
lain; Lahat (Sumatera Selatan), Sanga-sanga
(Kalimantan
timur),
Paring
Lahung

(Kalimantan tengah), Barut (Kalimantan


tengah), Anggana (Kalimantan timur), Kukar
(Kalimantan timur), Samboja (Kalimantan
timur). PT. Bumi Putra Indonesia, site Lahat
memiliki ketergantungan operasional pada
penggunaan
bahan
bakar
solar,
tetapi
pengendalian persediaan solar pada PT. Bumi
Putra Indonesia, site Lahat belum maksimal.
1

Pemesanan persediaan solar pada PT. Bumi


Putra Indonesia, site Lahat dilakukan dengan
tidak teratur, sehingga menyebabkan terjadi
kelebihan persediaan (overstock) solar. Pada
periode bulan Maret 2014 pemesanan solar
mencapai 77.855 liter solar sedangkan
penggunaan solar hanya 72.054 liter, dan
berdampak pada kelebihan biaya persediaan
solar. PT. Bumi Putra Indonesia, site Lahat
perlu melakukan penanganan persediaan BBM
(Bahan Bakar Minyak) menggunakan sebuah
analisis secara tepat yang dapat mengefisienkan
pemesanan dan menekan biaya persediaan agar
tidak terjadi kelebihan persediaan yang dapat
menyebabkan kerugian.

2.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada penelitian tugas akhir


ini diawali dengan menentukan rumusan
masalah yang terjadi pada PT. Bumi Putra
Indonesia site Lahat, Sumatera Selatan.
Berdasarkan rumusan masalah yang ada,
dilakukan pengambilan data yang akan
digunakan dalam penelitian dari perusahaan.
Data yang telah diperoleh dari perusahaan
kemudian diolah pada pengolahan data dan
selanjutnya dilakukan analisis data, setelah
dilakukan pengolahan data dan analisis data
lalu
dilakukan
penarikan
kesimpulan
berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data.

2.1. Pengambilan Data


Pengambilan data penelitian dilakukan setelah
menentukan rumusan masalah. Pengambilan
data adalah mengumpulkan data-data yang
dapat
menunjang
untuk
menyelesaikan
masalah dari penelitian ini. Data-data diperoleh
melalui dua cara, yakni melalui pengambilan
langsung di lapangan maupun menggunakan
data dari hasil penelitian sebelumnya. Data data yang yang akan digunakan dalam
penelitian ini antara lain; data produksi harian,
data penggunaan dan persediaan solar, dan data
ekonomi.

2.2.Pengolahan dan Analisis Data


Setelah mengumpulkan data yang menunjang,
selanjutnya dilakukan analisis. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 17.0 dan QM for Excel 2007. Bagianbagian dalam proses pengolahan data pada

penelitian ini antara lain; melakukan analisis


perbandingan
rata-rata,
analisis
regresi,
analisis EOQ, penentuan jumlah persediaan
pengamanan (safety stock), penentuan titik
pemesanan ulang (reorder point), penentuan
persediaan maksimum (maximum inventory),
perhitungan total biaya persediaan (TIC),
melakukan perbandingan hasil analisis EOQ
dan pengeluaran perusahaan, dan terakhir
mengambil kesimpulan dari hasil perbandingan.

2.2.1

Analisis perbandingan rata rata

Analisis perbandingan rata rata merupakan


bagian dari uji hipotesis. Pengujian hipotesis
rata rata dilakukan untuk mengetahui
perbedaan antara variabel dan data populasi
berdasarkan hipotesis kerja (Ho) dan hipotesis
alternatif (H1). Hipotesis kerja (Ho) merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang diuji, sedangkan hipotesis alternatf (H1)
adalah kebalikan dari Hipotesis kerja (Ho)
(Sugiyono, 2012).

a. One Sample T-Test


one sample T-Test

dilakukan untuk
mengetahui perbedaan rata rata pada
data berdasarkan hipotesis. Data yang
akan diuji adalah masing masing data
produksi overburden dan data penggunaan
solar. Nilai t hitung hasil one sample T-Test
dibandingkan dengan nilai t table. Nilai t
hitung < nilai t table mengartikan hipotesis
Ho diterima. Jika Ho diterima maka tidak
terdapat perbedaan rata rata pada data
(Trihendardi, 2013). Rumus perhitungan t
hitung pada one sample test adalah:
=

x o

b. Uji T berpasangan
Uji T berpasangan dilakukan untuk
mengetahui pengaruh rata rata dari
masing data. Pengujian Uji T berpasangan
menggunakan nilai rata rata dua variabel
dan menggunakan hipotesis. Nilai t hitung
hasil uji T berpasangan dibandingkan
dengan nilai t table. Nilai t hitung < nilai t
table mengartikan hipotesis Ho diterima.
Jika Ho diterima maka kedua variabel
memiliki rata rata yang sama, sehingga

tidak akan saling mempengaruhi. Nilai t


hitung > nilai t table mengartikan hipotesis
H1 diterima Jika H1 diterima maka kedua
variabel memiliki perbedaan rata rata,
sehingga kedua variabel akan saling
mempengaruhi (Gerber dan Finn, 2005).
Rumus perhitungan t hitungnya adalah:
=

2.2.2

Koefisien
korelasi

determinasi

dan

koefisien

y = a + bx
2.2.3

Koefisien
korelasi

determinasi

(r2)

r =

e
y

Nilai r akan terletak antara -1 dan 1 yaitu -1 r


1, jika nilai r memenuhi sifat ini berarti ada
hubungan antar dua variabel, jika tidak
memenuhi maka berarti tidak ada hubungan
antara dua variabel ini. Hasil perhitungan
koefisien
determinasi
akan
menjelaskan
hubungan antara variabel
X (produksi
overburden) dengan variabel Y (penggunaan
solar).

2.2.3

Peramalan Penggunaan Solar

Pengolahan data peramalan konsumsi solar


harian pada produksi overburden dilakukan
menggunakan metode regeresi linier. Peramalan
kosumsi solar menggunakan persamaan regresi
linear dilakukan berdasarkan hasil dari
perhitungan korelasi yang telah dilakukan
antara variabel produksi overburden dan
variabel penggunaan solar, dimana varibel x
(independen) pada penelitian ini adalah
produksi overburden, sementara untuk variabel
Y (dependen) pada penelitian ini adalah
penggunan solar. Peramalan regresi linear pada
penelitian ini dinyatakan dalam persamaan
berikut:

koefisien

Koefisien determinasi (r2) merupakan nilai yang


digunakan
untuk
mengukur
besarnya
sumbangan variabel X terhadap variasi atau
naik turunnya nilai Y. Pada penelitian ini nilai
X adalah produksi overburden dan nilai Y
adalah penggunaan solar. Nilai r2 dapat
diperoleh melalui persamaan:
r =

Koefisien determinasi
merupakan nilai yang
digunakan
untuk
mengukur
besarnya
sumbangan variabel X terhadap variasi atau
naik turunnya nilai Y. Pada penelitian ini nilai
X adalah produksi overburden dan nilai Y
adalah penggunaan solar. Nilai r2 dapat
diperoleh melalui persamaan:

dan

e
y

Nilai r akan terletak antara -1 dan 1 yaitu -1 r


1, jika nilai r memenuhi sifat ini berarti ada
hubungan antar dua variabel, jika tidak
memenuhi maka berarti tidak ada hubungan
antara dua variabel ini. Hasil perhitungan
koefisien
determinasi
akan
menjelaskan
hubungan antara variabel
X (produksi
overburden) dengan variabel Y (penggunaan
solar).

2.2.4

Analisis EOQ

Berdasarkan data peramalan penggunaan solar


untuk satu bulan ke depan, dilakukan analisis
pengendalian persediaan untuk memperoleh
suatu perencanaan dan pengawasan terhadap
persediaan
solar
pada
perusahaan.
Pengendalian persediaan soar pada perusahaan
dapat menggunakan analisis Economic Order
Quantity (EOQ) untuk memperoleh jumlah
pemesanan paling ekonomis yang dapat
dilakukan oleh perusahaan dalam satu kali
melakukan pemesanan (Meilani dkk, 2013).
Rumusan EOQ yang digunakan adalah:
=

2.2.5

Persediaan Pengaman (safety stock)

Perhitungan persediaan pengaman dapat


dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan
penggunaan maksimum sesuai dengan prediksi
peramalan atau menggunakan perhitungan
matematis berdasarkan rumus umum.

