Anda di halaman 1dari 6

Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang terdapat dalam sel makhluk

hidup. Asam nukleat tergolong sebagai makromolekul karena BM-nya lebih dari 1000 g/mol. Di
dalam sel, asam nukleat berperan dalam sintesis protein dan penyimpan material genetik
(McMurry 2008).
Asam nukleat merupakan senyawa yang mengandung basa nitrogen (struktur siklik
aromatic yang memiliki atom nitrogen) sebagai bagian dari sruktur asam nukleat. Asam nukleat,
dibangun oleh polimerisasi nukleotida, yang berfungsi sebagai pusat informasi utama untuk
penyimpanan dan pengambilan informasi tentang urutan polipeptida (Kikuchi, 2010 : 157).
Komponen penyusun asam nukleotida yaitu gula basa dan fosfat. Nukleotida berbeda
terhadap satu sama lain bergantung pada jenis gula dan basa nitrogen yang terkandung
didalamnya. Terdapat dua macam gula yaitu gula ribose dan deoksiribosa. Kelompok gula basa
terbagi menjadi purin dan pirimidin. Purin terdiri dari adenine (A) dan guanine (G), sedangkan
pirimidin terdiri atas sitosin (S), timin (T), dan urasil (U) (Sudjadi, 2007 : 185).
Asam nukleat dalam sel ada dua jenis DNA (Deoxyribonucleid acid) dan RNA
(Ribonucleid acid). Baik DNA dan RNA berupa anion dan pada umumnya terikat oleh protein
dan bersifat basa. Molekul asam nukleat merupakan polimer seperti protein tetapi unit
penyusunnya adalah nukleotida. Salah satu contoh nukleotida asam nukleat bebas adalah ATP
yang berfungsi sebagai pembawa energi (Poedjiadi, 2005 :132-135).
DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetic. DNA bertanggungjawab atas
pewarisan informasi genetic dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Monomer DNA adalah
nuklootida suatu gen diatur oleh satu molekul DNA, dan satu molekul DNA diatur oleh ribuan
sampai puluhan ribu nukleotida (Lehnuger, 1982).
DNA berfungsi sebagai pengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan
secara seluler, DNA hanya terdapat pada inti sel, mitokondria dan klorofas DNA Juga
merupakan serangkaian molekul tersusun dan basa (purin dan pinmdin) serta gula dan fosfat
sebagai bahan dasar penyususn gen (Klug & Cummings, 2005:128).
Sumber DNA dapat berasal dan tanaman, kultur mikroorganisme, atau sel manusia,
membran sel dilisis dengan menambahkan detergen untuk membebaskan isinya, kemudian pada
ekstrak sel tersebut ditambahkan potease (berfungsi untuk mendegradasi protein) dan RNase
(berfungsi untuk mendegradasi RNA), sehingga tinegal DNA selanjutnya ekstrak tersebut
dipanaskan hingga 60ºC untuk menginaktifkan enzim yang mendegradasi DNA (DNase)(Brush,
1994).
DNA merupakan asam nukleat yang tersusun atas fosfat, gula deoksiribosa dan basa
nitrogen. DNA memiliki struktur utas ganda (double helix) yang masing-masing utas
dihubungkan oleh ikatan nitrogen. RNA adalah asam nukleat yang tersusun atas fosfat, gula
ribose, dan basa nitrogen berupa adenine, guanine, urasil dan sitosin. Tidak seperti DNA, RNA
