KRISIS ENERGI
Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk ke kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. Krisis ini memiliki akibat pada ekonomi, dengan banyak resesi disebabkan oleh krisis energi dalam beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya produksi listrik, yang menyebabkan naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM untuk mobil dan kendaraan lainnya meningkat, menyebabkan pengurangan keyakinan dan pengeluaran konsumen. Contoh sederhana adalah semakin meningkatnya tingkat penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi massal yang handal dan baik. Meningkatnya jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya, selain memberikan dampak kemacetan yang berujung kepada pemborosan waktu kerja efektif juga memberikan dampak luar biasa terhadap cadangan energi berupa bahan bakar solar dan premium di pasaran. Sumber energi berupa kayu pun tengah berada pada krisis yg mengerikan. Belum lagi pencemaran sumber air bersih menjadi masalah yang belum terselesaikan dalam agenda pembangunan nasional. Padahal negara-negara di sekitar garis khatulistiwa termasuk Indonesia merupakan produsen terbesar kayu dunia, bisa dibayangkan jika sumber cadangan kayu utama dunia saja sudah terancam habis apa yang bisa diharapkan untuk menyambung keterlangsungan hidup. Saat ini banyak negara di dunia yang sudah mulai sadar dan khawatir akan krisis energi yang mengerikan ini. Sehingga tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh kecuali dua hal utama yaitu gerakan penghematan energi dan program penemuan sumber energi baru. Dua program besar inilah saat ini menjadi perhatian besar bagi beberapa Negara maju seperti Jepang, Amerika, Jerman dan lain-lain. Dalam usaha penghematan energi negara Jepang dapat menjadi prototipe dan contoh bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Beberapa prilaku yang mencerminkan kesadaran akan hemat energi terlihat bukan hanya dalam sikap tetapi juga dalam pola pikir masyarakatnya. Mereka sangat concern terhadap pemasalahan energi ini. Gerakan hemat listrik, hemat air, hemat bahan baku tidak hanya menghiasi layar televisi tetapi sudah mampu dicerna dan diserap oleh masyarakat yang kemudian menjadi dasar mereka untuk bertindak. Program penanaman kesadaran ini ternyata menjadi salah satu titik berat kurikulum pendidikan dari tingkat yang paling bawah. Bagaimana siswa ditanamkan dan dicontohkan cara berhemat listrik, cinta kebersihan, menyayangi lingkungan dan lain lain. Usaha edukasi ini ternyata berhasil meresap dan menjiwai mereka walaupun telah menjadi dewasa bahkan ketika telah beranjak tua. Sehingga, pendidikan sejak dini, penanaman kesadaran sangat penting untuk memulai program besar tersebut. Kemudian akhir-akhir ini masyarakat Jepang diilhami dengan moto baru "eco, eco, eco".
Teknologi ramah lingkungan kini tengah gencar-gencarnya dikembangkan oleh Jepang, dari hal yang paling sederhana semisal kantung plastik diganti dengan kantung ramah lingkungan yang bisa dipakai berulang kali sampai dengan teknologi kelas tinggi semisal nanoteknologi. Slogan itu kini dapat ditemui di hampir seluruh bidang kehidupan. Industri otomotif semisal teknologi mobil hybrid yang merupakan perpaduan penggunaan bahan bakar minyak dan baterai yang sudah berhasil dikembangkan salah satunya oleh perusahaan raksasa Honda, juga teknologi mesin mobil yang otomatis bisa berhenti ketika berada di lampu merah juga telah berhasil diciptakan oleh Mazda. Akhir-akhir ini teknologi layar organik juga telah berhasil ditemukan walaupun belum diproduksi secara massal tetapi layar TV yang tebalnya kurang lebih setebal plastik telah berhasil ditemukan dan siap dinikmati beberapa waktu ke depan. Terobosan luar biasa ini diprediksikan akan menjadi salah satu solusi permasalahan krisis energi dunia. Penelitianpenelitian di bidang nano memang masih terpusat di beberapa negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Jerman, Spanyol, dan juga Turki. Di samping memerlukan biaya yang tidak kecil teknologi ini juga memerlukan dasar yang kuat untuk teknologi di level mikronya. Di Indonesia, perkembangan teknologi nano ini tidak