Rumus umum persediaan pengaman (safety


stock) untuk tingkat permintaan variabel dan
lead time yang konstan (Stephyna, 2011), yaitu:

2.3

Safety Stock = Z
2.2.6

dibandingkan dengan pengeluaran biaya aktual


perusahaan dalam melakukan pengendalian
persediaan solar.

Titik Pemesanan Ulang (reorder point)

Titik pemesanan ulang diperhitungkan agar


dapat mengetahui waktu pemesanan solar yang
akan dilakukan berdasarkan jumlah persediaan
solar yang tersisa agar tidak terjadi kelebihan
persediaan solar (over stock). Perhitungan titik
pemesanan ulang dinyatakan berdasarkan
persamaan berikut ini:

Penarikan Kesimpulan

Penarikan
kesimpulan
pada
penelitian
dilakukan berdasarkan hasil dari perbandingan
pengeluaran pengendalian perusahaan dan
analisis persediaan EOQ yang dilakukan. Dari
penelitian ini kesimpulan yang diperoleh
meliputi: total produksi yang diramalkan untuk
satu bulan ke depan, total penggunaan solar
satu bulan ke depan, dan perencanaan
pemesanan solar yang lebih ekonomis.

ROP = Safety Stok + (Lead Time x Q)

2.2.7

Penentuan
Persediaan
(Maximum Inventory)

Maksimum

Persediaan
maksimum
diperlukan
oleh
perusahaan agar kuantitas persediaan yang ada
di gudang tidak berlebihan sehingga tidak
terjadi pemborosan modal kerja. perhitungan
besarnya
persediaan
maksimum
dapat
menggunakan rumus:
Maximum Inventory = Safety Stock + EOQ

2.2.8

Perhitungan Total Biaya Persediaan


(TIC)

Perhitungan total biaya persediaan dilakukan


untuk mengetahui total dari biaya persediaan
solar yang diperlukan selama satu bulan
kegiatan produksi overburden. Perhitungan ini
dilakukan
menggunakan
antara
biaya
pembelian,
biaya
pemesanan,
biaya
penyimpanan dan total biaya dari sistem
persediaan dapat dilihat pada persamaan
berikut ini:

TIC = S
2.2.9

+H

Perbandingan Pengeluaran

Perbandingan biaya persediaan antara analisis


dan pengeluaran aktual perusahaan
diakukan dengan menggunakan faktor faktor
biaya yang sama. Hasil perhitungan biaya
menggunakan analisis metode EOQ kemudian

EOQ

3.

HASIL PENELITIAN

3.1. One Sample T-test


Pengujian one sample T-test dilakukan untuk
semua data penelitian paitu pada data produksi
overburden dan data penggunaan solar. Nilai
rata rata pada analisis deskriptif akan
digunakan sebagai test value pada pengujian
one sample T-test. Nilai test value pada
pengujian one sample T-test untuk data
produksi overburden adalah 3.775 LCM. Hasil
pengujian one sample T-test data produksi
overburden adalah sebagai berikut:
Tabel 1. One Sample T-Test Data Produksi

Overburden.
Produksi overburden

Test Value

3.775

Confidence Interval of the Difference

95%

0,002

df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Lower

30
0,998
-757,405

Upper

759,1471

0,87097

Hipotesis deskriptif dengan nilai = 3.775,


untuk nilai Ho: = 3.775, sedangkan untuk nilai
H1: 3.775.

Berdasarkan tabel 1 diperoleh nilai t hitung =


0,002 dengan degree of freedom (df) = 30, dan
nilai Sig. (2-tailed) = 0,998. Uji yang digunakan
pada data produksi overburden merupakan uji
satu sisi sehingga yang digunakan adalah
0,05. Nilai t tabel untuk df 30 dengan nilai =
0,05 berdasarkan nilai t tabel pada lampiran D
adalah 2,042, t hitung (0,002) < t tabel (2,045)
maka Ho diterima sehingga tidak terdapat
perbedaan rata rata pada data produksi
overburden. Nilai test value pada pengujian one
sample T-test untuk data penggunaan solar
adalah 2.324 liter. Hasil pengujian one sample
T-test data penggunaan solar adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. One Sample T-Test Data Penggunaan

