Anda di halaman 1dari 20

1

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIGNOSELULOSE SEBAGAI BAHAN


BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh:
Muhammad Rifai Anugrah

G84130016 (2013)

MauIdhotul Hasanah

G84130035 (2013)

Nurul Laela

G84130039 (2013)

Elicandro Ambarita

G84130084 (2013)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BOGOR
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis PKM-GT yang berjudul Pembuatan Bioetanol
Lignoselulosa Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Saat ini persediaan minyak dunia
sudah semakin menipis, namun peemintaan bahan bakar terus meningkat. Selain itu
limbah nbahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah pertanian/hutan, limbah
industri (kayu, kertas) dan bahan berserat lainnnya dari produksi industry
atas,menengah, maupun bawah belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh sebab itu,
penulis pun berinisiatif untuk memberikan sebuah solusi untuk masalah tersebut.
Solusi berupa gagasan, yaitu membuat bioetanol dari limbah serbuk gergaji sebagai
bahan bakar ramah lingkungan menggantikan sumber energi fosil. Walaupun ada
berbagai macam rintangan yang menghadang, penulis tetap bertekad untuk
menyelesaikan karya tulis ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik serta saran yang dapat memperbaiki
karya tulis ini di kemudian hari. Penulis berharap agar karya tulis ini bisa bermanfaat
bagi masyarakat dan tidak hanya menjadi gagasan tapi menjadi solusi yang dapat
diimplementasikan.
Bogor, 20 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
RINGKASAN................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................. 2
BAB 2 GAGASAN.......................................................................................... 3
2.1 Kondisi Kekinian..................................................................................... 3
2.2 Solusi Terdahulu...................................................................................... 6
2.3 Solusi yang Ditawarkan............................................................................. 7
2.3 Pihak-pihak Terkait................................................................................... 9
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... iv

