NIM : 19/445851/PN/16366 No. Presensi : 83 Kel./Gol. : 17/A2 Asisten Koreksi : Hanindita R.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA V VISUALISASI ASAM DEOKSIRIBONUKLEAT (DNA) I. Tujuan Untuk mengidentifikasi adanya susunan DNA berdasarkan struktur, unsur, dan letaknya Untuk mengetahui adanya muatan/panjang yang konstan pada molekul DNA Untuk menlihat molekul pada DNA dengan metode elektroforesis dengan diberikan ethidium bromida dan cahaya ultraviolet Untuk mengetahui metode elektroforesis serta tujuannya II. Metode Praktikum Visualisasi Asam Deoksiribonukleat (DNA) akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24 Maret 2020 di Laboratorium Mikrobiologi Pertanian, Departemen Mikrobiologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat dan bahan yang akan digunakan yaitu, Sampel DNA plasmid (utuh dan terpotong), marker DNA, 10 X buffer TAE, agarosa, loading dye, kertas parafilm, ethidium bromida, akuades, tangki elektroforesis, UV transiluminator, mikropipet 10 µL, dan mikrotip 10 µL (mikrotip warna putih), microwave oven, cetakan khusus yang telah dipasangi sisir, sumuran gel, dan sumber tegangan DC.
Diencerkan 10 X Dilarutkan agarosa dalam buffer 1 X TAE (0,8gr
TAE menjadi buffer agarosa dalam 100ml TAE) kemudian dipanaskan 1 X TAE dengan microwave oven atau pemanas lainnya, dan dipastikan semua agarosa larut
Dicetak gel agarosa dengan
menggunakan cetakan khusus Disiapkan larutan ethidium yang telah dipasangi sisir (comb) bromida (EtBr) dengan untuk membuat sumuran (well), mencampurkan 100 µL EtBr kemudian, biarkan terjadi dengan 300 mL akuades polimerisasi (gel memadat)
Setelah gel memadat, dilepaskan Disiapkan 1 µL loading
sisir dari cetakan dan dimasukan gel dye diatas parafilm dan beserta cetakannya kedalam tangki dicampurkan dengan 3 elektroforesis, kemudian dituangkan µL sampel DNA buffer 1 X TAE hingga gel terendam menggunakan mikropipet
Dihubungkan tangki Dimasukkan 4 µL sampel
elektroforesis dengan DNA yang telah dicampur sumber tegangan DC dengan loading dye ke dalam sumuran gel Dibiarkan hingga DNA bermigrasi. Setelah jarak migrasi dianggap cukup, dimatikan sumber Gel agarosa diangkat dan tegangan kemudian direndam gel agarosa kedalam dilihat migrasi DNA dengan larutan ethidium bromide yang telah disiapkan menggunakan UV selama 5 menit kemudian dilanjutkan dengan transiluminator. Jarak migrasi direndam di dalam akuades selama 2 menit dapat dibandingkan dengan menggunakan marker III. Hasil dan Pembahasan
Gambar 1. Struktur Nukleotida DNA
Asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) merupakan suatu polimer berbentuk linier (polinukleotida) yang tersusun atas tiga molekul utama, yaitu gula pentosa, basa nitrogen, dan gugus fosfat (Morihito et al, 2017). Basa nitrogen sendiri dibagi lagi menjadi purin yang tersusun atas adenin dan guanin, serta pirimidin yang tersusun atas sitosin dan timin. DNA sendiri menjadi proses dalam perlakuan taksonomi karena DNA memiliki informasi yang sangat memungkinkan dalam morfologi, perilaku, dan ekologi pada suatu mahluk hidup (Salokannel et al, 2010). DNA sendiri memiliki struktur double helix yang telah Gambar 2. Komponen pada DNA berpasangan serta arah dan gaya putarannya memilin. Hal ini yang membuat sistem DNA yang sangat kompleks sehingga struktural DNA yang tergantung