mengetahui pengaruh rata rata dari masing


masing data. pengujian ini menggunakan
perbandingan nilai rata rata dua variabel.
Pengujian
uji
T-berpasangan
akan
menghasilkan nilai t, jika nilai t hitung < t tabel
maka Ho diterima berarti
tidak terdapat
perbedaan rata rata pada data sehingga tidak
akan saling mempengaruhi, sedangkan jika
nilai t hitung > t tabel, maka H1 diterima
berarti terdapat perbedaan rata rata pada
data sehingga kedua variabel akan saling
mempengaruhi. Uji T-berpasangan variable
penggunaan solar dan produksi overburden
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Uji T-Berpasangan Penggunaan Solar
dan Produksi Overburden

Solar

Penggunaan solar - Produksi overburden


Penggunaan solar

Confidence Interval of the Difference

Test Value

2.324

Confidence Interval of the Difference

95%

0,002

df

30

Sig. (2-tailed)

95%

-4,327

df
Sig. (2-tailed)
Lower
Upper

30
0,000
-2.136,70
-766,393

0,999

Mean Difference

0,32258

Lower

-363,962

Upper

364,6075

Hipotesis deskriptif dengan nilai = 2.324,


untuk nilai Ho: = 2.324, sedangkan untuk nilai
H1: 2.324. Berdasarkan tabel 2 diperoleh
nilai t hitung = 0,002 dengan degree of freedom
(df) = 30, dan nilai Sig. (2-tailed) = 0,999. Uji
yang digunakan pada data penggunaan solar
merupakan uji satu sisi sehingga yang
digunakan adalah 0,05. Nilai t tabel untuk df 30
dengan nilai = 0,05 berdasarkan nilai t tabel
pada lampiran D adalah 2,042, t hitung (0,002)
< t tabel (2,045) maka Ho diterima sehingga
tidak terdapat perbedaan rata rata pada data
penggunaan solar.

3.2. Uji T-berpasangan


Hasil pengujian One Sample T-Test selanjutnya
dianalisis
dengan
melakukan
uji
Tberpasangan.
Uji
ini
dilakukan
untuk

Nilai t hitung pada tabel 3 dari kedua variabel


adalah -4,327, pada pengujian nilai minus tidak
berlaku sehingga nilai t hitung dapat
dinyatakan 4,327, sehingga t hitung > t tabel
(2,042). Nilai t hitung yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai t tabel mengartikan
hipotesis H1 diterima, berarti terdapat
perbedaan rata rata pada data sehingga kedua
variabel akan saling mempengaruhi.

3.3. Koefisien
Korelasi

Determinasi

dan

Koefisien

Peramalan penggunaan solar dapat dilakukan


setelah diperoleh hubungan antara produksi
overburden dan penggunaan solar. Koefisien
determinasi dan koefisien korelasi digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara variabel.
Koefisien determinasi dilakukan untuk mencari
keterikatan hubungan antara regresi linear
sederhana
produksi
overburden
dan
penggunaan
solar
pada
perusahaan.
Perhitungan koefisien determinasi nilai X yang
digunakan
dalam
penentuan
koefisien
5

determinasi adalah konsumsi solar dan nilai Y


yang digunakan adalah jumlah produksi
overburden. nilai r sebesar 0,43 dan nilai r2
0,19. Nilai r2 terletak antara 0 dan 1 yaitu 0,19,
hasil perhitungan nilai r2 menunjukan bahwa
nilai r2 memenuhi sifat 0 r2 1, berarti
sumbangan variabel produksi overburden
terhadap variabel penggunaan solar adalah
sebesar 19 persen. Nilai r terletak antara -1 dan
1 yaitu 0,43. Hasil perhitungan nilai r tersebut
menunjukan bahwa nilai r memenuhi sifat -1 r
1, berarti terdapat hubungan antara produksi
overburden
dengan
penggunaan
solar.
Hubungan antara produksi overburden dan
penggunaan
solar
berdasarkan
tabel
interpretasi koefisien korelasi berada pada
tingkat hubungan yang sedang.
Hubungan
antara produksi overburden dan penggunaan
solar dijadikan sebagai dasar untuk melakukan
peramalan penggunaan solar berdasarkan
kebutuhan produksi overburden perusahaan.

