Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN BAKTERI GEOBACTER METALLIREDUCENS DALAM MICROBIAL

FUEL CELL GUNA MENGHASILKAN ENERGI ALTERNATIF YANG RAMAH


LINGKUNGAN DEMI MENGATASI KELANGKAAN ENERGI DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Dewasa ini, tuntutan akan penemuan baru terhadap energi sangat tinggi. Dengan makin
berkembangnya zaman dan kemajuan di bidang teknologi dan industri maka kebutuhan akan
bahan bakar energi juga akan makin meningkat. Akhir-akhir ini sering terjadi kelangkaan energi
di seluruh dunia akibat dari kurangnya pasokan bahan bakar fosil yang persediaannya mau tidak
mau akan semakin menipis. Menurut penelitian, dinyatakan bahwa persediaan bahan bakar dunia
tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia 50 tahun kedepan dengan tingkat
konsumsi yang akan makin meningkat dari tahun ke tahunnya. Dengan kelangkaan yang terjadi
ini pula, harga dari bahan bakar fosil akan makin menukik naik. Sekitar 97% energi dunia
ditopang dari pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu dampak dari pembakaran bahan bakar
fosil bagi lingkungan sangatlah buruk. Gas karbon dioksida yang dihasilkan akan menyebabkan
bumi terkena efek rumah kaca dan blum lagi jika pembakaran yang dilakukan kurang sempurna
maka akan dihasilkan buangan logam berat berupa timbel yang dapat meracuni sistem
pernapasan manusia. Sebenarnya gagasan akan penemuan energi pengganti bahan bakar fosil
telah muncul dari dulu, namun gagasan energi-energi pengganti tersebut sangat sulit
penerapannya pada skala kecil.
Solar system, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Pembangkit Listrik Tenaga Air, dan
Kincir Angin hanya dapat diadakan pada skala industri besar dengan biaya dan lahan yang besar
pula. Untuk itu diperlukan energi alternatif yang berbiaya terjangkau, dengan lahan yang kecil,
dan juga ramah lingkungan. Berbagai macam penelitian dilakukan untuk menemukan sumber
energi baru dalam rangka mengurangi tingkat ketergantungan terhadap sumber energi fosil.
Geothermal, fuel cell, angin, cahaya matahari adalah beberapa contoh sumber penghasil energi
yang sedang dikembangkan untuk pemakaian energi masal di Indonesia. pengembangan energi
tersebut menarik untuk dikaji lebih dalam dikarenakan sumber – sumber energi tersebut sangat
melimpah di alam Indonesia, namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi pengembangan
sumber- sumber energi baru lain seperti contohnya sumber energi yang berasal dari mikroba.
Banyak orang yang tertarik dengan pengembangan ilmu mikroba dan pemanfaatan yang dapat
dilakukan, tak terkecuali sebagai penghasil tenaga listrik.
Bermula ketika para ilmuwan NASA yang berpikir untuk mendaur ulang limbah yang
dibawa pulang oleh astronot dari luar angkasa dimana sebagian besarnya adalah limbah padat
yaitu tinja. Hal ini mengajak para ilmuwan tersebut untuk dapat berpikir bagaimana caranya
memandang limbah padat tersebut menjadi sebuah sumber energi yang menyokong keterbatasan
energi di luar angkasa. Melalui mikroba geobacter metallireducens, maka hal tersebut dapat
direalisasikan, walaupun energi yang dihasilkan bukan merupakan sumber energi utama, namun
sekurang-kurangnya dapat membantu mengurangi beban dari bahan bakar yang digunakan.
Adalah sebuah bakteri yang diklasifikasikan dalam genus proteobacteri. Geobacter
metallireducens dinobatkan sebagai mikroba pertama yang ditemukan dengan kemampuan untuk
mengoksidasi senyawa organik dan logam (termasuk besi logam radioaktif dan senyawa minyak
bumi) menjadi karbon dioksida yang ramah lingkungan, sekaligus menghasilkan energi listrik.
Mikroba ini pertama kali ditemukan di tambang batu bara di sungai Potomac , Washington DC
pada tahun 1987 dan bersifat anaerob, yaitu hidup pada tempat yang tidak terdapat oksigen dan
kemampuannya yang dapat berpindah tempat dengan cara menggerakkan elektron yang ada di
dalam metal. Sebuah terobosan yang dikembangkan dalam penelitian Derek Lovley, seorang
professor di Departement Mikrobiologi di Universitas of Massachusetts, bahwa Geobacter dapat
menghasilkan energi listrik yang kemudian dipertajam oleh penelitian ilmuwan dari Jerman dan
Australia yang diterbitkan di majalah ilmiah Bacteriology pada bulan July tahun 1998. Penelitian
itu mengatakan bahwa dalam sebuah percobaan oksidasi besi tertentu, enzim khusus yang
dinamakan cytochromes, digunakan untuk memungkinkan transfer elektron secara langsung
melewati membran sel mikroba Geobacter tersebut. enzim cytochromes yang digunakan menjadi
sebuah kunci keberhasilan, karena dapat meningkatkan transfer electron sehingga menciptakan
energi listrik yang lebih besar.

Tujuan
1. Memanfaatkan limbah rumah tangga untuk menghasilkan energi listrik ramah
lingkungan yang dapat digunakan dalam kehidupan rumah tangga
2. Memberikan solusi inovatif mengenai masalah kelangkaan energy yang terjadi di
masyarakat

Manfaat

Manfaat dari penulisan gagasan tertulis ini adalah:

1. Karya tulis ini diharapkan dapat menambah wacana dan panduan bagi masyarakat guna
menghasilkan energi alternatif yang ramah lingkungan.
2. Karya tulis ini diharapkan mampu memberikan solusi alternatif untuk menjawab kesulitan
dalam memperoleh energi yang ramah lingkungan
3. Mengurangi jumlah sampah rumah tangga yang mencemari lingkungan

RUMUSAN GAGASAN

Kondisi kelangkaan energi di Indonesia

Kelangkaan energi adalah salah satu masalah ekonomi di negara ini. Kebutuhan energi
yang terus meningkat karena perkembangan industri tidak diimbangi dengan peningkatan sumber
energi. Indonesia hanya mengandalkan BBM sebagai sumber energi paling murah. Padahal, saat
ini Indonesia mengalami kekurangan suplai BBM. Krisis energi mempunyai pengaruh besar
terhadap perekonomian nasional. Hal itu terutama terkait dengan produktivitas industri. Mesin-
mesin industri hampir semuanya digerakkan mesin yang memerlukan BBM. Oleh karena itu,
pemerintah harus segera mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Pembangunan pembangkit tenaga listrik dapat menimbulkan beragam dampak negatif bagi
lingkungan, seperti polusi udara, kontaminasi air tanah, serta pencemaran laut dan pantai,
kelangkaan energi fosil. Namun, hingga kini belum ada mekanisme penanganannya, baik oleh
pemerintah maupun para pelaku usaha ketenagalistrikan. Mekanisme ini diperlukan terutama
untuk mengatasi emisi karbon dan ancaman kelangkaan energi primer fosil yang cenderung
permanen. Berbagai macam penelitian dilakukan untuk menemukan sumber energi baru dalam
rangka mengurangi tingkat ketergantungan terhadap sumber energi fosil. Geothermal, fuel cell,
angin, cahaya matahari adalah beberapa contoh sumber penghasil energi yang sedang
dikembangkan untuk pemakaian energy masal di Indonesia. pengembangan energi tersebut
menarik untuk dikaji lebih dalam dikarenakan sumber – sumber energi tersebut sangat melimpah
di alam Indonesia. namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi pengembangan sumber-
sumber energi baru lain seperti contohnya sumber energi yang berasal dari mikroba. Banyak
orang yang tertarik dengan pengembangan ilmu mikroba dan pemanfaatan yang dapat dilakukan,
tak terkecuali sebagai penghasil tenaga listrik.

Dalam lingkup negara energi (migas) sangat penting untuk membangkitkan listrik yang
diperlukan untuk kelancaran aktivitas lain masyarakat. Seperti untuk industri dan lain-lain.
Begitu penting keberadaan energi ini sehingga gangguan akses terhadapnya akan berdampak
buruk bagi hampir semua aktivitas masyarakat.

Sayangnya negeri ini justru sering kali mengalami persoalan terkait keberadaan energi ini.
Meskipun menyimpan banyak sumber energi (bagaikan ladang energi) namun negeri ini justru
mengalami kelangkaan energi. Pemerintah Indonesia (tahun 2008) mencatat bahwa cadangan
minyak bumi Indonesia melebihi 50 juta m3 dan lebih dari 300 miliar barel. Gas alamnya
melebihi 170 triliun m3. Batubaranya juga lebih dari 3,8 miliar ton dan emasnya melebihi 2,5
miliar ton.

Kalau dirunut dari awal 2008, maka kelangkaan BBM sudah dimulai bulan Januari untuk
jenis minyak tanah di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pertamina menggelontorkan sekitar 3.000
kiloliter minyak tanah guna mengatasi kelangkaan yang disebut karena disparitas harga dengan
nonsubsidi yang cukup besar; selain juga disebabkan gangguan distribusi akibat cuaca buruk dan
banjir, serta dampak program konversi minyak tanah ke elpiji.

Selanjutnya, pada akhir Maret, masyarakat juga mesti mengalami kelangkaan produk elpiji
akibat sebagian konsumen tabung elpiji berukuran 50 kg beralih ke 12 kg menyusul kenaikan
harga elpiji 50 kg.

Sejak 7 Januari 2008, harga elpiji 50 kg yang dikonsumsi kalangan bisnis, seperti restoran, kafe,
dan hotel, naik dari Rp 5.852 per kg menjadi Rp 7.932 per kg.

Sementara itu, harga tabung 12 kg yang dikonsumsi rumah tangga dan usaha kecil hanya Rp
4.250 per kg sehingga pengguna 50 kg beralih ke 12 kg. Harga tabung 12 kg meningkat hingga
dua kali lipat akibat kelangkaan tersebut.

saat ini cadangan minyak bumi di Indonesia diperkirakan sebesar 9 miliar barel,
dengan tingkat produksi rata-rata 0,5 milyar barel per tahun, maka cadangan
tersebut dapat habis dalam waktu sekitar 18 tahun."Cadangan minyak bumi dapat
habis dalam waktu sekitar 18 tahun," uja Armida, Rabu (3/11).

Selain itu, cadangan batubara Indonesia yang diperkirakan mencapi 57 miliar ton,
saat ini baru tereksplorasi 19,3 miliar ton dengan kapasitas penambahan produksi
131,72 juta ton per tahun ."Sehingga jika tidak ada penambhaan eksplorasi
cadangan, batubara tersebut akan bertahan selama 147 tahun dan semakin
menyusut bila ada lonjakan permintaan," jelasnya

Anda mungkin juga menyukai