RINGKASAN
Indonesia mengalami krisi bahan bakar dikarenakan terlalu banyakanya
konsumsi bahan bakar oleh masyarakat Indonesia tanpa adanya pembaharuan.
Peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) dan jumlah penduduk yang meningkat
mengakibatkan adanya konsumsi BBM yang meningkat pula. Konsumsi BBM yang
meningkat tidak berjalan secara seimbang dengan produksi minyak mentah yang
mengakibatkan akan adanya krisis BBM. Krisis bahan bakar tersebut mengakibatkan
pemerintah harus mengimpor bahan bakar dari luar negeri, sehingga pemerintah
mengalami defisit bahan bakar. Tidak dipungkiri kenaikan harga BBM berimbas pada
semua bidang yang dapat mencekik masyarakat Indonesia. Namun, saat ini belum ada
pengganti dari bahan bakar yang secara efektif dapat menjadi pengganti BBM yang
dapat dijangkau oleh masyarakat dan bahan bakunya melimpah diIndonesia.
Berdasarkan permasalahn diatas, dalam menyelesaikan masalah krisis BBM
ditawarkan salah satu bahan baar pengganti BBM yang bahannya melimpah di
Indonesia dan mudah diperoleh sehingga bahan bakar tersebut sesuai dengan kondisi
terkinian yaitu bahan bakar dari lignoselulose.
Lignoselulosa memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan bahan
bakar bioetanol. Lignoselulosa adalah komponen organik di alam yang berlimpah dan
terdiri dari tiga tipe polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa
bisa diperoleh dari bahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah pertanian/hutan,
limbah industri (kayu, kertas) dan bahan berserat lainnya. Lignoselulosa di Indonesia
sangat melimpah, murah, tapi juga banyak yang disia-siakan. Ada banyak potensi
biomassa lignoselulosa di Indonesia. Saat ini para peneliti di belahan dunia itu sedang
gencar mencari dan mengembangakn bioetanol dari Lignoselulosa. Lignoselulosa
berasal dari bahan-bahan limbah dari pabrik gula, tandan kelapa sawit, kayu, dan
batang pisang. Lignoselulosa dari limbah tersebut belum digunakan secara maksimal.
Pemanfaatan bahan lignoselulosa untuk produksi bioetanol dapat menjadi
pertimbangan karena tidak bersaing dengan kebutuhan untuk pangan. Mengingat
komponen bahan lignoselulosa sangat kompleks, maka penanganan untuk produksi
bioethanol harus melalui beberapa tahapan. Secara umum proses pembuatan
bioetanol meliputi persiapan bahan baku, sakarifikasi, fermentasi dan pemurnian.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak persoalan krisis energi,
salah satunya adalah krisis bahan bakar minyak (BBM). Persoalaan krisis BBM ini
merupakan persoalan yang sulit terselesaikan dengan baik dan tuntas. Krisis bahan
bakar minyak tidak hanya berdampak pada satu aspek sosial, tetapi juga akan
menyebabkan masalah di berbagai aspek sosial seperti nilai rupiah turun, volume
konsumsi minyak akan naik, harga bahan pokok akan naik, belanja subsidi akan
membengkak sehingga memebebani anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN). Pada akhirnya pemerintah akan kembali mengeluarkan biaya yang tidak
seharusnya ataupun berhutang untuk menambahkan beban subsidi (Said dan Saragih
2009).
BP migas pada tahun 2013 mencatat bahwa Indoensia mampu memproduksi
minyak mentah sekitar 44.6 juta ton pada tahun 2012 dan menempati posisi ke 24
sebagai negara produksi minyak mentah terbesar dari 53 negara di dunia. Di ASIA
Pasifik , Indonesia menempati posisi kedua terbesar setelah Cina. Namun pada
beberapa tahun terkahir produksi minyak mentah Indonesia menurun di kisaran 900
ribu BPD. Penurunan ini merupakan suatu kenyataan yang harus dihadapi Indonesia
bahwa minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Di
samping itu, produksi minyak total keseluruhannya bukanlah milik negara tetapi
pemerintah harus berbagi dengan kontraktor kontrak kerjasama (K3S) dengan
sebelumnya hasil produksi harus digunakan terlebih dahulu sebagai pengganti biaya
eksplorasi yang dikeluarkan sebagai cost recovery.
Konsumsi BBM di Indonesia dari periode 1970 s.d. 2012 terus meningkat
dikisaran 6.1% per tahun. Kondisi yang bertolak belakang antara kinerja produksi dan
konsumsi minyak, pada akhirnya membuat Indonesia mengalami defisit minyak. Hal
ini mulai terjadi pada tahun 2004, dimana Indonesia mengalami defisit minyak sekitar
5 juta ton, kemudian terus merangkak naik hingga tahun 2013 yang mengalami defisit
27 juta ton. Konsekuensi defisit mengakibatkan Indonesia harus impor baik dalam
bentuk minyak mentah atau hasil olahan yang berdampak pada neraca perdagangan
Indonesia yang naik pula. Kebutuhan energi Indonesia saat ini sebagian besar masih
bertumpu pada bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi
sekitar 51,66 persen, gas alam 28,57 persen dan batubara 15,34 persen. Persediaan

bahan bakar tersebut kian waktu semakin berkurang. Cadangan minyak bumi akan
habis sekitar 12 tahun lagi. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak ini menjadi
masalah besar dan perlu solusi yang mendesak. Salah satu langkah solusinya adalah
memanfatkan bioetanol lignoselulosa sebagai alternatif pengganti.
Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2
Kimia-LIPI), Agus Haryono mengatakan, pada tahun 2025 pemenuhan kebutuhan
energi Indonesia diharapkan 17 % nya berasal dari energi baru terbarukan. Salah
satunya dengan memanfaatkan etanol sebagai alternatif, khususnya bioetanol berbasis
lignoselulosa. Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa
keunggulan yaitu kandungan oksigen etanol tinggi (35 persen) sehingga
menghasilkan bahan bakar yang bersih; kedua, hasil bersih ini ramah bagi lingkungan
karena emisi gas karbon monoksida lebih rendah 19-25 persen dibanding
BBM. Energi terbarukan ini tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon
dioksida di atmosfer; ketiga, daya hasil etanol lebih stabil. Angka oktan etanol
tergolong tinggi sekitar 129 sehingga menghasilkan proses pembakaran yang stabil.
Proses pembakaran dengan daya yang lebih baik ini akan mengurangi emisi gas
karbon monoksida; keempat, campuran bioetanol 3% saja mampu menurunkan emisi
karbonmonoksida menjadi hanya 1,3%.
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan diatas perlu solusi untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat dalam penggunaan BBM. Solusi yang tepat
dalam mengatasi ketrgantungan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan BBM
adalah sebuah energi bahan bakar terbarukan. Bahan bakar terbarukan yang memiliki
potensi untuk diterapkan di Indonesia yaitu bahan bakar bioetanol dari Lignoselulosa.

1.2 Tujuan

Tujuan diajukannya gagasan sistem Indonesia Lignoseluloser Movement


adalah mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia tehadap bahan bakar
minyak dengan menggunakan bioetanol berbasiskan lignoselulosa.

1.3 Manfaat

Manfaat bahan bakar dari Lignoselulosa yaitu :

Bagi pemerintah :
Mengurangi pengeluaran pemerintah dalam hal subsidi bahan bakar minyak
sehingga dana tersebut dapat dialokasikan ke bidang lain.
Membantu pemerintah memberikan suatu sistem yang aplikatif untuk
mengurangi penggunaan BBM.

Bagi masyarakat :
Membantu masyarakat memperoleh bahan bakar kendaraan bermotor yang
lebih ekonomis.

Bagi lingkungan :
Mengurangi kadar polusi udara dengan bahan bakar yang ramah lingkungan.

BAB 2 GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian


a) Kondisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam termasuk minyak
bumi. Indonesia sendiri termasuk dalama negara produsen minyak yang pernah
menjadi salah satu anggota organisasi produsen minyak mentah dunia yaitu OPEC.

Hal tersebut tak lantas membuat Indonesia menjadi negara yang bebas akan
permasalahan akibat kelangkaan minyak bumi. Indonesia memiliki permasalahan
yang sulit diatasi dalam hal minyak terutama dalam hal BBM. Kini produksi minyak
mentah di Indonesia semakin menurun. Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, dari
tahun 2007 s.d. 2012, produksi minyak mentah Indonesia di kisaran 900 ribu BPD
dengan produksi sebelumnya sekitar 44,6 juta ton (BP, 2013). Hal ini merupakan
suatu bukti bahwa minyak bumi merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui.
Selain itu, hasil minyak mentah yang diperoleh bukanlah sepenuhnya milik negara.
Pemerintah harus berbagi dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) dengan
persentasi 15 % untuk K3S dan 85% untuk pemerintah dengan hasil pemerintah
dikurangi terlebih dahulu untuk cost recovery (Hartono 2011).
Peningkatan PDB dan jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan
adanya konsumsi BBM yang meningkat pula. Konsumsi BBM yang meningkat ini
tidak berjalan secara seimbang dengan produksi minyak mentah yang mengakibatkan
akan adanya krisis BBM. Hal ini terlihat dari perkembangan konsumsi minyak
mentah yang terjadi selama ini sebagaimana digambarkan dalam Grafik 1. Di era
tahun 70-an, konsumsi minyak hanya dikisaran 100 ribu s.d. 350 ribu BPD. Namun,
dari tahun ke tahun konsumsi terus meningkat atau tumbuh di kisaran 6,1% per tahun
selama periode 1970 s. d. 2012. Keadaan konsumsi BBM yang tumbuh sangat cepat
yang tidak diiringi dengan produksi minyak mentah yang cepat pula mengakibatkan
Indonesia mengalami deficit BBM. Keadaan Ini sangat terlihat pada tahun 2004
dimana Indonesia mengalami deficit minyak sebesar 5 juta ton dan bertambah naik
sampai tahun 2012 dengan deficit 27 juta ton. Akibatanya Indonesia harus
mengimpor minyak mentah maupun olahan dari negara lain yang berakibat pula pada
neraca perekonomian Indonesia (BP Statitical 2013)