3.4. Peramalan Penggunaan Solar


Peramalan penggunaan solar (Y) dilakukan
berdasarkan pengaruh linear dari produksi (X).
Peramalan penggunan solar pada penelitian ini
menggunakan data produksi sebagai variabel X,
sedangkan variabel Y adalah penggunaan solar.
Persamaan linear yang digunakan untuk
meramalkan penggunaan solar adalah y = 0,21
+ 1.542,04 x. Grafik regresi linear antara
produksi overburden dan penggunaan solar
digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1 Grafik Regresi Linear Antara


Produksi Overburden dan Penggunaan Solar.

Hasil peramalan penggunaan solar adalah:


Tabel 4. Peramalan Solar.
No.

Produksi
Overburden (LCM)

5.460

Ramalan
Penggunaan
Solar (ltr)
2.673,24

2
3

2.242
4.213

2.006,54
2.414,89

4
5

2.023
3.417

1.961,17
2.249,97

6
7
8
9

1.513
4.538
3.587
1.088

1.855,50
2.482,22
2.285,19
1.767,45

10
11

3.043
1.394

2.172,49
1.830,85

12
13

4.097
2.448

2.390,85
2.049,22

14
15

5.661
4.165

2.714,88
2.404,94

16
17

3.859
2.482

2.341,55
2.056,26

18
19

2.652
2.703

2.091,48
2.102,05

20
21

2.363
2.244

2.031,61
2.006,95

22
23

5.814
1.802

2.746,58
1.915,38

24
25

5.933
7.922

2.771,23
3.183,31

26
27
28
29
30
31

7.403
7.614
7.953
2.601
663
4.155
117.052

3.075,79
3.119,50
3.189,73
2.080,91
1.679,40
2.402,87
72.054

Berdasarkan persamaan y = 0,21 + 1.542,04 x


maka diperoleh peramalan penggunaan solar
adalah 72.054 liter untuk total produksi sebesar
117.052 LCM pada periode selanjutnya selama
satu bulan ke depan. Penggunaan solar sebesar
72.054 liter merupakan penggunaan solar yang
diperlukan untuk produksi overburden sebesar
117.052 LCM. Hasil peramalan penggunaan
solar memerlukan pengendalian persediaan
yang mencakup perencanaan dan pengawasan
6

dalam
penyediaan.
Berdasarkan
hasil
peramalan penggunaan solar tersebut, maka
dilakukan analisis economic order quantity
(EOQ) untuk mengendalikan persediaan solar.

3.5. Analisis Persediaan


Analisis
persediaan
dilakukan
untuk
mengendalikan persediaan sehingga tidak
terjadi kekurangan persediaan yang dapat
mengganggu kegiatan produksi, atau kelebihan
persediaan yang dapat mempengaruhi aspek
ekonomis perusahaan.
1. Analisis EOQ
Berdasarkan data peramalan penggunaan solar
untuk satu bulan ke depan dilakukan analisis
Economic Order Quantity (EOQ) untuk
memperoleh jumlah pemesanan paling ekonomis
yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Hasil
perhitungan sebagai berikut:

3. Titik Pemesanan Ulang (reorder point)


Titik pemesanan ulang diperhitungkan agar
dapat mengetahui waktu pemesanan solar yang
akan dilakukan berdasarkan jumlah persediaan
solar yang tersisa
isa agar tidak terjadi kelebihan
persediaan solar (over stock). Hasil perhitungan
sebagai berikut:
ROP

= 3.189,73 + (3 x 2.324)
= 10.162,70 liter

Jadi nilai ROP untuk persediaan solar adalah


10.162,70 liter. Nilai ROP menunjukan bahwa
perusahaan harus melakukan pemesanan
kembali terhadap solar ketika persedian solar
pada
tangki
penyimpanan
menyisakan
10.162,70 liter solar. Grafik ROP perusahaan
saat harus melakukan pemesanan kembali
terhadap solar dinyatakan pada gambar 2.