memiliki struktur utas tunggal (single helix) (Wilson dan Walker, 2000 : 216).
Macam macam basa nitrogen yaitu :
1. Adenin adalah salah satu dari 2 basa purin yang digunakan dalam membentuk
nukleotida dari asam nukleat DNA dan RNA, pada DNA adenin berikatan dengan timin melalui
dua ikatan hidrogen untuk membantu menstabilkan struktur asam nukleat pada RNA bekas
ganda DNA adenin berikatan dengan urasil.
2. Guanin merupakan salah satu dari dua basa dan purin yang menyusun DNA dan RNA dalam
DNA paling ganda, guanin berikatan dengan sitosin melalui tiga ikatan hidrogen guanin
membentuk nukleotida bersama dengan gula ribosa yang dinamakan Luxeon fluxion sitosin satu
dari 2 basa n pirimidin yang dimiliki DNA dan RNA, timin merupakan salah satu dari 2 basa n
pirimidin yang menuntun DNA RNA tidak memiliki timin dan urasil menggunakan
menggantikan posisinya urasil merupakan satu dari 2 basa n pirimidin yang dijumpai pada
RNA. (Campbell, 1999)
Isolasi DNA adalah suatu proses untuk memisahkan DNA dari suatu sel makhluk hidup
baik dari inti, mitokondria maupun kloroplas. Isolasi DNA merupakan langkah yang tepat untuk
mempelajari DNA seperti mengetahui urutan basa purin dan pirimidinnya. Prinsip-prinsip dalam
melakukan isolasi DNA ada dua, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Pengecekan kuantitas dan
kualitas DNA hasil isolasi harus dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dan kemurniannya
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm untuk DNA,
sedangkan protein diukur pada panjang gelombang 280 nm. Untuk mengetahui kemurnian
larutan DNA dapat dilakukan dengan cara menghitung perbandingan A260 nm dengan A280 nm.
Batas kemurnian yang biasa dipakai dalam analisis molekuler pada rasio A260/A280 adalah 1,8–
2,0 (Sambrook et al., 1989). Kemurnian DNA kopi yang diisolasi menunjukkan hasil diantara
1,8–2,0 sehingga sudah memenuhi kaidah yang diharapkan (Syafuruddin, 2015. Vol 11 No. 1 :
15-17).
Pada praktikum asam nukleat ini bertujuan untuk melihat benang-benang kromosom yang ada
pada DNA buah dengan cara mengisolasi DNA melalui sampel sayuran dan buah-buahan yaitu
brokoli, melon, kiwi, pisang, pepaya, bawang bombay, tomat dan jeruk. Isolasi DNA pada
dasarnya dapat dilakukan dengan merusak dinding dan membran sel dan juga membran inti.
Metode yang dilakukan dalam percobaan ini adalah penghancuran (lisis) serta ekstraksi.
Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu memotong bahan uji menjadi ukuran yang lebih kecil,
selanjutnya hal yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan yang akan digunakan dan
menghaluskannya menggunakan mortar, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
pengamatan dan agar buah menjadi larutan dan dapat diambil ekstraknya. Pemecahan dengan
cara ditumbuk untuk mengisolasi DNA secara mekanik, sedangkan secara kimiawi dengan
menggunakan deterjen dan garam