pada urutannya. Sehingga variabel struktural biologis ini penting karena adanya interaksi protein dan ligan dengan DNA dengan pembacaan dan pengidentifikasian bentuk pola interaksi secara tidak langsung (Ricci et al, 2010) dan strukturnya dapat berbentuk linear dan sirkular. Elektroforesis merupakan suatu teknik pemisahan dan pemurnian molekul asam nukleat (DNA & RNA) dan protein berdasarkan perbedaan ukurannya. Tujuan elektroforesis sendiri agar molekul yang bermuatan listrik intrinsik agar terpisah menggunakan agarosa yang merupakan suatu polisakarida membentuk suatu ekstrak dari rumput laut (Langga et al, 2012). Metode ini sering digunakan pada percobaan yang meneliti DNA seperti genetika, biologi molekuler, dan biokimia karena perlakuannya sangat mudah dan sederhana (Nuryadi, 2011). Pada proses perpindahan pada DNA yang elektroforesisnya dipengaruhi oleh ukuran pori gel agarosa, panjang DNA, serta konformasi DNA, dan voltase yang akan digunakan. Hal ini yang berpengaruh dalam laju DNA pada elektroforesisnya karena berpengaruh terhadap tingkat kekentalan agarose tersebut sehingga makin kental suatu agarose, maka makin tinggi laju molekul DNAnya (Harahap, 2018). Protein yang terdapat pada molekul akan pindah ke media padat dengan direndam pada larutan buffer dibawah pengaruh medan listrik. Sehingga migrasi sangat bergantung pada muatan listrik netto, titik isoelektrik, dan massa molekul proteinnya (Giot, 2010). Gambar 3. Hasil Visualisasi DNA. (A) marker (B) hasil visualisasi menggunakan UV-VIS Pada gambar, ditandai dengan M sebagai marker yang digunakan untuk suatu indikator pengukur besar suatu DNA, sedangkan ditandai angka 1-6 merupakan sampel DNA tersebut. Sampel 1 menunjukkan bahwa ada dua band (ukuran) DNA yang berkisar pada 1.000bp-1.500bp dan 2.000bp-2.500bp. Pada sampel 2, menunjukkan adanya tiga ukuran DNA dimulai dari 250bp, 1.000-1.500bp, dan 2.000-2.500bp. Pada sampel 3 menunjukkan bahwa ada dua ukuran yang berkisar pada 1.000bp-1.500bp dan 2.000bp-2.500bp. Pada sampel 4, 5, 6, memiliki ukuran DNA yang sama yaitu berkisar pada 6.000bp-8.000bp hingga 10.000bp keatas. Sehingga nilai ukuran dan bentuk pada DNA akan berpengaruh pada jarak tempuh yang semakin jauh dari markernya. Sementara jika semakin kecil ukuran pasang basa nukleotidanya, maka akan semakin mudah untuk bermigrasi karena fragmen tersebut telah berfluorensi dengan etidium bromida pada cahaya UV transilluminator dan dekat dengan anoda (Radji et al, 2010). Pada sampel 1, 2, 3 terdapat suatu smear yang sangat panjang sehingga dapat diketahui bahwa DNA ini telah rusak/terkontaminasi. Hasil elektroforesis ini biasanya terkena zat protein atau asam humat yang dapat mengganggu proses visualisasi DNA (Wirajana et al, 2013). Sehingga smear pada sampel 1, 2, dan 3 memiliki kualitas yang tidak baik karena smear berasal dari sisa larutan saat melakukan isolasi atau DNA yang telah terdegradasi saat proses isolasi berlangsung (Iqbal et al, 2016). Visualisasi DNA sendiri memiliki keuntungan pada bidang mikrobiologi secara umum dan mudah dilakukan adalah dengan cara pembiakan, namun hal ini memiliki kekurangan karena tidak efisiennya dalam waktu yang lama. Namun, visualisasi ini sendiri memiliki keuntungan lain seperti memiliki pola karakteristik pada kodon-Guanin dan Sitosin karena memiliki