2 x 5.000.000
000 x 72.054
1.180
180

= 24.710,87 liter
Jadi nilai EOQ untuk persediaan solar adalah
24.710,87 liter. Nilai EOQ menunjukan bahwa
dalam periode 31 hari untuk memenuhi
penggunaan 72.054 liter solar pada produksi
overburden,
perusahaan
harus
memesan
24.710,87 liter solar untuk satu kali melakukan
pemesanan.
2. Persediaan Pengaman (safety stock)
Perhitungan persediaan pengaman dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan
penggunaan maksimum sesuai dengan prediksi
peramalan atau menggunakan perhitungan
matematis
berdasarkan
rumus
umum.
Penelitian
ini
menghitung
persediaan
persedia
pengaman berdasarkan penggunaan solar
maksimum dari hasil peramalan penggunaan
solar untuk mencegah kekurangan stock solar
yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
waktu. Berdasarkan
hasil peramalan solar pada tabel 4 diperoleh
jumlah penggunaan solar maksimum yang
menjadi
enjadi acuan sebagai persediaan pengaman
adalah sebesar 3.189,73 liter.

Gambar 2. Grafik ROP Solar Perusahaan.


4. Penentuan
Persediaan
Maksimum
(Maximum Inventory)
Persediaan
maksimum
diperlukan
oleh
perusahaan agar kuantitas persediaan yang ada
di gudang tidak berlebihan sehingga tidak
terjadi
pemborosan
modal
kerja.
Hasil
H
perhitungan Maximum Inventory sebagai
berikut:

Maximum Inventory = 3.189,73 + 24.710,87


= 27.900,60 liter
Jadi Maximum Inventory untuk persediaan
solar adalah 27.900,60
liter. Maximum
Inventory menunjukan banyaknya persediaan
yang dapat tercapai dalam tangki penyimpanan

yaitu sebanyak 27.900,60 liter solar dalam


periode 31 hari.
5. Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC)
Perhitungan total biaya persediaan
dilakukan untuk mengetahui total dari biaya
persediaan solar yang diperlukan selama satu
bulan
kegiatan
produksi
overburden.
Perhitungan ini dilakukan menggunakan antara
biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya
penyimpanan dan total biaya dari sistem
persediaan. Hasil perhitungan TIC sebagai
berikut:

TIC = 5.000.000

.
.

+ 1.180

Jadi total biaya persediaan untuk persediaan


solar adalah Rp 29.158.827,14.
Nilai TIC menunjukan besarnya biaya
persediaan yang harus dikeluarkan perusahaan
dalam periode 31 hari adalah sebesar Rp
29.158.827,14

EOQ

dan

Dalam menentukan pemesanan solar pada PT.


Bumi Putra Indonesia, perusahaan belum
menerapkan analisa dan perencanaan yang
pasti, sehingga belum ada metode yang pasti
digunakan dalam penentuan jumlah persediaan
solar.
perusahaan
perlu
mendapatkan
perbandingan biaya persediaan solar sebelum
menggunakan analisis EOQ dan sesudah
menggunakan
analisis
EOQ,
untuk
membandingkan biaya pesediaan yang selama
ini digunakan perusahaan dan biaya yang
dikeluarkan berdasarkan analisis EOQ, perlu
digunakan data biaya yang telah dikeluarkan
perusahaan untuk biaya persediaan. Biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk persediaan solar
pada periode maret 2014 adalah sebagai
berikut:
Total Biaya = pemesanan solar x biaya angkut
solar + biaya penyimpanan
Total Biaya = 19 x 2.500.000 + 1.180
= Rp 47.501.180,00

Tabel 5. Perbandingan Analisis EOQ dan


Pengeluaran
Analisis EOQ
Perusahaan (Tanpa
EOQ)
Rp 29.158.827,14
Rp 47.501.180,00
untuk:
Produksi Overburden
Penggunaan Solar

117.052 LCM
72.054 liter

= 29.158.827,14

3.6. Perbandingan
Analisis
Pengeluaran Perusahaan

Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan


perusahaan tanpa analisis EOQ adalah sebesar
Rp 47.501.180,00. Perbandingan yang diperoleh
berdasarkan analisis EOQ dan pengendalian
persediaan yang dilakukan perusahaan adalah:

