Anda di halaman 1dari 3

Goodbye coal and welcome Thor

Energi adalah sumber kekuatan yang dihasilkan atau diperoleh, energi merupakan hal yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari guna untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas kelangsungan
makhluk hidup. Bagi negara yang memiliki tatanan kepemerintahan yang terstruktur sumber energi yang
di perlukan dalam suatu negara adalah Listrik. Bisa dikatakan jikalau listrik dalam suatu negara tidak
beroperasi maka aktrivitas-aktivitas dalam suatu negara tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya
terlebih lagi di era sekarang yaitu era digitalisasi semua terhubung oleh jejaring internet yang tentunya
memerlukan sumber daya energi dari listrik.

Sumber energi listrik telah menjadi hal yang sangat penting bukan hanya bagi manusia sebagai makhluk
hidup akan tetapi negara juga sangat bergantung pada daya listrik, listrik tidak begitu saja hadir dengan
mudah listrik juga memerlukan bahan-bahan sehingga dapat menghasilkan energi listrik, bahan-bahan
untuk menghasilkan energi listrik dapat diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia, seperti minyak,
energi gelombang, energi angin, batu bara, hidro elektrik, panas bumi, tenaga surya, dan lain
sebagainya.

Dari sumber-sumber energi penghasil listrik diatas minyak dan batu bara lah yang digunakan oleh negara
sebagai bahan bakar penghasil energi listrik, sumber energi yang lainnya bukan berarti tidak digunakan
akan tetapi belum mampu menghasilkan daya listrik yang sangat tinggi untuk pemenuhan listrik berskala
negara artinya dia mampu digunakan hanya untuk skala kecil.

Kenapa batu bara dan minyak yang digunakan? Batu bara dan minyak digunakan sebagai sumber bahan
bakar penghasil energi listrik pada saat pembakaran mampu menghasilkan panas yang sangat tinggi dan
mampu bertahan lama dan hasil dari pembakaran batu bara dan minyak mampu menghasilkan energi
listrik yang besar yang mampu menopang kebutuhan listrik dalam suatu negara.

Seiring penggunannya yang massif dan secara terus menerus, bahan bakar batu bara dan minyak yang
diperoleh dari alam mengalami penurunan, banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya: sifatnya
yang tak terbarukan, batu bara dan minyak merupakan sumber bahan bakar energi yang tak terbarukan
karena diperoleh dari alam yang mampu habis kemudian batu bara dan minyak sebagai bahan bakar
tentu saja menghasilkan emisi gas Co2 , NOx, dan SO2 yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
dari hasil pembakarannya yang mampu meningkatkan efek rumah kaca kemudian meningkatkan
pemanasan global , dan akhirnya dapat mempengaruhi perubahan iklim serta rusaknya ekosistem di
bumi.

Penggunaan batu bara di muka bumi oleh manusia memang telah berlangsung cukup lama sekitar 3490
SM, yang di gunakan oleh para ibu rumah tangga dan pandai besi sebagai bahan pembakaran dan
kebutuhan rumah tangga di Cina merujuk pada penelitian ilmuwan Yunani, Theoprastus.

Namun seiring perkembangan peradaban ummat manusia yang telah memasuki fase ke 4 ini,
penggunaan batu bara tidak lagi di gunakan sebagai bahan kebutuhan rumah tangga akan tetapi
penambangan batu bara telah menjadi primadona komoditas dan sumber energi utama. Sebagai bahan
dasar pembakaran dari kendaraan hingga tenaga listrik, Perkembangan peningkatan penggunaan batu
bara tentu di picu juga oleh kebutuhan masyarakat demi memudahkan aktivitas keseharian masyarakat.
Karena batu bara merupakan bukan bahan bakar energi dan menimbulkan pencemaran lingkungan yang
sangat besar sehingga terjadi pemanasan global hingga perubahan iklim, berbagai negara telah mulai
megurangi penggunaan batu baranya dan perlahan mulai berpindah kepada sumber energi yang
terbarukan dan ramah lingkungan.

Terjadinya peralihan sumber bahan bakar energi dari yang tak terbaharukan ke terbaharukan yang lebih
ramah lingkungan banyak mengundang berbagai permasalahan karena tidak mudah untuk mengubah
kebiasaan masyarakat dengan secara langsung membatasi penggunaan bahan bakar tak terbaharukan
yang telah lama digunakannya sebab kebutuhan masyarakat sebagai consumer dari komoditas
primadona ini sangat tinggi dan tentunya menghadirkan pendapatan yang tinggi untuk suatu negara dan
perusahaan.

Bagi negara tentunya, khususnya negara berkembang yang pemenuhan kebutuhan transpotasi
masyarakatnya masih bergantung pada energi yang takterbaharukan ini tentunya sangat sulit untuk
mengubahnya, belum lagi regulasi, kabijakan perdagangan internasional yang telah di tetapkan oleh
negara dan tentunya pendapatan pemerintah dari prmanfaatan penggunaan energi takterbaharukan
yang cukup tinggi yang mampu menambah RAPBN negara.

Namun, menyadari akan hal tersebut para ahli ilmuwan mulai mencari alternatif lain sumber energi
terbarukan dan para pengusaha-pengusaha besar berlomba-lomba berinvestasi untuk penemuan
sumber energi baru yang terbarukan, ada dua sumber energi baru yang terbarukan yang akan mejadi
opsi bagi energi masa depan selain air, angin, sinar matahari, dan panas bumi yaitu Hidrogen dan
Nanotech (James Canton, 2004). Apa itu hydrogen dan nanotech?

