(SL 16)
TRINOVIYANI
F251180111
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Plasmid adalah istilah yang diberikan pada salah satu vektor pembawa
molekul DNA di dalam proses rekayasa genetika melalui teknologi DNA
rekombinan. Penggunaan plasmid banyak dimanfaatkan untuk pengklonan DNA,
karena mudah dalam penanganannya. Definisi lain dari plasmid yaitu molekul DNA
utas ganda yang tidak memiliki ujung dan berukuran kecil yang terdapat di dalam
sitoplasma dan dapat melakukan replikasi secara autonom (Suharsono dan
Widyastuti 2006). Plasmid yang terdapat pada bakteri memiliki kemampuan untuk
bereplikasi sendiri dengan tidak bergantung pada kromosom bakteri dan dapat
diturunkan pada anakan. Plasmid yang terbentuk secara alami dapat meningkatkan
penyebaran berbagai sifat dari suatu mikroorganisme misalnya resistensi obat,
virulensi, dan metabolisme zat langka (Johnson dan Nolan 2009).
Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus dikerjakan dalam
rekayasa genetika sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Prinsip dasar isolasi
DNA/RNA dari jaringan adalah dengan memecah dan mengekstraksi jaringan
tersebut sehingga akan terbentuk ekstrak sel yang terdiri atas sel-sel jaringan, DNA,
dan RNA. Kemudian ekstrak sel dipurifikasi dan menghasilkan pelet sel yang
mengandung DNA/RNA total. Prinsip isolasi tersebut sama halnya dengan prinsip
isolasi DNA plasmid. Isolasi DNA memiliki beberapa tahapan, yaitu isolasi sel;
lisis dinding dan membran sel; ekstraksi dalam larutan; purifikasi; dan presipitasi
(Faatih 2012). Menurut Ferrûs et al. (1999) Ekstraksi plasmid juga memiliki tiga
tahap utama diantaranya lisis sel bakteri, pelepasan DNA plasmid selektif dari
matriks sel, dan penghilangan kontaminan untuk mendapatkan DNA plasmid yang
murni. Prosedur yang dilakukan dengan benar akan memperoleh DNA kromosom
dan plasmid dengan kemurniannya cukup tinggi dengan analisis secara kualitatif
dan kuantitatif.
Kualifikasi dan kuantifikasi DNA dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya
DNA hasil isolasi. Saunders & Parkers (1999) mengemukakan bahwa ada tiga
kriteria yang penting untuk menentukan baik tidaknya DNA hasil isolasi, yaitu
konsentrasi, kemurnian dan integritas. Konsentrasi DNA yang baik menunjukkan
kecukupan jumlah DNA untuk digunakan dalam analisis lanjutan. Kualitas DNA
dapat diamati melalui pembacaan pita DNA di dalam gel elektroforesis. Hasil yang
baik diindikasikan dengan pita DNA yang tebal dan tegas serta bersih. Kualitas
DNA yang berhubungan dengan kemurniannya terhadap kontaminan protein dapat
diamati melalui pengukuran nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dan
280 nm (Suharsono dan Widyastuti 2006).
Tujuan Penelitian
2 METODE
Alat yang digunakan dalam praktikum isolasi plasmid adalah tabung mikro
steril 1.5 mL, micropippete (100 µL, 200 µL, dan 1000 µL), tip steril, vortex mixer,
sentrifus, oven, microwave, freezer, set alat elektroforesis dan spektrofotometer.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum isolasi plasmid adalah kultur
bakteri Escherichia coli DH5α yang mengandung plasmid PGEM-Teasy, solution
I, solution II, solution III, larutan PCI (phenol:chlorofom:isopropanol), EtOH 100%
etanol 70%, ddH2O, RNAse dan es batu.
Prosedur
Isolasi Plasmid
Praktikum isolasi plasmid dilakukan dengan prosedur sebagai berikut; alat
dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu disiapkan. Kultur Escherichia coli
yang mengandung plasmid PGEM-Teasy diambil sebanyak 1,5 mL atau sekitar
1500 µL menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam tube baru (steril), tube
hasil pemindahan selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm, selama 5
menit pada suhu 20oC, dari hasil sentrifuse diperoleh dua fase yaitu pellet,
kumpulan bahan genetik yang mengendap di dasar tube, dan supernatant berupa
larutan. Selanjutnya supernatan dibuang pada wadah yang telah disediakan dan
pellet disisakan, pellet kemudian ditambahkan dengan solution buffer I/buffer
suspensi (Tris HCl pH 7.5 + EDTA) sebanyak 100 µL kemudian divortex.
Selanjutnya tube ditambahkan dengan solution buffer II/buffer lisis (0.2M NaOH,
1% SDS) sebanyak 200 µL, kemudian tube dibolak-balik selama ± 10 kali, tube
yang telah dibolak-balik kemudian disimpan di dalam es selama 5 menit, setelah itu
ditabahkan dengan solution buffer III/buffer netralisasi (1.32 M Na-asetat pH 4.8)
sebanyak 150 µL, kemudian tube dibolak-balik selama ± 10 kali, tube kembali
disimpan di dalam es selama 10 menit kemudian dimasukkan ke sentrifuse untuk
dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit pada suhu
20oC. Proses sentrifugasi akan mengendapkan dan menghasilkan supernatant ± 350
µL, supernatant kemudian dipindahkan ke tube baru, dan ditambahkan P:C:I
(Phenol Cloroform Isoamil Alcohol) sebanyak 1 kali dari volume sampel, tube
dihomogenkan menggunakan vortex, lalu disentrifuse dengan kecepatan 10.000
rpm, selama 10 menit pada suhu 20oC, hasil dari sentrifugasi ini menghasilkan dua
bagian yang terpisah, fase atas yang mengandung DNA plasmid ditambahkan EtOH
100% sebanyak 1000 µl dan dibolak-balik perlahan.
3
Analisis Elektroforesis
1
2
pewarna DNA, serta buffer yang digunakan sebagai fase gerak dalam elektroforesis
(Khusnuryani et al 2016).
Analisis Spektrofotometri
4 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA