Hari,Tanggal
Waktu
PJP
Asisten
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN
Kromosom merupakan struktur nukleoprotein. Struktur ini membawa
informasi genetik dan terletak di dalam inti sel berbentuk genom. Terdapat dua
macam kromosom pada suatu organisme. Kromosom yang pertama adalah
kromosom seks (gonosom) dan Kromosom tubuh (autosom). Kromosom seks
merupakan struktur yang menentukan jenis kelamin, sedangkan kromosom tubuh
tidak menentukan jenis kelamin. Kromosom memiliki dua fungsi utama, yaiyu
untuk memastikan DNA terpisah dalam porsi yang sama pada setiap pembelahan
sel dan untuk menjaga integritas dan ketepatan replikasi genom pada setiap siklus
sel. Elemen yang bertanggung jawab terhadap proses ini adalah sentromer, telomer,
dan unit replikasi (Passarge 2007).
DNA yang berikatan dengan beberapa protein histon akan membentuk
kromosom. Ikatan ini akan mengasilkan nukleosom. Nukleosom memiliki ukuran
sekitar 10 nm. Nukleosom akan membentuk lilitan-lilitan yang sangat banyak,
lilitan ini akan menjadi penyusun dari kromatid (lengan kromosom). Satu lengan
kromosom ini memiliki lebar sekitar 700 nm. Struktur kromosom terdiri dari empat
bagian, yaitu kromatid yang merupakan bagian lengan kromosom yang terikat satu
sama lainnya(Firth dan Hurst 2005); sentromer yang merupakan daerah tidak
mengandung informasi genetik. Sentromer merupakan struktur yang sangat penting,
karena bagian inilah lengan kromosom (kromatid) saling melekat satu sama lain
pada masing-masing bagian kutub pembelahan(Firth dan Hurst 2005); Kromomer
adalah struktur berbentuk manik-manik yang merupakan akumulasi dari materi
kromatid yang kadang-kadang terlihat pada pembelahan masa interfase. Pada
kromosom yang telah mengalami pembelahan berkali-kali, biasanya kromomer ini
sangat jelas terlihat (Firth dan Hurst 2005); dan yang terakhir adalah telomer.
Telomer adalah bagian berisi DNA pada kromosom, fungsinya untuk menjaga
stabilitas ujung kromosom agar DNA nya tidak terurai (Firth dan Hurst 2005).
Kromosom berdasarkan letak sentromernya dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu talosentrik. kromosom yang sentromer nya terletak di ujung kromosom;
metasentrik, kromosom yang sentromer nya terletak di tengah kromatid sehingga
secara relatif membagi kromatid menjadi dua bagian; submetasentrik, kromosom
yang letak sentromernya mendekati bagian tengah, namun tidak pada bagian tengah,
sehingga kromatid nya terlihat sedikit panjang sebelah; dan akrosentrik, kromosom
yang letak sentromer nya berada diantara tengah dan ujung lengan kromatid (Firth
dan Hurst 2005).
Plasmid merupakan salah satu vektor yang biasa digunakan dalam proses
pengklonan gen dan terdapat di luar kromosom. Vektor merupakan pembawa
molekul DNA di dalam proses pengklonan gen. Plasmid adalah molekul DNA utas
ganda sirkuler yang berukuran kecil yang terdapat di dalam sitoplasma dan dapat
melakukan replikasi secara autonom. Haisl replikasi plasmid dapa disalurkan secara
genetik dengan stabil (Royston dan Clowes 1972).
Plasmid memiliki ukuran sekitar 1 300 kb, sehingga dapat dibedakan
dengan mudah dari kromosom bakteri yang berukuran 3000 5000 kb. Plasmid
yang terlibat dalam proses konjugasi (plasmid F) biasanya berukuran besar. Untuk
replikasi plasmid dapat berada dalam keadaan terpisah dari kromosom (non-
integratif) dan terintegrasi dalam kromosom bakteri (episom) (Royston dan Clowes
1972).
Plasmid banyak terdapat pada sitoplasma organisme prokariot dan eukariot
uniseluler. Selain terdapat dalam bakteri. Plasmid dapat dikelompokkan
berdasarkan sifat yang disandi oleh gen yang dikandungnya, yaitu plasmid F
(fertilitas) membawa gen tra, yang bertanggung jawab terhadap proses konjugasi;
plasmid R (resistensi) mengandung gen resistensi terhadap antibiotic atau logam
berat; plasmid yang mengandung gen penyandi toksin dan bakteriosin seperti
ColE1 dari E.coli; plasmid degradatif yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan metabolisme molekul organik seperti toluena; dan plasmid virulensi
yang bertanggung jawab terhadap patogenitas dari sel inang (Royston dan Clowes
1972).
Isolasi kromosom dan plasmid, serta pemotongannya merupakan proses
yang penting dalam pemurnian plasmid. Plasmid dengan kualitas tinggi sangat
dibutuhkan dalam produksi berbagai produk dengan teknologi DNA rekombinan
(Kotchoni et al. 2003). Selain itu, produksi tersebut tidak hanya digunakan dalam
skala laboratorium, namun juga dalam skala industri. Oleh karena itu, praktikum
ini bertujuan agar praktikan memahami prinsip dan cara mengisolasi kromosom
plasmid, memotong plamid, dan analisis visualisasi plasmid dengan metode
elektroforesis.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum dilakukan pada hari Rabu, 14 September sampai 19 Oktober 2016
pukul 13.00 WIB sampai selesai di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia
IPB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu mortar, perangkat elektroforesis, sentrifus,
tabung sentrifus, neraca,pipet mikro, tip, tabung effendorf, gelas piala, labu takar,
pH meter, tabung Erlenmeyer, gelas piala, Uv transiluminator, incubator dan vortex.
Bahan-bahan yang digunakan adalah daun jahe merah, daun kunyit, Tris Hcl
25 mM, EDTA 10 mM, sukrosa 15 %, NaOH 0.2 M, SDS 1 %, larutan Na asetat 3
M pH 4.6, larutan fenol:kloroform, etanol absolut, etanol 70 %, dH2O steril,
akuades, media NB, 0.5 g ekstral khamir, 1 g tripton, 0.5 g NaCl, 50 ppm ampicillin,
DNA plasmid, Buffer restriksi, enzim retriksi, pewarna Etbr, buffer ekstraksi,
buffer lisis 1 (SDS 20 %), buffer lisis 2 (potassium asetat 5 M), larutan
kloroform;isoamilalkohol (24:1), alcohol dingin 100%, buffer TE, agarosa, asam
borat, loading dye, es batu dan DNA marker 1 kb.
Prosedur
Pembuatan Larutan Isolasi DNA Plasmid
5
Larutan isolasi DNA plasmid terdiri dari larutan 1 (Tris-HCl 1 M pH 7.5,
EDTA 0.5 M, Sukrosa 20%), larutan 2, larutan 3, buffer TE, dan Nutrient Broth
(NB).
Stok Tris-HCl 1 M pH 7.5 pada larutan 1. Dibuat dari 3.0285 g Tris-HCl
yang dilarutkan dalam 25 mL akuades. Stok EDTA 0.5 M dibuat dari 4.655 g EDTA
yang dilarutkan dalam 25 mL akuades. Stok sukrosa 20% dibuat dengan melarutkan
5 g sukrosa dalam 25 mL akuades. Larutan 1 akhir dibuat dengan mencampur 1,25
mL Tris-HCl, 2 mL EDTA dan 37.5 mL sukrosa dan dilarutkan dengan akuades
hingga volume akhirnya 50 mL.
Stok NaOH 0.2 M larutan 2. Dibuat dari 0.5 g NaOH yang dilarutkan dalam
25 mL akuades. Stok SDS 1% dibuat dengan melarutkan 2.5 g SDS dalam 25 mL
akuades. Larutan 2 akhir dibuat dengan mencampur 20 mL NaOH dan 5 mL SDS
1% lalu dilarutkan dengan akuades hingga volume akhirnya 50 mL.
Na-asetat 3 M pH 4.6. Dibuat dengan melarutkan 6.1570 g Na-asetat dalam
akuades lalu diadjust pHnya dengan asetat glasial hingga pH menjadi 4.6 lalu
akuades ditambahkan hingga volume akhirnya 25 mL.
Buffer TE. Dibuat dengan mencampur Tris-HCL dan EDTA dengan
konsentrasi sama yaitu 0.025 M
Stok Nutrient Broth (NB). Dibuat dengan melarutkan 3.25 g bubuk NB
dalam 250 mL akuades dan stok ampisilin dibuat dengan melarutkan 0.05 g dalam
100 mL akuades (50 ppm). Larutan akhir NB dibuat dengan melarutkan 32 mL NB
dan 8 mL ampisilin sehingga kelarutan ampisilin menjadi 10 ppm dalam 40 mL.
Isolasi dan pemurnian DNA plasmid
Kultur bakteri yang telah dibiakkan semalaman dalam media NB (Nutrient
Broth) sebanyak 1.5 mL di pipet ke dalam tabung eppendorf lalu disentrifugasi
8.000 rpm selama 3 menit. Pelet diambil dan dicuci 3 kali dengan buffer TE dengan
perbandingan 1 mL Tris HCl dan 1 mL EDTA. Larutan 1 ditambahkan ke
supernatan sebanyak 1 mL kemudian larutan divorteks sehingga pelet tersuspensi.
Tabung diinkubasi di atas es selama 5 menit kemudian ditambahkan larutan 2
sebanyak 2 mL lalu tabung ditutup dan isinya dihomogenkan dengan membolakbalik tabung. Tabung disimpan di atas es selama 5 menit dan ditambahkan larutan
3 sebanyak 1.5 mL lalu tabung ditutup dan dibolak-balik agar homogen kemudian
diinkubasi di atas es selama 5 menit. Tabung lalu disentrifugasi selama 10 menit
pada suhu 4C dan diambil supernatannya kemudian ditambahkan larutan
fenol/kloroform sebanyak 300 L. Supernatan kemudian divorteks lalu
disentrifugasi selama 5 menit. Lapisan atas dipindahkan ke tabung eppendorf baru
dengan hati-hati lalu ditambahkan etanol absolut 1 mL kemudian divorteks dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit. Tabung disentrifugasi selama 5 menit,
diambil peletnya dan disuspensi dengan 1 mL etanol 70% lalu divorteks 1 menit
dan disentrifugasi. Pelet diambil dan dikeringkan lalu disuspensi dalam 20-50 L
dH2O/ Buffer TE (10 mL Tris HCl pH 7.5-8 dan 1 mM EDTA).
Pembuatan Larutan Isolasi DNA Kromosom
Pembuatan buffer lisis 1 dibuat dari 10 g SDS yang diencerkan dalam labu
takar 50 mL sehingga konsentrasinya menjadi 20%. Buffer lisis 2 dibuat dari 24.53
g K-asetat yang dilarutkan dalam 50 mL akuades sehingga konsentrasinya menjadi
5 M. Buffer ekstraksi terdiri dari akuades steril, Tris-HCl 1 M pH 8, EDTA 0.5 M
7
Elektroforesis Gel Agarosa
Sebanyak 5 L masing-masing DNA dicampur dengan 1 L loading dye lalu
disuspensi. Suspensi loading dye diinjeksi ke dalam sumur pada gel elektroforesis.
Power supply perangkat elektroforesis DNA dengan voltase 60 V selama 2 jam
dinyalakan setelah semua sumur terisi. Gel hasil elektroforesis diangkat dan
divisualisasi menggunakan transiluminator.
berada, protein yang terkoagulasi di fase yang ada di tengah dan fase PhenolChloroform yang ada di paling bawah karena sifat chloroform yang berat jenisnya
besarFenol digunakan untuk mengendapkan komponen protein lain yang tidak
dikehendaki sedangkan etanol 70% sebagai pencuci hasil isolasi (Faatih 2009).
Fase air yang diambil kemudian diendapkan menggunakan sodium acetat
untuk menciptakan kondisi netral dan alcohol untuk mengikat air yang sebelumnya
terikat pada DNA sehingga DNA mengendap dengan sentrifugasi. Pelet yang
didapat kemudian dimurnikan dengan penambahan etanol 70% yang kemudian
disentrifugasi lagi untuk didapatkan pelet. Pada tahap ini tidak perlu dilakukan
resuspensi karena apabila dilakukan resuspensi DNA akan sulit mengendap karena
pH nya tidak netral lagi. Penambahan RNase dapat diberikan untuk menghilangkan
sisa-sisa fragmen RNA setelah dilakukan pemurnian dan proses vakum dengan
bantuan larutan buffer (Faatih 2009).
Gambar 1 menunjukkan hasil kualitatif isolasi plasmid pGEMT dai E.coli.
Ukuran plasmid dari meja satu samai enam menunjukkan hasil yang sama. Ukuran
plasmid yang didapatkan melebihi 10000bp. Plasmid yang digunakan berasal dari
bakteri E. Coli. Plasmid E. Coli diketahui memiliki jumlah salinan plasmid yang
tinggi dan terbaik diantara bakteri lainnya. Selain itu, E. Coli sangat mudah
ditumbuhkan dan memiliki situs pemotongan yang berada pada daerah resisten
terhadap beberapa antibiotik seperti ampicillin, kanamicin, tetrasiklin, and
kloramfenikol (Preston 1987). Proses isolasi DNA kromosom pada parktikum kali
ini menggunakan kunyit karena memiliki sedikit pati sehingga DNA akan terlihat
lebih jelas (Artama 1991). Gambar 2 menunjukkan laju elektroforesis kunyit
dengan analisis secara kualitatif bobot kromosom kunyit lebih dari 10000bp.
M
>10000 bp
>10000 bp
10000 bp
3500 bp
700 bp
500 bp
250 bp
Gambar 1 Elektroforegram isolasi plasmid PGEMT dari E.coli DH5. Lajur M=
marka DNA 1 kb, lajur 1= meja 1, lajur 2= meja 2, lajur 3= meja 3, lajur
4= meja 4, lajur 5= meja 5, lajur 6= meja 6
>10000 bp
1
M
>10000 bp
10000 bp
1000 bp
500 bp
250 bp
Gambar 2 Elektroforegram isolasi kromosom daun kunyit (lajur 1 sampai 4) dan
jahe (lajur 5 sampai 8). Lajur 1= meja 1, lajur 2= meja 2, lajur 3= meja
3, lajur 4= meja 4, lajur 5= menja 5, lajur 6= meja 6, lajur 7= meja 7-1,
lajur 8= meja 7-2, lajur M= marka DNA 1 kb
Restriksi plasmid merupakan proses pemotongan fragmen DNA pada situs
tertentu sesuai yang diinginkan dengan menggunakan enzim restriksi. Enzim
restriksi adalah enzim yang bekerja untuk memotong fragmen DNA pada situs
spesifik. Seperti diketahui, di dalam Bioteknologi terdapat dua kategori enzim yang
berperan dalam proses rekombinasi DNA, yaitu enzim yang berperan dalam isolasi
DNA dan penyiapan DNA rekombinan (di mana dua molekul 2 DNA
dikombinasikan). DNA spesifik atau gen diisolasi/diambil dari DNA dengan
memotong sugar phosphat backbone DNA asalnya, dan DNA dari dua sumber
yang berbeda dicampur dan dikombinasi. Molekul DNA rekombinan tidak dapat
dibuat dengan mudah tanpa adanya dua jenis enzim, yaitu: enzim restriksi
endonuklease yang berperan sebagai gunting untuk memotong DNA pada situs
spesifik dan DNA ligase yang berperan sebagai lem yang merekatkan dua molekul
DNA di dalam tabung reaksi. Restriksi endonuklase memotong sugar phosphat
backbone DNA pada kedua utasnya (Artama 1991).
Restriksi endonuklease mengenali urutan spesifik di dalam molekul DNA.
Urutan yang spesifik tersebut pada umumnya terdiri dari 4 6 pasang basa dan
bersifat palindromik (palindrom). Palindrom merupakan daerah yang memiliki
urutan basa yang sama dengan utas pasangannya jika dibaca dari arah yang sama
yaitu 5 3. Setiap enzim restriksi mengenali urutan spesifik dan memotong hanya
di tempat-tempat tertentu dari urutan basa tersebut. Enzim restriksi memotong DNA
double strands dengan memutus ikatan kovalen di antara phosphat dari satu
deoksiribonukleotida dengan gula dari deoksiribonukleotida yang berbatasan
dengannya. Terdapat dua tipe hasil pemotongan, ujung rata (blunt end) dan ujung
kohesif (sticky end). Ujung rata (blunt end) dihasilkan ketika dua utas molekul
dipotong pada posisi yang sama, bagian akhirnya rata dan tidak ada nukleotida yang
tidak berpasangan. Ujung kohesif (sticky end) dihasilkan ketika setiap molekul
DNA dipotong pada posisi yang tidak sama sehingga salah satu utas (5 atau 3)
10
K+ 5
10000 bp
1000 bp
750 bp
750 bp
500 bp
250 bp
250 bp
11
DNA adalah sesuatu yang tidak terlihat di dalam gel, sehingga perlu
penambahan Ethidium Bromida yang pada umumnya digunakan untuk membuat
pita DNA terlihat. Molekul Ethidium Bromida berinterkalasi di antara basa
menyebabkan DNA berfluorosescens ketika gel dieluminasi dengan sinar
ultraviolet akan tetapi proses tersebut akan sulit apabila proses destaining tidak
dilakukan. Proses destaining ini dilakukan setelah proses staining yaitu dengan
membilas gel agarose dengan akuades. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
Etidium bromida yang terperangkap di dalam gel sehingga ketika dieluminasi oleh
sinar UV hanya pita DNA yang terlihat karena DNA berikatan dengan Etidium
Bromida melalui ikatan hidrohen (Artama 1991).