sepesat dan seintensif seperti di negara-negara maju. Keterbatasan dana dan juga sumber daya manusia yang menggeluti dunia nano ini menjadi salah satu penyebab kurang berkembangnya teknologi ini di tanah air. Selain itu, tekonologi-teknologi lain seperti biomassa, sel solar dan lain-lain merupakan salah satu implikasi ditemukannya sumber energi baru dunia. Sebagai negara agraris Indonesia menjadi negara yang sangat potensial dalam pengembangan teknologi biomassa ini. Bahan bakar bio-mass diperoleh dari pengolahan sumber-sumber energi organik sepertii jagung, ketela, pohon jarak, gandum dan lain-lain. Walaupun belum terbukti secara jelas tekonologi biomassa mampu menjadi alternatif sumber energi baru tetapi setidaknya pengembangan teknologi ini memberikan sedikit harapan ditemukannya sumber energi alternatif. Di teknologi sel solar, Jepang telah berhasil mengembangkan teknologi ini dan juga menerapkan di berbagai kehidupan seperti ponsel sel solar, kemudian sumber energi listrik untuk titik-titik service area di jalan tol, penerangan lampu jalanan, dan lain-lain. Tetapi sepertinya teknologi sel solar diprediksi kurang mampu menjadi alternatif sumber energi massal dunia, sehingga teknologi ini diarahkan kepada beberapa sektor yang tidak memerlukan banyak energi, seperti service area (tempat peristirahatan) di jalan tol, rumahrumah pribadi dan lain lain. Teknologi ini lebih tepatnya menjadi pendukung ditemukannya sumber energi massal lainnya yang lebih andal dan dapat diproduksi secara besar-besaran. Gerakan hemat energi dan juga semangat penemuan sumber energi baru harus menjadi agenda penting pembangunan ke depan. Tugas penyelamatan bumi dari krisis energi menjadi tanggung jawab semua manusia yang berada di muka bumi ini, termasuk Indonesia sebagai salah satu negara sumber energi dunia.
1. Semakin meningkatnya tingkat penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi massal yang handal dan baik 2. Seringnya penggunaan sumber daya alam secara berlebih. 3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk menghemat energy. 4. Kurangnya penanaman program kesadaran untuk masyarakat untuk menghemat energy.
b. Teknologi nano, yaitu teknologi yang salah satunya dapat mudah dipahami dengan istilah miniaturisasi teknologi. Kaitannya dengan hemat energi, teknologi ini sudah dengan mudah bisa menjawab bahwa dengan semakin kecil sebuah bahan dibuat semakin kecil pula konsumsi energi yang diperlukan. Contohnya:TV masih berupa tabung yang sangat besar, kemudian setelah ditemukan teknologi CRT (cathode ray tube) dimensinya berubah drastis menjadi cukup kecil. c. Teknologi layar organic, yaitu teknologi yang menggunakan bahan bahan organic Contoh: TV yang setebal layar plastic. d.Teknologi sel solar, yaitu teknologi yang menggunakan solar. e. Energi bio massa, yaitu energi yang berasal dari bahan organik yang menyimpan energi matahari dalam bentuk energi kimiawi. Energi massa bio juga dapat digunakan pada pembangkit listrik. 3.Dengan menerapkan pelatihan Untuk menanggulangi krisis energy dapat dilakukan pelatihan pelatihan yang diterapkan kepada masyarakat. Berikut adalah beberapa pelatihan, diantaranya : a. Pelatihan etika/moral (sila) Pelatihan ini dilakukan dengan membiasakan diri bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma norma yang berlaku. Contoh: membuang sampah pada tempatnya dan mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan. b. Pelatihan meditasi (samadhi) Pelatihan ini dapat dilakukan dengan melaksanakan meditasi secara rutin. Contoh melakukan meditasi cinta kasih (metta bhavana) untuk mengembangkan cinta kasih yang universal terhadap semua makhluk. Meditasi ini akan mendorong kita untuk berperilaku ramah lingkungan dan menghargai setiap makhluk hidup. c. Pelatihan kebijaksanaan (panna) Dalam kehidupan seharihari, kita sering kali dihadapkan pada dua hal penting yang harus dilakukan pada waktu bersamaan. Dimana kita harus memilih salah satu diantaranya. Di sinilah kebijaksanaan kita diuji. Contoh: Dalam perjalanan menuju sekolah, kita melihat seorang kakek terjatuh di tengah jalan. Padahal kita sudah hampir terlambat. Di sini kita dituntut untuk berpikir.