Perlakuan kedua adalah memasukkan larutan bahan uji pada air yang telah dicampur dengan
deterjen dan garam. Penggunaan deterjen bubuk berfungsi untuk menghilangkan molekul lipid,
karena sabun dapat mengikat lipid. Molekul lipid ini perlu diikat untuk merusak membran dan
melisiskan isi sel, karena DNA berada di inti sel, secara otomatis harus dilisiskan terlebih dahulu
oleh deterjen karena deterjen mengandung sodium dodecylsulphate (SDS). SDS tersebut selain
berperan dalam melisiskan membran sel juga dapat berperan dalam mengurangi aktivitas enzim
nukleas yang merupakan enzim pendegradasi DNA. Pada dasarnya deterjen digunakan sebagai
pengganti enzim pencernaan senyawa polimerik, yaitu lisozom yang dapat menyebabkan
kekakuan sel dan berujung pada rusaknya dinding sel dan membran sel.

Garam (NaCl) digunakan untuk melarutkan DNA. Secara Khusus garam (NaCl) memiliki fungsi
untuk memberikan kondisi ionic, sehingga reaksi berjalan stabil. Menjaga struktur DNA dan
mengurangi jumlah air pada fase fenol dan memfasilitasi proses deproteinisasi. Na+ yang
terkandung dalam garam mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA, yaitu
kutub yang dapat menyebabkan molekul-molekul saling tolak-menolak satu sama lain sehingga
pada saat ion Na+ membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA. Selain itu, garam dapat
menghilangkan protein dan karbohidrat akibat terpresipitasi, menjaga kestabilan pH, juga
membantu proses pemekatan DNA. Selain itu garam juga dapat digunakan untuk membantu
pessa pela selain itu dengan ditambahkannya alcobol bertutuan agar benang kromatin naik
kepermukaan atas sehingga dapat terlihat dengan jelas.
Fraksinasi sel atau fraksinasi subselular ialah teknik untuk memisahkan bagian-bagian

sel.Secara umum, teknik ini melibatkan homogenisasi,yaiytu pemecahan sel secara halus
dan sentrifugasi, yaitu pemisahan komponen – komponen sel oleh gaya sentrifugal dalam
alat sentrifuge.Pemutaran homogenat didalam sentrifuge akan memisahkan bagian –
bagian sel ke dalam dua fraksi,yaitu pelet,yang terdiri atas struktur – struktur lebih besar
yang terkumpul dibagian bawah tabung sentrifuge dan supernatan yang terdiri atas bagian
– bagian sel yang lebih kecil yang tersuspensi dalam cairan diatas pelet
tersebut.Supernatan dapat disentrifugasi kembali dengan kecepatan yang lebih tinggi untuk
mendapatkan pelet yang lebih ringan atau kecil daripada pelet pertama.Dengan setrifugasi
diferensial,supernatan disentrifugasi dengan kecepatan yang makin tinggi sehingga
didapatkan komponen yang makin kecil dalam pelet yang berurutan.Pelet tersebuit dapat
diresuspensikan dan dimurnikan lebih lanjut dengan sentrifugase densitas gradien.

Homogenisasi Sunting, dimana fraksinasi sel diawali dengan homogenisasi atau


pengacauan sel.Tujuannya ialah untuk memecah sel tanpa terlalu merusak
organelnya.Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melakukan hal
tersebut,yaitu Kejutan Osmotik, dimana larutan penyangga dengan tekanan osmotik
rendah dapat digunakan sebagai komplemen teknik mekanis untuk
menghancurkan sel.Dalam larutan penyangga semacam itu,air akan cenderung memasuki
sel dan organel dengan cara osmosis sehingga sel menjadi pecah.Alu
Penghomogen,Penghomogen Dounce,Penghomogen Potter-Elvehjem,Blendor
Waring,Penggerusan,Bom Parr,Ekstruksi Dalam Tekanan Tinggi,Sonikasi dan Digesti
Enzimatik.

Pada brokoli terlihat adanya benang kromatin dengan bentuk serabut yang sangat kecil,
berwarna kuning kehijauan dan jumlahnya sedikit. Kemudian pada pisang benang kromatinnya
berbentuk serat, berwarna coklat dan jumlahnya sangat banyak. Kemudian pada tomat benang
kromatinnya berbentuk benang halus kemudian lama kelamaan menggumpal berwarna ping
keorenan dan jumlahnya sangat banyak. Kemudian pada bawang bombay dan melon benang
kromatinnya berbentuk serabut berwarna putih dan jumlahnya sedikit. Kemudian pada pepaya
benang kromatinnya berbentuk serabut berwarna kuning dan jumlahnya sedikit. Kemudian pada
kiwi benang kromatinnya menggumpal berwarna hijau dan jumlahnya banyak. Sedangkan pada
nanas benang kromatinnya menggumpal berwarna putih dan jumlahnya sedikit.
Dalam literature bahwa untuk sayuran ataupun buah-buahan yang memiliki kadar air
yang rendah dapat mengasilkan presipitasi DNA atau kromatin yang lebih baik jika
dibandingkan dengan yang kadar airnya lebih tinggi. Karena jika semakin encer atau banyak air,
DNA atau kromatin yang diekspresikan akan sedikit. Jadi, sayuran atau buah-buahan yang
memiliki kadar air yang sedikit, maka kromatin akan lebih banyak terlihat, sedangkan jika sayur
atau buah-buahan memiliki kadar air yang banyak, maka akan semakin sedikit kromatin yang
terlihat. Selain kandungan air dalam buah-bahan yang menjadi faktor banyak atau sedikitnya
kromatin, faktor lain ialah, dari proses pemerasan eksrak dengan menggunakan kasa, karena sulit
nya eksrak untuk diperas, sebagian sampel ada yang ditambahkan dengan alcohol, sehingga
menyebabkan larutan ekstak buah menjadi kental, yang menyebabkan benang kromatin yang
terlihat menjadi banyak. Namun, banyaknya benang kromatin tersebut tidak alami dari ekstrak
buahnya. Melainkan ada pengaruh dari konsentrasi alkoholnya. Warna benang kromatin juga
disesuaikan dengan warna buahnya
Larutan selanjutnya dicampurkan dengan alkohol yang telah didinginkan terlebih dahulu pada
suhu 20°C, hal ini menyebabkan terlihatnya gumpalan-gumpalan putih berbentuk seperti cincin
yang terbentuk diantara campuran larutan dengan alkohol. Gumpalan-gumpalan ini merupakan
DNA yang telah terikat oleh alkohol. Penambahan alkohol merupakan proses pemekatan pita
DNA yang telah terkumpul karena pemekatan oleh garam, sehingga terjadi presipitasi DNA pada
perbatasan kedua larutan. Densitas (kerapatan partikel) alkohol lebih kecil bila dibandingkan
dengan air. Hal ini menyebabkan alcohol akan berada di bagian atas larutan ketika dicampur
dalam tabung reaksi. Garam dan alkohol akan mempresipitasi asam nukleat polimerik dengan
baik pada suhu di bawah 20°C. DNA yang berhasil diisolasi dapat dianalisis untuk mengetahui
genetic atau kondisi suatu makhluk hidup.
Hasil yang dapat dilihat dari praktikum dapat dilihat bukan benang-benang kromatidnya, tetapi
kumpulan dari benang-benang kromatid karena tidak mungkin benang-benang kromatid dapat
dilihat dengan mata telanjang. Kadar air yang terkandung dalam buah mempengaruhi hasil
isolasi yang terbentuk, semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam buah maka semakin
rendah DNA yang akan terpresipitasi.
Kromatid dapat dilihat dari bentuk dan banyaknya intensitas, pada ekstrak buah-buahan dan
sayuran yang digunakan didapat hasil yang berbeda-beda. Larutan ekstrak buah-buahan dan
sayuran yang menghasilkan kromatid dengan intensitas sangat banyak terdapat pada buah
pepaya, dan pada ekstrak buah jeruk, buah tomat dan bawang bombay menghasilkan kromatid
dengan intensitas banyak. Sedangkan pada ekstrak buah melon, buah pisang, buah kiwi dan
brokoli menghasilkan kromatid dengan intensitas sedikit. Pada buah-buahan dan sayuran yang
digunakan dapat dilihat adanya bentuk-bentuk kromatid yang berbeda yaitu berbentuk filamen
atau serat dan berbentuk menggumpal. Pada ekstrak buah pisang dan buah jeruk kromatid terlihat
berbentuk filamen. Sedangkan pada ekstrak buah melon, buah tomat, buah pepaya, buah kiwi,
brokoli dan bawang bombay kromatid terlihat berbentuk menggumpal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada praktikum asam nukleat dapat dilihat
adanya kromatid pada permukaan tabung reaksi yang ditunjukkan dengan intensitas dan bentuk
dari kromatid itu sendiri yang dihasilkan dari bahan yang diuji, yaitu berupa sayur bayam. Pada
larutan ekstrak sayur bayam yang menghasilkan kromatid dengan intensitas yang sedikit Adapun
bentuk-bentuk kromatid yang terlihat pada bahan uji, yaitu ada yang berbentuk filamen dan ada
yang berbentuk menggumpal. Pada ekstrak sayur bayam kromatid yang terlihat berbentuk filamen
atau serat.

Anda mungkin juga menyukai