Dalam kegiatan biologi molekuler, elektroforesis merupakan salah satu cara
untuk memvisualisasikan keberadaan DNA, plasmid, dan produk PCR. DNA dapat
dilihat secara langsung dan dapat ditentukan ukurannya berdasarkan migrasinya
pada gel agarose maupun gel poliakrilamid. Migrasi DNA dalam gel disebut
sebagai elektroforesis. Untuk dapat divisualisasikan, maka DNA yang terdapat di
gel diwarnai dengan Ethidium Bromida (EtBr), kemudian dilihat di atas sinar ultra
violet. Ethidium bromida dapat menangkap sinar ultra violet sehingga pendaran
sinar UV ini dapat terlihat. Ethidium mengikat molekul DNA, sehingga molekul
DNA dapat terlihat ketika dilihat di atas sinar ultra violet. DNA merupakan molekul
bermuatan negatif, sehingga bila diletakkan dalam medan listrik, DNA akan
bermigrasi dari kutub negatif ke kutub positif. Faktor penentu laju elektroforesis
DNA, yaitu ukuran molekul DNA; prosentase/kerapatan gel yang dilalui DNA; arus
listrik yang diberikan untuk memigrasikan molekul DNA (Artama 1991).
Semakin kecil ukurannya DNA akan semakin cepat migrasi DNA. Semakin
rapat media yang digunakan, semakin tinggi prosentasenya, maka semakin lambat
DNA bermigrasi. Semakin besar arus yang diberikan, maka semakin cepat DNA
bermigrasi. Gel elektroforesis digunakan untuk memisahkan fragmen DNA
berdasarkan ukurannya. Dimana jika sentrifugasi berarti memisahkan molekul
menggunakan kekuatan gravitasi sementara gel elektroforesis berarti memisahkan
molekul dengan menggunakan kekuatan elektrik. Gel elektroforesis mengambil
keuntungan bahwa, sebagai asam organik, DNA bermuatan negatif. Ketika
diletakkan di dalam medan listrik, molekul DNA menuju ke kutub positif (anoda)
dan menjauhi kutub negatif (katoda). Sebelum dilakukan elektroforesis, suspensi
DNA terlebih dahulu harus ditambahkan loading buffer (dye) yang memiliki fungsi,
yaitu menambah densitas, sehingga DNA akan selalu berada di dasar well; pewarna
untuk memudahkan meletakkan sampel DNA ke dalam well; agar dapat bergerak
ke arah anoda dengan laju yang dapat diperkirakan sehingga dapat digunakan
sebagai tanda migrasi DNA (Artama 1991).
PENUTUP
Simpulan
Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa DNA plasmid pGEMT Easy dari
E.coli memiliki ukuran lebih dari 10000 bp dan ukuran DNA kromosom kunyit
lebih dari 1000bp. Hasil elektrogram retriksi plasmid menunjukkan tida terjadinya
12
pemotongan pada plasmid oleh enzim KpnI. Hal ini disebabkan tidak adanya situs
pemotongan enzim tersebut pada plasmid.
DAFTAR PUSTAKA
Artama WT. 1991. Rekayasa Genetika. Yogyakarta (ID): Pusat Antar Universitas
Bioteknologi UGM.
Fatih M. 2009. Isolasi dan digesti DNA kromosom. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi. 10(1): 61-67.
Firth HV, Hurst JA. 2005. Oxford desk Reference Clinical Genetics. New York
(US): Oxford University Press.
Kotchoni SO, Gachomo EW, Betiku E, Shonukan, Olusola O. 2003. A Home Made
Kit for Plasmid DNA Mini-Preparation. African Journal of Biotechnology.
2(4): 88-90.
Passarge E. 2007. Color Atlas of Genetics 3rd Edition. New York (US): Theme
Stuttgart.
Promega. 2015. pGEM-T and pGEM-T Easy Vector System. [terhubung berkala]
https://www.promega.com/-/media/files/resources/protocols/technicalmanuals/0/pgem-t-and-pgem-t-easy-vector-systems-protocol.pdf pada 10
November 2016.
Royston C, Clowes. 1972. Molecular Structur of Bacterial Plasmids. New York
(US): Hill Company Inc.