Hydrogen adalah gas yang paling banyak tersedia di alam semesta. Sumber energi sangat produktif-
mengandung energi persatuan berat paling besar ketimbang jenis bahan bakar lain. Sumber energi ini
berlimpah, andal, dapat terbarukan dan juga bersih. Namun masalah pelik yang di sodorkan hydrogen
adalah sumber energi ini tidak hadir dengan sendirinya, sumber energi ini selalu bercampur dengan
unsur-unsur lain seperti oksigen dan karbon. Inilah yang menjadi kendala sebab biaya untuk
memisahkannya dan alat penyimpanannya masih sangat mahal lagi pula biaya yang dikeluarkan masih
lebih besar daripada energi yang di hasilkannya. Sedangkan Nanotech atau nano-energy lebih tepatnya
nano teknologi adalah ilmu tentang desain. sumber energi ini adalah ilmu baru begaimana merekayasa
molekul-molekul pada skala atomic. Nanotech ini dapat digunakan untuk merancang jenis energi-energi
baru atau memecahkan persoalan-persoalan yang akan membuat bentuk-bentuk energi lain menjadi
lebih produktif, tersedia, atau berguna.

Namun tetap ada rsiko dari penggunaan nanoteknologi ini seperti berapa biaya yang diperlukan,
seberapa aman, seberapa sulit atau seberapa lama ia akan berfungsi. Akan tetapi itu dulu sejak tahun
2004 sekarang di awal abad 21 dengan perkembangan ilmu pengetahuan semuanya telah tersedia, kita
bisa mengambil contoh negara Amerika yang penggunaan batu bara nya mulai menurun sejak tahun
2015, menurut badan administrasi Informasi energi Amerika serikat, yang merilis angka resmi minggu ini
setelah di publikasikan mulai pada bulan mei. Hanya 20 persen produksi listrik pada bulan April berasal
dari batu bara, dan pada tahun 2016 di Benua Eropa Negara yang pertama kali menutup pembangkit
listrik tenaga uap nya adalah belgia, yang mengejutkan pada Tahun 2020 sudah ada Tiga negara yang
menutup pembangkit listrik tenaga uap batu baranya yaitu Austria,Swedia, dan Portugal ini adalah suatu
pertanda bahwasanya era baru penggunaan sumber energi baru untuk pemenuhan kebutuhan
kehidupan sehari-hari ummat manusia telah dimulai dan mau tidak mau semua negara harus
menggunakan sumber energi baru terbarukan untuk menopang pemenuhan energi negaranya.

Ini tentu merupakan suatu kemajuan pengetahuan ummat manusia untuk memperoleh bahan bakar
atau olah sumber energi yang ramah lingkungan agar tidak menganggu stabilitas ekosistem alam. Yang
merupakan hal yang penting sebab kita berada dan hidup di alam ini demi kelangsungan kesejahteraan
hidup ummat manusia.

Namun ada yang menarik dari Negara Indonesia kita ini dengan penggunaan batu baranya sebagai
bahan bakar PLTU. yaitu mari kita merujuk pada perusahaan batu bara terbesar di negara ini yaitu PT.
ADARO yang di pimpin oleh Garibaldi Thohir yang masih menggunakan batu bara sebagai sumber bahan
bakar energinya, yang menarIk dari perusahaan batu bara ini yaitu jenis batu bara yang di gunakannya
batu bara yang digunakan oleh Adaro energi adalah batu bara envirocoal yang ramah lingkungan jenis
batu bara ini ramah lingkungan. Batu bara ini jika dibakar akan menghasilkan polutan ( hasil pembakaran
batu bara) yang lebih rendah.

Mari kita lihat perbandingannya. Kandungan debu envirocoal Adaro hanya 1-2%, sementara batu bara
China 14,5%-26,5%, batu bara India lebih tinggi lagi, mencapai 40-50%. Begitu pula kandungan Sulfur
dari envirocoal jauh lebih rendah sehingga membuat perusahaan batu bara asal jepang seperti J Power,
memakai batu bara produksi Adaro, kemudian pilihan teknologi untuk PLTU Adaro memakai teknologi
Ultra-supercritical (USC). Ini teknologi yang di sebut-sbut memungkinkan PLTU yang berbasis batu bara
menjadi lebih ramah lingkungan. Emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran batu baranya bahkan
lebih rendah ketimbang yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit non-batu bara-kecuali tentu
pembangkit listrik yang berbasis energi baru terbarukan (EBT), seperti matahari, air, angin.

Akan tetapi biarpun jenis batu bara yang digunakan oleh PT.ADARO energi batu bara yang ramah
lingkungan tetap saja akan menimbulkan karbondioksida yang jikalau menumpuk sama hal nya tetap
menimbulkan efek rumah kaca dan pemanasan global yang menganggu ekosistem alam.

Namun dengan adanya penemuan sumber energi bahan bakar baru pasti akan bermunculanlah
Perusahaan-perusahaan baru yang tentunya para investor dan pemimpin negara akan lebih terfokus dan
berinvestasi besar-besaran ke perusahaan-perusahaan sumber bahan bakar energi baru ini ini pasti
sagat berefek kepada perusahaan-perusahaan batu bara yang lama atau meminjam istilah bung Rhenald
kasali yang menyebutkan pemain lama atau perusahaan batu bara tersebut sebagai pemain
konvensional dan pemain baru dia sebutkan sebagai Incumbent, para pemain konvensional pasti akan
mengalami limit terhadap perusahaannya dan pasti akan sulit membayar upah para karyawannya yang
paling buruk dari scenario di kondisi seperti itu ialah PHK para karyawan yang pasti akan meningkatkan
jumlah pengangguran di setiap negara dan itu tentunya juga akan menjadi suatu PR besar untuk negara.

Anda mungkin juga menyukai