Gamabr 1 Grafik Konsumsi dan Surplus/Defisit Minyak


Sumber: BP Statitical Review, June 2013

Gambar 2 Grafik Neraca Minyak dan BBM


Minyak dan BBM (JT KL)
Sumber: Pertamina, KESDM dalam

Gambar 3 Grafik Ekspor Impor


(US$ Juta)

Sumber: BPS, 2012. Tempo, 2013.

Dari grafik 3 terlihat Volume minyak impor semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Tahun 2008, volume impor mencapai 24,6 juta kiloliter (KL), meningkat
56,9% menjadi 38,6 juta KL pada tahun 2012. Akibatnya pada segi nominal terjadi
defisit perdagangan Pada tahun 2003, terjadi defisit neraca perdagangan sekitar
US$414,8 juta, kemudian pada tahun 2011 periode Januari - November menjadi
US$19,0 miliar. Keadaan semakin lama aakan mengakibatkan pemerintah akan
kesulitan mencukupi kebutuhan akan minyak dalam negeri yang mengakibatkan
adanya krisis BBM. Tidak dipungkiri kenaikan harga BBM berimbas pada semua
bidang yang dapat mencekik masyarakat Indonesia. Ketika harga minyak naik, nilai
rupiah turun, dan volume konsumsi naik, belanja subsidi akan membengkak
sehingga membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Ujungujungnya pemerintah mengorbankan belanja modal dengan mengurangi alokasi
anggarannya atau menumpuk utang untuk menambah kekurangan beban subsidi
( BPS 2012)
b) Kondisi Terkini Perkembangan Bioethanol di Indonesia
Produksi minyak bumi di Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun
(Jamilatun 2010). Menanggapi hal itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan energi
dalam Bab II Pasal 2 PP No. 5 Tahun 2006 bahwa target konsumsi energi dari biofuel
sebesar 5 % dari total konsumsi energi. Selain itu, Indonesia menempati peringkat
ketiga penyumbang emisi gas rumah kaca setelah Amerika dan Cina (Ahmad et.al
2013). Bioetanol yang terbukti memiliki banyak kelebihan daripada bahan bakar fosil
diharapkan mampu menyelesaikan masalah tersebut. Beberapa kelebihan bioetanol

adalah konsentrasi O2 dan nilai oktan yang tinggi serta emisi karbon dan hidrokarbon
yang rendah (Jamilatun 2010).
Bioetanol sebagai bahan bakar telah diuji coba di Indonesia, khususnya di
Jakarta dan Surabaya. Akan tetapi, kurangnya pasokan bahan baku menjadi kendala
utama dalam menjalankannya (Ahmad et.al 2013). Bahan yang umum digunakan
dalam pembuatan bioetanol adalah ubi kayu dan aren, sedangkan penggunaan bahan
baku tersebut berbenturan dengan kebutuhan pangan (Daud dan Syamsul 2012) dan
keuntungan dari nilai ekspor bahan baku tersebut yang lebih tinggi daripada
penjualan di dalam negeri (Ahmad et.al 2013). Dilihat dari permasalahan di atas,
bahan baku lain yang memiliki kandungan lignoselulosa berpotensi dalam
pengembangan bioetanol di Indonesia. Bahan baku berlignoselulosa banyak terdapat
dalam limbah kayu (Daud et.al 2012), limbah pertanian, perkebunan, industri, dan
limbah rumah tangga. Contoh limbah yang dapat digunakan adalah dedak padi,
tandan kosong sawit, tongkol jagung, bagas sorgum manis, dan bagas tebu (Octavia
et.al 2011).

2.2 Solusi Terdahulu


a) Solusi Terdahulu Energi dan Bahan Bakar Minyak (BBM)
Solusi yang telah diterapkan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.5 Tahun 2006
Tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mendorong pengembangan sumber energi
alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan ini menitikberatkan pada
penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai sumber energi
alternatif pengganti minyak. Berdasarkan Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI, pada
tahun 2025 pemenuhan kebutuhan energi Indonesia diharapkan 17%nya berasal dari
energi baru dan terbarukan, khususnya dengan pemanfaatan etanol. Selain itu,
kebijakan pemerintah dalam memberikan subsidi BBM juga mengakibatkan
ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan BBM.
b) Solusi Limbah Lignoselulosa di Indonesia

Lignoselulosa adalah komponen organik di alam yang berlimpah dan terdiri


dari tiga tipe polimer, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komponen ini
merupakan sumber penting untuk menghasilkan produk bermanfaat seperti gula dari
proses fermentasi, bahan kimia dan bahan bakar cair. Lignoselulosa bisa diperoleh
dari bahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah pertanian/hutan, limbah industri
(kayu, kertas) dan bahan berserat lainnya. Limbah lignoselulosa biasanya hanya
dibiarkan menumpuk dan membusuk di tanah, yang pada akhirnya akan
menimbulkan bau yang tidak enak. Selain itu tidak jarang jika limbah dibakar maka
pembakarannya serbuk dapat mengakibatkan asap yang mengganggu dan bisa
menyebabkan penyakit ISPA, serta pembakaran ini juga menghasilkan gas CO2 yang
berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, sudah ada beberapa orang yang mampu
memanfaatkan beberapa jenis limbah lignoselulose seperti limbah serbuk gergaji
untuk menjadi barang kreasi yang memiliki nilai guna. Salah satunya adalah
pembuatan asbak dari serbuk gergaji, lukisan dari serbuk gergaji, pupuk kompos,
sebagai campuran pembuatan briket batubara, serta sebagai bahan campuran
pembuatan batako.

2.3 Solusi yang Ditawarkan


a) Potensi Lignoselulosa
Etanol saat ini yang diproduksi umumnya berasal dari etanol generasi
pertama, yaitu etanol yang dibuat dari gula (tebu, molases) atau pati-patian (jagung,
singkong, dll). Bahan-bahan tersebut adaah bahan pangan atau pakan. Banyak
dugaan, terutama dari Eropa dan Amerika, menyebutkan bahwa konversi bahan
pangan/pakan menjadi etanol menjadi salah satu penyebab naiknya harga-harga
pangan dan pakan. Arah pengembangan bioetanol mulai berubah ke arah
pengembangan bioetanol generasi kedua, yaitu bioetanol dari biomassa lignoselulosa.
Kabarnya komisi Eropa menargetkan di tahun 2014 bioetanol generasi kedua sudah
bisa diproduksi secara besar-besaran. Saat ini para peneliti di belahan dunia itu
sedang gencar mencari dan mengembangakn bioetanol generasi kedua ini. Mereka
didukung dengan peralatan, fasilitas, dan pendanaan yang kuat. Negara-negara
Skandinavia bahkan sudah bisa memproduksi bioetanol generasi kedua dalam skala
pilot. Rasanya tidak lama lagi mereka akan mampu memproduksi dalam skala besar.
Salah satu problem mereka adalah masalah bahan baku. Biomassa
lignoselulosa mereka terbatas. Apalagi mereka juga mengalami 4 macam musim yang
sebagian musim itu tidak mendukung produksi biomassa lignoselulosa. Biomassa
yang cukup besar antara lain adalah jerami-jeramian (wheat, oat, barley, corn).
Mereka juga mencari tanaman-tanaman yang tumbuh cepat dengan potensi produksi