Berdasarkan tabel 5 total pengeluaran biaya


persediaan solar yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk total produksi sebesar
117.052 LCM dengan penggunaan solar sebesar
72.054 liter berdasarkan analisis EOQ adalah
sebesar Rp 29.158.827,14 Sedangkan total
pengeluaran biaya persediaan solar yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk total
produksi overburden sebesar 117.052 LCM
dengan penggunaan solar sebesar 72.054 liter
tanpa analisis EOQ adalah sebesar Rp
47.501.180,00.
Perbandingan
analisis
persediaan
yang
dilakukan
menunjukan
Analisis EOQ lebih menguntungkan dengan
selisih biaya sebesar Rp
18.342.400.
Perbandingan berdasarkan hasil analisis EOQ
menunujukan pemesanan paling ekonomis yang
dapat dilakukan adalah sebesar 24.735,89 liter
untuk satu kali melakukan pemesanan,
persediaan pengaman yang harus selalu berada
dalam tangki penyimpanan adalah sebesar
3.189,73 liter, pemesanan kembali dilakukan
saat persediaan solar atau nilai (ROP) untuk
persediaan solar sebanyak 10.162,70 liter,
jumlah terbanyak persediaan yang dapat
tercapai
(Maximum
Inventory)
untuk
persediaan solar adalah 27.900,60 liter, dan
untuk total biaya persediaan solar adalah
sebesar Rp 29.158.827,14.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:

1. Berdasarkan hasil peramalan regresi


linear dengan persamaan linear yang
digunakan
untuk
meramalkan
penggunaan solar adalah y = 0,21 +
1.542,04 x diperoleh total hasil
2. Nilai Titik Pemesanan Ulang (reorder
point)
ROP
menunjukan
bahwa
perusahaan
harus
melakukan
pemesanan kembali terhadap solar
ketika persedian solar pada tangki
penyimpanan menyisakan 10.162,70
liter.
3. Perhitungan Total Biaya Persediaan
(TIC)
berdasarkan
analisis
EOQ
menunjukan besarnya biaya persediaan
yang harus dikeluarkan perusahaan
dalam
periode
31
hari
adalah
sebesar Rp 29.158.827,14, sedangkan

pengeluaran
perusahaan
tanpa
penggunaan analisis EOQ adalah
sebesar Rp 47.501.180,00. Perbandingan
hasil analisis persediaan menunjukan
bahwa
penggunaan
EOQ
lebih
menguntungkan dengan selisih biaya
sebesar Rp 18.342.400.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
segenap pimpinan dan karyawan PT. Bumi
Putra Indones atas kesempatan dan bimbingan
yang diberikan untuk melakukan penelitian
tugas akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA
Gerber,S.B. and Finn,K.V. 2005. Using SPSS for Windows. New York: Springer Science+Business
Media,Inc.
Meilani, D., Saputra, R.E. 2013. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Vulkanisir Ban (Studi Kasus:
PT. Gunung Pulo Sari), Jurnal ilmiah Teknik Industri, Vol. 12 No. 1, 326-334, Laboratorium
Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Stephyna, H.G. 2011.Analisis Kinerja Manajemen Persediaan pada PT. United Tractors, Tbk Cabang
Semarang. UNDIP, Semarang.
Sugiyono. , 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method).
Bandung: Alfabeta.
Trihendradi, C., 2013. Step By Step IBM SPSS 21 : Analisis Data Statistic. Yogyakarta: Andi.

DAFTAR PUSTAKA
Gerber,S.B. and Finn,K.V. 2005. Using SPSS for Windows. New York: Springer Science+Business
Media,Inc.
Meilani, D., Saputra, R.E. 2013. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Vulkanisir Ban (Studi Kasus:
PT. Gunung Pulo Sari), Jurnal ilmiah Teknik Industri, Vol. 12 No. 1, 326-334, Laboratorium
Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Stephyna, H.G. 2011.Analisis Kinerja Manajemen Persediaan pada PT. United Tractors, Tbk Cabang
Semarang. UNDIP, Semarang.
Sugiyono. , 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method).
Bandung: Alfabeta.
Trihendradi, C., 2013. Step By Step IBM SPSS 21 : Analisis Data Statistic. Yogyakarta: Andi.

10

11

Anda mungkin juga menyukai