kemampuan dalam membedakan DNA primer dengan DNA non-primer (Ali et al, 2012). Dalam penerapannya, ilmu DNA yang dipakai dalam cabang ilmu mikrobiologi adalah mengetahui teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), elektroforesis, serta visualisasi pada agarosa dengan UV Transilluminator (Prasetya, 2018). IV. Kesimpulan Dari hasil praktikum Visualisasi Asam Deoksiribonukleat (DNA) disimpulkan bahwa : Asam Deoksiribonukleat terdiri atas basa nitrogen, gula pentosa, dan gugus fosfat Komponen basa nitrogen pada DNA adalah adenin, guanin, sitosin, dan timin Elektroforesis bertujuan untuk memisahkan molekul intrinsik menggunakan agarosa sebagai media yang berasal dari ekstraksi rumput laut Smear pada bentuk DNA terjadi karena telah rusak atau terkontaminasi oleh protein atau asam humat Daftar Pustaka Ali, S. S., Xia, B., Liu, J., & Navarre, W. W. (2012). Silencing of foreign DNA in bacteria. Current Opinion in Microbiology, 15(2), 175–181. Giot, J. F. 2010. Agarose gel electrophoresis-Applications in clinical chemistry. Journal of Medical Biochemistry, 29(1), 9-14. Harahap, M. R. 2018. Elektroforesis: Analisis Elektronika Terhadap Biokimia Genetika. CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 2(1). Iqbal, M., Buwono, I. D., & Kurniawati, N. 2016. Analisis Perbandingan Metode Isolasi DNA Untuk Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Perikanan Kelautan, 7(1): 54-65. Langga, I. F., Restu, M., & Kuswinanti, T. 2012. Optimalisasi suhu dan lama inkubasi dalam ekstraksi DNA tanaman bitti (Vitex cofassus Reinw) serta analisis keragaman genetik dengan teknik RAPD-PCR. J. Sains & Teknologi, 12(3), 265-276. Morihito, R. V., Chungdinata, S. E., Nazareth, T. A., Pulukadang, M. I., Makalew, R. A., & Pinontoan, B. 2017. Identifikasi perubahan struktur DNA terhadap pembentukan sel kanker menggunakan dekomposisi graf. Jurnal Ilmiah Sains, 17(2), 153-160. Nuryadi, R. 2011. Efek adsorpsi dye ke dalam lapisan TiO2 dengan metode elektroforesis: DSSC berbasis lapisan TiO2 terbuat dengan metode slip casting dan metode elektroforesis. Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 8(1). Prasetya, Y. A. (2018). Deteksi gen SHV pada isolat klinik Esherichia coli penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamases (ESBLs) dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dari urin pasien di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. AL-Kauniyah: Journal of Biology, 2(11), 91-98. Radji, M., Puspaningrum, A., & Sumiati, A. 2010. Deteksi cepat bakteri Escherichia Coli dalam sampel air dengan metode Polymerase Chain Reaction menggunakan primer 16e1 dan 16e2. Makara Journal of Science. Ricci, C. G., de Andrade, A. S. C., Mottin, M., & Netz, P. A. 2010. Molecular dynamics of DNA: comparison of force fields and terminal nucleotide definitions. The Journal of Physical Chemistry B, 114(30), 9882–9893. Salokannel, J., Rantala, M., & Wahlberg, N. 2010. DNA-barcoding clarifies species definitions of Finnish Apatania (Trichoptera: Apataniidae). Entomologica Fennica, 21(1), 1-11. Wirajana, I. N., Yuliana, D. A., & Ratnayani, K. 2013. Isolasi DNA metagenomik dari tanah hutan mangrove pantai suwung bali. Jurnal Kimia (Journal of Chemistry), 7(1): 19-24. Gambar 1. Hasil Visualisasi DNA (A) Marker (B) Hasil Visualisasi Menggunakan UV-VIS