biomassa besar. Salah satunya adalah Machantus sp. Indonesia memiliki keunggulan
dalam hal biomassa lignoselulosa dibandingkan negara-negara beriklim dingin. Kalau
mereka mencari bahan baku, di sini malah kebalikannya. Biomassa lignoselulosa di
Indonesia, melimpah, murah, tapi juga banyak yang disia-siakan. Ada banyak potensi
biomassa lignoselulosa di Indonesia. Oleh karena itu limbah lignoselulosa sebagai
energy terbarukan menggantikan bahan bakar minyak memiliki peluang yang sanagat
besar di Indonesia.
b) Proses Pembuatan Bioetanol dari Lignoselulose
Berdasarkan program pemerintah dalam mencari energi alternatif pengganti
minyak bumi, maka berbagai cara telah dilakukan dan salah satunya adalah produksi
bioetanol.Kurang lebih 90% bioetanol dunia berasal dari tanaman pangan, dimana
60% berasal dari gula tebu dan gula bit, sedangkan sisanya bahan berpati terutama
pati jagung. Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan seperti bagas, jerami dan
sebagainya Disamping itu, limbah industri dan pertanian juga dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan bioetanol, diantaranya limbah dari pabrik gula,
tandan kelapa sawit, kayu dan batang pisang. Bahan-bahan limbah tersebut
mengandung lignoselulosa yang ketersediaannya sangat berlimpah dan belum
digunakan secara maksimal. Pemanfaatan bahan lignoselulosa untuk produksi
bioetanol dapat menjadi pertimbangan karena tidak bersaing dengan kebutuhan untuk
pangan. Mengingat komponen bahan lignoselulosa sangat kompleks, maka
penanganan untuk produksi bioethanol harus melalui beberapa tahapan. Secara umum
proses pembuatan bioetanol meliputi persiapan bahan baku, sakarifikasi, fermentasi
dan pemurnian (Anindyawati 2009).
Persiapan bahan baku untuk bahan lignoselulosa termasuk pretreatment harus
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil ini penting untuk
pengembangan teknologi biokonversi dalam skala komersial. Dengan perlakuan ini
dapat mengurangi jumlah enzim yang digunakan dalam proses hidrolisis, dan dapat
meningkatkan hasil gula yang diperoleh. Hidrolisis merupakan proses pemecahan
polisakarida di dalam biomasa lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi
monomer gula yang dapat dilakukan secara kimia ataupun enzimatis. Dibandingkan
proses secara kimia, hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan karena ramah
lingkungan. Proses fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan yeast dari
berbagai spesies yaitu Saccharomyces cerevisiae, Kluyveromyces fragilis,
Kluyveromyces marxianus, Candida utilis dan Pachysolen tannophilus dalam
berbagai kondisi fermentasi. Untuk mendapatkan bioetanol dengan kemurnian tinggi,
harus dilakukan proses pemurnian dengan cara destilasi. Destilasi dilakukan untuk
memisahkan etanol dari broth fermentasi yang sebagian besar adalah air. Untuk
mendapatkan etanol sampai dengan kemurnian 95% volume, dilakukan destilasi

bertingkat dengan mengumpankan hasil destilasi pertama ke unit destilasiselanjutnya.


Dengan demikian, teknologi proses yang efektif menggunakan bahan baku
lignoselulosa dapat menghasilkan produk bioetanol untuk memenuhi kebutuhan
jangka panjang.

Gambar 4 Diagram Alir Proses Pembuatan Bioetanol dari Bahan


Baku Gula, Pati danLignoSelulosa(Sumber:Wirawan,2006)

2.3 Pihak-pihak Terkait


Produksi bioetanol dari limbah serbuk gergaji dapat diimplementasikan secara
luas di masyarakat, dibutuhkan kerjasama dari beberapa pihak, diantaranya:
1. Pemerintah
Pemerintah bersama kementerian terkait (ESDM) berperan dengan membantu
mengawasi pembuatan bioetanol di masyarakat, melakukan sosialisasi ke
daerah-daerah mengenai penggunaan bioetanol, pembuatan peraturan dan

10

2.

3.

4.

5.

6.

7.

regulasi mengenai pembatasan penggunaan bahan bakar fosil yaitu dengan


mengurangi subsidi BBM, serta memberikan perlindungan hak cipta atau hak
paten agar produksinya terjamin secara hukum.
Media massa dan lembaga social
Lembaga sosial dan media massa berperan dalam hal sosialisasi dan
penyampaian informasi mengenai bioetanol dari limbah Lignoselulose.
Lembaga riset dan penelitian
Peran lembaga riset dan penelitian dalam pembuatan bioetanol ini adalah
untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki kekurangan yang
terdapat saat ini, menyempurnakan produksi bioetanol, dan mencari proses
produksi yang lebih efektif dan efisien.
Masyarakat
Masyarakat adalah sasaran utama dalam pengimplementasian bioetanol dari
limbaah Lignoselulose. Masyarakat diharapkan bisa menerima bahwa
bioetanol adalah suatu solusi terkini energi alternatif yang bisa digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak dengan berbagai kelebihan yang
dimilikinya.
Produsen limbah Lignoselulose
Produsen kayu gergajian berperan dalam penyediaan bahan baku bioetanol
berupa serbuk gergajian, limbah kelapa sawit, limbah pulp kertas, dan lainlain.
Industri Bahan Kimia dan industri pupuk
Industri bahan kimia berperan dalam penyediaan bahan baku tambahan seperti
NaOH, HCl, dan Ca(OH)2. Sedagkan industri pupuk berperan dalam
penyediaan bahan baku tambahan seperti urea dan NPK yang akan digunakan
pada proses fermentasi.
Industri bioetanol kecil dan menengah
Industri bioetanol kecil dan menengah berperan sebagai mitra kerja dalam
pembuatan bioetanol. Indutri bioetanol kecil dan menengah diharapkan mau
beralih menggunakan bahan baku limbah Lignoselulose, tidak lagi
menggunakan bahan komoditi pangan.

11

BAB 3 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bioetanol dari
lignoselulosa sebagai bahan bakar alternatif merupakan salah satu solusi bahan bakar
di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menggantikan bahan bakar minyak yang kian
menipis, memanfaatkan limbah bahan kayu, jerami, rumput-rumputan, limbah
pertanian/hutan, limbah industri (kayu, kertas) dan bahan berserat lainnya.
Penggunaan bioethanol dari lignoselulosa juga dapat menjaga stabilitas komoditi
pangan karena yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioethanol berasal
dari limbah tanaman pangan. Bioetanol adalah bahan bakar yang ramah lingkungan
dibanding bahan bakar fosil karena hasil pembakarannya lebih bersih. Kandungan
lignoselulosa pada limbah bahan berserat dipilih sebagai bahan baku bioetanol karena
banyak terdapat di lingkungan sebagai hasil samping dari produksi berbagai kegiatan
industry baik atas maupun menengah kebawah. Pembuatan bioetanol ini dilakukan
dengan melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan pretreatment, sakarifikasi(hidrolisis),
fermentasi alcohol dan pemurnian dengan distilasi, stillage, metagenic fermentation,
dan bio gas. Diharapkan dengan penggunaan bioetanol dari lignoselulosa ini dapat
mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar minyak
(BBM).

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D R, Nugraha C, Setyo H. 2013. Analisis kebijakan pengembangan
industri bahan bakar nabati bioetanol dari ubi kayu dengan
menggunakan
pemodelan matematika. Jurnal Online Institut
Teknologi Nasional. 1 (1) : 193-203.
Anindyawati, Trisanti. 2009. Prospek enzim dsn limbsh lignodelulosa untuk
produksi bioethanol. Jurnal bioteknologi-LIPI 43(1) 49-56
BP. 2013. Statistical Review of World Energy June 2013.
http://www.bp.com [Diunduh pada 29 Maret 2015 pukul 20.15
WIB].
BPS. 2012. Perkembangan Ekspor-Impor Minyak dan BBM.
http://www.kemenkeu.go.id [Diunduh pada 29 Maret 2015 pukul
20.35 WIB].
Daud M, Safii W, Syamsul K. 2012. Biokonversi bahan berlignoselulosa
menjadi bioetanol menggunakan Aspergillus niger dan
Saccharomyces cereviciae. Jurnal Perennial. 8 (2) : 43-51.
Hartono DS. 2011. Dampak kenaikan harga BBM di pasar dunia tantangan
bagi perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 7(2):
28-35.
Jamilatun M. 2010. Rekayasa metabolik mikroorganisme untuk tujuan
produksi bioetanol. Jurnal Ekosains. 2 (2) : 32-41.
Octavia S, Soerawidjaja T H, Purwadi R, Putrawan A I D G. 2011. Pengolahan
awal lignoselulosa menggunakan amoniak untuk meningkatkan
perolehan gula fermentasi. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia.
B13-1 - B13-6.
Said M, Saragih YR. 2009. Pengaruh ratio reaktan dan waktu reaksi terhadap
konversi minyak jarak pagar. Jurnal Teknik Kimia. 16(3):32-39

A. Identitas Diri

1
2
3
4
5
6
7

Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Program Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
Nomor Telepon/HP

Elicandro Ambarita
Laki-laki
Biokimia
G84130084
Palianaopat, 04 Maret 1995
Candor.ambarita@gmail.com
082160284463

B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi

Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SDN
SD 091442
Dolok
Panribuan
2001-2007

SMPN
SMPN 1
Dolok
Panribuan
2007-2010

SMA
SMA N 1 RAYA

IPA
2010-2013

C. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No.
Jenis Penghargaan
Penghargaan
1
-

Tahun
-

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Bogor, 21 Mei 2015
Pengusul,

(Elicandro Ambarita)

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap

Nurul Laela

2
3
4
5
6
7

Jenis Kelamin
Program Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
Nomor Telepon/HP

Perempuan
Biokimia
G84130039
Subang, 26 Juni 1995
Nurullaela.nl@gmail.ccom
087760642236

B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SDN
SDN 4
Kasomalang
2001-2007

SMPN
MTs
Darussalam
2007-2010

SMA
SMAN 1
Sumedang
IPA
2010-2013

C. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No.
Jenis Penghargaan
Penghargaan
1

Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Bogor, 21 Mei 2015
Pengusul,

(Nurul Laela)

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi

MauIdhotul Hasanah
Perempuan
Biokimia

4
5
6
7

NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
Nomor Telepon/HP

G84130035
Kediri, 02 April 2015
Ihasan281@gmail.com
085643013141

B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SDN
SDN 1
Kuwiran
2001-2007

SMPN
SMPN 1
Banyudono
2007-2010

SMA
SMAN 1
Boyolali
IPA
2010-2013

C. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No.
Jenis Penghargaan
Penghargaan
1

Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Bogor, 21 Mei 2015
Pengusul,

(MauIdhotul Hasanah)

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Program Studi
4 NIM

Muhammad Rifai Anugrah


Laki-laki
Biokimia
G841300616

5
6
7

Tempat dan Tanggal Lahir


E-mail
Nomor Telepon/HP

Maros, 26 Mei 1995


rifai.anugrah.ra@gmail.com
085398272049

B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi

Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SDN
SD Angkasa 1
Lanud Sultan
Hasanuddin
2001-2007

SMPN
SMP Angkasa
Lanud sultan
Hasanuddin
2007-2010

SMA
SMA Negeri 1
(SSN) Maros
IPA
2010-2013

C. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No.
Jenis Penghargaan
Penghargaan
1

Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Bogor, 21 Mei 2015
Pengusul,

(Karischa Hariana

Anda mungkin juga menyukai